Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penggolongan Koloid

Dipandang dari kelarutannya, koloid dapat dibagi atas koloid dispersi dan
koloid asosiasi.

1. Koloid dispersi, yaitu koloid yang partikelnya tidak dapat larut secara
individu dalam medium. Yang terjadi hanyalah penyebaran (dispersi)
partikel tersebut. Yang termasuk kelompok ini adalah koloid mikromolekul
(protein dan plastik), agregat molekul (koloid belerang), dan agregat atom
(sol emas dan platina).

2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi)


partikel kecil yang larut dalam medium, contohnya koloid Fe(OH)3.
Senyawa ini larut dalam air menjadi ion Fe+ dan OH-. Jika larutan Fe+ dan
OH- dicampur sedemikian rupa sehingga berasosiasi membentuk kristal
kecil yang melayang-layang dalam air sebagai koloid.1

Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa gas,
cair, atau padat. Pengertian fasa disini tidak sama dengan wujud, karena ada
wujud yang sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan minyak bila
dikocok akan terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itu mempunyai fasa
berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh sebab itu, suatu koloid selalu
mempunyai fasa terdispersi dan fasa pendispersi. Fasa terdispersi mirip dengan zat
terlarut, dan fasa pendispersi mirip dengan pelarut pada suatu larutan.

Berdasarkan fasa terdispersi dan fasa pendispersinya, koloid disebut juga


dispersi koloid yang dapat dibagi atas 8 jenis, berikut disajikan dalam tabel :

1
Anonimous, 2011, Penggolongan Koloid, (Online),
http://laskarpengetahuan.blogspot.com. Diakses Tanggal 17 Desember 2014.

2
Zat Medium
Wujud Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi
Gas Cair Busa Busa sabun, krim kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung, karet busa
Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan, aerosol, spray
Cair Cair Emulsi Susu cair, cokelat cair, saos
Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, jeli
Padat Gas Aerosol padat Asap, debu
Padat Cair Sol Cat, selai, gelatin
Padat Padat Sol padat Kaca rubi, obatan-obatan

Jika dilihat dari tabel tersebut maka sistem koloid mencakup hampir semua
materi baik yang dihasilkan dari proses alam maupun yang dikembangkan oleh
manusia.

Koloid bila dilihat berdasarkan tingkat kestabilannya, digolongkan menjadi


dua macam, yaitu koloid liofil dan liofob. Koloid liofil memiliki kestabilan tinggi,
sedangkan koloid liofob memiliki kestabilan rendah. Berasal dari bahasa Latin,
liofil artinya menyukai pelarut, sedangkan liofob berarti menolak pelarut. Jika
medium pendispersi dalam koloid adalah air, maka digunakan istilah hidrofil dan
hidrofob sebagai pengganti liofil dan liofob.

Gambar 1. Koloid hidrofil memiliki gugus-gugus polar pada permukaannya


sehingga bersifat relatif stabil dalam air.

3
Koloid hidrofil relatif stabil (Gambar 1) dan mudah dibuat, misalnya dengan
cara pelarutan. Gelatin, albumin telur, dan gom arab terbentuk dari dehidrasi
(penghilangan air) koloid hidrofil. Dengan menambahkan medium pendispersi,
gelatin dapat terbentuk kembali menjadi koloid sebab prosesnya dapat balik
(reversible).

Koloid hidrofob umumnya kurang stabil dan cenderung mudah mengendap.


Waktu yang diperlukan untuk mengendap sangat beragam bergantung pada
kemampuan agregat (mengumpul) dari koloid tersebut. Lumpur adalah koloid
jenis hidrofob. Lumpur akan mengendap dalam waktu relatif singkat. Namun, ada
juga koloid hidrofob yang berumur panjang, misalnya sol emas. Sol emas dalam
medium air dapat bertahan sangat lama. Sol emas yang dibuat oleh Michael
Faraday pada 1857 sampai saat ini masih berupa sol emas dan disimpan di
museum London.

Koloid hidrofob bersifat tidak dapat balik (irreversible). Jika koloid


hidrofob mengalami dehidrasi (kehilangan air), koloid tersebut tidak dapat
kembali ke keadaan semula walaupun ditambahkan air. Sejumlah kecil gelatin
atau koloid hidrofil sering ditambahkan ke dalam sol logam yang bertujuan untuk
melindungi atau menstabilkan koloid logam tersebut. Koloid hidrofil yang dapat
menstabilkan koloid hidrofob disebut koloid protektif atau koloid pelindung.

Koloid protektif bertindak melindungi muatan partikel koloid dengan cara


melapisinya agar terhindar dari koagulasi. Protein kasein bertindak sebagai koloid
protektif dalam air susu. Gelatin digunakan sebagai koloid pelindung dalam es
krim untuk menjaga agar tidak membentuk es batu.

Pada kondisi tertentu, sol dari koloid liofil dapat mengalami pemekatan dan
berubah menjadi material dengan massa lebih rapat, disebut jeli. Proses
pembentukan jeli disebut jelifikasi atau gelatinasi. Contoh dari proses ini, yaitu
pada pembuatan kue dari bahan agar-agar, kanji, atau silikagel.2

2
Ibid,.

4
Gambar 2. Pembuatan gelatin dari kerupuk kulit sapi merupakan contoh koloid.
Jenis emulsi ini tidak akan tumpah jika posisi wadahnya terbalik.

Sistem koloid adalah campuran yang heterogen. Telah diketahui bahwa


terdapat tiga fase zat, yaitu padat, cair, dan gas. Dari ketiga fasa zat ini dapat
dibuat sembilan kombinasi campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk
sistem koloid hanya delapan. Kombinasi campuran fase gas dan fase gas selalu
menghasilkan campuran yang homogen (satu fase) sehingga tidak dapat
membentuk sistem koloid.

1. Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)

Sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi
berupa zat padat dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut
gel. Berikut contoh-contoh sistem koloid fase padat-cair.

a. Agar-agar

Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan


sistem koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan
dingin sol ini akan tetap berwujud cair. Sebaliknya jika konsentrasi agar-agar
tinggi pada keadaan dingin sol akan menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini
disebut gel.

5
b. Pektin

Pektin adalah tepung yang diperoleh dari buah pepaya muda, apel, dan kulit
jeruk. Jika pektin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian
memadat sehingga membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk pembuatan
selai.

c. Gelatin

Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki
binatang, misalnya sapi. Jika gelatin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu
sol yang kemudian memadat dan membentuk gel. Gelatin banyak digunakan
untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar, pektin dan gelatin juga digunakan
untuk pembuatan makanan, seperti jelly atau permen kenyal (gummy candies).

d. Cairan Kanji

Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu
suspensi. Jika suspensi dipanaskan akan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung
kanji cukup tinggi, sol tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu gel
terbentuk karena fase terdispersi mengembang, memadat dan menjadi kaku.

a. Air sungai (tanah terdispersi di dalam medium air).


b. Cat tembok dan tinta (zat warna terdispersi di dalam medium air).
c. Cat kayu dan cat besi (zat warna terdispersi di dalam pelarut
organik).
d. Gel kalsium asetat di dalam alkohol.
e. Sol arpus (damar).
f. Sol emas, sol Fe(OH)3, sol Al(OH)3, dan sol belerang.

2. Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat)

Sistem koloid fase pada-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase
pendispersi yang sama-sama berwujud zat padat sehingga dikenal dengan nama
sol padat. Lazimnya, istilah sol digunakan untuk menyatakan sistem koloid yang
terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat di dalam medium pendispersi
berupa zat cair sehingga tidak perlu digunakan istilah sol cair. Contoh sistem
koloid fase padat-padat adalah logam campuran (aloi), misalnya stainless steel

6
yang terbentuk dari campuran logam besi, kromium dan nikel. Contoh lainnya
adalah kaca berwarna yang dalam ini zat warna terdispersi di dalam medium zat
padat (kaca).

3. Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)

Sistem koloid fase padat-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan
fase pendispersi berupa gas. Anda sering menjumpai asap dari pembakaran
sampah atau dari kendaraan bermotor. Asap merupakan partikel padat yang
terdispersi di dalam medium pendispersi berupa gas (udara). Partikel padat di
udara disebut partikulat padat. Sistem dispersi zat padat dalam medium
pendispersi gas disebut aerosol padat. Sebenarnya istilah, aerosol lazim digunakan
untuk menyatakan sistem dispersi zat cair di dalam medium gas sehingga tidak
perlu disebut aerosol cair.

4. Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol)

Sistem koloid fase cair-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair
dan fase pendispersi berupa gas. Contoh sistem koloid ini adalah kabut dan awan.
Partikel-partikel zat cair yang terdispersi di udara (gas) disebut partikulat cair.
Contoh aerosol adalah hairspray, obat nyamuk semprot, parfum (body spray), cat
semprot dan lain-lain. Pada produk-produk tersebut digunakan zat pendorong
(propellant) berupa senyawa klorofluorokarbon (CFC).

5. Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)

Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair
dan medium pendispersi yang juga berupa cairan. Campuran yang terbentuk
bukan berupa larutan, melainkan bersifat heterogen. Misalnya campuran antara
minyak dan air. Air yang bersifat polar tidak dapat bercampur dengan minyak
yang bersifat nonpolar. Untuk dapat mendamaikan air dan minyak, harus ada
zat penghubung antara keduanya. Zat penghubung ini harus memiliki gugus

7
polar (gugus yang dapat larut di dalam air) dan juga harus memiliki gugus
nonpolar (gugus yang dapat larut di dalam minyak) sehingga zat penghubung
tersebut dapat bercampur dengan air dan dapat pula bercampur dengan minyak.

Sistem koloid cair-cair disebut emulsi. Zat penghubung yang menyebabkan


pembentukan emulsi disebut emulgator (pembentuk emulsi). Jadi, tidak ada
emulsi tanpa emulgator. Contoh zat emulgator, yaitu sabun, detergen, dan lesitin.
Minyak dan air dapat bercampur jika ditambahkan emulgator berupa sabun atau
deterjen. Oleh karena itu, untuk menghilangkan minyak yang menempel pada
tangan atau pakaian digunakan sabun atau deterjen, yang kemudian dibilas dengan
air.

Susu, air santan, krim, dan lotion merupakan beberapa emulsi yang Anda
kenal dalam kehidupan sehari-hari. Susu murni (dalam bentuk cair) merupakan
contoh bentuk emulsi alami karena di dalam susu murni telah terdapat emulgator
alami, yaitu kasein. Di dalam industri makanan, biasanya susu murni diolah
menjadi susu bubuk. Susu bubuk yang terbentuk menjadi sukar larut dalam air,
kecuali dengan menggunakan air panas. Oleh karena itu, digunakan zat emulgator
yang berupa lesitin sehingga susu bubuk tersebut dapat mudah larut dalam air,
sekalipun hanya dengan menggunakan air dingin. Susu bubuk yang dicampur
dengan zat emulgator dikenal dengan istilah susu bubuk instant. Contoh lain
emulsi adalah krim (emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang
berbentuk cairan kental atau krim yang encer).

Sistem emulsi banyak digunakan dalam berbagai industri seperti berikut.

a. Industri kosmetik: dalam bentuk berbagai krim untuk perawatan


kulit, dan berbagai lotion yang berasal dari minyak, serta haircream
(minyak rambut).
b. Industri makanan: dalam bentuk es krim dan mayones.
c. Industri farmasi: dalam bentuk berbagai krim untuk penyakit kulit,
sirup, minyak ikan, dan lain-lain.

8
Mayones terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak jagung atau
minyak kedelai) dan air. Pada mayones ini digunakan kuning telur sebagai zat
emulgator.

6. Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat)

Sistem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair
dan medium pendispersi berupa zat padat sehingga dikenal dengan nama emulsi
padat. Sebenarnya, istilah emulsi hanya digunakan untuk sistem koloid fase cair-
cair. Jadi, emulsi berarti sistem koloid fase cair-cair (tidak ada istilah emulsi cair).
Contoh emulsi padat, yaitu keju, mentega, dan mutiara.

7. Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa)

Sistem koloid fase gas-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan
medium pendispersi berupa zat cair. Jika anda mengocok larutan sabun, akan
timbul busa. Di dalam busa sabun terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa
sabun merupakan fase gas dalam medium cair. Contoh-contoh zat yang dapat
menimbulkan busa atau buih, yaitu sabun, deterjen, protein, dan tanin.

Pada proses pencucian, busa yang ditimbulkan oleh sabun atau deterjen
dapat mempercepat proses penghilangan kotoran. Busa atau buih pada zat
pemadam api berfungsi memperluas jangkauan (voluminous) dan mengurangi
penguapan air. Pada proses pemekatan bijih logam, sengaja ditimbulkan busa agar
zat-zat pengotor dapat terapung di dalam busa tersebut.

Di dalam suatu proses industri kimia, misalnya proses fermentasi, kadang-


kadang pembentukan busa tidak diinginkan sehingga dilakukan penambahan zat
antibusa (antifoam), seperti silikon, eter, isoamil alkohol, dan lain-lain.

8. Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)

Sistem koloid fase gas-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan
medium pendispersi berupa zat padat, yang dikenal dengan istilah busa padat,
sedangkan dispersi gas dalam medium cair disebut busa dan tidak perlu disebut

9
busa cair. Di dalam kehidupan sehari-hari, anda dapat menemui busa padat yang
dikenal dengan istilah karet busa dan batu apung. Pada kedua contoh busa padat
ini terdapat rongga atau pori-pori yang dapat diisi oleh udara.3

Oleh karena banyak zat dapat berada dalam keadaan koloid, maka koloid
penting untuk dipelajari. Dalam ilmu kimia, banyak reaksi rumit yang terjadi
harus ditafsirkan sebagai koloid.

Bagian kerak bumi yang dikatakan sebagai tanah sesungguhnya terdapat


bagian-bagian yang bersifat koloid, misalnya minyak bumi mentah. Pada saat
minyak bumi baru keluar dari dalam tanah tidak berupa cairan seperti bensin atau
solar, tetapi membentuk campuran kompleks berupa koloid, yang bercampur
dengan lumpur. Dalam dunia industri, kimia koloid memegang peran penting,
sebab produk yang dihasilkannya membentuk sistem koloid, terutama industri cat,
keramik, tekstil, tinta, semen, pulten dan kertas, serta industri-industri lainnya.
Oleh karena itu, konsultan suatu industri harus benar-benar memahami
karakteristik dan cara pembuatan koloid jika ingin tetap sebagai konsultan pada
perusahaan itu.

Dalam dunia farmasi, hampir semua jenis obat-obatan membentuk dispersi


koloid, baik dalam bentuk sirup, tablet, kapsul maupun kaplet. Contohnya sirup
obat batuk, banyak obat batuk yang dibuat dalam bentuk sirup dan dikemas dalam
botolatau sachet. Oleh karena dispersi koloid dapat tersuspensi jika ada pengaruh
dari luar, maka obat batuk sebelum diminum harus dikocok terlebih dahulu agar
homogen.

Berbagai jenis produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran banyak
yang membentuk koloid, mulai dalam bentuk cairan sampai padatan. Contoh
minuman yang membentuk koloid misalnya sirup, susu cair, macam-macam jus,
kopi dan youghurt. Contoh makanan yang membentuk koloid misalnya keju,

3
Abdul Syawal, 2013, Sistem Koloid (Online), http://abd.syawal.blogspot.com. Diakses
Tanggal 18 Desember 2014.

10
mentega, saos, kecap, sambal, es krim, puding, tahu, selai, dan banyak lagi jenis
makanan lainnya.4

2.2 Pembuatan Koloid

Oleh karena ukuran partikel koloid berada pada rentang antara larutan sejati
dan suspensi kasar maka sistem koloid dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu
1. Pemecahan partikel-partikel besar menjadi partikel berukuran koloid. Cara
ini disebut cara dispersi.
2. Pembentukan agregat dari molekul-molekul kecil berukuran larutan
menjadi berukuran koloid. Cara ini disebut sebagai cara kondensasi.5

1. Metode secara Dispersi


Beberapa metode praktis yang biasa digunakan untuk membuat koloid
yang tergolong cara dispersi adalah cara mekanik, cara peptisasi, homogenisasi,
dan cara busur listrik bredig.
a. Cara Mekanik
Zat-zat yang berukuran besar dapat direduksi menjadi partikel berukuran
koloid melalui penggilingan, pengadukan, penumbukan, dan penggerusan. Zat-zat
yang sudah berukuran koloid selanjutnya didispersikan ke dalam medium
pendispersi.

4
Yayan Sunarya, 2012, Kimia Dasar 2 (Bandung : CV YRAMA WIDYA), hlm. 44-45
5
Anonimous, 2013, Pengertian Sistem Koloid, Jenis, Sifat dan Pembuatan Koloid
http://perpustakaancyber.blogspot.com. Diakses Tanggal 17 Desember 2014

11
Gambar 3. Alat untuk membuat koloid dengan cara mekanik.
Cara mekanik, contohnya pengilingan kacang kedelai pada pembuatan tahu
dan kecap. Pembuatan cat di industri, caranya bahan cat digiling kemudian
didispersikan ke dalam medium pendispersi, seperti air. Teknik penumbukan dan
pengadukan banyak digunakan dalam pembuatan makanan, seperti kue tart dan
mayones. Kuning telur, margarin, dan gula pasir yang sudah dihaluskan,
kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi koloid.

b. Cara Busur Listrik Bredig


Arus listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah elektrode logam
(bahan terdispersi). Kemudian, kedua elektrode itu dicelupkan ke dalam air
hingga kedua ujung elektrode itu hampir bersentuhan agar terjadi loncatan bunga
api listrik. Loncatan bunga api listrik mengakibatkan bahan elektrode teruapkan
membentuk atom-atomnya dan larut di dalam medium pendispersi membentuk
sol. Perhatikan Gambar 4, logam-logam yang dapat membentuk sol dengan cara
ini adalah platina, emas, dan perak.

Gambar 4. Cara busur listrik Bredig.

12
c. Cara Peptisasi
Dispersi koloid dapat juga diperoleh dari suspensi kasar dengan cara
memecah partikel-partikel suspensi secara kimia. Kemudian, menambahkan ion-
ion sejenis yang dapat diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid sampai koloid
menjadi stabil. Koagulasi agregat-agregat yang telah membentuk partikel-partikel
berukuran koloid dapat dihambat karena adanya ion-ion yang teradsorpsi pada
permukaan partikel koloid (Gambar 5).

Gambar 5. Alat penggerus dan penghomogen partikel kasar menjadi


partikel berukuran koloid.

Contohnya, tanah lempung pecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid


jika ditambah NaOH dan akan menjadi koloid jika didispersikan ke dalam air.
Partikel-partikel silikat dari tanah lempung akan mengadsorpsi ion-ion OH dan
terbentuk koloid bermuatan negatif yang stabil.

d. Cara Homogenisasi
Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin
penghomogen sampai berukuran koloid. Cara ini digunakan pada pembuatan susu.
Partikel lemak dari susu diperkecil sampai berukuran koloid dengan cara
melewatkan melalui lubang berpori dengan tekanan tinggi. Jika ukuran partikel
sudah sesuai ukuran koloid, selanjutnya didispersikan ke dalam medium
pendispersi.

13
2. Metode secara Kondensasi

Ion-ion atau molekul yang berukuran sangat kecil (berukuran larutan sejati)
diperbesar menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Dengan kata lain, larutan
sejati diubah menjadi dispersi koloid. Pembentukan kabut dan awan di udara
merupakan contoh pembentukan aerosol cair melalui kondensasi molekul-molekul
air membentuk kerumunan (cluster). Cara kondensasi umumnya dilakukan
melalui reaksi kimia. Tiga macam reaksi yang dapat menghasilkan kondensasi
adalah reaksi hidrolisis, reaksi redoks, dan reaksi metatesis.

a. Reaksi Metatesis
Apabila ke dalam larutan natrium tiosulfat ditambahkan larutan asam
klorida akan terbentuk partikel berukuran koloid. Persamaan reaksinya sebagai
berikut.
Na2S2O3 + 2HCl 2NaCl + H2SO3 + S
Partikel berukuran koloid terbentuk akibat belerang beragregat sampai
berukuran koloid membentuk sol belerang. Jika konsentrasi pereaksi dan suhu
reaksi tidak dikendalikan, dispersi koloid tidak akan terbentuk sebab partikel
belerang akan tumbuh terus menjadi suspensi kasar dan mengendap.

b. Reaksi Redoks
Sol emas dapat diperoleh melalui reduksi emas (III) klorida dengan
formalin. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
2AuCl3 + CH4O + 3H2O 2Au + 6HCl + CH4O2
Awalnya emas terbentuk dalam keadaan atom-atom bebas, kemudian
beragregat menjadi berukuran partikel koloid. Partikel koloid distabilkan oleh ion-
ion OH yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. Ion-ion OH ini berasal
dari ionisasi air.

c. Reaksi Oksidasi

14
Yaitu mengoksidasi unsur dalam senyawa sehingga terbentuk unsur bebas.
Contohnya dalam membuat koloid belerang dengan mengoksidasi hidrogen
sulfida dengan SO2.6
2H2S + SO2 2S + H2O
d. Reaksi Hidrolisis
Besi (III) klorida jika dilarutkan dalam air akan mengionisasi air
membentuk ion OH dan H+. Ion-ion OH bereaksi dengan besi (III) klorida
membentuk besi (III) hidroksida. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3HCl
Ukuran partikel-partikel Fe(OH)3 yang terbentuk lebih besar dari ukuran
larutan sejati, tetapi tidak cukup besar untuk mengendap. Selain itu,
koloid Fe(OH)3 yang terbentuk distabilkan dengan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ dari
larutan.

Gambar 6. Hidrolisis besi (III) klorida.

3. Pengubahan Medium Pendispersi

Kondensasi dapat terjadi jika kelarutan zat dikurangi dengan cara


mengubah pelarut. Contoh, jika larutan belerang jenuh dalam etanol dituangkan
ke dalam air, akan terbentuk sol belerang. Hal ini akibat terjadinya penurunan
kelarutan belerang dalam campuran air-etanol. Pembentukan larutan koloid
dengan cara mengurangi kelarutan dapat diamati pada saat air ditambahkan ke

6
Syukri S, 1999, Kimia Dasar 2 (Bandung : Penerbit ITB), hlm. 459.

15
dalam larutan yang mengandung indikator fenolftalein. Akibatnya, akan terbentuk
koloid yang berwarna putih seperti susu.7

4. Suara Ultrasonik

Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk
pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan
tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat
tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.8

5. Pendinginan Berlebih
Koloid dapat terjadi bila campuran didinginkan sehingga salah satu senyawa
membeku (koloid). Contohnya membuat koloid es dengan mendinginkan
campuran eter atau kloroform dengan air.9

7
Yayan Sunarya, op.cit. hlm. 53-56
8
Cai sciek buku le, dara. Harus 3 buku. Awak 2 buku bw. Cai namo buku muo. Kek siko
buek footnote a muo. Buek kek daftar pustaka gai. Oke. hehehehe
9
Syukri S, op.cit. hlm. 460.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2011, Penggolongan Koloid, (Online),


http://laskarpengetahuan.blogspot.com. Diakses Tanggal 17 Desember 2014.

Abdul Syawal, 2013, Sistem Koloid (Online), http://abd.syawal.blogspot.com.


Diakses Tanggal 18 Desember 2014.

Yayan Sunarya. 2012. Kimia Dasar 2. Bandung : CV YRAMA WIDYA.

Anonimous, 2013, Pengertian Sistem Koloid, Jenis, Sifat dan Pembuatan Koloid
http://perpustakaancyber.blogspot.com. Diakses Tanggal 17 Desember 2014.

Syukri S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : Penerbit ITB.

Cai sciek buku le, dara. Harus 3 buku ma. Awak 2 buku bw. Cai namo buku muo.
Kek siko buek footnote a muo. Buek kek daftar pustaka gai. Apo sciek, buek
halaman di daftar isi muo. Kesimpulan gai. Oke. Hehehehe :D

18

Anda mungkin juga menyukai