2
7. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri
NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau
berdiri, dan setiap gerakan yang bisamenyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal
akan dapatmenambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
8. Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa
merupakan suatu peringatan, karena bisamenunjukkan adanya suatu kondisi terselubung
seperti adanya suatukeganasan ataupun infeksi
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Perhatikan ekspresi wajah penderita apakah menderita karena penyakitnya, adanya
penurunan gerak, adanya gerak yang abnormal, adanya otot yang spasme, adanya kelainan bentuk
tulang belakang, adanya tanda-tanda radang, adanya atropi anggota gerak bawah.1,2
Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanyakemungkinan suatu
keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).Kadang-kadang bisa ditentukan letak
segmen yang menyebabkan nyeri denganmenekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kananke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada
spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi
ditempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalisdilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yanglain memfokuskan pada kelainan
neurologis.1
Palpasi
Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya palingringan rasa nyerinya,
kemudian menuju ke arah daerah yang terasa paliag nyeri. Ketika meraba kolumna vertebralis
sejogjanya dicari kemungkinanadanya deviasi ke lateral atau anterior posterior.2
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah
adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.1,2
a) Pemeriksaan sensorik
3
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu maka
biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya,
dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini meliputi
pemeriksaan rasa rabaan, rasasakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila ada
kelainan makatentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana yang terganggu.
b) Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yangterganggu akan
diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan
menurun kekuatannya. Pemeriksaan yangdilakukan :
a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari lainnya
dengan menyuruh penderita melakukan gerakanfleksi dan ekstensi, sementara pemeriksaan
menahan gerakan tadi.
b. Atrofi : perhatikan atrofi ototc.Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter
yang bersifathalus) pada otot otot tertentu.
c. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon: refleks ini akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron
bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan
HNP maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang.
Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat berbaring atau duduk
dengan tungkai menjuntai), tendo patla dipukuldengan palu refleks. Apabila ada reaksi
ekstensi tungkai bawah, makarefleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-L5, refleksi
ini negatif.
Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut dalam posisi fleksi, tumit
diletakkan di atas tungkai yang satunya, dan ujungkaki ditahan dalam posisi dorsofleksi
ringan, kemudian tendo achilesdipukul. Apabila terjadi gerakan plantar fleksi maka refleks
achiles positif. Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini negatif.
c) Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back paina.
a. Tes lasegue (straight leg raising)Tungkai difleksikan pada sendi coxa sedangkan sendi lutut
tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasa
saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanansaraf ini, mulai dari pantat
sampai ujung kaki.
4
b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang
sakit maka dikatakan crossed lasegue positif.Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau
akar-akar saraf yangmembentuk saraf ini.
c. Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelahsendi coxa 90 derajat
dicoba untuk meluruskan sendi lutut.
Pemeriksaan Radiologi dan Laboratorium
Walaupun rontgen vertebra lumbosakral biasanya dilakukan pada nyeri punggung
bawah, ditemukan hasil normal pada sebagian besar kasus. Dilaporkan bahwa
abnormalitas struktur hanya terjadi pada 3% pasien dan angka maksimum ditemukannya
kelainan pada pemeriksaan radiologis berkaitan dengan nyeri punggung adalah 10%.3
Pemeriksaan rontgen yang segera dilakukan pada pasien dengan nyeri punggung
akut biasanya tidak menolong dan tentunya membuang uang. Sebagian besar nyeri
punggung sembuh dalam waktu singkat dan rontgen dibuat jika gejala menetap atau bila
ditemukan kelainan fisik abnormal. Bukti radiologis adanya penyakit degeneratif lebih
banyak ditemukan pada orang yang lebih tua. Perlu ditekankan bahwa degenerasi diskus
dapat timbul tanpa menimbulkan gejala bermakna.3
Rontgen vertebra potongan lateral dalam posisi fleksi dan ekstensi dapat
menunjukkan mobilitas segmen tulang belakang yang tidak biasa yang berhubungan
dengan ketidakstabilan. Selain itu, rontgen potongan miring membantu menunjukkan dan
mengonfirmasi adanya spondilosis. Cara pencitraan yang lebih baru seperti magnetic
resonance imaging menambah dimensi baru diagnosis lesi tulang belakang, khususnya
penyakit diskus degenerative. Namun, biaya pemeriksaan ini tinggi dan penggunaan
secara rutin untuk menilai nyeri punggung bagian bawah dan cedera pada saat sekarang
membuang uang.
1. Foto polos :
Dengan pemeriksaan radiologic daerah lumbosakral biasa posisi anteroposterior (AP), lateral, dan
oblik kita banyak mendapatkan informasi antara lain : radang tulang, keganasan, skoliosis,
spondilosis (posisi oblik), spondilosistesis, fraktur dislokasi, dan lain-lain.Pemeriksaan rontgen
5
pada pasien dengan nyeri punggung akut biasanya tidak menolong dan tentu membuang uang.
Rontgen biasa dibuat bila gejala menetap atau kelainan fisik yang abnormal.2
2. Mielografi :
Dengan pemeriksaan ini terlihat desakan pada mielum berupa tumor ekstradural, HNP,
pembesaran faset, stenosis sentralis satu segmen, atau beberapa segmen. Kontras yang dipakai
sebaiknya water soluble kontras sebab bisa diikuti sampai radiks.2,3
LBP mekanik yang persisten mungkin memerlukan studi pencitraan tambahan, termasuk CT scan,
dan diskografi. Sensitivitas mengacu pada kemampuan tes atau studi untuk menunjukkan adanya
gangguan. Spesifisitas mengacu pada kemampuan tes atau studi untuk + dalam gangguan tertentu.
Semakin tinggi angka [0 ke 1], tes yang lebih sensitif atau spesifik atau belajar.
3. CT Scan :
Secara luas metode ini digunakan untuk pemeriksaan lesi lumbal. Pada sentral dan lateral kanal
stenosis bisa diketahui dan diukur besarnya foramen. Untuk pemeriksaan HNP, metode ini
mencapai ketepatan kurang lebih 90 %.3
4. MRI
Dengan alat ini bisa dilihat seluruh struktur yang ada dalam tubuh secara terpisah ; sebab prinsip
perekaman gambar berdasarkan ionisasi sel-sel jaringan tubuh, dimana satu jaringan dengan
jaringan yang lain sangat berbeda. MRI lebih unggul daripada CT scan untuk mendeteksi banyak
kelainan karena menyajikan secara rinci jaringan lunak dan titik pandang beberapa planar,
melainkan harus digunakan jika infeksi, kanker, atau defisit neurologis persisten sangat
disarankan.
Working Diagnosis :
Low Back Pain
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,
yang dapat merupakan nyeri lokal, maupun nyeri radikuler atau keduanya, atau nyeri yang berasal
dari punggung bawah yang dapat menjalar kedaerah lain atau sebaliknya (referred pain). NPB
merupakan perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka yang disertai penjalaran ke
tungkai dan kaki.1
6
Mobilitas punggung bawah sangattinggi, disamping itu juga menyangga beban tubuh, dan
sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yaitu traktus digestivus dan traktus
uranius.Kedua jaringan atau organ ini apabila mengalami perubahan patologik tertentudapat
menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah.1
Gejala klinik
Timbulnya nyeri punggung bawah dapat terjadi mendadak atau perlahan-lahan. Awitan
mendadak dapat muncul setelah mengangkat atau menarik dan rasa nyeri dialami segera, sering
bertambah berat setelah beberapa jam. Pasien mengeluh tidak mampu meluruskan punggung dan
mungkin menyadari bahwa tubuhnya miring ke satu sisi. Nyeri lebih sering muncul perlahan tanpa
ada riwayat terjadi cedera. Nyeri punggung secara khas muncul saat seseorang duduk atau berdiri
selama beberapa waktu, saat ia mengangkat atau menarik, atau pada saat mengambil posisi tertentu
yang tidak lazim pada pekerjaan nya, misal nya membungkukkan badan dan berjongkok ( misal
ny saat menge-las ). gejala berkurang atau hilang dengan istirahat. Sering ada riwayat masalah
punggung bagian bawah yang hilang timbul.1,2
Nyeri punggung dapat berkaitan dengan penjalaran ke bawah pada satu atau kedua tungkai.
Nyeri tersebut dapat merupakan nyeri alih yang berasal dari diskus intervertebralis atau dari daerah
datar sendi tulang belakang, atau radikular akibat terkena nya akar saraf tulang belakang oleh
diskus intervertebralis yang mengalami prolaps. Nyeri alih secara khas menjalar dari bagian
belakang paha ke bagian belakang lutut sedangkan gejala radikular terasa pada dermatom saraf
yang terkena, menjalar melampaui dermatom saraf lutut ke kaki dan dapat terjadi bersamaan
dengan parestesia pada dermatom akar saraf yang terkena.1
Sering terdapat keluhan nyeri di daerah spinal, pada pemeriksaan fisik umumnya diperiksa
adanya spasme otot paraspinal, kemiringan batang tubuh, keterbatasan derajat, dan arah gerakan
tulang belakang, namun hal ini tidak spesifik.1
Faktor Resiko
Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya Nyeri PunggungBawah.4
a) Lifestyle seperti pengguna tembakau, kurangnya latihan atau olahraga dan juga inadekuat
nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan diskus.
7
b) Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus menjadi lebih kering yang
akhirnya menyebabkan kekakuan atau elastisitas dari diskus
c) Postur tubuh yang tidak proporsional yang dikombinasikan dengan mekanisme gerak tubuh
yang tidak benar dapat menyebabkan stres dari lumbal spine.
d) Berat tubuh
e) Trauma, beberapa membagi faktor resiko menjadi :
Faktor resiko fisiologis : usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik, postur tubuh yang
tidak anatomis, kegemukan, scoliosis berat (Kurvutura berat >80),HNP, spondilitis,
spinal stenosis, osteoporosis, merokok.
Faktor resiko lingkungan : duduk terlalu lama, terlalu lama menerima getaran,terpelintir.
Faktor resiko psikososial : ketidaknyamanan bekerja, depresi dan stres
8
benda berat jauh di atas badan, dan gagal membengkokkan lutut sewaktu mengangkat
benda adalah gerakan spesifik lain yang dihubungkan dengan bertambahnya risiko nyeri
punggung bawah.5
Kepuasan Kerja
Pekerja yang tidak puas dengan pekerjaan sekarang, tempat bekerja, atau situasi
sosial mempunyai angka kejadian nyeri punggung bawah yang lebih tinggi. Pada
penelitian prospektif longitudinal terhadap 3.020 pegawai pesawat terbang, faktor yang
paling dapat diramalkan yang didapatkan dari laporan mengenai masalah punggung adalah
pemahaman pekerjaan, reaksi psikososial tertentu yang ditemukan pada MMPI. Pekerja
yang menyatakan bahwa mereka "nyaris tidak pernah" menikmati tugas pekerjaan mereka
2/5 kali lebih mungkin melaporkan cedera punggung daripada pekerja yang "hampir selalu"
menikmati tugas pekerjaan mereka. Bigos dkk., (1986) melaporkan satu korelasi yang
menarik antara cedera punggung dan pemberian nilai pengkajian pegawai setiap enam bulan
sekali. Pegawai dengan hasil evaluasi buruk dari atasan langsung tampak mempunyai risiko
lebih besar terhadap cedera punggung dengan biaya tinggi. 5
9
IV. Pajanan Cukup Besar
Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak ergonomik.6
Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan
Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan
Pekerja sering melakukan kesalahan (human error)
Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang
Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja
Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang
Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok
Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup
Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan
Komitmen kerja yang rendah
Dengan ergonomi, Adanya regulasi khusus dari perusahaan mengenai pembatasan jumlah
beban yang dapat diangkat oleh pekerja adalah langkah yang baik. Demikian juga halnya dengan
pembatasan waktu bekerja (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan
memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah kemampuan rata-rata pekerja (task
demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif, aman,
sehat, dan juga nyaman bagi pekerja. Akhirnya, sistem kerja yang ergonomik inilah yang akan
menjamin keamanan, kesehatan, dan kenyamanan dan akan memberikan motivasi positif bagi
pekerja untuk meningkatkan performansinya.6
Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap perusahaan sudah seharusnya
melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai sejauh mana kecocokan rancangan sistem kerja
yang ada (termasuk pekerjaan itu sendiri) dengan para pekerjanya. Unsur-unsur sistem kerja yang
dinilai meliputi mesin dan alat, material, metode kerja, lingkungan fisik (pencahayaan, termal,
kebisingan, dll), tata letak komponen dan ruang kerja (workplace and workspace). Evaluasi
ergonomi ini penting terlepas dari apa pun bentuk perusahaan tersebut, mulai dari industri
manufaktur, industri jasa, ataupun industri proses.6
.
V. Faktor Individu
I. Faktor individu
10
Usia
Terdapat kenaikan angka kejadian dan prevalensi nyeri punggung dengan
bertambahnya usia yang tidak dipengaruhi kondisi kerja. Namun, masalah punggung
mungkin secara tidak langsung berhubungan dengan proses menua vertebra lumbal. Dalam
suatu penelitian yang dilakukan di satu pabrik industri yang besar di Amerika Serikat, Risiko
cedera punggung yang lebih tinggi secara bermakna pada pegawai yang berusia kurang dari
25 tahun. Hal ini mencerminkan waktu dan pengalaman yang diperlukan untuk mempelajari
metode penggunaan punggung yang aman dan efisien. Walaupun angka cedera lebih tinggi
pada kelompok usia muda, biaya klaim cenderung lebih rendah yang mungkin
mencerminkan potensi pegawai usia muda untuk mengalami pemulihan gejala yang lebih
cepat. Data mereka juga menunjukkan bahwa kelompok yang rentan terhadap cedera
punggung dengan biaya tinggi cenderung pada kelompok usia 35-55, penemuan yang sarna
pada penelitian nyeri punggung bawah lain.7
Jenis Kelamin
Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam
perbandingan yang sarna banyak (Andersson, 1979; Nachemson, 1976). Berdasarkan data
kompensasi pekerja, pria dilaporkan melakukan 76% dan 80% semua klaim kompensasi
punggung (Klein dkk., 1984; Snook, 1978). Secara keseluruhan, wanita lebih sedikit
mengalami cedera dibandingkan pria tapi wanita cenderung mempunyai peluang yang
bertambah untuk mengajukan klaim dan menjadi penagih kompensasi cedera yang mahal.
Kebugaran Jasmani
Pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah mungkin berisiko mengalami
cedera punggung. Cady dkk., (1979) dalarn sebuah penelitian prospektif terhadap 1.652
pemadam kebakaran melaporkan frekuensi cedera yang dialami kelompok pekerja yang
kurang bugar sebanyak sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok pekerja
yang sebagian paling bugar. Mereka mengambil kesimpulan bahwa kebugaran jasmani
dan penyesuaian berperan dalam mencegah terjadinya cedera punggung. Tinggi dan berat
badan mungkin tidak penting walaupun ada laporan penelitian yang menyatakan bahwa
bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang berlebih membuat seseorang menjadi
lebih rentan pada gejala punggung.7
11
VI. Faktor Lain di Luar Pekerjaan
Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor
prognostik nyeri punggung dan penyakit muskuloskeletal lain. Penjelasan yang diberikan mengenai
hal ini adalah pria yang memiliki tingkat pendidikan yang terbatas dan pekerjaan dengan bayaran
yang rendah lebih mungkin melakukan pekerjaan berat atau pekerjaan yang melibatkan getaran
atau beban lain terhadap tulang belakang.1,6
Dalam satu penelitian mengenai prevalensi nyeri punggung terhadap 575 sampel penduduk
di Malmo berusia paruh baya, individu dengan nyeri punggung kurang berhasil saat melakukan tes
inteligensia pada masa kanak-kanak, memiliki jangka waktu pendidikan lebih pendek, dan
mengerjakan pekerjaan fisik yang berat.6
Faktor psikososial lain yang ditemukan pada pasien dengan nyeri punggung meliputi
depresi, kecanduan alkohol, perceraian, ketidakpuasan melakukan pekerjaan, ketidakmampuan
membangun kontak emosi, masalah keluarga, riwayat operasi punggung, dan angka Minnesota
Multi-phasic Personality Inventory (MMPI) tidak normal. Namun, hal yang tetap ditanyakan
apakah faktor psikososial ini dapat meramalkan timbulnya cedera dalam industri atau apakah faktor
ini justru muncul akibat cedera yang terjadi.6
12
muskuloskeletal. Hal lain yang mungkin mempengaruhi adalah aktivitas pribadi karyawan di luar
jam kerja.8
Penatalaksanaan
Nyeri dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat dan modalitas. Penjelasan
singkat penatalaksanaan perlu diberikan dan hindari penggunaan istilah yang tidak banyak
dimengerti oleh awam atau dapat menimbulkan rasa takut seperti kata nyeri skiatik, artritis,
spasme, penyakit diskogenik dan sebagainya.
Pemberian obat anti radang nonsteroid (OAINS) diperlukan untuk jangka waktu pendek
disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat. Tidak dianjurkan
penggunaan muscle relaxant karena memiliki efek depresan. Pada tahap awal, apabila didapati
pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat akibat rasa nyeri, pemberian anti
depresan dianjurkan.9
Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada alas yang
keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Pada episode akut ini
diperlukan 3-5 hari tirah baring, kecuali pada keadaan skoliosis disertai nyeri radikular hebat atau
hemiasi diskus akut yang memerlukan istirahat lebih lama lagi sampai 5 minggu. Posisi tidur
disesuaikan terhadap rasa nyaman yang dirasakan pasien. Beberapa pasien merasa lebih enak pada
posisi terlentang dengan ekstensi penuh, beberapa dengan posisi semi Fowler atau bahkan dalam
curled up fetal position. Istirahat pada nyeri pinggang bawah ini tidak hanya diartikan tidur, tetapi
perlu dijelaskan lebih rinci pada pasien antara lain posisi istirahat tidak dengan duduk tegak lurus,
mengubah posisi tidur miring ke arah berlawanan dikerjakan dengan panggul dan lutut dalam
fleksi, pinggang harus dalam posisi sedikit fleksi pada keseluruhan pergerakan tersebut, tidak
membuat lordosis berlebihan selama berdiri dan menjaga berat tubuh berada di tengah kedua kaki.9
Latihan mulai diberikan pada hari ketiga, keempat, dengan memberikan fleksi ringan.
Dilanjutkan dengan pemberian modalitas lainnya. Modalitas yang diberikan sangat beragam. Bila
disertai suatu protective spasm pemberian kompres es atau semprotan etil klorida, fluorimetan
dapat membantu mengatasi nyeri. Latihan dengan memberikan tarikan (stretching) dapat
dilakukan melalui beberapa cam antara lain dengan latihan posisi knee chest dan fleksi lateral.
13
Traksi dianjurkan bila terdapat hemiasi diskus lumbal. Tarikan ini lebih ditujukan untuk
mengurangi lordosis dan menjauhkan facet joint serta membuka foramen.
Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara obat-
obat analgesic, anti inflamasi, NSAID, penenang, dll. Apabila dengan pengobatan biasa tidak
berhasil mungkin fisioterapi (rehabilitasi) dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi (tulang
belakang ditarik). Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi
ini tidak berhasil misalnya pada HNP atau pada pengapuran yang berat. Jadi penatalaksanaan LBP
ini memang cukup kompleks. Disamping berobat pada Neurolog (spesialis Penyakit Saraf),
mungkin juga diperlukan untuk berobat ke internist. Bedah Saraf, Bedah Orthopedi bahkan
mungkin perlu konsultasi pada Psikiater atau Psikolog.9
Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah olahraga dengan
teratur. Dua jenis olahraga-olahraga aerobic dan olahraga meregangkan dan mengencangkan otot-
sangat membantu.
Olahraga aerobik, seperti berenang dan berjalan, memperbaiki kesehatan umum,
mengurangi kegemukan, dan umumnya menguatkan otot. Olahraga khusus untuk menguatkan dan
meregangkan otot pada perut, bokong, dan punggung bisa menyeimbangkan tulang belakang dan
mengurangi ketegangan pada piringan yang melindungi tulang belakang dan ligamen yang
menopang nya pada tempatnya.10
Latihan memperkuat otot termasuk memiringkan panggul dan melengkungkang perut.
latihan meregangkan termasuk duduk meregangkan kaki, lutut sampai dada meregang, dan pinggul
dan quadriceps. Latihan peregangan bisa meningkatkan nyeri punggung pada beberapa orang dan
oleh karena itu harus dilakukan dengan hati-hati. Sebagai aturan umum, setiap latihan yang
menyebabkan atau meningkatkan nyeri punggung harus dihentikan. Latihan harus diulangi sampai
otot terasa ringan tetapi tidak sepenuhnya lemah. Bernafas selama setiap latihan adalah penting.
Ketika mengangkat berat, menggunakan sabuk pengangkat berat bisa membantu mencegah luka
kembali. Orang yang mengalami nyeri punggung harus berkonsultasi dengan dokter sebelum
mulai berolah raga9,10.
14
Olahraga bisa juga membantu orang memelihara kepadatan tulang dan berat yang
diinginkan. Dengan demikian, olahraga bisa mengurangi resiko berkembangnya dua kondisi yang
bisa menyebabkan nyeri punggung bawah-tulang keropos dan kegemukan.
Menjaga sikap tubuh yang baik ketika berdiri dan duduk mengurangi tekanan pada
punggung; bermalas-malasan harus dihindari. Tempat duduk kursi bisa disesuaikan yang membuat
kaki datar diatas lantai, dengan lutut sedikit ditekuk dan punggung bawah datar berlawanan dengan
belakang bangku. Jika kursi tidak mendukung punggung bawah, bantal bisa digunakan dibelakang
punggung bawah. Duduk dengan kaki pada lantai dibandingkan dengan kaki melintang dianjurkan.
Orang harus menghindari berdiri atau duduk untuk waktu yang lama. Jika berdiri lama atau duduk
tidak bisa dihindari, merubah posisi dengan sering bisa mengurangi tekanan pada punggung.10
Tidur dalam posisi yang nyaman pada kasur yang keras dianjurkan. Bantal dibawah
pinggang dan kepala bisa digunakan untuk menahan orang yang tidur pada sisi mereka, dan bantal
dibawah lutut bisa digunakan oleh mereka yang tidur pada punggung mereka. Bantal dibawah
kepala harus tidak menekan lehek untuk menekuk terlalu banyak.
Belajar untuk mengangkat dengan semestinya membantu mencegah luka kembali. Lutut
harus cukup ditekuk dimana lengan setingkat dengan benda yang diangkat. Kaki, bukan punggung,
harus digunakan untuk mengangkat. Mengangkat benda melebihi kepala meningkatkan resiko luka
kembali. Menggunakan ganjalan yang kuat membuat beberapa angkatan tidak diperlukan. Benda
berat harus dibawa dekat dengan tubuh. berhenti merokok juga dianjurkan.10
Prognosis
Kelainan nyeri punggung bawah ini prognosisnya baik, umumnya sembuh dalam beberapa
minggu jika dilakukan tindakan terapi secara dini. Strain otot membaik dengan mengendalikan
aktifitas fisik. Tirah Baring sedikitnya 2 hari menunjukkan efektifitas dalam mengurangi nyeri
punggung. Ketika nyeri berkurang, pasien dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik ringan, dan
aktifitas mulai ditingkatkan setelah beberapa hari selama nyeri tidak bertambah.1,10
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Wirawan. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. Dalam Socnarto. Simposium
Rematik Pengenalan dan Pengelolaan Artropati Seronegatif, Bagian Penyakit Dalam FK
Undip, Semarang, 2001.
2. Sistematika Pendekatan pada Nyeri Pinggang .Oleh Albar Zuljasri. Dalam : Cermin Dunia
Kedokteran. Diunduh dari www.kalbe.co.id. Diunduh tanggal 12 Oktober 2015
3. Kasjmir YI. Nyeri spinal dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; 2006. h. 1306-7.
4. Beberapa Tindakan Operatif Orthopedi Pada Low Back Pain. Oleh : Sri Suwondo. Dalam :
Kumpulan Naskah Ilmiah Penanganan Low Back Pain. Jakarta : RSPP ; 1987. p. 120-2
16
5. Low Back Pain Dalam Bidang Neurologi. Oleh : Suryoatmodjo Saleh, Sudjono
Martoatmodjo. Dalam : Kumpulan Naskah Ilmiah Penanganan Low Back Pain. Jakarta : RSPP
; 1987. p. 32-6
6. Mechanical Low Back Pain. Oleh : Everett C Hills. 12 May 2011. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/310353-clinical. . Diunduh tanggal 24 Oktober 2011
7. Pemeriksaan Fisik Tulang Belakang. Dalam : Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar Pemeriksaan
Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2009. h.511-6
8. Jeyaratnam, J. Buku praktik kedokteran kerja / J. Jeyaratnam, David Koh ; alih bahasa, Suryadi
; editor edisi bahasa Indonesia, Retna Neary Elseria Sihombing, Palupi Widyastuti. Jakarta :
EGC, 2009. 206 14
9. Peranan Neurologi Dalam Masalah Nyeri Punggung Bawah. Oleh : Arif Judana dan Sumargo
Sastrowirjo. Dalam : S.Markam, S.Lazuardi, dkk. Penuntun Neurologi. Edisi 2. Jakarta :
Binarupa Aksara ; 2002. h.270-2
10.Harjono. Nyeri punggung bawah di kalangan karyawan dalam kumpulan naskah ilmiah
penanganan nyeri punggung bawah dwi windu RS Pertamina. Jakarta: Simposium dan
pameran ilmiah RS Pertamina; 1987.h.11
17