Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan

manusia, hampir seluruh aspek kehidupan tergantung dengan keberadaannya. Air

sangat berperan dalam menjaga kelancaran sistem tubuh suatu organisme terutama

manusia (Halim, 2006). Akan tetapi keberadaan air dapat menjadi suatu masalah

apabila tidak tersedia dalam kondisi yang baik dalam kuantitas maupun

kualitasnya. Kualitas air suatu perairan ditentukan oleh beberapa faktor seperti

zat yang terlarut, zat yang tersuspensi, dan makhluk hidup khususnya jasad renik

di dalam air (Imamsjah, 2001).

Perkembangan industri yang demikian pesat selain memberikan dampak

yang positif juga memberikan dampak negatif. Dampak positif berupa perluasan

lapangan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan hidup manusia, sedangkan dampak

negatif yang muncul adalah penurunan kualitas perairan akibat buangan air

limbah (pencemaran) yang melampaui ambang batas.


Di suatu industri, limbah yang dihasilkan sangat bervariasi tergantung dari

jenis dan ukuran industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan

air, dan derajat pengolahan air limbah yang ada. Selain limbah cair, limbah padat

(sampah) juga merupakan beban pencemaran yang dapat masuk ke perairan baik

secara langsung maupun tak langsung. Pada limbah industri seringkali terdapat

bahan pencemar yang sangat membahayakan seperti logam berat (Palar, 1994).
2

Selain mencemari air, logam berat juga akan mengendap di dasar perairan yang

mempunyai waktu tinggal sampai ribuan tahun dan logam berat akan

terkonsentrasi ke dalam tubuh makhluk hidup dengan proses bioakumulasi dan

biomagnifikasi melalui beberapa jalan yaitu: melalui saluran pernapasan, saluran

makanan dan melalui kulit (Darmono, 2001).

Permasalahan lingkungan perairan bukanlah hal yang baru, melainkan

sudah ada sejak manusia memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sumber pencemaran ini secara umum berasal dari kegiatan alam dan

kegiatan manusia. Pencemaran yang berasal dari kegiatan alam seperti kegiatan

vulkanik, pengikisan batuan, hujan tanah longsor dan bencana alam lainnya.

Sedangkan pencemaran yang berasal dari kegiatan manusia antara lain

limbah rumah tangga, limbah industri, kegiatan pertanian, transportasi, sarana

rekreasi dan pariwisata. Pencemaran yang berasal dari kegiatan manusia memiliki

kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan pencemaran yang berasal dari

kegiatan alam. Hal ini dipengaruhi oleh semakin bertambah besarnya populasi

manusia (laju pertambahan penduduk). Dalam hal ini semakin tingginya

pertambahan populasi manusia, maka kebutuhan akan pangan, bahan bakar,

pemukiman dan kebutuhan-kebutuhan dasar yang lain juga akan meningkat,

sehingga akan meningkatkan limbah domestik dan limbah industri (Kristanto,

2002).

B. Rumusan Masalah
3

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana kadar logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) dalam air

limbah elektroplating di DKI Jakarta.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam berat seng (Zn) dan

tembaga (Cu) dalam air limbah elektroplating di DKI Jakarta sehingga dapat

diketahui tingkat pencemaran logam di wilayah DKI Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:


1. Memberikan informasi tentang kandungan logam berat seng (Zn) dan

tembaga (Cu) dalam air limbah elektroplating di DKI Jakarta


2. Memberikan gambaran mengenai kondisi DKI Jakarta yang telah

mengalami pencemaran lingkungan sehingga dapat memberikan kesadaran

pada masyarakat dan industri agar tidak mencemari lingkungan


.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air
Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup

termasuk manusia, hewan serta tumbuhan. Manfaat air bermacam-macam

misalnya untuk diminum, pembawa zat makanan, zat pelarut, pembersih dan lain

sebaginya. Oleh karena itu penyediaan air bersih merupakan salah satu kebutuhan

utama bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu

dalam kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.


Air yang bersih mutlak diperlukan, karena merupakan salah satu media

dari berbagai macam penularan penyakit, terutama penyakit-penyakit perut. Dari

penelitian-penelitian yang dilakukan, bahwasanya penduduk yang menggunakan

air bersih mempunyai kecenderungan lebih kecil untuk menderita sakit

dibandingkan dengan penduduk yang tidak menggunakan air bersih.


Melalui penyediaan air bersih, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya

di suatu daerah, diharapkan dapat menghambat penyebaran penyakit menular.

Agar air yang masuk kedalam tubuh manusia baik berupa minuman maupun

makanan tidak mengandung bibit penyakit, maka pengolahan air baik yang

berasal dari sumber air dan jaringan transmisi ataupun distribusi adalah sangat

diperlukan.

B. Konsentrasi Logam Berat di Air


Logam berat secara alami memiliki konsentrasi yang rendah pada

perairan (Hutagalung, 1984). Musim turut berpengaruh terhadap konsentrasi,

dimana pada musim penghujan konsentrasi logam berat cenderung lebih rendah
5

karena terencerkan oleh air hujan. Logam berat yang masuk perairan akan

mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh

organisme yang hidup di perairan.


Pengendapan logam berat terjadi karena adanya anion karbonat, hidroksil

dan klorida (Hutagalung, 1984). Logamlogam berat yang terlarut di perairan

pada konsentrasi tertentu akan bersifat racun bagi organisme perairan.


Menurut Connell dan Miller (1995), logam berat adalah suatu logam

dengan berat jenis lebih besar. Logam ini memiliki karakter seperti berkilau, lunak

atau dapat ditempa, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi dan

bersifat kimiawi, yaitu sebagai dasar pembentukan reaksi dengan asam. Selain itu

logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih besar dari 5 gr/cm3,

mempunyai nomor atom lebih besar dari 21 dan terdapat di bagian tengah daftar

periodik. Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk

kelompok logam dan metaloid dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terutama

pada unsur seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn. Unsur-unsur ini biasanya erat

kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Logam berat secara alami

ditemukan pada batu-batuan dan mineral lainnya, maka dari itu logam berat secara

normal merupakan unsur dari tanah, sedimen, air dan organisme hidup serta akan

menyebabkan pencemaran bila konsentrasinya telah melebihi batas normal. Jadi

konsentrasi relatif logam dalam media adalah hal yang paling penting (Alloway

dan Ayres, 1993).


Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek

khusus pada mahluk hidup (Palar, 1994). Logam berat dapat menjadi bahan racun

yang akan meracuni tubuh mahluk hidup, tetapi beberapa jenis logam masih

dibutuhkan oleh mahluk hidup, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Banyak
6

logam berat yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dan

mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak berasal dari

pertambangan, peleburan logam dan jenis industri lainnya, dan juga dapat berasal

dari lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau anti hama yang mengandung

logam (Darmono, 2001).


Pencemaran logam berat dapat merusak lingkungan perairan dalam hal

stabilitas, keanekaragaman dan kedewasaan ekosistem. Dari aspek ekologis,

kerusakan ekosistem perairan akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan

oleh faktor kadar dan kesinambungan zat pencemar yang masuk dalam perairan,

sifat toksisitas dan bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan

terjadinya perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah

laku, efek fisiologi, genetik dan resistensi (Moriarty, 1987 in Racmansyah et al.,

1998).

C. Logam Seng (Zn)


Seng (Zn) adalah logam yang berwarna putih kebiruan, logam ini sangat

mudah ditempa dan liat pada suhu 110-150oC. Zink melebur pada 410oC dan

mendidih pada 906oC. Logamnya yang murni, melarut lambat sekali dalam asam

dan dalam alkali, adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau

tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari

logam-logam ini, mempercepat reaksi. Pada manusia seng merupakan unsur yang

terlibat dalam sejumlah besar enzim yang mengkatalisis reaksi metabolik yang

vital. Karena fasilitasnya yang digunakan dalam sintesis DNA dan RNA dan

partisipasinya dalam metabolisme protein, Zn juga esensial untuk pertumbuhan

anak. Meskipun Zn merupakan unsur esensial bagi tubuh, tetapi dalam dosis
7

tinggi Zn dapat berbahaya dan bersifat toksik. Absopsi Zn berlebih mampu

menekan absorpsi Co dan Fe. Paparan Zn dosis besar sangat jarang terjadi. Zn

tidak diakumulasi sesuai bertambahnya waktu paparan karena Zn dalam tubuh

akan diatur oleh mekanisme homeostatik, sedangkan kelebihan Zn akan

diabsorpsi dan disimpan dalam hati (Widowati et al, 2008).


Kelebihan seng ( Zn ) hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan

absorbsi tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi

metabolisme kolesterol, mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat

mempercepat timbulnya aterosklerosis. Suplemen seng ( Zn ) bisa menyebabkan

keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan dalam kaleng yang

dilapisi seng ( Zn ) (Almatsier, 2001 dalam Anonim, 2010 ).


Ion Zn bebas dalam larutan bersifat sangat toksik bagi tanaman, hewan

invertebrate, dan ikan. Toksisitas akut Zn terjadi sebagai akibat dari tindakan

mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi Zn dari wadah/ panic

yang dilapisi Zn. Gejala toksisitas akut bisa berupa sakit lambung, diare, mual,

dan muntah. (Widowati et al, 2008).

D. Logam Tembaga (Cu)


Tembaga adalah logam berwarna merah muda, yang lunak, dapat ditempa

dan liat. Logam ini melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial elektroda

standarnya positif, maka logam ini tidak dapat larut dalam asam klorida dan asam

sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam nitrat

dapat dengan mudah melarutkan tembaga. (Widowati, 2008)


Logam Cu merupakan logam esensial, dalam artian bahwa Cu diperlukan

oleh organisme dalam konsentrasi yang sangat rendah (Duffus, 1980; Palar,

2004). Tubuh manusia secara normal mengandung 1.4 2.1 mg Cu per kilogram
8

berat badan. Cu terdistribusi terutama dalam hati, otot dan tulang. Transpor Cu

dalam darah dilakukan oleh plasma protein yang disebut ceruloplasmin.

Metabolisme dan ekskresi Cu juga dibantu oleh ceruloplasmin yang mentranspor

Cu kedalam hati untuk disekresikan melalui empedu yang pada akhirnya

dikeluarkan bersama feses.


Pada manusia, Cu tergolong dalam kelompok metalloenzim. Cu juga

diperlukan dalam bentuk Cu-protein yang memiliki fungsi tertentu seperti

pembentukan hemoglobin, kolagen, pembuluh darah dan myelin otak.


Logam Cu termasuk penghantar panas yang sangat baik dan merupakan

penghantar listrik terbaik setelah perak (Argentum/Ag). Dalam bidang kelistrikan

dan elektronika, Cu digunakan sebagai kabel tembaga, elektromagnet, papan

sirkuit, solder bebas timbal, magnetron dalam oven microwave, tabung vacuum,

motor elektromagnet dan sebagainya. Pemanfaatan Cu lainnya misalnya adalah

sebagai pelapis antifouling pada kapal atau bangunan laut, peralatan memasak,

koin (uang logam) dan campuran larutan Fehling.


E. ELEKTROPLATING
Elektroplating atau lapis listrik atau penyepuhan merupakan salah satu

proses pelapisan bahan padat dengan lapisan logam menggunakan arus listrik

melalui suatu larutan elektrolit. Elektroplating didefinisikan sebagai perpindahan

ion logam dengan bantuan arus listrik melalui elektrolit sehingga ion logam

mengendap pada benda padat konduktif membentuk lapisan logam. Pengendapan

terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai katoda. Lapisan logam yang

mengendap disebut juga deposit. Sumber arus listrik searah dihubungkan dengan

dua buah elektroda, yaitu elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif

disebut katoda dan elektroda positif disebut anoda. Benda yang akan dilapisi harus
9

bersifat konduktif atau menghantarkan arus listrik dan berfungsi sebagai katoda,

disebut sebagai benda kerja. Pada elektroplating dengan anoda aktif digunakan

anoda logam yang mempunyai kemurnian tinggi. Arus mengalir dari anoda

menuju katoda melalui elektrolit (Purwanto & Huda, 2005)


Proses pelapisan ini menggunakan bahan-bahan kimia antara lain perak,

potasium emas sianida, tembaga sianida, tembaga sulfat, nikel klorida, nikel

sulfat, asam kromat, natrium karbonat, asam klorida, asam sulfat, asam nitrat,

asam fosfat, asam borat, ammonium hidroksida dan natrium hidroksida.

Berdasarkan dari bahan-bahan yang digunakan untuk proses elektroplating ini

maka dimungkinkan limbah elektroplating khususnya limbah cair mengandung

emas, perak, tembaga, nikel, krom, asam-asam anorganik, senyawa-senyawa

sianida dan anion-anion yang dimungkinkan membentuk garam dengan sisa-sisa

logam. Pada pelapisan emas dan perak, kadang-kadang pengrajin menggunakan

merkuri atau air raksa (Suara Merdeka, 2004).


Proses elektroplating selain menghasilkan produk yang berguna,

menghasilkan pula limbah padat, emisi gas dan cair. Limbah padat berasal dari

proses penghilangan kerak, polishing, maupun kotoran sisa pada bak

elektroplating. Limbah berupa emisi gas pada umumnya berasal dari penguapan

larutan elektrolit, solven, uap asam, maupun cairan pembersih. Limbah cair

berupa air limbah yang berasal dari pencucian, pembersihan dan proses

elektroplating. Air limbah mengandung logam-logam terlarut, solven dan senyawa

organik maupun anorganik terlarut lainnya.

F. SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM


Prinsip analisis dengan SSA adalah interaksi antara energi radiasi dengan

atom unsur yang dianalisis. AAS banyak digunakan untuk analisis unsur. Atom
10

suatu unsur akan menyerap energi dan terjadi eksitasi atom ke tingkat energi yang

lebih tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan

melepaskan sebagian atau seluruh tenaga eksitasinya dalam bentuk radiasi.

Frekuensi radiasi yang dipancarkan karakteristik untuk setiap unsur dan

intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi yang kemudian

mengalami deeksitasi.
Teknik ini dikenal dengan SEA (spektrofotometer emisi atom). Untuk SSA

keadaan berlawanan dengan cara emisi yaitu, populasi atom pada tingkat dasar

dikenakan seberkas radiasi, maka akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh

atom-atom yang berada pada tingkat dasar tersebut. Penyerapan ini menyebabkan

terjadinya pengurangan intensitas radiasi yang diberikan. Pengurangan

intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat dasar

tersebut.
Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam

sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur unsur

yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala,

tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar

(ground state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang

diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan.

Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan

panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini

mengikuti hukum Lambert-Beer. yakni absorbansi berbanding lurus dengan

panjang uyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua

variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan
11

sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam

larutan sampel. Teknik-teknik analisisnya sama seperti pada spektrofotometri UV-

Vis yaitu standar tunggal, kurva kalibrasi dan kurva adisi standar.
Komponen-Komponen Utama Dalam Alat AAS
Sumber sinar
Merupakan sistem emisi yang diperlukan untuk menghasilkan sinar yang

energinya akan diserap oleh atom bebas. Sumber radiasi haruslah bersifat

sumber yang kontinyu. Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis

emisi yang tajam dari suatu unsur yang spesifik tertentu dengan

menggunakan lampu pijar Hollow cathode. Lampu ini memiliki 2

elektroda, satu diantaranya berbentuk silindris dan terbuat dari unsur yang

sama dengan unsur yang akan dianalisa.


Sistem Pengatoman
Merupakan bagian yang penting karena pada tempat ini senyawa akan

dianalisa. Pada sistem pengatoman, unsur-unsur yang akan dianalisa

diubah bentuknya dari bentuk ion menjadi bentuk atom bebas. Ada

beberapa jenis sistem pengatoman yang lazim digunakan pada setiap alat

AAS, antara lain :


- Sistem pengatoman dengan nyala api
Menggunakan nyala api untuk mengubah larutan berbentuk ion

menjadi atom bebas. Ada 2 bagian penting pada sistem pengatoman

dengan nyala api, yaitu sistem pengabut (nebulizer) dan sistem

pembakar (burner), sehingga sistem ini sering disebut sistem

BURNER-NEBULIZER. Sebagai bahan bakar yang menghasilkan api

merupakan campuran dari gas pembakar dengan oksidan dan

penggunaannya tergantung dari suhu nyala api yang dikehendaki.


- Sistem pengatoman dengan tungku grafit
12

Keuntungan sistem ini jika dibandingkan dengan sistem pengatoman

nyala api adalah sampel yang dipakai lebih sedikit, tidak memerlukan

gas pembakar, suhu yang ada diburner dapat dimonitor dan lebih peka.
- Sistem pengatoman dengan uap dingin
Sistem ini hanya dilakukan untuk analisa unsur Hg, karena Hg

mempunyai tekanan uap yang tinggi, sehingga pada suhu kamar Hg

akan berada pada kesetimbangan antara fasa uap dan fasa cair.
- Sistem pengatoman sampel padat
Sistem ini dilakukan pada sampel dengan potensial eksitasi yang

rendah atau dengan energi yang rendah sudah bisa tereksitasi dan

unsur tersebut berada pada sampel yang sederhana yang ikatannya

mudah lepas.
Monokromator
Fungsi monokromator adalah mengisolasi salah satu garis

resonansi/radiasi resonansi dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan

oleh lampu pijar hollow cathode.


Detektor
Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik,

dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data.

Detektor SSA tergantung pada jenis monokromatornya, jika

monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali,

detektor yang digunakan adalah barier layer cell. Tetapi pada umumnya

yang digunakan adalah detektor photomultiplier tube.

Metode SSA sangat tepat untuk analisa zat pada konsentrasi rendah.

Logam logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisa dan selain

itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar. Sensitivitas dan batas
13

deteksi merupakan parameter yang sering digunakan dalam SSA. Keduanya

dapat bervariasi dengan perubahan temperatur nyala, dan lebar pita spektra.

BAB III
METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah,

BPLHD DKI Jakarta pada bulan Juli - Agustus 2013.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Teknik pengambilan

sampel adalah purposive sampling. Sampel ini didapatkan dari pengiriman secara

rutin oleh industri elektroplating di kawasan DKI Jakarta.

C. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk mengetahui kandungan logam berat Zn dan

Cu adalah air limbah dari perusahaan elektroplating di DKI Jakarta, sedangkan


14

alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah AAS (Atomic Absorbance

Spektrofotometry).

D. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Logam Seng (Zn)

1.1 Persiapan contoh uji seng total

Masukkan 50 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen


kedalam gelas piala 100 mL.

Tambahkan 5 mL asam nitrat (HNO3) pekat.

Panaskan perlahan-lahan di pemanas listrik sampai sisa volumenya


15 mL 20 mL.

Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi


5 mL HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji
atau tutup Erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak
mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua
logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji
menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih

Tutup kaca dibilas dengan air suling dan air bilasannya


dimasukkan kedalam gelas piala

Pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50 mL (saring bila perlu)


dan tambahkan air bebas mineral hingga tanda tera dan
dihomogenkan

Pindahkan 10 mL larutan contoh uji kedalam tabung reaksi


15

Larutan contoh uji siap diuji

2. Logam Tembaga (Cu)

2.1 Persiapan contoh uji tembaga total

Masukkan 50 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen


kedalam gelas piala 100 mL.

Tambahkan 5 mL asam nitrat (HNO3) pekat.

Panaskan perlahan-lahan di pemanas listrik sampai sisa volumenya


15 mL 20 mL.

Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi


5 mL HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji
atau tutup Erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak
mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua
logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji
menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih

Tutup kaca dibilas dengan air suling dan air bilasannya


dimasukkan kedalam gelas piala

Pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50 mL (saring bila perlu)


dan tambahkan air bebas mineral hingga tanda tera dan
dihomogenkan

Pindahkan 10 mL larutan contoh uji kedalam tabung reaksi

Larutan contoh uji siap diuji

E. Pengukuran
16

1. Pengukuran Logam Seng (Zn)

Alat Spektofotometer Serapan Atom dan perlengkapnnya diatur

dan dioptimalkan untuk pengukuran seng sesuai dengan petunjuk

penggunaan alat dengan spesifikasi sebagai berikut :

HC lamp : 4 mA

Slit width : 0,50 nm

Wave length : 231,9 nm

Flame : Udara-asetilen

Finel gas flow : 2,0 L/min

Lamp : Cathode Lamp Zn

Dialirkan gas pembakar udara- asetilen

Diset pada computer jumlah larutan standar dan konsentrasinya

masing-masing dengan jumlah ketentuan minimal tiga (3) larutan

standar

Aspirasikan larutan standar dan larutan blanko kedalam SSA-nyala

lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 231,9 nm, dipilih

program kalibrasi dan dibiarkan sampai diperoleh garis dasar stabil

pada grafik di monitor


17

Setelah seluruh larutan blanko dan larutan standar selesai maka

program kalibrasi akan bekerja. Evaluasi data ekstrim sehingga

kurva kalibrasi linier dengan jumlah data minimal tiga

Setelah itu, aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur

serapannya. Bila hasil pengukuran untuk seng terlarut diluar

kisaran pengukuran, maka lakukan pengenceran.

Setelah diencerkan, lalu contoh uji tersebut di aspirasikan kembali

de dalam SSA-nyala sehingga didapatkan serapan sesuai kisaran

pengukuran.

2. Pengukuran Logam Tembaga (Cu)

Alat Spektofotometer Serapan Atom dan perlengkapnnya diatur

dan dioptimalkan untuk pengukuran seng sesuai dengan petunjuk

penggunaan alat dengan spesifikasi sebagai berikut :

HC lamp : 3 mA

Slit width : 0,50 nm

Wave length : 324,7 nm

Flame : Udara-asetilen

Finel gas flow : 1,8 L/min

Lamp : Cathode Lamp Cu


18

Dialirkan gas pembakar udara- asetilen

Diset pada computer jumlah larutan standar dan konsentrasinya

masing-masing dengan jumlah ketentuan minimal tiga (3) larutan

standar

Aspirasikan larutan standar dan larutan blanko kedalam SSA-nyala

lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 324,7 nm, dipilih

program kalibrasi dan dibiarkan sampai diperoleh garis dasar stabil

pada grafik di monitor

Setelah seluruh larutan blanko dan larutan standar selesai maka

program kalibrasi akan bekerja. Evaluasi data ekstrim sehingga

kurva kalibrasi linier dengan jumlah data minimal tiga

Setelah itu, aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur

serapannya. Bila hasil pengukuran untuk tembaga terlarut diluar

kisaran pengukuran, maka lakukan pengenceran.

Setelah diencerkan, lalu contoh uji tersebut di aspirasikan kembali

de dalam SSA-nyala sehingga didapatkan serapan sesuai kisaran

pengukuran.

F. Perhitungan

Konsentrasi seng dan tembaga dalam contoh uji ditentukan dari pembacaan

konsentrasi pada monitor atau kertas printer, konsentrasi tersebut didapat dengan

menggunakan persamaan : Y= ax + b. Apabila konsentrasi hasil pengujian lebih


19

besar dari nilai standar terbesar, contoh uji diencerkan dan persiapan larutan uji

diulang. Konsentrasi seng dan tembaga pada contoh uji yang diencerkan adalah

pembacaan konsentrasi pada monitor atau kertas printer dikalikan dengan faktor

pengenceran.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Dari hasil analisis terhadap beberapa sampel limbah cair dari industri

pelapisan logam di DKI Jakarta yang dikirimkan ke BPLHD Provinsi DKI

Jakarta Januari- Juni 2013 terlihat pada table 1. Table 1 Data Analisis Seng (Zn)

dan Tembaga (Cu) dari sampel limbah cair industri yang ada di DKI Jakarta.
Tabel 1. Hasil dan data analisis, Sumber Hasil Analisis Lab. Kimia-Fisik BPLHD
DKI Jakarta Januari- Juni 2013.

PARAMETER
KODE CONTOH SENG (Zn) TEMBAGA (Cu)
UJI
(mg/L) (mg/L)
A. 722 0.392 0.251
A. 832 0.004 0.241
A. 895 0.731 0.365
A. 1096 0.007 0.130
A. 1181 0.071 0.144
A. 1991 0.465 0.097
A. 2161 0.008 0.173
A. 2267 0.017 0.133
A. 2347 0.035 0.148
A. 2445 0.084 0.133
BMLC 2.0 mg/L 1.0 mg/L
20

Keterangan : BMLC (Baku Mutu Limbah Cair)


A : Kode Industri/ perusahaan yang berada di Daerah Khusus DKI
Jakarta

a. Kadar Seng (Zn) Total


Perbandingan nilai seng (Zn) pada sampel dengan baku mutu seng

dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

Gambar 1.
Perbandingan
kadar seng (Zn)
contoh uji dengan
baku mutu limbah cair untuk industri pelapisan logam

b. Kadar Tembaga (Cu) Total


Perbandingan nilai tembaga (Cu) pada sampel dengan baku mutu

seng dapat dilihat pada gambar 2 berikut :

Gambar 2.
Perbandingan
kadar tembaga (Cu)
contoh uji dengan baku mutu limbah cair untuk industri
pelapisan logam
21

B. PEMBAHASAN
Pelapisan logam dilakukan dengan tujuan untuk melindungi permukaan

benda terhadap adanya proses pengkorosian karena kontak langsung dengan

udara, memberikan suatu dasaran yang bagus untuk pengecatan, dan memberikan

penampilan yang lebih bagus dan menarik dari benda dasarnya. Fungsi pelapisan

logam pada umumnya ditujukan untuk pencegahan timbulnya korosi dan untuk

keperluan dekoratif dengan proses pewarnaan lanjut.


Komponen-komponen peralatan listrik seperti tiang dan aksesorisnya,

pagar, atap rumah merupakan barang-barang yang dilakukan pelapisan dengan

seng. Beberapa komponen dari mobil, kendaraan bermotor dan sepeda juga

dilakukan pelapisan seng untuk mencegah terjadinya korosi besi baja dengan

cepat. Berbagai barang kerajinan untuk keperluan rumah juga dilakukan pelapisan

seng dilanjutkan dengan pewarnaan pelangi, seperti barang-barang kerajinan

lampu listrik, kunci pintu dan aneka aksesoris permebelan. Pelapisan seng dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu proses pencelupan panas atau lebih dikenal

galvanizing dan proses pencelupan dingin atau dikenal dengan electroplating.


Industri pelapisan logam (electroplating) ini biasanya menggunakan

bahan-bahan kimia yang cukup banyak sehingga industri tersebut akan

menghasilkan limbah cair yang mengandung logam berat yang dapat mencemari

lingkungan seperti Seng (Zn) dan Tembaga (Cu).


Analisis yang dilakukan pertama kali dalam menentukan kandungan

logam dalam limbah cair adalah dengan melakukan destruksi logam dengan

menggunakan oksidator kuat yaitu HNO3 pekat. Setelah itu dilakukan pemanasan

yang berfungsi untuk mengubah unsur logam menjadi ion-ion yang bebas agar
22

dapat hasil pengukuran yang sempurna. Contoh uji yang telah diberi HNO 3 pekat

dan dipanaskan dapat disimpan hingga jangka waktu 6 bulan.


Parameter logam yang diperiksa adalah seng dan tembaga. Alat yang

digunakan untuk menentukan kadar logam dalam limbah cair adalah

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan nyala. Sumber radiasi yang

digunakan adalah lampu katoda berongga (hallow cathode lamp) yang

mempunyai intensitas pancaran radiasi yang kuat sehingga sangat cocok untuk

mengeksitasi atom-atom logam yang sejenis, sedangkan gas pembakar yang

digunakan adalah udara-asetilen. Untuk tiap parameter logam yang diuji memiliki

ketentuan hallow cathode lamp yang bebeda sehingga memiliki panjang

gelombang yang berbeda pula sesuai dengan yang telah ditentukan. Pada

pengukuran parameter logam seng dibutuhkan HC lamp 4 mA dengan panjang

gelombang 231,9 nm , sedangkan untuk pengukuran parameter logam tembaga

dibutuhkan HC lamp 3 mA dengan panjang gelombang 324,7 nm.


Pada penentuan kandungan logam ini SSA yang digunakan adalah

Shimadzu tipe AA-680 yang dilengkapi dengan sistem computer. Hasil yang

diperoleh sudah dalam bentuk konsentrasi dan absorbansi, sehingga dapat

langsung diketahui kandungan logam yang terdapat dalam contoh tersebut.


Pada gambar 1 diatas dapat diketahui bahwa sampel limbah cair industri

yang ada di wilayah DKI Jakarta yang dikirimkan ke UPT Laboratorium BPLHD

untuk parameter Seng (Zn) tidak melebihi baku mutu yang telah ditentukan sesuai

dengan lampiran V Keputusan Gubernur No. 582 Tahun 1995 yaitu sebesar 2.0

mg/L (lihat lampiran 2) . Hal ini dikarenakan industri tersebut telah melakukan

pengolahan limbah dengan baik sehingga limbah cair yang dihasilkan tidak

melebihi batas pencemaran lingkungan. Sebelum melakukan pengukuran terhadap


23

sampel maka harus dilakukan pengukuran standar seng yang telah diketahui

konsentrasinya (lihat lampiran 3).


Demikian juga untuk parameter tembaga (Cu) sesuai dengan gambar 2

diatas bahwa sampel limbah cair tersebut berada dibawah nilai baku mutu yang

ditentukan sesuai dengan Keputusan Gubernur No. 582 Tahun 1995 yaitu sebesar

1.0 mg/L (lihat lampiran 2). Pengukuran standar tembaga yang telah diketahui

konsentrasinya juga dilakukan untuk mendapatkan kurva kalibrasi (lihat lampiran

4).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap sampel limbah cair dari

beberapa industri pelapisan logam yang berada di DKI Jakarta, maka dapat

disimpulkan :
Kadar logam seng (Zn) dalam limbah industri pelapisan logam < 2.0

mg/L yaitu berada dibawah nilai baku mutu limbah cair industri

pelapisan logam yang telah ditetapkan dalam Keputusan gubernur

No. 582 Tahun 1995.


Kadar logam tembaga (Cu) dalam limbah industri pelapisan logam <

1.0 mg/L yaitu berada dibawah nilai baku mutu limbah cair industri
24

pelapisan logam yang telah ditetapkan dalam Keputusan gubernur

No. 582 Tahun 1995.

B. SARAN
Dari hasil analisis yang telah ditentukan terhadap limbah cair

industri pelapisan logam di DKI Jakarta umumnya sudah memenuhi syarat

baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh pemerintah, untuk itu

penulis menyarankan :
Industri yang limbah cairnya sudah memenuhi syarat standar baku

mutu diharapkan untuk tetap mempertahankan kualitas limbah

cairnya.

Daftar Pustaka

Akbar, H.S. 2002. Pendugaan tingkat akumulsi logam berat Cd, Pb, Cu, Zn dan
Ni pada kerang hijau (Perna viridis L.) ukuran >5 cm di perairan Kamal
Muara, Teluk Jakarta. Skripsi. Progam Studi Ilmu Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
25

Alloway, B.J. dan D.C. Ayres. 1993. Chemical principles of environmental


pollution. Chapman & Hall, London.

Bengen, D.G. 1998. Sinopsis analisis stastistik multivariabel/multidimensi.


Program Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Boehm, P. D. 1987. Transport and transformation process regarding


hydrocarbon and metal pollution in offshore sedimenary environment in:
Long term effect of shore oil and gas development. D. F. Boesch and N.
N. Rabalai. Elsivier applied science. London.

Bryan, G.W. 1976a. Heavy metal contamination in the sea. In R. Johnston (Ed.)
Effects of pollutants on aquatic organisms. Cambridge university press,
Cambridge.

Connell, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Darmono. 1995. Logam dalam sistem mahluk hidup. Penerbit Universitas


Indonesia, Jakarta.

Etik, Sari Yunita. 2006. Analisis Kandungan Logam Berat Hg, Cd, Se dan
Zn dalam Cuplikan Air, Sedimen, dan Biota Diperairan Surabaya
dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron. Universitas Brawijaya : Malang

Grolier International INC. 2001. Mengenal Ilmu Unsur Alam Bumi. PT


Ikrar Mandiri Abadi. Jakarta

Maryeni, Y., (2007). Pengolahan Limbah Elektroplating Industri Kecil dengan


Metode Presipitasi sebagai Hidroksida Logam (Recovery dan Reuse
Logam Kromium Heksavalen). Thesis. Bandung: Teknik Lingkungan ITB

Purwanto & Syamsul Huda. 2005. Teknologi Industri Elektroplating. Semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Said, N.I. 2006. Pengolahan Air Limbah Industri Pelapisan Logam. Kumpulan
Artikel Kelompok Teknologi Pengolahan air Bersih dan Limbah Cair.
Jakarta: BPPT.

Siti Marwati. 2007. Kajian tentang Pengolahan Limbah Cair Elektroplating


secara Sedimentasi dan Koagulasi Di Sentra Kerajinan Perak Kotagede,
Prosiding Seminar Nasional Kimia Oktober 2007. Yogyakarta: FMIPA
UNY
26

World Bank. (1998). Pollution Prevention and Abatement: Electroplating


Industry Draft Technical Background Document. Environment Dep.
Washington DC.

Lampiran 1

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI/ PERUSAHAAN/ BADAN


DI DAERAH KHUSUS DKI JAKARTA
27

Lampiran 2

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM


28

Lampiran 3

KURVA KALIBRASI

Tanggal : 23-Jul-13

Personil pelaksana : Puspita Anggraini

SPESIFIKASI ALAT DAN PARAMETER


29

Nama Alat : AAS

Spesifikasi Alat : Z-2000

Parameter yang diukur : Seng (Zn)

Panjang gelombang : 231.9 nm

Seng (Zn)
No Konsentrasi (X) Absorbansi (Y)
1 0.00 0.000
2 0.05 0.0118
3 0.1 0.0213
4 0.2 0.0410
5 0.4 0.0847
6 0.6 0.1262
7 0.8 0.1702

Lampiran 4

KURVA KALIBRASI

Tanggal : 23-Jul-13

Personil pelaksana : Puspita Anggraini

SPESIFIKASI ALAT DAN PARAMETER


30

Nama Alat : AAS

Spesifikasi Alat : Z-2000

Parameter yang diukur : Tembaga (Cu)

Panjang gelombang : 324.8 nm

Tembaga (Cu)
No Konsentrasi (X) Absorbansi (Y)
1 0.00 0.000
2 0.05 0.0011
3 0.1 0.0025
4 0.2 0.0048
5 0.4 0.0093
6 0.6 0.0142
7 0.8 0.0189

Anda mungkin juga menyukai