D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
A. PENDAHULUAN
B. PENGERTIAN
Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut
saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran berotot yang
memanjang mulai dari mulut sampa ke anus. Pada prinsipnya fungsi
utama sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke sel-sel
tubuh yang diperoleh melalui proses Ingestion yang terjadi pada saat
mulai intake makanan masuk kedalam mulut, Digestion dimana peristiwa
mencerna makanan dimulai dalam lambung dan usus
halus dan Absorption yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga
dalam usus besar. Proses eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil
pencernaan.
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ
beserta kelenjar yang terkati dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sedangkan organ-
organ yang berhubungan adalah hati, pankreas, dan kandung empedu.
Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang
diberikan secara bersamaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan.
Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses absorpsi
obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang
merupakan bagian dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya
interaksi obat lainnya, interaksi gastrointestinal juga ada yang
menguntungkan dan ada yang membahayakan.
Secara garis besar interaksi ini dapat menjadi menjadi 2
golongan yaitu:
Interaksi antara obat-obat
Interaksi antara obat makanan
Faktor atau kerja terjainya interaksi obat dalam gastrointertinal
a. Interaksi Langsung
Yaitu interaksi secara fisiki / kimia antara obat dalam lumen saluran
cerna sebelum diabsorpsi,sehingga mengganggu proses absopsi.
b. Perubahan Ph cairan saluran cerna
Perubahan Ph pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelaruan
dan absopsi obat-obat yang bersifat asam atau basa
Misalnya : Pemberian Natrium bikarbonat bersamaan dengan aspirin
akan meningkatkan disolusi aspirin,sehingga absorpsinya juga
meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.
c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus
(motilitas saluran cerna)
Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh
lebih cepat dibandinkan di lambung. Oelh karena itu makin cepat obat
sampai ke usus makamakin cepat juga diabsorpsi. Obat-obat yang
memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat
absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan dan begitu juga
sebaliknya obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung
akan memperlambat absorpsi obat lain.
Contoh : Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi parasetamol,
diazepam dan propanolo dan obat antikolinergik, antidepresi trisiklik,
beberapa antihistamin antacid gram Al dan analgetik narkotik akan
memperlambat absorpsi obat lain.
C. PEMBAGIAN OBAT-OBATAN
Dibagi menjadi 6 kelompok yaitu :
1. Antasida
Adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna
untuk nyeri tukak peptik. Antasida dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Antasida sistemik
Contohnya : natrium bikarbonat
b. Antasida non sistemik
Contohnya : aluminium Hidroksida, Magnesium Hidroksida, Kalsium
Karbonat, Magnesium Trisilikat
4. Digestan
Adalah obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini bermanfaat
pada defisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di
saluran cerna. Contohnya : enzim pankreas, dan empedu
5. Laksansia
Adalah zat-zat yang menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai
refleks dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan
demikian menyebabkan atau mempermudah buang air besar atau
(defekasi) dan meredakan sembelit. Laksansia dibagi berdasarkan atas
farmakologi dan sifat kimiawinya yaitu :
a. Laksansia Kontak
Contoh : derivat-derivat antrakinon (Rhammus = Cascara sagrada,
senna, rhei), derivat-derivat difenilmetan (bisakodil, pikosulfat,
fenolftalein), dan minyak kastor. Zat-zat ini merangsang secara langsung
dinding usus dengan akibat peningkatanperistaltik dan pengeluaran isi
usus dengan cepat.
b. Laksansia Osmotik
Contohnya : magnesium sulfat/sitrat dan natrium sulfat, gliserol,
manitol, sorbitol, laktulosa, dan laktitol. Senyawa-senyawa ini
berkahasiat mencahar berdasarkan lambat absorpsinya oleh usus,
sehingga menarik air dari luar usus melalui dinding ke dalam usus oleh
proses osmosa.
c. Zat-Zat Pembesar Volume
Contohnya : zat-zat lendir (agar-agar, metilselulosa, dan CMC), dan zat-
zat nabati Psyllium, Gom Sterculia dan katul. Semua senyawa
polisakarida ini sukar dipecah dalam usus dan tidak diserap
(dicernakan).
d. Zat-Zat Pelicin dan Emollientia
Contohnya : natrium docusinat, natriumlauril-sulfo-asetat, dan parafin
cair. Kedua zat pertama memiliki aktivitas permukaan (detergensia) dan
mempermudah defekasi, karena melunakkan tinja dengan jalan
meningkatkan penetrasi air ke dalamnya. Parafin melicinkan penerusan
tinja dan bekerja sebagai bahan pelumas
6. Antidiare
Adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi
terjadinya diare. Pembagian obat antidiare adalah :
a. Kemoterapeutika
Untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti
antibiotika, sulfonamida, kinolon dan furazolidon.
b. Obstipansia
Untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan
beberapa cara, yakni :
- Zat-zat penekan peristaltik
- Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus
- Adsorbensia
c. Spasmolitika
Yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang kejang otot yang sering
kali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan
oksifenonium
7. Antiemetika
Adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah.
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Antikolinergika
Contohnya skopolamin dan antihistaminika (siklizin, meklizin, sinarizin,
prometazin, dan dimenhidrinat). Obat-obat ini efektif terhadap segala
jenis muntah dan banyak digunakan pada mabuk darat dan mual
kehaminla (antihistaminika).
b. Antagonis Dopamin
Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek samping
obat. Contoh obatnya : propulsiva (prokinetika), derivat fenotiazin,
derivat butirofenon.
c. Antagonis Serotinin
Contohnya : granisetron, ondansetron, dan tropisetron.
d. Kortikosterioda
Contohnya : deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang
diakibatkan oleh sitostatika.
e. Benzodiazepin
Mempengaruhi sistem kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi
frekuensi dan hebatnya emesis melainkan memperbaiki sikap pasien
terhadap peristiwa muntah.
f. Kanabinoida
Contohnya : marihuana, THC = Tetrahidricanabinol = dronabinol). Efektif
pada dosis tinggi sitostatika
D. MEKANISME KERJA
1. Antasida
5. Obat penenang
Antagonis reseptor
serotonin yang
Menekan secara langsung
menstimulasi motilitas Cisapride
sel T helper subsets dan
saluran cerna dengan meningkatkan
menekan secara umum
2 Cisapride Siklosporin cara meningkatkan AUC dan level
produksi limfokin-
tekanan sphincter siklosporin dalam
limfokin, menekan
esophagus bawah dan serum
produksi interferon,
meningkatkan bersihan
asam esophagus.
Antagonis reseptor
serotonin yang
menstimulasi motilitas
Bekerja pada sistem Cisapride
saluran cerna dengan
GABA dengan mempercepat
3 Cisapride Diazepam cara meningkatkan
memperkuat fungsi absorpsi dari
tekanan sphincter
hambatan neuron GABA diazepam
esophagus bawah dan
meningkatkan bersihan
asam esophagus.
Morfin memperlihatkan
Antagonis reseptor
efek utamanya dengan
serotonin yang Cisapride
berinteraksi dengan
menstimulasi motilitas meningkatkan
reseptor opioid pada SSP
saluran cerna dengan peak level morfin
dan saluran cerna. Opioid
4 Cisapride Morfin cara meningkatkan dalam serum tapi
menyebabkan
tekanan sphincter tidak
hiperpolarisasi sel saraf,
esophagus bawah dan mempengaruhi
dan penghabatan
meningkatkan bersihan efek morfin
presinnaptik pelepasan
asam esophagus.
transmiter.
Menginduksi
Mengontrol sekresi
sitokrom P450
asam lambung dengan Menghasilkan radikal
isoenzim
menghambat pompa bebas berinti karbon
CYP2C19
7 Omeprazole Artemisinin proton yang dimana parasit malaria
sehingga
mentranspor ion H+ sensitif terhadap radikal
meningkatkan
keluar dari sel parietal bebas ini
metabolisme dari
lambung
omeprazole
Mengontrol sekresi
Meningkatkan
asam lambung dengan Menghambat sistem
level omeprazole
menghambat pompa protein bakteri dan terikat
dalam serum
8 Omeprazole Claritomicin proton yang pada sub unit ribosom 50s
sebanyak 2 kali
mentranspor ion H+ mikroorganisme yang
lebih banyak tanpa
keluar dari sel parietal sensitif
mengubah efeknya
lambung
Mengontrol sekresi
asam lambung dengan Meningkatkan aktivitas
menghambat pompa serotonin melalui inhibisi Omeprazole
9 Omeprazole Escitalopram proton yang selektif re-uptake meningkatkan
mentranspor ion H+ serotonin pada membran level escitalopram
keluar dari sel parietal neuronal
lambung
Co-Trimoxazole
Menghambat sintesis asam
Menghambat motilitas/ menginhibisi
folat dan pertumbuhan
peristaltik usus dengan metabolisme
mikroorganisme dengan
Co- mempengaruhi secara Loperamide
10 Loperamide menghambat susunan
Trimoxazole langsung otot sirkular sehingga terjadi
asam dihidrofolat dari
dan longitudinal peningkatan level
asam paraamino benzen
dinding usus Loperamide dalam
(PABA)
plasma
Omeprazol
meningkatkan
Merangsang sekresi Mengontrol sekresi asam
penyerapan dan
prostaglandin atau lambung dengan
bioavailabilitas
Tripotassium bikarbonat mukosa menghambat pompa
12 Omeprazole bismut dari
dicitratobismuthate yang menyebabkan proton yang mentranspor
tripotassium
efek toksik langsung ion H+ keluar dari sel
dicitratobismuthate
pada H.pylori lambung parietal lambung
dan bismut
biskalcitrate
menetralkan asam
pHv lambung
lambung sehingga
meurun, sehingga
14 Antasida Fe berguna untuk
jumalah absorpsi
menghilangkan nyeri
obat B meningkat
tukak peptik
Obat A
memperpanjng
waktu
bekerja menyekat
mengendalikan kadar pengosongan
reseptor muskarinik
dopamin substansia nigra, lambung
yang
15 Antikolinergik Levodopa di dalam neuron tsb bioavaibilitas obat
menyebabkanhambatan
levodopa akan berkonversi B menurun (karena
semua fungsi
menjadi dopamin meningkatnnya
muskarinik
pembentukan
dopamine oleh
enzim dopa
karboksilase di
mukosa saluran
cerna)
Kation
monovalen
Terbentuk kelat
(Ca2+, Mg2+,
Menghambat proses yang tidak dapat
Al3+ dalam
sintesis protein dari diabsorpsi
17 Tetrasiklin antacid,
bakteri yang sehingga jumlah
Ca2+dalam
menyerang tubuh obat A dan
susu,
Fe2+menurun
Fe2+ dalam
sediaan besi
DAFTAR PUSTAKA
Estuningtyas, A. Dan Arif, A. (2007). Obat Lokal. Dalam buku: Farmakologi dan
Terapi. Edisi lima, Editor: Sulistia Gan Gunawan. Jakarta : Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hal: 517-526.
Gapar, R.S.( 2003). Interaksi Obat Beta Blocker dengan Obat Obat lain,
jurnal penelitian, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Nah, Y. K. (2007). Interaksi Obat yang Penting di Klinik. Meditek, Vol. 15 No. 39,
Januari-April 2007. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta Barat
Setiawati, A. (2007). Interaksi Obat. Dalam buku: Farmakologi dan Terapi. Edisi
lima, Editor: Sulistia Gan Gunawan. Jakarta : Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 862-865.
Tan, H.T. (2002). Obat-Obat Penting Edisi Kelima. Jakarta. PT.Elex Media
Komputindo. Halaman 667-670
Interaksi Obat secara Farmakokinetika :
a. Interaksi Dalam Mekanisme Absorbsi
obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran cerna ke dalam
sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi selama obat melewati
saluran cerna. Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun aktif, di
mana sebagian besar obat diabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat
dari daerah dengan kadar tinggi ke daerah dengan kadar obat yang lebih rendah.
Pada transport aktif terjadi perpindahan obat melawan gradien konsentrasi
(contohnya ion-ion dan molekul yang larut air) dan proses ini membutuhkan energi.
Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara tansport pasif. Obat
dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel,
sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi. Di
bawah kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat absorbsi
biasanya sempurna. Bila kecepatan absorpsi berubah, interaksi obat secara
signifikan akan lebih mudah terjadi, terutama obat dengan waktu paro yang pendek
atau bila dibutuhkan kadar puncak plasma yang cepat untuk mendapatkan efek.
Mekanisme interaksi akibat gangguan absorpsi antara lain :
1. Kompleksasi dan adsorbsi (interaksi langsung)
Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar
senyawa obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat
mengalami penurunan kecepatan absorpsi. Interaksi ini dapat dihindarkan bila obat
yang berinteraksi diberikan dalam jangka waktu minimal 2 jam.
Interaksi langsung :
Tetrasiklin Antasida (mengandung ion logam) Susu Terbentuk kelat tak terabsobsi. Absorbsi tetrasiklin
berkurang
Digoksin, Kolestiramin, kortikosteroid, tiroksin Pengikatan obat A oleh obat B, absorbsi obat A
Digitoksin berkurang
Linkomisin