Anda di halaman 1dari 26

INTERAKSI OBAT PADA SALURAN CERNA

INTERAKSI OBAT PADA SALURAN CERNA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

Agnes Margaretta H. 111524085


Darwin Hutapea 111524094
Falna Yati 111524084
Herlin Ernita Hutasoit 111524090
Juwita Karmila 111524076

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

A. PENDAHULUAN

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian


obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan
senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua
atau lebih obat digunakanbersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian.
Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir
100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah
sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus
kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang
dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10
macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter,
sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang
dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita
mempunyai pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang
dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah
semudah yang kita bayangkan, mengingat jumlah interaksi yang
mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan
polypharmacy cukup banyak

B. PENGERTIAN
Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut
saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran berotot yang
memanjang mulai dari mulut sampa ke anus. Pada prinsipnya fungsi
utama sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke sel-sel
tubuh yang diperoleh melalui proses Ingestion yang terjadi pada saat
mulai intake makanan masuk kedalam mulut, Digestion dimana peristiwa
mencerna makanan dimulai dalam lambung dan usus
halus dan Absorption yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga
dalam usus besar. Proses eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil
pencernaan.
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ
beserta kelenjar yang terkati dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sedangkan organ-
organ yang berhubungan adalah hati, pankreas, dan kandung empedu.
Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang
diberikan secara bersamaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan.
Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses absorpsi
obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang
merupakan bagian dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya
interaksi obat lainnya, interaksi gastrointestinal juga ada yang
menguntungkan dan ada yang membahayakan.
Secara garis besar interaksi ini dapat menjadi menjadi 2
golongan yaitu:
Interaksi antara obat-obat
Interaksi antara obat makanan
Faktor atau kerja terjainya interaksi obat dalam gastrointertinal
a. Interaksi Langsung
Yaitu interaksi secara fisiki / kimia antara obat dalam lumen saluran
cerna sebelum diabsorpsi,sehingga mengganggu proses absopsi.
b. Perubahan Ph cairan saluran cerna
Perubahan Ph pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelaruan
dan absopsi obat-obat yang bersifat asam atau basa
Misalnya : Pemberian Natrium bikarbonat bersamaan dengan aspirin
akan meningkatkan disolusi aspirin,sehingga absorpsinya juga
meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.
c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus
(motilitas saluran cerna)
Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh
lebih cepat dibandinkan di lambung. Oelh karena itu makin cepat obat
sampai ke usus makamakin cepat juga diabsorpsi. Obat-obat yang
memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat
absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan dan begitu juga
sebaliknya obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung
akan memperlambat absorpsi obat lain.
Contoh : Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi parasetamol,
diazepam dan propanolo dan obat antikolinergik, antidepresi trisiklik,
beberapa antihistamin antacid gram Al dan analgetik narkotik akan
memperlambat absorpsi obat lain.

d. Perubahan Flora usus.


Secara normal flora usus berfungsi sebagai sebagai:
Sintensis vitamin k dan merupakan sumber vitamin K yang penting
Memecah sulfasalazim menjadi bagian-bagian yang aktif
Sebagai metabolism obat (missal levodova)
Hidrolsis ghukuronid yang dieksresi melalui empedu sehingga terjadi
sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang kerja obat (missal
kontrasepsi oral)
Pemberian antibiotic spectrum luas (seperti : tetrasiklin,
kloranfenikol, ampislin,sulfonamide)akan mempengaruhi flora usus
sehingga menghambat sintesa vitamin K oleh mikroorganisme
usus.Apabila antibiotic ini diberikan bersama antikoagulan oral maka
efek antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.
e. Efek toksik pada saluran cerna
Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin dan kolkisin
menimbullkan sindrom malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi obat
lain terganggu
f. Mekanisme tidak diketahui
Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan
mekanisme yang tidak diketahui. Misal phenobarbital yang dapat
mengurangi absopsi griseofulvin dalam saluran cerna.

Interaksi antara obat dengan makanan


Interaski obat dengan makanan masih belum banyak diketahui,
seperti halnya dengan interaksi antara obat dengan obat lain maka
interaksi ini juga mempengaruhi absopsi obat.
Interaksi antara obat-makanan ini dapat terjadi karena beberapa hal:
1. Terjadinya perubahan Ph dalam lambung, sehingga menyebabkan
penundaan absorpsi obat.
2. Perubahan motilitas usus, missal rifampisin dan isoniazida yang
absorpsinya lebih kecil pada pemakaian setelah makan dibandingkan
jika obat tersebut diminum pada waktu lambung kosong.
3. Terjadinya reaksi kimia yang menbentuk kompleks sama seperti obat-obat
yang mengandung kation multivalent, tetrasiklin akan membentuk
khelat dengan makanan yang mengandung ion klasium, magnesium
atau besi sehingga suasah diabsorpsi.
4. Terjadinya pembentukan senyawa N-nitroso (nitrosamine) yang disebut
kanserogen. Ini terjadi pada zat makanan yang mengandung nitrit (nitirit
biasanya digunakan sebagai pengawet daging dan sosis) dengan
aminofenazon.
5. Kompetisi untuk mekanisme aktif, dimana absopsi obat dapat dihambat
secara kompetititf oleh zat makanan yang bersangutan. Kompetisi ini
terjadi pada obat obat yang merupakan analog dari zat makanan, seperti
levodopa, metildopa dan 6-merkaptopurin yang diabsorpsi aktif melalui
mekanisme yang sama dengan mekanisme yang sama dengan
mekanisme bahan makanan.

C. PEMBAGIAN OBAT-OBATAN
Dibagi menjadi 6 kelompok yaitu :
1. Antasida
Adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna
untuk nyeri tukak peptik. Antasida dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Antasida sistemik
Contohnya : natrium bikarbonat
b. Antasida non sistemik
Contohnya : aluminium Hidroksida, Magnesium Hidroksida, Kalsium
Karbonat, Magnesium Trisilikat

2. Obat Penghambat Sekresi Asam Lambung


Obat ini diindikasikan untuk tukak peptik karena dapat menghambat
sekresi asam lambung. Dapat dibagi dalam beberapa kelompok menurut
mekanisme kerjanya, yaitu :
a. H2-blockers
Contohnya : simetidin, ranitidin, famitidin, roxatidin. Obat-obat ini
menempati reseptor histamin-H2 secara selektif dipermukaan sel-sel
parietal, sehingga sekresi asam lambung dan pepsin sangat dikurangi.

b. Penghambat Pompa Proton (PPT)


Contohnya : omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol (pariet),
esomeprazol (nexium). Obat-obat ini mengurangi sekresi asam (yang
normal dan dibuat) dengan jalan menghambat emzim H+/K+-ATPase
secara selektif dalam sel-sel tersebut.
c. Analogon Prostaglandin-E1
Contohnya : misoprostol (cytotec) menghambat secara langsung sel-sel
parietal.
d. Zat-Zat Pelindung Ulcus
Contohnya : mucosaprotectiva, sukralfat, Al-hidroksida, dan bismut
koloidal yang menutup tukak dengan suatu lapisan pelindung terhadap
serangan asam pepsin
e. Antibiotika
Contohnya : amoksisislin, tetrasiklin, klaritromisin, metronidazol, dan
tinidazol. Obat ini digunakan dalam kombinasi sebagai triple
atau quadruple therapy untuk membasmi H.pylory dan untuk mencapai
penyembuhan lengkap tukak lambung/usus.
f. Obat Penguat Motilitas
Contohnya : metoklopramida, cisaprida, dan domperidon. Obat ini juga
digunakan prokinetika atau propulsiva dan berdaya antiemetik serta
antagonis dopamin.
g. Obat Penenang
Contohnya : meprobamat, diazepam dan lain-lain.
h. Obat Pembantu
Contohnya : asam alginat, succus, dan dimethicon

3. Obat-Obat Yang Meningkatkan Mukosa Lambung


Contohnya : sulkralfat

4. Digestan
Adalah obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini bermanfaat
pada defisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di
saluran cerna. Contohnya : enzim pankreas, dan empedu

5. Laksansia
Adalah zat-zat yang menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai
refleks dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan
demikian menyebabkan atau mempermudah buang air besar atau
(defekasi) dan meredakan sembelit. Laksansia dibagi berdasarkan atas
farmakologi dan sifat kimiawinya yaitu :
a. Laksansia Kontak
Contoh : derivat-derivat antrakinon (Rhammus = Cascara sagrada,
senna, rhei), derivat-derivat difenilmetan (bisakodil, pikosulfat,
fenolftalein), dan minyak kastor. Zat-zat ini merangsang secara langsung
dinding usus dengan akibat peningkatanperistaltik dan pengeluaran isi
usus dengan cepat.
b. Laksansia Osmotik
Contohnya : magnesium sulfat/sitrat dan natrium sulfat, gliserol,
manitol, sorbitol, laktulosa, dan laktitol. Senyawa-senyawa ini
berkahasiat mencahar berdasarkan lambat absorpsinya oleh usus,
sehingga menarik air dari luar usus melalui dinding ke dalam usus oleh
proses osmosa.
c. Zat-Zat Pembesar Volume
Contohnya : zat-zat lendir (agar-agar, metilselulosa, dan CMC), dan zat-
zat nabati Psyllium, Gom Sterculia dan katul. Semua senyawa
polisakarida ini sukar dipecah dalam usus dan tidak diserap
(dicernakan).
d. Zat-Zat Pelicin dan Emollientia
Contohnya : natrium docusinat, natriumlauril-sulfo-asetat, dan parafin
cair. Kedua zat pertama memiliki aktivitas permukaan (detergensia) dan
mempermudah defekasi, karena melunakkan tinja dengan jalan
meningkatkan penetrasi air ke dalamnya. Parafin melicinkan penerusan
tinja dan bekerja sebagai bahan pelumas

6. Antidiare
Adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi
terjadinya diare. Pembagian obat antidiare adalah :
a. Kemoterapeutika
Untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti
antibiotika, sulfonamida, kinolon dan furazolidon.
b. Obstipansia
Untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan
beberapa cara, yakni :
- Zat-zat penekan peristaltik
- Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus
- Adsorbensia
c. Spasmolitika
Yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang kejang otot yang sering
kali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan
oksifenonium

7. Antiemetika
Adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah.
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Antikolinergika
Contohnya skopolamin dan antihistaminika (siklizin, meklizin, sinarizin,
prometazin, dan dimenhidrinat). Obat-obat ini efektif terhadap segala
jenis muntah dan banyak digunakan pada mabuk darat dan mual
kehaminla (antihistaminika).
b. Antagonis Dopamin
Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek samping
obat. Contoh obatnya : propulsiva (prokinetika), derivat fenotiazin,
derivat butirofenon.
c. Antagonis Serotinin
Contohnya : granisetron, ondansetron, dan tropisetron.
d. Kortikosterioda
Contohnya : deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang
diakibatkan oleh sitostatika.
e. Benzodiazepin
Mempengaruhi sistem kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi
frekuensi dan hebatnya emesis melainkan memperbaiki sikap pasien
terhadap peristiwa muntah.
f. Kanabinoida
Contohnya : marihuana, THC = Tetrahidricanabinol = dronabinol). Efektif
pada dosis tinggi sitostatika

D. MEKANISME KERJA
1. Antasida

Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga


berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak
mengurangi volume HCL yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian
pH akan menurunkan aktivitas pepsin. Umumnya antasida merupakan
basa lemah. Senyawa oksi alumunium sukar untuk meninggikan pH
lambung lebi dari 4, sedangkan basa yang lebih kuat seperti magnesium
hidroksida secara teoritis apat meninggikan pH sampai 9, tetapi
kenyataannya tidak terjadi. Semua antasida meningkatkan produksi HCL
berdasarkan kenaikan pH yang meningkatkan aktivitas gastrin.
Antasida dibagi kedalam dua golongan yaituantasida sistemik dan
antaasida non sistemik. Antasida sistemik misalnya natrium bikarbonat,
diabsorbsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat
alkalis. Pada pasien dengan kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis
metabolik.kronik natrium bikarbonat memudahkannefrotiliasis fosfat.
Antaida non sistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak
menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antasida non sistemik ialah
sediaan magnesium, aluminium dan kalsium.

2. Obat penghambat sekresi asam lambung

Obat berikut ini diindikasi untuk tukak peptik karena dapat


menghambat sekresi asam lambung, yaitu antihistamin H2,
antimuskarinik, penghambat proton dan misoprostol
Penghambat pompa proton merupakan penghambat sekresi asam
lambung lebih kuar dari AH2. Obat ini bekerja di terakhir peoses asam
lambung, lebih distal dari AMP. Pada obat misoprostol, suatu analog
metil ester prostaglandi E1. Obat ini berefek menghambat sekresi HCL
dan bersifat sitoprotektif untuk mencegah tukak saluran cerna yang
diinduksi obat-obat AINS. Obat ini menyembuhkan tukak lambung dan
duodenum, efeknya berbeda bermakna dibanding plasebo dan
sebanding dengan simetidin. Misoprostol menyembuhkan tukak
duodenum yang telah refrakter terhadap AH2.

3. Obat yang mempertahankan mukosa lambung

Obat yang mempertahankan mukosa lambung contohnya sukralfat.


Senyawa alumunium sukrosa ini membentuk polimer mirip lem dalam
suasana asam ddan terikat pada jaringan nekrotik tukak secara
selektif. Sukralfat hampir tidak diabsorbsi secara sistemik. Obat yang
bekerja ebagai sawar terhadap HCL dan pepsin ini terutama efektif
terhadap tukak duodenum. Kaarenaa suasana asam perlu untuk
mengaktifkan obat ini, pemberiaan bersama AH2 atau antasida
menurunkan biovailabiitas.

4. Obat penguat motilitas

Obat ini juga dinamakn prokinetika atau propulsiva dan berdaya


antiemetik serta antagonis dopamin. Gerakan peristaltik lambung dan
usus duabelas jari dihambat oleh neurotransmiter dopamin. Efek ini
ditiadakan oleh antagonis-antagonis tersebut dengan jalan menduduki
reseptor DA yang banyak terdapat disaluran cerna dan otak.
Penggunaan antiemetik tersebut pada gangguan lambung adalah
kaarena pengaruh memperkuat motilitas lambung yang diperkirakan
terganggu. Dengan demikian pengaliran kembali empedu dan enzim-
enzim pencernaan dari duodenum kejurusan lambung tercegah. Tukak
tidak dirangsang lebih lanjut dan dapat sembuh dengan lebih cepat.

5. Obat penenang

Sudah lama diketahui bahwa stres emosional membuat penyakit


tukak lambung bertambah parah, sedangkan pada waktu serangan akut
biasanya timbul kegelisahan dan kecemasan pada penderita. Guna
mengatasi hal-hal tersebut, penderita sering kali diterapi dengan
antasida disertai tambahan obat penenang seperti oksazepam

A. TABEL INTERAKSI OBAT


Nama Nama
No Mekanisme obat A Mekanisme Obat B Interaksi
Obat A Obat B

Antagonis reseptor Cisapride


Memicu produksi asam
1 Cisapride Alkohol serotonin yang meningkatkan
lambung secara berlebihan
menstimulasi motilitas pengosongan
saluran cerna dengan lambung dan
cara meningkatkan meningkatkan
tekanan sphincter level alkohol
esophagus bawah dan dalam serum
meningkatkan bersihan
asam esophagus.

Antagonis reseptor
serotonin yang
Menekan secara langsung
menstimulasi motilitas Cisapride
sel T helper subsets dan
saluran cerna dengan meningkatkan
menekan secara umum
2 Cisapride Siklosporin cara meningkatkan AUC dan level
produksi limfokin-
tekanan sphincter siklosporin dalam
limfokin, menekan
esophagus bawah dan serum
produksi interferon,
meningkatkan bersihan
asam esophagus.

Antagonis reseptor
serotonin yang
menstimulasi motilitas
Bekerja pada sistem Cisapride
saluran cerna dengan
GABA dengan mempercepat
3 Cisapride Diazepam cara meningkatkan
memperkuat fungsi absorpsi dari
tekanan sphincter
hambatan neuron GABA diazepam
esophagus bawah dan
meningkatkan bersihan
asam esophagus.

Morfin memperlihatkan
Antagonis reseptor
efek utamanya dengan
serotonin yang Cisapride
berinteraksi dengan
menstimulasi motilitas meningkatkan
reseptor opioid pada SSP
saluran cerna dengan peak level morfin
dan saluran cerna. Opioid
4 Cisapride Morfin cara meningkatkan dalam serum tapi
menyebabkan
tekanan sphincter tidak
hiperpolarisasi sel saraf,
esophagus bawah dan mempengaruhi
dan penghabatan
meningkatkan bersihan efek morfin
presinnaptik pelepasan
asam esophagus.
transmiter.

Antagonis reseptor Memblok kanal Ca type-L Cisapride


serotonin yang hambat influk Ca ke meningkatkan
menstimulasi motilitas intraselkadar Ca intrasel level nifedipine
saluran cerna dengan *kontraktilitas sel dengan
5 Cisapride Nifedipine
cara meningkatkan otot polosvaskular peningkatan efek
tekanan sphincter vasodilatasi resistensi nifedipine dan
esophagus bawah dan perifer *pd otot jantung peningkatan
meningkatkan bersihan kontraktilitas, HR absorpsi
asam esophagus.

Menghambat produksi Membentuk kompleks Peningkatan


asam dengan yang stabil dengan DNA clearance non-
berkompetisi secara dependent RNA renal dari
6 Cimetidine Rifampicin reversibel untuk polymerase menyebabkan cimetidine hingga
mengikat H2-reseptor penghambatan 50% karena
pada membran pembentukan rantai pada induksi enzim oleh
basolateral sel parietal sintesis RNA rifampicin

Menginduksi
Mengontrol sekresi
sitokrom P450
asam lambung dengan Menghasilkan radikal
isoenzim
menghambat pompa bebas berinti karbon
CYP2C19
7 Omeprazole Artemisinin proton yang dimana parasit malaria
sehingga
mentranspor ion H+ sensitif terhadap radikal
meningkatkan
keluar dari sel parietal bebas ini
metabolisme dari
lambung
omeprazole

Mengontrol sekresi
Meningkatkan
asam lambung dengan Menghambat sistem
level omeprazole
menghambat pompa protein bakteri dan terikat
dalam serum
8 Omeprazole Claritomicin proton yang pada sub unit ribosom 50s
sebanyak 2 kali
mentranspor ion H+ mikroorganisme yang
lebih banyak tanpa
keluar dari sel parietal sensitif
mengubah efeknya
lambung

Mengontrol sekresi
asam lambung dengan Meningkatkan aktivitas
menghambat pompa serotonin melalui inhibisi Omeprazole
9 Omeprazole Escitalopram proton yang selektif re-uptake meningkatkan
mentranspor ion H+ serotonin pada membran level escitalopram
keluar dari sel parietal neuronal
lambung

Co-Trimoxazole
Menghambat sintesis asam
Menghambat motilitas/ menginhibisi
folat dan pertumbuhan
peristaltik usus dengan metabolisme
mikroorganisme dengan
Co- mempengaruhi secara Loperamide
10 Loperamide menghambat susunan
Trimoxazole langsung otot sirkular sehingga terjadi
asam dihidrofolat dari
dan longitudinal peningkatan level
asam paraamino benzen
dinding usus Loperamide dalam
(PABA)
plasma

Menghambat motilitas/ Menghambat kerja enzim Ritonavir


11 Loperamide Ritonavir peristaltik usus dengan protease HIV yang meningkatkan
mempengaruhi secara dibutuhkan untuk level Loperamide
langsung otot sirkular membuat virus baru dalam plasma
dan longitudinal
dinding usus

Omeprazol
meningkatkan
Merangsang sekresi Mengontrol sekresi asam
penyerapan dan
prostaglandin atau lambung dengan
bioavailabilitas
Tripotassium bikarbonat mukosa menghambat pompa
12 Omeprazole bismut dari
dicitratobismuthate yang menyebabkan proton yang mentranspor
tripotassium
efek toksik langsung ion H+ keluar dari sel
dicitratobismuthate
pada H.pylori lambung parietal lambung
dan bismut
biskalcitrate

Menghambat sekresi asam


lambung basal dan
nocturnal melalui
penghambatan kompetitif
Merangsang sekresi terhadap kerja histamine
Ranitidin
prostaglandin atau pada reseptor H2 di sel-sel
meningkatkan
Tripotassium bikarbonat mukosa parietal.
13 Ranitidin penyerapan bismut
dicitratobismuthate yang menyebabkan Ranitidine juga
dari tripotassium
efek toksik langsung menghambat sekresi asam
dicitratobismuthate
pada H.pylori lambung lambung yang dirangsan
oleh makanan, betazole,
penttagastrin, kafein,
insulin, dan reflek vagal
fisiologis

menetralkan asam
pHv lambung
lambung sehingga
meurun, sehingga
14 Antasida Fe berguna untuk
jumalah absorpsi
menghilangkan nyeri
obat B meningkat
tukak peptik

Obat A
memperpanjng
waktu
bekerja menyekat
mengendalikan kadar pengosongan
reseptor muskarinik
dopamin substansia nigra, lambung
yang
15 Antikolinergik Levodopa di dalam neuron tsb bioavaibilitas obat
menyebabkanhambatan
levodopa akan berkonversi B menurun (karena
semua fungsi
menjadi dopamin meningkatnnya
muskarinik
pembentukan
dopamine oleh
enzim dopa
karboksilase di
mukosa saluran
cerna)

menetralkan asam Mengasetilasi enzim Kelarutan obat B


lambung sehingga siklooksigenase dan (obat-obat asam)
16. Antasida Aspirin berguna untuk menghambat meningkat
menghilangkan nyeri pembentukan enzyme absorpi obat B
tukak peptik siklik endoperoxides meningkat

Kation
monovalen
Terbentuk kelat
(Ca2+, Mg2+,
Menghambat proses yang tidak dapat
Al3+ dalam
sintesis protein dari diabsorpsi
17 Tetrasiklin antacid,
bakteri yang sehingga jumlah
Ca2+dalam
menyerang tubuh obat A dan
susu,
Fe2+menurun
Fe2+ dalam
sediaan besi

hambatan terhadap Obat A


enzim siklooksigenase memperpendek
Metoclopramid, (COX: cyclooxigenase), waktu
18 laksans, Mg parasetamol dan penelitian terbaru pengosongan
(OH)2 dalam antasid menunjukkan bahwa lambung
obat ini lebih selektif mempercepat
menghambat COX-2 absorpsi obat B

B. CONTOH OBAT DI PASARAN


1. Lexapro
Komposisi : Escitalopram
2. Protop, Pumpitor, Norsec, Lambuzole, Loklor, Losec, OMZ,
Prilos, Socid, Contral, Dudencer, Opm, Onic, Promezol,
Stomacer, Prohibit, Ulzol, Zollocid,
Zepral, Lokev, Meisec, Omevell, Ozid
Komposisi : Omeprazole
3. Stesolid, Valium, Validex dan Valisanbe
Komposisi: Diazepam
4. Imodium, Bidium , Diadium, dan Midix
Komposisi : Loperamide
5. Aldin, Anitid, Chopintac, Fordin , Gastridin, Hexer, Radin,
Rancus, Ranin, Ranticid, Rantin, Ratinal, Ranatac, Tricker,
Ulceranin, Wiacid, Xeradin, Zantac, Zantadin, Zantifar,
Zumaran
Komposisi : Ranitidin
1. Bactrim, Kaftrim, Inatrim, Primadex, Sanprima, Triminex
Komposisi : Trimethoprim, Sulfamethoxazole
2. Biaxin
Komposisi : Clarithromycin
3. Cimetidine Hexpharm, Cimetidine Prafa, Corsamed, Licomed,
Tagamed, Tidifar, Ulcedine, Ulcumed, Ulcusan, Ulsikur,
Xepamed
Komposisi : Cimetidine
4. Adalat, Adalat Oros, Adalat Retard, Calcianta, Carvas,
Cordalat, Coronipin, Farmalat, Fedipin, Infacard, Kemolat,
Nifecard, Nifedin, Niprocor, Vasdalat, Vasoner, Xepalat,
Zendalat
Komposisi : Nifedipine
5. Antasida Doen
Komposisi : aluminium Hidroksida
11. Metromid, Lexapram,Impram, Mepramide
Komposisi : Metoklopramida HCl

DAFTAR PUSTAKA

Estuningtyas, A. Dan Arif, A. (2007). Obat Lokal. Dalam buku: Farmakologi dan
Terapi. Edisi lima, Editor: Sulistia Gan Gunawan. Jakarta : Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hal: 517-526.
Gapar, R.S.( 2003). Interaksi Obat Beta Blocker dengan Obat Obat lain,
jurnal penelitian, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara. Medan.

ISFI.(2011). Informasi Spesialte Obat (ISO), Volume 26.

Nah, Y. K. (2007). Interaksi Obat yang Penting di Klinik. Meditek, Vol. 15 No. 39,
Januari-April 2007. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta Barat

Setiawati, A. (2007). Interaksi Obat. Dalam buku: Farmakologi dan Terapi. Edisi
lima, Editor: Sulistia Gan Gunawan. Jakarta : Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 862-865.

Tan, H.T. (2002). Obat-Obat Penting Edisi Kelima. Jakarta. PT.Elex Media
Komputindo. Halaman 667-670
Interaksi Obat secara Farmakokinetika :
a. Interaksi Dalam Mekanisme Absorbsi
obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran cerna ke dalam
sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi selama obat melewati
saluran cerna. Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun aktif, di
mana sebagian besar obat diabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat
dari daerah dengan kadar tinggi ke daerah dengan kadar obat yang lebih rendah.
Pada transport aktif terjadi perpindahan obat melawan gradien konsentrasi
(contohnya ion-ion dan molekul yang larut air) dan proses ini membutuhkan energi.
Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara tansport pasif. Obat
dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel,
sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi. Di
bawah kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat absorbsi
biasanya sempurna. Bila kecepatan absorpsi berubah, interaksi obat secara
signifikan akan lebih mudah terjadi, terutama obat dengan waktu paro yang pendek
atau bila dibutuhkan kadar puncak plasma yang cepat untuk mendapatkan efek.
Mekanisme interaksi akibat gangguan absorpsi antara lain :
1. Kompleksasi dan adsorbsi (interaksi langsung)
Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar
senyawa obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat
mengalami penurunan kecepatan absorpsi. Interaksi ini dapat dihindarkan bila obat
yang berinteraksi diberikan dalam jangka waktu minimal 2 jam.
Interaksi langsung :

OBAT A OBAT B EFEK INTERAKSI

Tetrasiklin Antasida (mengandung ion logam) Susu Terbentuk kelat tak terabsobsi. Absorbsi tetrasiklin

bermineral (mengandung logam) dan logam tertentu (Fe2+) berkurang

Levodopa FeSO4 Terbentuk kompleks kelat, absorbsi levodopa

berkurang
Digoksin, Kolestiramin, kortikosteroid, tiroksin Pengikatan obat A oleh obat B, absorbsi obat A

Digitoksin berkurang

Digoksin, Kaolin-pektin Sda

Linkomisin

Rifampisin Bentonit (bahan pengisi tablet) Sda

2. Perubahan pH saluran pencernaan


pH cairan saluran cerna mempengaruhi laju absorbsi obat yang bersifat
asam atau basa lemah.Pada pH cairan saluran cerna yang alkalis obat asam
terionisasi, kurang terabsorbsi, misalnya akibat adanya antasid, akan meningkatkan
kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam saluran cerna, misalnya
aspirin. Dengan demikian dipercepatnya disolusi aspirin oleh basa akan
mempercepat absorpsinya. Akan tetapi, suasana alkalis di saluran cerna akan
mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat basa (misalnya tetrasiklin) dalam
cairan saluran cerna, sehingga mengurangi absorpsinya. Berkurangnya keasaman
lambung oleh antasida akan mengurangi pengrusakan obat yang tidak tahan asam
sehingga meningkatkanbioavailabilitasnya.Ketokonazol yang diminum per oral
membutuhkan medium asam untuk melarutkan sejumlah yang dibutuhkan sehingga
tidak memungkinkan diberikan bersama antasida, obat antikolinergik, penghambatan
H2, atau inhibitor pompa proton (misalnya omeprazol). Jika memang dibutuhkan,
sebaiknya abat-obat ini diberikan sedikitnya 2 jam setelah pemberian ketokonazol.

OBAT A OBAT B EFEK INTERAKSI

NaHCO3 Aspirin pH lambung asam, kecepatan absorbsi


aspirin meningkat
NaHCO3 Tetrasiklin pH lambung turun, tetrasiklin kurang
larut, absorbsi berkurang

H2-bloker (hambat Ketokonazol (asam Kelarutan ketokonazol berkurang,


sekresi asam lemah) absorbsi berkurang
lambung)

3. Perubahan motilitas atau laju pengosongan lambung


Usus halus adalah tempat absorbsi utama untuk semua obat termasuk obat
bersifat asam. Disini absorbsi terjadi jauh lebih cepat dari pada di lambung. Oleh
karena itu, makin cepat obat sampai di usus halus, makin cepat pula absorbsinya.
Kecepatan pengosongan lambung biasanya hanya mempengaruhi kecepatan
absorbsi tanpa mempengaruhi jumlah obat yang diabsorbi. Ini berarti, kecepatan
pengosongan lambung biasanya hanya mengubah tinggi kadar puncak dan waktu
untuk mencapai kadar tersebut tanpa mengubah bioavailibilitas obat. Karena
kapasitas metabolisme dinding usus halus lebih terbatas dibandingkan kapasitas
absorbsinya, maka makin cepat obat ini sampai di usus halus, makin tinggi
bioavailibilitanya.

OBAT A OBAT B EFEK INTERAKSI


Antikolinergik Parasetamol Obat A memperlambat
Antidepresi trisiklik Diazepam obat B keluar dari
Analgesik narkotik Fenilbutazon lambung, absorbsi B terhambat
Propranolol
Levodopa

Antikolinergik Digoksin Obat A memperlama transit di usus,


absorbsi B meningkat

Metoklopramid Parasetamol Obat A mempercepat obat B keluar


Diazepam dari lambung, absorbsi B cepat
Fenilbutazon
Propranolol

Penghambatan enzim pencernaan


Obat-obat atau makanan tertentu dapat mempengaruhi sistem transpor enzim
sehingga mempengaruhi absorbsi obat-obat spesifik pada usus. Alopurinol dan
sediaan atau makanan yang mengandung besi tidak boleh diberikan secara
bersamaan karena alopurinol memblok sistem enzim yang mencegah absorbsi besi.
Kelebihan absorbsi dan kelebihan muatan besi pada pasien dapat terjadi sehingga
menyebabkan hemosiderosis (deposit hematin yang tidak larut di dalam jaringan).
Asam folat pada umumnya terdapat di dalam makanan
dalam bentuk poliglutamat yang sukar terabsorbsi. Agar absorbsi
mudah ter-jadi, maka poliglutamat itu harus diubah menjadi
turunannya yang mu-dah terabsorbsi, yaitu folat. Perubahan ini
dikatalisis oleh enzim konjugase di dalam usus. Fenomena interaksi
ditemukan pada pasien yang mengalami anemia akibat kekurangan
asam folat setelah diberi fenitoin. Berdasarkan hal ini disimpulkan
bahwa fenitoin menghambat aktivitas enzim konjugase yang
mengubah poliglutamat menjadi asam folat.
Perubahan flora saluran pencernaan
Flora normal usus berperanan antara lain untuk :
o sintesis vitamin K
o memecah sulfasalsin menjadi bagian-bagian yang aktif yaitu
sulfapiridin dan 5-amino salisilat
o metabolisme obat-obat tertentu seperti levodopa dan digoksin
o hidrolisis glukuronida yang dieks-kresi melalui empedu sehingga
memperpanjang kerja obat-obat tertentu seperti kontrasepsi oral.
Obat-obat yang dapat mempengaruhi flora saluran pencernaan
adalah antimikroba, khususnya antibakteri. Pemberian antibakteri
spek-trum luas akan mengubah atau menekan flora normal
sehingga meng-akibatkan :
o meningkatnya aktivitas antikoagulan oral (antagonis Vitamin K)
yang diberikan bersamaan
o menurunnya efektivitas sulfasalasin
o meningkatnya bioavailabilitas levo-dopa dan digoksin
o menurunnya efektivitas kontrasepsi oral.
Interaksi farmakokinetik
1. Absorpsi
Obat-obat yang digunakan secara oral bisaanya diserap dari saluran cerna ke dalam
sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi selama obat melewati saluran
cerna.
Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar obat
diabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar tinggi ke
daerah dengan kadar obat yang lebih rendah. Pada transport aktif terjadi perpindahan obat
melawan gradien konsentrasi (contohnya ion-ion dan molekul yang larut air) dan proses ini
membutuhkan energi. Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara
tansport
pasif. Obat dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel,
sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi. Di bawah
kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat absorpsinya biasanya
sempurna.
Bila kecepatan absorpsi berubah, interaksi obat secara signifikan akan lebih mudah
terjadi, terutama obat dengan waktu paro yang pendek atau bila dibutuhkan kadar puncak
plasma
yang cepat untuk mendapatkan efek. Mekanisme interaksi akibat gangguan absorpsi antara
lain :
a. Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen saluran cerna sebelum absorpsi
dapat mengganggu proses absorpsi. Interaksi ini dapat dihindarkan atau sangat dikuangi
bila obat yang berinteraksi diberikan dalam jangka waktu minimal 2 jam.
b. Perubahan pH saluran cerna
Cairan saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat adanya antasid, akan meningkatkan
kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam saluran cerna, misalnya aspirin.
Dengan demikian dipercepatnya disolusi aspirin oleh basa akan mempercepat absorpsinya.
Akan tetapi, suasana alkalis di saluran cerna akan mengurangi kelarutan beberapa obat
yang bersifat basa (misalnya tetrasiklin) dalam cairan saluran cerna, sehingga mengurangi
absorpsinya. Berkurangnya keasaman lambung oleh antasida akan mengurangi
pengrusakan obat yang tidak tahan asam sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya.
Ketokonazol yang diminum per oral membutuhkan medium asam untuk melarutkan
sejumlah yang dibutuhkan sehingga tidak memungkinkan diberikan bersama antasida,
obat antikolinergik, penghambatan H
2
, atau inhibitor pompa proton (misalnya omeprazol).
Jika memang dibutuhkan, sebaiknya abat-obat ini diberikan sedikitnya 2 jam setelah
pemberian ketokonazol.
c. pembentukan senyawa kompleks tak larut atau khelat, dan adsorsi
Interaksi antara antibiotik golongan fluorokinolon (siprofloksasin, enoksasin,
levofloksasin, lomefloksasin, norfloksasin, ofloksasin dan sparfloksasin) dan ion-ion
divalent dan trivalent (misalnya ion Ca
2+
, Mg
2+
dan Al
3+
dari antasida dan obat lain) dapat
menyebabkan penurunan yang signifikan dari absorpsi saluran cerna, bioavailabilitas dan
efek terapetik, karena terbentuknya senyawa kompleks. Interaksi ini juga sangat
menurunkan aktivitas antibiotik fluorokuinolon. Efek interaksi ini dapat secara signifikan
dikurangi dengan memberikan antasida beberapa jam sebelum atau setelah pemberian
fluorokuinolon. Jika antasida benar-benar dibutuhkan, penyesuaian terapi, misalnya
penggantian dengan obat-pbat antagonis reseptor H
2
atau inhibitor pompa proton dapat
dilakukan.
Beberapa obat antidiare (yang mengandung atapulgit) menjerap obat-obat lain,
sehingga menurunkan absorpsi. Walaupun belum ada riset ilmiah, sebaiknya
interval
pemakaian obat ini dengan obat lain selama mungkin.
d. Obat menjadi terikat pada sekuestran asam empedu (BAS : bile acid sequestrant)
Kolestiramin dan kolestipol dapat berikatan dengan asam empedu dan mencegah
reabsorpsinya, akibatnya dapat terjadi ikatan dengan obat-obat lain terutama yang bersifat
asam (misalnya warfarin). Sebaiknya interval pemakaian kolestiramin atau kolestipol
dengan obat lain selama mungkin (minimal 4 jam).
e. Perubahan fungsi saluran cerna (percepatan atau lambatnya pengosongan
lambung,
perubahan vaksularitas atau permeabilitas mukosa saluran cerna, atau kerusakan mukosa
dinding usus).
Contoh-contoh interaksi obat pada proses absorpsi dapat dilihat pada tabel berikut:
Obat yang
dipengaruhi
Obat yang mempengaruhi Efek interaksi
Digoksin
Metoklopramida
Propantelin
Absorpsi digoksin dikurangi
Absorpsi digoksin ditingkatkan (karena perubahan
motilitas usus)
Digoksin
Tiroksin
Warfarin
Kolestiramin
Absorpsi dikurangi karena ikatan dengan
kolestiramin
Ketokonazol
Antasida
Penghambat H
2
Absorpsi ketokonazol dikurangi karena disolusi
yang berkurang
Penisilamin
Antasida yang mengandung Al
3+
,
Mg
2+
, preparat besi, makanan
Pembentukan khelat penisilamin yang kurang larut
menyebabkan berkurangnya absorpsi penislinamin
Penisilin Neomisin Kondisi malabsorpsi yang diinduksi neomisin
Antibiotik
kuinolon
Antasida yg mengandung Al
3+
,Mg
2+
,
Fe
2+
, Zn, susu
Terbentuknya kompleks yang sukar terabsorpsi
Tetrasiklin
Antasida yang mengandung Al
3+
,
Mg
2+
, Fe
2+
, Zn, susu
Terbentuknya kompleks yang sukar terabsorpsi
Di antara mekanisme di atas, yang paling signifikan adalah pembentukan kompleks tak
larut, pembentukan khelat atau bila obat terikat resin yang mengikat asam empedu. Ada juga
beberapa obat yang mengubah pH saluran cerna (misalnya antasida) yang mengakibatkan
perubahan bioavailabilitas obat yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai