Anda di halaman 1dari 15

JURNAL SKRIPSI

PERHITUNGAN STRUKTUR BAJA BERTINGKAT DENGAN METODE


LRFD PADA PROYEK RENCANA PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Disusun Oleh :
NURSALIM WAHYU JULIANTO
10.11.1001.7311.063

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA
SAMARINDA
2014
37
ABSTRAK

PERHITUNGAN STRUKTUR BAJA BERTINGKAT DENGAN METODE LRFD PADA


PROYEK RENCANA PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA UNIVERSITAS 17
AGUSTUS 1945 SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh :

Nursalim Wahyu Julianto (1)

Filosofi dasar yang sering digunakan dalam perencanaan struktur baja adalah metode
LRFD (Load Resistance and Factor Design). Metode ini didasarkan pada ilmu probabilitas,
sehingga dapat mengantisipasi segala ketidakpastian dari material maupun beban.

Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk merencanakan suatu bangunan portal struktur baja
bertingkat gedung asrama dengan 6 (enam) lantai, yang stabil, cukup kuat, mampu layan, awet dan
memenuhi tujuan lainnya seperti ekonomis dan kemudahan pelaksanaan.

Perhitungan menggunakan metode analisa Matriks dan juga metode LRFD untuk
perhitungan struktur baja pada proyek rencana pembangunan gedung asrama Universitas 17
Agustus 1945 Samarinda.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan : (1) Balok menggunakan profil WF


400.200.8.13 (2) Kolom menggunakan profil WF 400.200.8.13 (3) Sambungan menggunakan Baut
tipe A-325 dan pelat sambung berdiameter 8 mm (4) Pelat menggunakan sistem dek baja
(compodeck).

Kata kunci : Metode LRFD, Struktur Baja


(1)
Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
I. LATAR BELAKANG.
A. PENDAHULUAN.
Perencanaan struktur dapat didefinisikan sebagai kombinasi antara seni dan ilmu
pengetahuan dengan intuisi seseorang. Dengan berkembangnya pengetahuan mengenai perilaku
struktur dan material, maka perencanaan suatu struktur menjadi lebih ilmiah. Dua filosofi dasar

38
yang sering digunakan dalam perencanaan struktur baja adalah metode ASD (Allowable Stress
Design) dan metode LRFD (Load Resistance and Factor Design). Dan dalam 20 tahun terakhir
prinsip perencanaan struktur baja lebih sering menggunakan metode LRFD karena lebih rasional.
Metode ini didasarkan pada ilmu probabilitas, sehingga dapat mengantisipasi segala ketidakpastian
dari material maupun beban.

Pada struktur bangunan tingkat tinggi harus mampu menahan gaya-gaya vertikal (beban
gravitasi), maupun gaya-gaya horizontal (beban gempa). Apabila suatu portal mempunyai banyak
kolom vertikal, maka gaya aksial yang terjadi pada batang akan cukup besar terlebih jika portal
tidak tahan terhadap gaya-gaya ke samping. Struktur yang kuat biasanya memiliki dimensi yang
besar tetapi tidak ekonomis jika diterapkan pada bangunan bertingkat tinggi.
Perhitungan dimensi biasanya didasarkan pada kolom atau balok struktur yang menanggung
beban paling besar. Untuk mendapatkan dimensi yang optimal, maka besar gayagaya yang bekerja
pada struktur perlu diketahui.
B. TUJUAN.

Tujuan dari penulisan adalah:


1. Untuk mengetahui profil untuk balok dan perhitungan yang digunakan dengan metode
LRFD.
2. Untuk mengetahui profil untuk kolom dan perhitungan yang digunakan dengan metode
LRFD.
3. Untuk mengetahui perhitungan elemen sambungan yang digunakan dengan metode LRFD.
4. Untuk mengetahui perhitungan pelat yang digunakan dengan metode LRFD.
C. BATASAN MASALAH.

Karena luasnya ruang lingkup pembahasan, maka batasan masalah yang di buat untuk
menjadi pembahasan adalah :
1. Perhitungan perbebanan berdasarkan SNI 03-1727-1989 Tentang Tata Cara Pembebanan
untuk Gedung.
2. Analisis struktur dengan metode matrix kekakuan langsung.

39
3. Perhitungan Struktur Baja Bertingkat berdasarkan SNI 03-1729-2002 Tentang Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja untuk Gedung.
4. Pembahasan adalah profil baja.
D. MANFAAT.
Manfaat penulisan penelitian tugas akhir ini untuk memberikan pengetahuan dan informasi
pada peneliti maupun masyarakat tentang pengunaan metode LRFD pada bangunan struktur baja
bertingkat serta bermanfaat bagi kalangan praktisi agar dapat menjadi bahan pertimbangan selama
proses perencanaan untuk menghasilkan desain struktur baja yang lebih aman dan ekonomis.

II. LANDASAN TEORI.


A. KEUNGGULAN BAJA.
Adapun keunggulannya sebagai bahan struktur :

Kekuatan baja jauh lebih tinggi daripada beton maupun kayu. Kekuatan yang tinggi ini
terdistribusi secara merata. Kekuatan baja bervariasi dari 300 Mpa sampai 2000 Mpa.

Kekuatan yang tinggi ini mengakibatkan batang struktur dari baja mempunyai ukuran
tampang yang lebih kecil dari pada batang struktur dengan bahan lain.

Struktur yang terbuat dari baja lebih ringan dari pada struktur dengan bahan lain. Dengan
demikian kebutuhan fondasi juga lebih kecil.

Sifat mudah di bentuk struktur dari baja dapat dibongkar untuk kemudian dipasang
kembali.

Dengan sifat baja yang demikian maka struktur baja bangunan bertingkat akan lebih efisien
dan efektif jika menggunakan baja sebagai komponen utama, sebab sejauh ini belum ada bahan
yang lebih efektif dan efisien daripada baja. (Setiawan, 2008).
B. ELASTISITAS DAN PLASTISITAS.
Dalam diagram tegangan-regangan yang telah dijelaskan sebelumnya, memperlihatkan
sifatsifat mekanik dari material apabila dibebani secara statis dalam keadaan tarik maupun tekan.
Apabila beban yang bekerja dihilangkan secara perlahan-lahan dan materialnya tidak dibebani,
maka sifat bahan akan kembali ke bentuk aslinya seperti sebe lum dibebani. Sifat material seperti

40
ini, disebut dengan elastisitas (elasticity) dan materialnya sendiri disebut elastis (elastic).
Sedangkan plastisitas (plasticity) adalah kondisi dimana sebuah material mengalami regangan
yang tidak elastis di atas nilai batas regangan elastis. Perlakuan terhadap materi al yang berperilaku
elastis dan plastis sangat berbeda. (Wuaten, 2009).

Pada umumnya, hampir sebagian besar material konstruksi mempunyai kondisi awal
(initial condition) berada pada daerah diagram tegangan-regangan yang berperilaku elastis dan
linier. Sebagai contoh pada gambar diagram hubungan tegangan-regangan baja, daerah yang
bersifat elastis dan linier dinyatakan dengan garis lurus seperti dalam gambar bawah ini.
Dari gambar di bawah pada bagian pertama merupakan daerah elastis (elastic region),
dimana kemiringan garis menyatakan nilai modulus elastisitas. Pada bagian kedua merupakan
daerah plastis, dimana tegangan yang terjadi dianggap konstan. Bagian ketiga adalah strain
hardening, dimana terjadi kenaikan tegangan sampai mencapai nilai tegangan maksimum lalu
sampai pada mengalami penurunan dan putus (neckling). (Wuaten, 2009).

C. METODE MATRIX KEKAKUAN.


Metode kekakuan (stiffness method) atau dikenal juga dengan nama metode perpindahan
(displacement method), merupakan metode yang bertujuan untuk mencari besarnya displacement
yang terdiri dari translasi dan rotasi pada struktur sebagai variabel utama yang dicari terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mencari besarnya nilai-nilai gaya dalam (internal forces)
dan reaksi perletakan yang terjadi pada struktur. Secara berurutan persamaan-persamaan yang

41
digunakan dalam metode ini, merupakan formulasi dari persamaan aksi-deformasi, persamaan
keseimbangan dan persamaan kompaktibilitas.
D. METODE KEKAKUAN LANGSUNG.
Adapun prosedur perhitungan dengan metode kekakuan langsung adalah sebagai berikut :
1. Semua kekakuan elemen dalam bentuk matrix kekakuan dan dievaluasi sesuai dengan
hubungan antara aksi dan deformasi dengan referensi koordinat lokal elemen tersebut.
2. Matrix kekakuan lokal di transformasikan ke dalam sistem koordinat global.
3. Matrix kekakuan elemen-elemen dalam koordinat global di superposisikan dengan
mempertimbangkan syarat kompaktibilitas menjadi matrix kekakuan struktur.
4. Akibat beban yang bekerja pada struktur, maka dapat disusun vektor gaya dengan
referensi koordinat global.
5. Kondisi batas perpindahan (boundary condition of displacement) pada titik-titik nodal
perpindahan, maupun kondisi batas gaya pada titik-titik nodal bebas, diformulasikan
dalam bentuk vektor displacement dan vektor gaya. Selanjutnya dilakukan proses kondensasi
statik untuk mendapatkan matrix kekakuan dari struktur yang tereduksi.
6. Matrix kekakuan struktur yang tereduksi tersebut, kemudian menghasilkan persamaan
keseimbangan struktur yang apabila diperoleh solusinya, maka akan menghasilkan
displacement yang terjadi di setiap titik nodal dan selanjutnya besarnya reaksi perletakan
di setiap titik nodal dapat diperoleh.
7. Tahapan terakhir adalah perhitungan terhadap besarnya gaya-gaya dalam dan
tegangantegangan dalam yang terjadi pada setiap elemen struktur yang dihitung.
Selain mengikuti langkah-langkah dalam proses perhitungan di atas, terdapat
anggapananggapan dasar yang digunakan dalam metode matrix kekakuan langsung, yaitu :
1. Material struktur dianggap berperilaku elastis linier, sehingga prinsip hukum Hooke masih
berlaku.
2. Displacement yang terjadi pada struktur dianggap relatif sangat kecil, apabila dibandingkan
dengan dimensi ataupun panjang bentang dari struktur yang dianalisis, sehingga persamaan
keseimbangan dapat ditentukan berdasarkan geometri struktur, sebelum struktur tersebut
mengalami deformasi.
42
3. Interaksi antara pengaruh gaya aksial dan lentur diabaikan.
4. Elemen-elemen struktur bersifat prismatis dan terbuat dari bahan yang homogen.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. FLOWCHART
START

Studi Lapangan dan


Studi Pustaka

Pengumpulan Data Primer. Pengumpulan Data Sekunder.


Data tanah. Instansi terkait.
Kondisi lokasi rencana. Literatur.
Pengukuran & Pemetaan. Peta dan Denah.

Analisa Pembebanan pada struktur

Analisa Struktur dengan metode matrix

Perhitungan dengan Metode LRFD

Kesimpulan

Finish
IV. PEMBAHASAN
A. BAGAN ALIR PERHITUNGAN PELAT.

43
B. BAGAN ALIR PERHITUNGAN KOLOM.

44
C. BAGAN ALIR PERHITUNGAN BALOK.

45
D. BAGAN ALIR PERHITUNGAN SAMBUNGAN DAN TUMPUAN.

46
E. BAGAN ALIR PERHITUNGAN SAMBUNGAN DAN TUMPUAN.

F. BAGAN ALIR PERHITUNGAN PONDASI.

47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

1. Balok.
Konstruksi untuk balok yang digunakan adalah balok tanpa pengaku badan dengan profil
baja tipe WF.
No. Tipe Balok Profil

1. B1 WF 400.200.8.13

2. B2 WF 400.200.8.13

3. B3 WF 400.200.8.13

4. B4 WF 400.200.8.13

48
5. B5 WF 400.200.8.13

6. B6 WF 400.200.8.13

2. Kolom
Konstruksi untuk kolom menggunakan perhitungan kolom lentur 2 arah (Biaxial) dengan
profil baja yang digunakan adalah tipe WF.
No. Tipe Kolom Profil

1. K1 WF 400.200.8.13

2. K2 WF 400.200.8.13

3. K3 WF 400.200.8.13

4. K4 WF 400.200.8.13

5. K5 WF 400.200.8.13

6. K6 WF 400.200.8.13

3. Sambungan

Pada konstruksi ini sambungan yang digunakan adalah sambungan dengan baut tipe A-325
dan pelat sambung.
Sambungan d (mm) f x Vn f x Rn Vu Rd
A-325 16 99475 - 72533 -
Pelat sambung 8 - 85248 - 72533
4. Pelat

Pelat lantai menggunakan compodeck. Beton yang digunakan untuk plat lantai sistem ini
menggunakan mutu beton K-350, dengan nilai slump rencana 10 2 cm.

No. Pelat Tebal (mm)

1. P1 100

2. P2 120

49
3. P3 120

4. P4 120

5. P5 120

6. P6 120

B. SARAN.

Berdasarkan hasil perhitungan tugas akhir dengan metode LRFD, saran-saran yang dapat

saya berikan adalah sebagai berikut :

1. Hasil dari perhitungan ini dapat dipergunakan untuk pelaksanaan di lapangan karena telah
sesuai syarat yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia.
2. Sangat penting untuk memperhitungkan pengaruh gempa pada suatu perencanaan

bangunan gedung bertingkat tinggi dan mengaplikasikannya pada daerah yang rawan

gempa.

3. Sebelum melakukan suatu perencanaan struktur baja alangkah lebih tepat apabila
memahami lebih dahulu peraturan yang berlaku khususnya SNI 03-1729-2002 mengenai
Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung dan SNI 03-1726-2002
mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung untuk
daerah rawan gempa.
4. Serta hendaklah selalu mangikuti perkembangan peraturan dan pedoman-pedoman standar
dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan yang dihasilkan nantinya selalu memenuh
persyaratan yang terbaru yang ada seperti dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan
gempa, standar perencanaan struktur baja juga beton, harga material terbaru dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

50
1. Anonim1, 2002. Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta
2. Wuaten, Hance Michael. 2009. Statika dan Mekanika Bahan I Edisi Kedua.
Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda.
3. Khafis, M. 2009. Perencanaan Struktur Baja Pada Bangunan Tujuh Lantai
Sebagai Hotel. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
4. Salmon, Charles G. & E.Johnson, John.1992. Struktur Baja Desain Dan Perilaku
Jilid 1 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh : Ir. Wira M.S.CE. Jakarta : Erlangga.
5. Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD, Jakarta
:

Erlangga.

6. Sitanggang Nathanael. 2007. Perencanaan Sambungan Profil Baja. Universitas


Negeri

Medan. Medan.

7. Suhendro, B. 2000. Metode Elemen Hingga dan Aplikasinya. Beta Offset.


Yogyakarta.
8. Soetoyo. 2002. Konstruksi Beton. Indonesia.

51

Anda mungkin juga menyukai