Chapter I
Chapter I
Bahasa adalah salah alat komunikasi yang sangat penting bagi setiap manusia
agar dapat mempertahankan kehidupannya. Dapat dikatakan bahwa tidak ada satu
orang manusia yang dapat mempertahankan kehidupannya bila tidak ada bahasa.
Banyak orang yang belum dapat menyadari bagaimana pentingnya bahasa bagi
manusia karena bahasa tidak dapat dilihat seperti wadah benda konkret lainnya yang
pensil, rumah, atau yang lain. Sebenarnya, bahasa itu adalah satu hal yang dapat
dilihat dengan jelas. Seorang filosof Perancis, Rene Descartes di dalam Stumpf
demikian dapat dikatakan bahwa bila seseorang tidak berpikir maka dia tidak ada,
sebab dia ada karena dia bisa berpikir dengan menggunakan otaknya. Dapat
dikatakan bahwa bahasa merupakan produk budaya dan bersumber dari proses
berpikir melalui otak. Jika bahasa tidak ada, maka manusia pun tidak ada karena tidak
dapat berpikir. Hal ini menunjukkan bahwa bila ada manusia maka bahasa pun sudah
jelas ada. Selanjutnya, dapat juga disadari bahwa untuk melakukan suatu kegiatan
yang sangat mudah ataupun sangat kecil, seseorang harus menggunakan otak dan
bahasa, misalnya ketika seseorang bermimpi pun memakai bahasa. Tanpa kehadiran
bahasa dalam mimpi tersebut maka mimpi pun tidak bisa terjadi.
14
Universitas Sumatera Utara
Ullman (2006:235) berkata,Language is rooted in the biology of the brain.
Sesuai pernyataan Ullman dan Descartes bahwa bahasa dan otak dua hal yang tidak
dapat dipisahkan dan bila bahasa tidak ada maka manusia pun tidak ada.
Bahasa Karo adalah salah satu bahasa daerah yang termasuk kelompok bahasa
Austronesia Barat yang digunakan oleh masyarakat Karo secara umum. Bahasa Karo
adalah juga bahasa daerah yang penuturnya juga disebut suku Karo. Suku Karo
mayoritas berdomisili di Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat yang bukan suku Karo
beranggapan bahwa suku Karo hanya tinggal di Kabupaten Karo, tetapi masyarakat
suku Karo ada yang tinggal di Deli Serdang, dan Langkat. Di samping itu, dapat
dijumpai suku Karo yang berdomisili atau tinggal di Kabupaten Simalungun, Dairi,
Tapanuli Utara, Aceh Tenggara, dan Kodya Medan serta di tempat lain di luar daerah
Sumatera Utara.
Karo. Dapat dipastikan bahwa bahasa-bahasa yang ada di dunia ini pada mulanya
bahwa sebelum kelima bahasa-bahasa Batak menjadi lima bahasa yang berbeda satu
dengan lainnya maka dia berada dalam satu bahasa yang merupakan protobahasa
15
Universitas Sumatera Utara
sekarang ini sudah menjadi suatu protobahasa. Pada awalnya, ada satu bahasa yang
sebab di antara penuturnya sudah terjadi adanya perbedaan wicara yang selanjutnya
mendatang yang belum dapat ditetapkan kapan akan mencapai perbedaan bahasa.
Demikian juga bahasa Karo yang merupakan salah satu dari bahasa-bahasa Batak.
Bahasa-bahasa Batak ada lima, yaitu bahasa Batak Karo, Batak Mandailing, Batak
Simalungun, Batak Pakpak, dan Batak Toba. Hal ini, nama bahasa-bahasa Batak dan
penuturnya juga disebut Batak maka dapat diasumsikan bahwa bentuk protobahasa
(bahasa purba) dari bahasa-bahasa Batak itu ada. Sejak kapankah bahasa Batak sudah
menjadi protobahasa belum dapat dikethui karena belum pernah diteliti. Nadra
(2006) menjelaskan bahwa suatu bahasa akan menjadi protobhasa ketika bahasa
tersebut sudah mempunyai dialek atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
Menurut pengetahuan peneliti, belum ada ahli bahasa yang tertarik meneliti
geografi dialek bahasa Karo. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menelitinya. Di
samping itu, hal yang belum pernah diteli, berarti topik itu adalah topik baru.
this is true of nature in general: no two natuarl items are exactly alike. Such
variation does not always attract our attention, but it has its uses; Linguists
always stress the point that no speaker pronounces the same sound twice in exactly
the same ways. Seiring dengan pendapat Anttila bahwa tidak ada bahasa yang tidak
16
Universitas Sumatera Utara
mempunyai variasi, hanya tingkat perbedaan yang beraneka ragam. Untuk itu maka
diberikan suatu tabel yang merupakan ukuran dan patokan untuk menentukan tingkat
perbedaan dalam satu bahasa itu. Ayatrohaedi (1979 dan 2002) mengatakan bahwa
Meillet memberikan ciri-ciri dialek seperti perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan
dalam perbedaan. Selanjutnya, perlu juga diketahui bahwa belum ada alasan
seseorang untuk mengatakan kapan suatu dialek akan berakhir dan kapan pula suatu
bahasa dimulai.
Ada kecenderungan bahwa unsur satu bahasa bisa ditemukan berbeda yang
disebabkan oleh faktor geografisnya. Cara penulisan di dalam satu bahasa bisa saja
serupa, tetapi cara mengujarkannya bisa berbeda. Hal tersebut merupakan ciri beda
fonologis. Antara lain dapat diambil contoh beda fonologis di dalam bahasa Inggris
America. Secara umum orang Amerika untuk mengujarkan kata visit ditemukan dua
versi, yaitu [visit] dan [vwisit], untuk kata coffee diujarkan [ka:fi] dan [ko:fi], untuk
kata pot diujarkan [pot] dan [pa:t], dan lai-lain. Demikian juga di dalam bahasa Karo
ada ditemukan untuk kata padi diucapkan [pag], [pagai], dan [pagei]. Untuk bahasa
Inggris Amerika tersebut dikatakan bahwa untuk kata visit ucapan [v] adalah
koresponsi dengan [vw], untuk kata coffee [a:] adalah koresponsi dengan [o:], untuk
kata pot diucapkan ucapan [o] adalah koresponsi dengan [a:]. Dalam bahasa Karo
untuk kata padi tersebut ucapan [] mempunyai variasi [ai] dan [ei].
kalangan mayarakat Karo. Hal ini dapat diketahui dengan munculnya mata pelajaran
bahasa Karo di Sekolah Tingkat Dasar (SD) dan Sekolah Tingkat Menengah Pertama
17
Universitas Sumatera Utara
(SMP) sebagai mata pelajaran yang bersifat muatan lokal. Hal ini seiring dengan
bisa saja mengalami dua situasi, yaitu (1) menjadi bahasa baku di kalangan mayarakat
pemakai bahasa tersebut dan (2) menjadi punah. Berkenaan dengan kemungkinan
situasi tersebut dapat dilihat bahwa bahasa Karo juga sama halnya dengan bahasa
daerah lainnya yang ada di Indonesia, yaitu boleh saja mengalami hal yang serupa. Di
sini dapat dilihat bahwa bahasa Karo juga sudah berkembang sedemikian rupa
linguistik lainnya karena hasil penelitian ini akan dapat menunjukkan variasi bahasa
Karo sesuai pertumbuhan bahasa Karo di ketiga kabupaten. Penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu pedoman untuk meneliti bahasa Karo di luar daerah yang
more accurately, it is speech that does not attract attention to itself among the
18
Universitas Sumatera Utara
dapat diketahui bahwa dialek itu adalah perbedaan unsur satu bahasa disebabkan oleh
perbedaan daerah penggunanya dalam satu bahasa yang dipakai oleh sekelompok
penuturnya berbeda di suatu daerah dengan daerah lain. Perbedaan atau pun variasi
bisa saja terjadi dalam bidang fonologi leksikon. Dialek bisa saja dikaji menurut
tingkat status sosial pemakainya ataupun menurut letak geografi di mana bahasa
tersebut dipakai oleh penuturnya. Jika seseorang akan mengkaji dialek berdasarkan
status sosialnya, maka ilmu yang digunakan ialah sosiolinguistik, tetapi bila
seseorang mengkaji variasi yang terjadi dalam satu bahasa menurut geografi, maka
yang digunakan adalah geografi dialek. Kedua bidang ilmu ini termasuk ke dalam
1.2 Masalah
Indonesia karena Indonesia mempunyai ribuan pulau serta lebih tujuh ratus bahasa
daerah. Nadra (2009) menyatakan bahwa jumlah bahasa daerah di Indonesia ada
ditemukan sebnyak 700-an. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti dialek
salah satu bahasa daerah, yaitu bahasa Karo. Daerah pakai bahasa Karo tegolong luas
serta jumlah penutur bahasa Karo pun relatif banyak. Bahasa-bahasa daerah itu
sangat penting fungsinya untuk memenuhi kepentingan bangsa. Penutur asli bahasa
Karo mempunyai kesetiaan yang tinggi terhadap bahasa Karo, karena walaupun
19
Universitas Sumatera Utara
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dalam keadaan atau situasi yang tertentu.
mempunyai kepentingan dengan orang yang tidak mengerti bahasa Karo maka
Di dalam buku UUD 1945 BAB XIII pasal 32 butir 21 dinyatakan bahwa
nasional. Dengan demikian maka penelitian ini juga sudah termasuk salah satu usaha
untuk melestarikan bahasa Karo, sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia.
bahasa daerah dan namanya serta aspekaspek linguistik dalam setiap bahasa itu.
Namun demikian, penelitian tersebut sampai saat ini belum juga selesai. Penelitian ini
juga termasuk salah satu usaha untuk melestarikan bahasa daerah tersebut.
Bahasa Karo yang digunakan oleh masyarakat suku Karo yang bertempat
tinggal di ketiga kabupaten, yaitu Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Langkat
bervariasi menurut kajian geografis. Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini
adalah:
20
Universitas Sumatera Utara
(3) Bagaimanakah gambaran peta variasi fonologis dan leksikal bahasa Karo di
(4) Ada berapa banyak dialek bahasa Karo di ketiga kabupaten tersebut?
Suatu penelitian geografi dialek dapat menunjukkan gejala kebahasaan. Penelitian ini
dapat menunjukkan daerah yang memakai bahasa Karo di ketiga kabupaten, yaitu
Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat sesuai dengan
Untuk mencari jumlah dialek bahasa Karo yang digunakan masyarakat penutur asli
tersebut.
tersebut.
(5) Menganalisis peta variasi fonologis dan leksikal bahasa Karo di ketiga
kabupaten terebut.
masyarakat Karo dan pemerintah daerah serta para pembaca mengenai dialek bahasa
21
Universitas Sumatera Utara
Karo yang merupakan ciri khas masyarakat suku Karo. Dapat diketahui bahwa bila
penelitian dialek bahasa Karo ini tidak dilakukan secara dini, maka masyarakat suku
Karo akan rugi karena mereka tidak dapat mengetahui ciri khas mereka yang
berkaitan dengan bahasa dan budaya. Sekarang ini pemerintah sedang giatnya
mengembangkan atau memekarkan daerah, untuk itu hasil penelitian geogrfi dilek
(3) menunjukkan variasi fonologis dan leksikal bahasa Karo secara rinci (fonologi
dan leksikon).
(4) memenuhi salah satu pokok pikiran yang termaktub di dalam kitab UUD 1945
yang berisikan tentang bahasa daerah, salah satu di antaranya adalah bahasa Karo,
(7) membantu mereka yang ingin menambah wawasannya mengenai geografi dialek,
1. 5 Anggapan Dasar
masalah yang akan dianalisis dalam suatu penelitian yang dirumuskan berdasarkan
22
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan yang ada dan tersebar. Pengetahuan ataupun pendapat yang belum pasti
ini akan dijawab melalui penelitian ini. Mahsun (2005) mengatakan bahwa suatu
penelitian bahasa yang bersifat kualitatif dan deskriptif tidak harus mencantumkan
suatu anggapan dasar atau hipotesis terhadap penelitian yang akan dilakukan. Peneliti
masyarakat Karo sudah yakin bahwa bahasa Karo sudah mempunyai dialek maka
perkembangan kebudayaan masyarakat Karo, maka prestise salah satu dialek bahasa
Karo juga semakin meningkat. Misalnya dialek bahasa Karo yang selalu muncul di
upacara-upcara adat termasuk dialek menurut sosial dan geografi. Hal ini
Karo yang tinggal di Kabupaten Langkat disebut Karo Jahe, mereka yang tinggal di
Deli Serdang disebut Karo Deli, dan yang tinggal di Kabupaten Karo disebut Karo
Gugung. Karo Gugung tersebut sudah terbagi menjadi tiga daerah, yaitu Karo
Singalor Lau yang tinggal di Kecamatan Juhar, Tiga Binanga, Lau Baleng, dan
Buluh, Tiga Nderket, Naman, dan Payung; Karo Julu bagi mereka yang tinggal di
23
Universitas Sumatera Utara