Anda di halaman 1dari 30

KODE ETIK GURU

Makalah Diajukan untuk Melengkapi Mata Kuliah


Etika dan Profesi Keguruan

OLEH :
DARA FILDA
NIM. 11315206060
ELMAWATI
NIM. 11315202986
VICHA RAHMADILA SUYADI
NIM. 11315206475
ABDUL YAZID

DOSEN PEBIMBING
Dr. RIKI APRIYANDI PUTRA, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1437 H/2016 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dan kejayaan suatu bangsa di


dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang pendidikan, karena kebodohan
adalah musuh kemajuan dan kejayaan bangsa. Istilah yang sering digunakan untuk
pendidik adalah guru. Akhir-akhir ini pendidikan menjadi masalah yang ramai
dibicarakan. Berbicara mengenai pendidikan berarti berbicara tentang profesi guru.
Profesi guru merupakan salah satu profesi yang banyak diminati, hal tersebut
karena guru merupakan profesi yang dapat menentukan masa depan bangsa ini,
guru yang baik dan berkualitas dapat menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang
berkualitas juga, begitu pun sebaliknya, seorang guru yang tidak berkualitas akan
menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang tertinggal dan bahkan bisa menjadi
bangsa yang terjajah lagi.

Guru juga menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.


Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak
meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak
didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Oleh karena itu,
orang-orang berlomba untuk menjadi seorang guru. Namun, menjadi seorang guru
bukanlah hal yang mudah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain
adalah kinerja guru, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional.

Namun, ada seorang guru dalam menjalankan profesinya tersebut tidak


jarang melakukan penyimpangan atau pun pelanggaran terhadap norma-norma
menjadi seorang guru, sehingga di tetapkannya suatu aturan atau norma-norma
yang harus dipatuhi oleh para guru di Indonesia yang dikenal dengan Kode Etik
Guru. Dengan adanya Kode Etik Guru ini, diharapkan para guru dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dan semaksimal mungkin sebagaimana telah
ditetapkan dalam Kode Etik Guru tersebut.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah pemakalah uraikan, maka dengan demikian
terdapat beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa pengertian kode etik?


2. Apa tujuan kode etik?
3. Bagaimana penetapan kode etik?
4. Bagaimana bentuk sanksi pelanggaran kode etik?
5. Bagaimana kode etik guru Indonesia?
6. Bagaimana kode etik guru menurut tokoh pendidikan islam?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik


1. Pengertian Etik
a. Menurut Etimologi (Lughatan)

Kata etik berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat-istiadat (kebiasaan). Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Hal yang senada diungkapkan Suhrawadi K. Lubis, secara etimologi kata etika
berasal dari kata ethos yang diaritkan sebagai kesusilaan, perasaan batin atau
kecendrungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan dalam kehidupan di atas
dunia ini. Dan pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan
dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.

b. Menurut Terminologi (Istilahan)

Istilah etika dikemukakan oleh para ahli dengan ungkapan yang berbeda-
beda sesuai dengan sudut pandangnya. Berikut ini pandangan para ahli
mengenai etika:

1) Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukan jalan untuk melaksanakan apa yang seharusnya
diperbuat
2) Soeganda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan
tentang baik buruk, berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan
pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri
3) Asmaran AS mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia untuk menentukan nilai-nilai perbuatan tersebut baik atau buruk,
sedangkan ukuran menetapkan nilainya adalah pakai akal pikiran manusia
4) M. Yatim Abdullah mengartikan etika dalam arti asas norma tingkah laku,
tata cara melakukan, system perilaku, tata karma. Lebih tegasnya lagi ialah
kode etik. Misalnya kode etik guru, kode etik jurnalistik, kode etik
muballigh, kode etik pegawai negeri, disini tidak dimaksudkan ilmu
melainkan tata cara. Secara singkat arti ini dapat dirumuskan juga sebagai
system aturan atas peraturan-peraturan
2. Pengertian Kode Etik

Kode etik berasal dari dua kata yaitu kode dan etik. Kode berarti
kumpulan peraturan atau prinsip yang sistematis, dan etik berarti azas akhlak
(moral). Sedangkan kode etik diartikan dengan norma dan azas yang diterima
oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku.

Gibson dan Mitchel menerangkan sebagai berikut: a code of ethics


represent of professional values of a profession translated into standards of
conduct for the memberships. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai
professional suatu profesi yang diterjemahkan ke dalam standar perilaku
anggotanya.

Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola


ketentuan, aturan, tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan
aktivitas suatu profesi. Pola, ketentuan, aturan tersebut seharusnya diikuti dan
ditaati oleh setiap orang yang menyandang dan menjalankan profesi tersebut.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kode etik


merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis
berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang
atau masyarakat tertentu. Jika kode etik itu dijadikan standar, aktivitas anggota
profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Bahkan
sebagai pedoman bagi masyarakat untuk mengantisipasi terjadinya bias interaksi
antara masyarakat dengan anggota profesi tersebut.
3. Pengertian Kode Etik Guru
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

Menurut Sardiman, kode etik guru adalah suatu statement formal yang
merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru.
Menurut Sotjipto, kode etik guru merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku guru dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja
sebagai guru.1

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian. Pasal 28 Undang-Undang ini dengan jelas menyatakan bahwa
Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah
laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan. Pegawai Negeri Sipil
sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam
pergaulan hidup sehari-hari. Dari uraian dapat disimpulkan, bahwa kode etik
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan
tugas dan dalam hidup sehari-hari.

Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua


Umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan landasan
moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan
panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru.2

Dari beberapa definisi dapat dipahami, bahwa kode etik guru dapat
diartikan sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik di sekolah dan dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan kata lain dapat dipahami bahwa kode etik guru
merupakan semacam rambu-rambu atau pegangan bagi seorang pendidik agar
tidak berperilaku menyimpang. Kode etik guru juga merupakan perangkat untuk
mempertegas atau mengkritalisasi kedudukan dan peranan pendidik sekaligus
untuk melindungi profesinya.

1
Ramayulis, Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm. 430-432
2
Soetijipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta,2009), hlm. 30
B. Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara
umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
a. Untuk menujung tinggi martabat profesi
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat, agar
mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh
karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk
tindakan anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik profesi.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Kesejahteraan mencakup lahir (material) maupun batin (spiritual, emosional dan
mental). kode etik umumnya membuat larangan-larangan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi sehingga
bagi anggota profesi dapat mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggota.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Kode etik mewajibkan setiap anggota untuk aktif berpartisipasi dalam membina
organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.
f. Pedoman berprilaku
Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak
pantas dan tidak jujur bagi para anggota dalam berinteraksi dengan sesama rekan
anggota.3
C. Penetapan Kode Etik

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku
dan mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu
kongres organisasi profesi. Penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang
secara perseorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus
3
Barnawi&Mohammad Arifin, Etika&Profesi Kependidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),hlm. 54-55
untuk dan atas nama anggota-anggota profesi dari organisasi tersebut. Maka, jelas
bahwa orang-orang yang bukan atau tidak menjadi anggota profesi, tidak dapat
dikenakan aturan yang ada dalam kode etik itu. Kode etik punya pengaruh kuat
dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi itu, jika semua orang yang
menjalankan profesi tergabung dalam organisasi profesi yang bersangkutan, dan
setiap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenakan
sanksi.4

D. Sanksi Pelanggaran Kode Etik

Pelanggaran kode etik profesi guru merupakan pelanggaran terhadap suatu


norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang
benar dan baik bagi suatu profesi dalam masyarakat. Jika ada guru yang sikap dan
perilakunya menyimpang karena dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, adanya
malpraktik yaitu melakukan praktek yang salah, miskonsep. Guru salah dalam
menerapkan hukuman pada siswa. Apapun alasannya tindakan kekerasan maupun
pencabulan guru terhadap siswa merupakan suatu pelanggaran.

Kedua, kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik, mental, maupun
emosional. Kesiapan fisik, mental, dan emosional guru maupun siswa sangat
diperlukan. Jika kedua belah pihak siap secara fisik, mental, dan emosional, proses
belajar mengajar akan lancar, interaksi siswa dan guru pun akan terjalin harmonis
layaknya orang tua dengan anaknya. Ketiga, kurangnya penanaman budi pekerti di
sekolah. Pelajaran budi pekerti sekarang ini sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada
sifatnya hanya sebagai pelengkap, lantaran diintegrasikan dengan berbagai mata
pelajaran yang ada. Namun realitas di lapangan pelajaran yang didapat siswa
kebanyakan hanya dijejali berbagai materi. Sehingga nilai-nilai budi pekerti yang
harus diajarkan justru dilupakan.

Ada banyak fenomena pelanggaran kode etik profesi guru yang sudah
terjadi. Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran

4
Soetjipt dan Raflis Kosasi, op.cit. hlm 33.
kode etik adalah sanksi moral. Sanksi yang dianggap terberat adalah dikeluarkan
dari organisasi profesi.

Sering kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi,
sehingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi tertentu
dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila demikian,
maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku
meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya
memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana. 5

E. Kode Etik Guru Indonesia


1. Rumusan Kode Etik

Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai


dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam
suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan demikian, maka
Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan
sikap profesional para anggota profesi keguruan.

Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia


ditetapkandalam suatu konges yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan
Pengurus Daerah PGRI dari seluruh tanah air, pertama dalam Kongres PGRI XVI
tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989
juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan
tersebut adalah:

Kode Etik Guru Indonesia

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian


terhdapa Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, serta kemanusiaan
pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada

5
Nasrul, Profesi & Etika Keguruan, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2012), hlm 77.
Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya
cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya
dengan berpedoman dasar-dasar sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia


Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yangmenunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhdap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan6
2. Penjabaran Kode Etik
Kesembilan butir Kode Etik Guru Indonesia dijabarkan dalam bentuk sikap
sebagai berikut:
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Untuk itu guru hendaklah:
1) Menghormati hak individu dan kepribadian peserta didiknya
masing-masing.
2) Berusaha membimbing kepribadian peserta didiknya.
3) Menghayatai dan mengamalkan Pancasila.
6
Soetjipt dan Raflis Kosasi, op.cit. hlm 34-35.
4) Menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah pengembangan secara
utuh inteligensi, moral dan kesehatan jasmani dan rohani peserta
didiknya.
5) Berupaya dengan ikhlas melatih dalam memecahkan masalah-
masalah dan membina daya kreasi peserta didik agar kelak dapat
menunjang masyarakat yang sedang membangun.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. Dalam hal ini
guru hendaklah bersikap:
1) Menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuuhan peserta
didiknya masing-masing.
2) Fleksibel dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
peserta didik masing-masing.
3) Melaksanakan pembelajaran di dalam dan di luar sekolah
berdasarkan kurikulum tanpa membeda-bedakan latar belakang dan
kedudukan orang tua peserta didiknya.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. Dalam hal ini guru
hendaknya:
1) Mengadakan komunikasi dengan peserta didik di dalam dan di luar
sekolah berlandaskan pada rasa kasih sayang.
2) Mengetahui kepribadian anak dan latar belakang keluarganya
masing-masing.
3) Komunikasi guru ini hanya diadakan semata-mata untuk
kepentingan pendidikan peserta didik.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yangmenunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar. Dalam hal ini guru harus berusaha
untuk:
1) Menciptakan suasana kehidupan sekolah yang baik sehingga peserta
didik betah berada dan belajar di sekolah.
2) Menjalin kerja sama dengan pihak sekolah dan masyarakat sekitar
diperuntukkan bagi terciptanya suasana sekolah yang menunjang
keberhasilan proses pembelajaran peserta didik secara optimal.
3) Guru senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik
membangun yang disampaikan orang tua murid dan masyarakat
terhadap kehidupan sekolahnya.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhdap pendidikan. Dalam hal ini guru hendaknya:
1) Guru mengusahakan terciptanya kerja sama yang sebaik-baiknya
antara sekolah, orang tua, murid, dan masyarakat sehingga dapat
terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan peserta
didik.
2) Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi
keguruan.
3) Guru turut menyebarkan program-program pendidikan dan
kebudayaan kepada masyarakat sekitaarnya, sehingga sekolah
tersebut turut berfungsi sebagai pusat pembinaan pendidikan dan
kebudayaan di tempat itu.
4) Guru harud berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi
sebagai unsur pembaru bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
5) Guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya di dalam berbagai
aktivitas.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Dalam hal ini guru
dituntut untuk:
1) Terus berusaha untuk menambah dan memperluas ilmu, wawasan
dan keterampilannya dengan rajin membaca, melakukan penelitian,
mengikuti smeinar ilmiah, workshop, penataran dan kegiatan
keilmuan lainnya.
2) Guru selalu bicara, bersikap, dan bertindak sesuai dengan martabat
profesinya.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial. Dalam hal ini guru hendaknya:
1) Senantiasa saling bertukar informasi, pendapat, saling menasehati
dan bantu-membantu satu sama lainnya, baik dalam hubungan
kepentingan pribadi maupun dalam menunaikan tugas profesinya.
2) Tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik
rekan-rekan seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara
keseluruhan maupun secara pribadi.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Terkait
dengan hal ini guru dituntut:
1) Menjadi anggota dan membantu organisasi guru yang
bermaksudmembian profesi dan pendidikan pada umumnya.
2) Senantiasa berusaha bagi peningkatan persatuan di antra sesama
pengabdi pendidikan.
3) Senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikpa-sikap,
ucapan-ucapan, dan tindakan-tindakan yang menrugikan organisasi,
i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
1) Senantiasa penuh dan tunduk terhadap kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
2) Melakukan tugas profesinya dengan displin dan rasa pengabdian.
3) Berusaha membantu menyebarkan kebijaksanaan dan program
pemerintah dalam bidang pendidikan kepada orang tua murid san
masyarakat sekitarnya.
4) Berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan di
lingkungan atau di daerahnya sebaik-baiknya.7

Sebagai pernyataan kebulatan tekad guru Indonesia, pada kongres PGRI XVI yang
diselenggarakan tanggal 3 sampai dengan 8 juli 1989 di Jakarta ditetapkan adanya Ikrar
Guru Indonesia. Rumusan Ikrar Guru Indonesia berbunyi:

7
Ramayulis, op.cit. hlm 435-438.
IKRAR GURU INDONESIA

1. Kami, guru Indonesia, adalah insan pendidik bangsa yang beriman dan takwa
kepada Tuhan yang Maha Esa.
2. Kami, guru Indonesia, adalah pengemban dan pelaksana cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia, pembela dan pengamal Pancasila yang setia
pada Undang-Undang Dasar 1945.
3. Kami, guru Indonesia, bertekad bulat mewujudkan tujuan nasional dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Kami, guru Indonesia, bersatu dalam wadah organisasi perjuangan Persatuan
Guru Republik Indonesia, membina persatuan dan kesatuan bangsa yang
berwatak kekeluargaan.
5. Kami, guru Indonesia, menjunjung tinggi kode etik guru Indonesia sebagai
pedoman tingkah laku profesi dalam pengabdiannya terhadap bangsa, negara
dan kemanusiaan.8
F. Kode Etik Guru Menurut Tokoh Pendidikan Islam
1. Al-Kananu (W.733 H)
Al-Kananu mengemukakan kode etik guru (pendidik) dalam tiga bentuk.
1.1 Kode etik guru berhubungan dengan dirinya yaitu:
a. Hendaknya senantiasa insyaf akan pengawasan Allah terhadapnya dalam
segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah yang
diberikan Allah kepadanya. Karenanya, ia tidak menghianati amanat itu,
malah ia tunduk dan merendahkan diri kepada Allah SWT.
b. Hendaknya guru memelihara kemuliaan ilmu. Salah satu bentuk
pemeliharaannya ialah tidak mengajarkannya kepada orang yang tidak
berhak menerimanya, yaitu orang-orang yang menuntut ilmu untuk
kepentingan dunia semata.
c. Hendaknya guru bersifat zuhud, artinya ia mengambil dari rezeki dunia
hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya
secara sederhana. Ia hendaknya tidak tamak terhadap kesenangan dunia,
sebab sebagai orang yang berilmu, ia lebih tahu ketimbang orang awam
bahwa kesenangan itu tidak abadi.
8
Barnawi&Mhammad Arifin, op.cit. hlm 65-66.
d. Hendaknya guru tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya
sebagai alat utnuk mencapai kedudukan, harta, prestasi, atau kebanggaan
atas orang lain.
e. Hendaknya guru menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan
syara; dan menjauhi situasi yang bisa mendatangkan fitnah dan tidak
melakukan sesuatu yang dapat menjatuhkan harga dirinya di mata orang
banyak. (Al-Baqarah: 172)
f. Hendaknya guru memelihara syiar-syiar Islam, seperti me;aksanakan
shalat berjamaah di masjid, mengucapkan salam, serta menjalankan amar
maruf dan nahi munkar. Dalam melakukan semua itu hendaknya ia
bersabar dan tegar dalam menghadapi celaan dan cobaan. (Al-Baqarah:
153)
g. Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunatkan oleh agama,
baik dengan lisan maupun perbuaan, seperti membaca Al-Quran,
berzikir, dan shalat tengah malam (Hud: 114)
h. Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya
dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk.
Guru hendaknya selalu mengisi waktu-waktu luangnya dengan hal-hal
yang bermanfaat seperti beribadah, membaca dan hal lain yang
bermanfaat.
i. Pendidik hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk
menerima ilmu dari orang yang lebih rendah dari padanya, baik secara
kedudukan atau usianya. Artinya seorang pendidik hendaknya selalu
bersikap terbuka terhadap masukan apapun yang bersifat positif dan dari
manapun datangnya.
j. Pendidik hendaknya rajin meneliti, menyusun dan mengarang dengan
memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu.
1.2 Kode etik yang berhubungan dengan pelajaran (pedagogis-didaktis) yaitu:
a. Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar, hendaknya guru bersuci dari
hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian yang baik dengan maksud
mengagungkan ilmu dan syariat.
b. Ketika keluar dari rumah, hendaknya guru berdoa agar tidak sesat dan
menyesatkan, dan terus berzikir kepada Allah SWT.
c. Hendaknya guru mengambil tempat pada posisi yang buatnya dapat
terlihat oleh semua murid.artinya ia harus berusaha agar apa yang akan
disampaikannya hendaklah diperkirakan sehingga dapat diterima oleh
seluruh siswanya dengan baik
d. Sebelum mulai mengajar, guru hendaknya membaca sebagian dari ayat
Al-Quran agar memperoleh berkah dalam mengajar, kemudian membaca
basmallah.
e. Guru hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai dengan hierarki nilai
kemuliaan dan kepentingannya yaitu tafsir Al-Quran, kemudian hadis,
ushul aldin, ushul fikih, dan lainnya.
f. Hendaknya guru selalu mengatur volume suaranya.
g. Hendaknya guru menjaga ketertiban majelis dengan mengerahkan
pembahasan pada objek tertentu.
h. Guru hendaknya menegur murid-murid yang tidak menjaga sopan santun
dalam kelas yang berarti guru selalu menanamkan dasar-dasar akhlak
terpuji dan sopan santun.
i. Guru hendaknya bersikap bijak dalam menyampaikan pelajaran, dan
menjawab pertanyaan, hal ini berarti guru tidak boleh bersikap pura-pura
tahu
j. Terhadap murid baru, guru hendaknya bersikap wajar dan menciptakan
suasana yang membuatnya merasa telah menjadi bagian dari teman-
temannya.
k. Guru hendaknya menutup pelajaran dengan kata-kata wallahu alam
(Allah yang Maha Tahu) yang menunjukkan keikhlasan kepada Allah
SWT.
l. Guru hendaknya tidak mengampu bidang studi yang tidak dikuasainya.
1.3 Kode etik guru ditengah-tengah para muridnya, yaitu :
a. Guru hendaknya mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah,
meneyebarkan ilmu, menghidupkan syara menegakkan kebenarn, dan
melenyapkan kebathilan serta memelihara kemaslahatan umat.
b. Guru hendaknya tidak menolak untuk mengajar murid yang tidak
mempunyai niat tulus dalam belajar.
c. Guru hendaknya mencintai muridnya seperti ia mencintai dirinya sendiri.
d. Guru hendaknya memotivasi murid untuk menuntut ilmu seluas
mungkin.
e. Guru hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah
dan berusaha agar muridnya dapat memahami pelajaran.
f. Guru hendaklah melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar
yang dilakukannya.
g. Guru hendaknya bersikap adil terhadap semua muridnya.
h. Guru hendaknya berusaha membantu memenuhi kemaslahatan murid,
baik dengan kedudukan ataupun hartanya.
i. Guru hendaknya terus memantau perkembangan murid, baik intelektual
maupun akhlaknya.
2. Al-Mawardi
Kode etik pendidik menurut al-Mawardi, diklasifikasikan menjadi lima
kelompok, yaitu:
2.1 Etika pendidik terhadap dirinya, yaitu:
a. Senantiasa mensucikan hatinya dan sikap-sikap tercela dan menghiasinya
dengan akhlak al-karimah
b. Mendidik dengan niat yang ikhlas untuk mencari ridha Allah SWT.
c. Bersifat qanaah terhadap penghasilan (gaji) yang diterimanya dan
menjauhi hal-hal yang subhat (cenderung kepada yang haram).
2.2 Etika pendidik terhadap ilmunya mencakup
a. Pendidik harus mengamalkan ilmunya.
b. Tidak boleh merasa puas dengan ilmu yang telah dimiliki dan terus
berupaya untuk memperdalam dan mengembangkan ilmu.
c. Tidak hanya membatasi diri pada satu bidang ilmu saja dan berupaya
mempelajari semua disiplin ilmu baik ilmu agama maupun ilmu-ilmu
duniawi.
d. Jangan menyembunyikan ilmu (tidak kikir dalam memberikan ilmu).
e. Menjaga kemuliaan ilmu.
2.3 Etika pendidik terhadap peserta didik mencakup
a. Senantiasa memberi nasehat (motivasi) kepada peserta didik
b. Bersikap lemah lembut, ramah, kasih saying
c. Memehami perbedaan individual peserta didik
d. Bersikap jujur, terbuka, demokratis dan toleran
e. Suka bersenda gurau dan humoris dan
f. Memberi perlakuna yang sama kepada peserta didik.
2.4 Etika pendidik terhadap masyarakat mencakup
a. Bersikap tawaadhu (rendah hati) dan menjauhi sikap sombong (ujub)
b. Mengamalkan ilmunya yaitu perbuatannya harus mencerminkan ilmu
yang dimilikinya.
c. Jangan mengatakan apa yang tidak dilakukan
d. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia
e. Bersikap qanaah
2.5 Etika pendidik terhadap pemerintah (sulthan) mencakup
a. Taat dan patuh kepada pemerintah
b. Tidak boleh mengambil muka dan bersikap berlebihan kepada peguasa
c. Menunaikan hak penguasa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Dari kelima etika guru yang ditawarkan oleh al-Mawardi, dapat disimpulkan
bahwa sosok guru yang ideal memiliki kriteria etika yaitu.
1) Patuh dan tunduk melaksanakan syariat Islam dengan sebaik-baiknya.
2) Memiliki kepribadian yang menghiasi diri dengan al-akhlak al-karamah
dalam setiap ucapan dan perilaku.
3) Melaksanakan tugas berlandaskan niat yang ikhlas dalam rangka beribadah
kepada Allah SWT.
4) Memiliki kapasitas intelektual yang menguasai ilmu dibidangnya dan
didukung disiplin ilmu lain
5) Berupaya untuk terus memperdalam dan mengembangkan ilmunya sehingga
benar-benar ahli dibidangnya.
6) Memiliki pengetahuan dalam aspek pedagogis dan psikologis.
7) Mampu berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat pada umumnya.
8) Bertindak sebagai orang tua yang penuh kasih sayang kepada anaknya, dapat
mempertimbangkan kemampuan intelektual anaknya, mampu menggali
potensi yang dimiliki peserta didik.
9) Bersikap terbuka dan demokratis untuk menerima dan mnghargai pendapat
para peserta didik.
Kriteria pendidik ideal yang disebutkan al-Mawardi pada prinsipnya sejalan
dengan kriteria guru professional dalam system pendidikan Nasional.

3. Hasyim Asyari
KH M. Hasyim Asyari mengemukakan pula tentang etika guru dalam empat
aspek, yakni
3.1 Etika guru bagi guru sendiri (kepribadian)
a. Guru selalu mendekatkan diri kepada allah swt dalam berbagai situasi
dan kondisi
b. Guru takut kepada murka allah dalam setiap gerak, diam, perkataan dan
perbuatan
c. Sakinah (bersifat tenang)
d. Wara (berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan)
e. Tawadhu (rendah hati/tidak menyombongkan diri)
f. Khusu kepada allah swt
g. Senantiasa berpedoman kepada hukum Allah dalam setiap hal
(persoalan).
h. Tidak menjadikan ilmu pengetahuan yang dimiliki sebagai sarana
mencari keuntungan duniawi seperti harta benda, kedudukan, atau untuk
menjatuhkan orag lain.
i. Tidak merasa rendah di hadapan para pemuja dunia dan tidak pula terlalu
mengagungkan mereka.
j. Zuhud (tidak terlampau mencintai kesenangan duniawi)
k. Menjauhkan pekerjaan/profesi yang dianggap rendah/hina menurut
pandangan adat maupun syariat
l. Menghindari tempat-tempat yang dapat menimbulkan fitnah, serta
meninggalkan hal-hal yang menurut pandangan umum dianggap tidak
patut dilakukan meskipun tidak ada larangan atasnya dalam syariat
Islam.
m. Menghidupkan syiar dan ajaran Islam seperti mendirikan shalat
berjamaah dimasjid, menebarkan salam kepada orang lain,
menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan penuh
kesabaran.
n. Menegakkan sunnah dan memerangi bidah serta memperjuangkan
kemaslahatan umat islam dengan cara yang populis (memasyarakat) dan
tidak asing bagi mereka.
o. Menjaga (mengamalkan) hal-hal yang sangat dianjurkan oleh syariat
Islam, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
p. Mempergauli manusia (orang lain) dengan akhlak-akhlak terpuji.
q. Menyucikan jiwa dan raga dan akhlak-akhlak tercela, dan menghiasi
keduanya dengan akhlak mulia.
r. Selalu berusaha mempertajam ilmu pengetahuan dan amal.
s. Tidak merasa segan dalam mengambil faedah dari orang lain atas apapun
yang belum dimengerti, tanpa perlu memandang perbedaan
status/kedudukan, nasab/garis keturunan, dan usia.
t. Meluangkan sebagian waktu untuk kegiatan menulis.
3.2 Etika mengajar bagi guru
a. Sebelum mendatangi majelis kelas/ruang perkuliahan, seorang guru
hendaknya terlebih dahulu menyucikan dari segala hadats.
b. Apabila ia telah sampai di majelis pengajaran, hendaknya mengucapkan
salam kepada seluruh hadirin.
c. Menghadapi seluruh hadirin dengan penuh perhatian.
d. Sebelum memulai pengajaran, hendaknya ia membaca beberapa ayat Al-
Quran terlebih dahulu dengan maksud mengambil berkah dan ayat-ayat
Allah.
e. Apabila ia hendak menyampaikan pelajaran lebih dari satu materi,
sebaiknya ia memulai dengan materi-materi yang lebih penting.
f. Mengatur volume suara sehingga tidak terlampau keras ataupun terlalu
pelan.
g. Menjaga dan mengendalikan majelis dari kegaduhan, dan segala sesuatu
yang dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar.
h. Mengingatkan para hadirin (murid) akan kepentingannya menjaga
kebersamaan dan persaudaraan.
i. Memberikan peringatan tegas terhadap murid yang melakukan hal-hal di
luar batas etika.
j. Apabila ia ditanya tentang suatu persoalan yang tidak diketahui,
hendaknya ia mengakui ketidaktahuannya itu.
k. Apabila di dalam majelis pengajaran ikut pula hadir orang yang bukan
dari golongan mereka, hendaknya seorang guru memperlakukannya
dengan baik dan berusaha membuatnya nyaman berada di majelis itu.
l. Menyebur dan menyertakan asma Allah baik ketika membuka maupun
menutup pengajaran.
m. Mengajarkan secara professional sesuai dengan bidangnya.
3.3 Adab guru terhadap murid
a. Guru menjalankan profesi sesuai dengan tugas utamanya adalam
memberikan pengajaran dan pendidikan kepada murid.
b. Guru memiliki kesabaran terhadap murid yang memiliki perbedaan atau
ketidaktahuan.
c. Mencintai muridnya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
d. Mendidik dan memberikan pelajaran kepada mereka dengan penjelasan
yang mudah dipahami sesuai dengan kemampuan mereka.
e. Bersungguh-sungguh dalam memberikan pengajaran dan pemahaman
kepada mereka.
f. Meminta sebagian waktu mereka (murid) untuk mengulang kebali
pelajaran yang telah disampaikan.
g. Apabila di antara murid terdapat murid yang tempat tinggalnya cukup
jauh, guru harus memakluminya.
h. Tidak memberikan perhatian dan perlakuan khusus kepada salah seorang
murid.
i. Memberi kasih sayang dan perhatian kepada murid.
j. Membiasakan diri sekaligus memberikan contoh kepada murid tentang
cara bergaul yang baik.
k. Apabila memungkinkan, seorang guru hendaknya turut membantu dan
meringankan masalah mereka dalam hal materi, posisi, dan sebagainya.
l. Apabila di antara beberapa murid terdapat murid yang tidak hadir dan itu
di luar kebiasaannya, hendsknya ia menanyakannya kepada murid yang
lain.
m. Meskipun berstatus sebagai guru yang berhak dihormati oleh murid-
muridnya, hendaknya ia tetap bersikap rendah hati terhadap mereka.
n. Memperlakukan murid dengan baik.
3.4 Adab guru terhadap buku
a. Buku adalah salah satu sarana pokok dalam kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu, hendaknya orang yang sedang belajar memilikinya, baik
dengan cara membeli, menyewa atau meminjam.
b. Apabila seorang guru meminjam suatu buku dari orang lain, hendaknya
ia langsung mengembalikannya begitu ia telah selesai menggunakan
buku tersebut, serta tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
pemiliknya.
c. Setiap kali akan meminjam atau membeli suatu buku hendaknya terlebih
dahulu ia memeriksa dan memastikan kesempurnaan susunan dari isi
buku itu.
d. Dalam hal mengutip atau mencatat suatu materi, hendaknya ia
melakukannya dalam keadaan suci, menghadap kearah kiblat serta
berpakaian yang bersih lagi sopan.
4. Tharikat Naqsyabandiah
Di dalam tharikat naqsyabandiah dijelaskan bahwa guru adalah orang yang
mengajarkan dan memberi segala contoh bentuk peribadatan kepada murid-
muridnya. Ia memiliki tanggung jawab yang sangat berat kepada murid-
muridnya, diantaranya kewajibannya adalah sebagai berikut:
a. Seorang guru harus alim
b. Guru harus arif terhadap suasana batin
c. Guru harus sabar dan mempunyai belas kasihan yang tinggi terhadap murid
yang diajarinya.
d. Guru harus pandai menyimpan rahasia murid-muridnya
e. Seorang guru tidak boleh menyalahgunakan kesempatan sebagai guru atau
orang yang utama
f. Guru harus bijaksana
g. Guru harus disiplin
h. Menjaga lisan dan nafsu keduniaan
i. Guru harus mempunyai hati yang ikhlas
j. Guru selalu menjaga jarak dengan murid
k. Memelihara harga diri, wibawa dan kehormatan
l. Guru harus bisa memberi petunuk tertentu dan pada saat tertentu
m. Merahasiakan hal-hal yang istimewa
n. Guru selalu mengawasi muridnya dalam pergaulan
o. Merahasiakan segala gerak-gerak kehidupannya
p. Guru harus mensedikitkan makan
q. Guru harus menyediakan tempat berkhalwat
r. Menutup pergaulan murid dengan guru lain
s. Mengabulkan undangan
t. Menjaga wibawa disaat menyampaikan ajaran
u. Khutbahnya selalu diusahakan menyentuh perasaan
v. Melarang muridnya banyak berhubungan dengan para pembesar
w. Guru tidak boleh memalingkan mukanya di saat berbicara
x. Guru harus rajin memeriksa dan senantiasa memberi penelitian penuh
terhadap murid-muridnya.
5. H.Jalaludin
H.Jalaludin adalah seorang tokoh tharikat naqsyabandiah membagi kode etik
guru kepada empat domain, yaitu:
5.1 Domain kepribadian
a. Guru memiliki niat yang ikhlas untuk beribadah dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT
b. Kamil lagi mukammil
c. Menghindari yang haram
d. Memiliki sikap zuhud, qanaah, jujur, adil dan pemaaf
e. Takut dari kemaksiatan
f. Pengajaran guru itu memberikan bekas pada murid
g. Pengajarannya tidak dapat dicela oleh orang yang berakal, karena tidak
bertentangan dengan Al-Quran, hadis dan ilmu pengetahuan.
h. Guru tidak melakukan sesuatu yang sia-sia dan yang tidak murni halal
i. Hatinya senantiasa cinta kepada Allah SWT
j. Memiliki rasa sentuhan rohani yang jelas
k. Memiliki perilaku rohani yang diridhai Allah SWT
l. Apa yang diajarkannya, ia sendiri telah mengetahui dan
mengamalkannya terlebih dahulu.
m. Ikhlas terhadap tugas dan kewajiban karena Allah SWT
n. Senantiasa berzikir
o. Sempurna akal dan perhatiannya
p. Senang memelihara kehormatan Islam
5.2 Domain pedagogic
a. Guru mengetahui ilmu tentang cara atau metode pengajaran pada murid
b. Ia mempunyai riwayat gurunya yang jelas, dan bersambung sampai
kepada Nabi SAW.
c. Ia mendapatkan izin dan restu dari gurunya baik tugas maupun
ajarannya.
5.3 Domain professional
Domain professional yaitu guru menguasai ilmu syariat, dan hakikat.
5.4 Domain social
Domain social yaitu guru itu panutan dan termashur, artinya memiliki
hubungan social yang baik dan luas, tidak hanya kepada murid-muridnya
tetapi uga kepada masyarakat luas.
6. Al-Khudri Muhammad Amin al-Khudri
Al-Khudri Muhammad Amin al-Khudri menyebutkan etika guru dengan istilah
adab. Ia menyebutkan beberapa adab menjadi guru:
a. Guru mempunyai ilmu yang dibutuhkan murid, seperti ilmu fiqih, ilmu
kalam dan ilmu-ilmu lainnya yang tidak diragukan kebenarannya.
b. Guru adalah orang arif yang mengetahui ilmu tentang hati dan adabnya serta
adab menjaganya dan berbagai penyakit hingga ia senantiasa sehat dan tegar.
c. Guru memiliki sifat kasih sayang sesama Muslim, khusunya kepada murid-
muridnya.
d. Guru tidak membuka aib murid-muridnya
e. Guru tidak terpaut hatinya kepada harta benda murid, dan tidak boleh rakus
terhadap sesuatu yang ada pada muridnya.
f. Guru melaksanakan perintah yang diperintahkan kepadanya, dan
menyampaikan larangan dari apa yang dilarang, hingga ucapannya dapat
menyentuh perasaan murid.
g. Guru tidak boleh duduk-duduk bersama murid-murid, kecuali sekedar hajat
untuk berdiskusi bersama murid tentang ilmu, seperti syariat, tarekat dan
lainnya.
h. Guru ucapannya bersih dari hawa nafsu (sendagurau) dan tidak
mengucapkan sesuatu yang tidak ada maknanya.
i. Guru berlapang dada terhadap haknya dan tidak meminta dihormati, dipuji,
dan tidak pula membebani murid-murid dengan sesuatu yang tidak sanggup
dilakukannya dan tidak menyusahkan urusannya.
j. Guru tidak menjauhi dan tidak terlalu dekat kepada murid, tetapi menjaga
jarak dengan murid.
k. Guru apabila mengetahui kehormatannya jatuh di hati murid, maka
sewajarnyalah ia meninggalkannya dengan lemah lembut, karena yang
seperti itu adalah musuh yang paling besar.
l. Guru tidak boleh lalai menunjukki murid terhadap sesuatu yang membawa
kebaikan baginya.
m. Guru tidak boleh menyampaikan kepada murid tentang kebikan dan
keburukan itu.
n. Guru wajib melarang murid-murid berbicara dengan orang kecuali dalam
keadaan darurat dan melarang yang bukan membicarakan sesuatu kejadian
luar biasa seperti karamah atau iradah yang dialaminya kepada saudaranya.
o. Guru berkhalwat di tempat khususu yang tidak dimasuki oleh murid, kecuali
pelayan khusus.
p. Guru tidak membiarkan murid-murid mengamati gerak-geriknya, tidak
diiringkan mengetahui rahasia, dan tidak mengganggu gurunya dari tidur,
makan dan minumannya dan lain-lain.
q. Guru tidak membiarkan murid-murid terlalu banyak makan, karena yang
demikian itu menjadi kebukuran bagi murid.
r. Guru melarang murid semajelis dengan guru-guru yang tidak sepaham
karena dapat memberikan mudarat syariat murid.
s. Guru membatasi diri mengunjungi para pejabat pemerintah dan hakim-
hakim.
t. Guru menyampaikan ajarannya kepada murid-murid dengan lemah lembut,
hingga murid dapat mematuhinya.
u. Guru apabila diundang oleh muridnya, maka hendaklah dipenuhinya dengan
penuh wibawa dan ramah.
v. Guru apabila duduk di samping murid-murid, maka ia duduk dengan tenang,
sopan, tertib, tidak gelisah dan tidak selalu menoleh kepada mereka, dan
tidak tidur bersama murid, tidak boleh mengunjurkan kaki di majelisnya.
w. Guru apabila salah seorang murid datang kepadanya, mukanya tidak boleh
berubah menjadi masam, dan apabila murid itu meninggalkannya hendaklah
didoakannya tanpa diminta. Apabila guru mursyid dikunjungi oleh murid,
maka hendaklah ia berpakaian rapi dan bersih serta bersikap baik.
x. Apabila salah seorang murid tidak hadir di majelis zikir, maka hendaklah ia
menanyakannya dan menelitinya tentang sebab ketidakhadirannya. Jika
murid itu sakit maka guru mengunjungu dan mendoakannya.
7. AL-Suhrawardi
Abu Hafs al-suhrawardi, menyebutkan etika guru dengan istilah adab dan syarat.
Etika guru ini terdiri atas:
7.1 Etika guru terhadap diri sendiri
a. Guru harus membersihkan niat dan mencari ridho Allah SWT.
b. Guru mengajar tanpa pamrih, yaitu tidak boleh menunjukan keinginan
untuk mendapatkan imbalan dari usaha bimbingan muridnya.
c. Guru menyesuaikan tindakan sesuia dengan tindakannya dengan
ucapanyan, menjadi teladan, sehingga ucapanya, menjadi teladan
sehingga ucapan sesuai dengan ucapanya dan perbuatanya.
d. Guru selalu menjaga kebersihan ucapanya dari hawa nafsu, supaya tidak
terpengaruh kepada murid.
e. Guru harus berbicara dengan bijaksana.
f. Guru tidak mengungkapkan kekeramatanya kepada murid.
g. Guru mampu membagi waktu untuk beramal dan berkhalawat
h. Guru rajin mengerjakan hal-hal yang sunnah,
i. Guru harus berlapang dada terhadap haknya dan tidak meminta
dihormati, di puji dan tidak pula membebani murid-murid dengan
sesuatu yang tidak sanggup untuk di lakukannya.
j. Guru-guru berkhelawat di tempat khusus yang tidak di masuki murid,
kecuali pelayan khusus.

7.2 Etika guru kepada murid


a. Guru mengetahui kemampuan murid, sehingga ia mampu membimbing
muridnya dengan baik
b. Guru merencanakan keinginan para muridnya supaya ia dapat
mengetahui kesungguhan dan niat sang murid.
c. Guru selalu menyayangi muridnya dan selalu merasa hiba kepada murid
yang ingin belajar
d. Guru senantiasa menjaga aib dan rahasia murid.
e. Guru senantiasa memafkan kesalahan muridnya dengan penuh bijaksana
dan mendorong sang murid memperbaiki kesalahanya
f. Guru tidak menuntut haknya kepada murid, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat
g. Guru tidak boleh duduk-duduk dengan guru kecuali sekedar hajat
berdiskusi bersama-sama tentang syariat dan terekat dan bagaimanapun
cara untuk melaksanakanya
h. Guru tidak boleh lalai dalam menunjuki murid terhadap sesuatu yang
yang membawa kebaikan baginya.
i. Guru tidak membiarkan murid-murid mengamati gerak-geriknya
j. Guru tidak mengizinkan murid mengelabui rahasia guru dan tidak
mengganggu guru dari tidur, makan dan minum lainnya.
k. Guru tidak membiarkan murid-murid terlalu banyak makan, karena yang
demikian itu menjadi keburukan bagi murid.
l. Guru menyampaikan ajaran kepada murid dengan lemah lembut,
sehingga murid dapat mematuhinya.
m. Guru bila diundang oleh muridnya, maka duduklah dengan tenang,
sopan, tertib,.
n. Guru apabila diundang oleh muridnya, maka hendak dipenuhi dengan
penuh wibawa dan ramah
o. Guru apabila duduk disamping muridnya, maka duduklah dengan sopan,
tenang, tertib dan tidak gelisah.
p. Guru tidak boleh tidur bersama dengan muridnya
q. Guru apabila didatangi seorang murid, mukanya tidak boleh berubah
menjadi masam, dan apabila murid itu meningalkan, hendaknya
didoakan tanpa diminta
9
r. Guru berpakaian rapi, dan bersih serta bersikap baik.

9
Ramayulis, op.cit. hlm 451-
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kode etik guru dapat diartikan sebagai landasan moral dan pedoman tingkah
laku setiap guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik di sekolah dan dalam
kehidupan bermasyarakat. Tujuan adanya kode etik adalah menjunjung tinggi
martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya,
pedoman berperilaku, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya,
meningkatkan mutu profesi dan meningkatkan mutu organisasi profesi.

Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi.
Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik
adalah sanksi moral. Sanksi yang dianggap terberat adalah dikeluarkan dari
organisasi profesi. Kode etik guru antara lain berbakti membimbing peserta didik
yang berjiwa Pancasila, memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional,
informasi tentang peserta didik, menciptakan suasana sekolah yang baik,
memelihara hubungan dengan orang tua murid dan masyarakat, mengembangkan
dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya, memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial, memelihara dan meningkatkan
mutu organisasi PGRI, melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

B. Saran

Mempelajari dan mengetahui kode etik guru merupakan salah satu hal yang
sebagai calon guru butuhkan untuk menjadikannya guru professional. Maka dari itu
marilah kita aplikasikan, patuhi, dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang
menyimpang dari kode etik guru agar semakin baik nantinya saat menjadi guru
yang sebenarmya.
DAFTAR PUSTAKA
Barnawi; Arifin, Mohammad. Etika&Profesi Kependidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2012.
Mudlofir, Ali. Pendidik Profesional. Jakarta: Rajawali Press. 2012.
Nasrul. Profesi & Etika Keguruan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2012.
Ramayulis. Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
Soetjipto; Kosasi, Raflis. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.

Anda mungkin juga menyukai