Anda di halaman 1dari 26

PENGANTAR TEKNIK

RESERVOIR
EOR

Rahmadi Hidayat, M.Eng.


Department of Geological Engineering
Gadjah Mada University
1
TERMINOLOGI
Wildcat well atau exploration well > sumur yang dibor pada daerah atau
struktur yang belum terbukti mampu menghasilkan hidrokarbon,
tujuannya untuk menemukan cadangan baru.

Development well > sumur yang dibor pada suatu struktur yang
mengandung cadangan minyak dan telah dibuktikan oleh sumur yang
telah dibor sebelumnya, tujuannya untuk mendapatkan produksi yang
optimal dari lapangan tersebut.

Delineation well > Pemboran yang bertujuan untuk mencari batas terluar
suatu lapangan minyak.

Injection well> Pemboran yang dilakukan untuk memasukkan fluida dari


luar pada tahap secondary/tertiary recovery.
TERMINOLOGI
Oil production well -> sumur yang dipergunakan untuk
memproduksi petroleum. Pada sumur ini telah dipasang alat-alat
produksi sehingga petroleum dapat diambil dengan baik.

Dry hole -> suatu kondisi sumur dimana pada zone of interest-nya
ternyata tidak mengandung hidrokarbon atau hanya sedikit sekali
mengandung hidrokarbon, dan hanya mengandung air. Pada suatu
kegiatan eksplorasi, biasanya menghasilkan beberapa dry hole
sebelum akhirnya berhasil mendapatkan hidrokarbon.

Plug & abandoned -> suatu keadaan dimana sumur yang telah
dibor harus ditutup dan ditinggalkan. Biasanya hal ini dilakukan
dengan mengambil casing yang telah dipasang pada sumur tersebut
dan menutup lubang bor dengan semen.
TAHAP PRODUKSI
Kegiatan produksi minyak bumi dilakukan setelah tahapan eksplorasi
menghasilkan lapangan minyak yang ekonomis.

Tahap perolehan pertama (primary recovery) yang mengandalkan


energi alamiah reservoar hanya mampu mengeluarkan sekitar 33%
minyak bumi dari seluruh cadangan yang ada.

Untuk mengambil minyak yang tersisa dikembangkan metode tahapan


perolehan kedua (secondary recovery) dan tahap perolehan ketiga
(tertiary recovery).

Tahap peroleh ketiga (tertiary recovery) dalam perkembangannya lebih


dikenal dengan Enhanced Oil Recovery (EOR).
Tahap Perolehan Pertama
(Primary Recovery)
Tahap pertama perolehan minyak bumi dihasilkan dari
sumur semburan alam (flowing well) yang pengeluaran
minyaknya mengandalkan energi alami yang terdapat di
dalam reservoar seperti water drive mechanism, solution
gas, water influx, gas cap drive atau gravity drainage. Selain
tenaga alami tahap perolehan pertama juga dapat dilakukan
dengan tenaga buatan berupa pembuatan pompa hisap
(pumping well).
Karena besarnya pengaruh tenaga alami maupun pompa
hisap yang tidak tetap dan semakin berkurang sesuai
dengan fungsi waktu sehingga minyak yang bisa terambil
maksimal hanya 33%, dan untuk mengambil sisanya
dikembangkan tahap perolehan kedua.
TEKANAN PADA MINYAK

6
Tahap Perolehan Kedua
(Secondary Recovery)
Metode yang sering dipakai adalah metode injeksi air dan metode injeksi gas.
Pada tahap kedua ini minyak tersisa di dalam reservoar sekitar 50% - 70%.

Metode Injeksi Air (Water Flooding)


Caranya dengan menginjeksikan air melalui sumur injeksi ke dalam reservoar
untuk meningkatkan tenaga reservoar sehingga minyak bisa keluar.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adl faktor kebasahan reservoar,
permeabilitas relatif, karakter minyak bumi, kemurnian air injeksi, litologi dan
struktur batuan reservoar.
Syarat-syarat air untuk injeksi :
Tersedia air dalam jumlah cukup sepanjang masa injeksi
Tidak mengadung padatan-padatan yang tidak dapat larut
Secara kimiawi stabil dan tidak mudah bereaksi dengan elemen-elemen yang
terdapat dalam sistem injeksi dan reservoar (compatible).
Manfaat metode injeksi air : teknologinya sudah terbukti, penggunaannya luas,
biayanya tidak terlalu tinggi, efisiensi penyapuannya tinggi dan cocok untuk
beberapa jenis reservoar.
Kekurangan metode ini : volume air yang digunakan banyak, rasio jumlah air yang
digunakan terhadap minyak yang dihasilkan tinggi dan minyak yang tersisa masih
banyak.
WATER FLOODING

8
Tahap Perolehan Kedua
(Secondary Recovery)
Metode Injeksi Gas
Prinsip metode ini hampir sama dengan metode injeksi air, yaitu gas
dimasukkan melalui sejumlah sumur injeksi yang tersebar untuk
mendorong cadangan minyak tersisa ke sumur produksi.

Dalam pengoperasiannya perlu diperhatikan : perbedaan kekentalan antara


gas yang diinjeksikan dengan fluida formasi harus besar karena gas
mempunyai kecenderungan memecah aliran dalam beberapa arah.
Pengaruh ketebalan formasi yang besar, tenaga gravitasi yang dominan dan
ketidakseragaman struktur formasi dapat menimbulkan aliran gas ke arah
vertikal sehingga mengakibatkan pemborosan dalam pemakaian gas
sebagai media injeksi.

Gas bumi (natural oil gas) merupakan media yang paling bagus sebagai
media injeksi, karena mudah diperoleh pada tahap awal pengembangan
reservoar. Setelah mengalami proses pemisahan dengan minyaknya maka
gas tersebut dapat diinjeksikan ke dalam reservoar.
METODE INJEKSI GAS

10
OIL RECOVERY

11
ENHANCED OIL RECOVERY
(EOR)
Tahap Perolehan Ketiga (Tertiary Recovery)

Setelah pengusahaan minyak melalui tahap pertama dan tahap


kedua masih tersisa cadangan minyak bumi yang cukup besar
antara 50%-70% dari cadangan awalnya. Maka dilakukan tahap
perolehan minyak ketiga untuk memperoleh sisa minyak
semaksimal mungkin dengan teknik EOR. Pengembangan teknik
EOR terdiri dari :
Chemical flooding processes
Thermal recovery processes
Miscible recovery processes
Immiscible recovery processes
Microbial EOR
Chemical Flooding Processes
Prinsip : menambahkan unsur-unsur kimia ke dalam media air yang akan diinjeksikan,
sehingga kekentalannya meningkat serta untuk menurunkan tegangan permukaan antar
fluidanya.

Proses-proses kimia yang utama dalam pengembangan teknologi EOR diantaranya :

Polymer Flooding
menambahkan larutan polymer ke dalam air injeksi untuk meningkatkan berat molekulnya (menambah
kekentalan) sehingga akan meningkatkan oil mobility ratio dalam reservoar dan diharapkan dapat
memperbaiki efisiensi penyapuan (sweep efficiency).
Penerapan metode ini seringkali berselang-seling dengan surfactant, jenis polymer yang sering digunakan
adalah polyacrilamide dan polysaccaride. Karena mempertimbangkan besarnya biaya dalam penerapan
metode ini, maka kondisi yang sesuai adalah untuk reservoar yang mengandung minyak dengan kekentalan
antara 10 100 centipoise dan temperatur kurang dari 200F serta salinitas reservoar maksimum 100.000
ppm.

Alkaline Flooding
mengubah tegangan permukaan menjadi lebih rendah sehingga kejenuhan minyak tersisa (Sor) lebih
rendah dari kejenuhan waterflood tersisa, dengan menambahkan senyawa alkaline, seperti sodium
hydroxide, sodium orthosilicate dan sodium carbonate ke dalam reservoar. Pengelmusian minyak akan
memperbaiki sweep efficiency dan alterasi sehingga membuat reservoar cenderung lebih water wet dan
akan meningkatkan permeabilitas yang akan meningkatkan perolehan minyak.
Kondisi yang sesuai untuk penerapan metode alkaline flooding antara lain kekentalan minyak maksimum
90 centipoise, kandungan minyak minimum pada awal proses 25%, temperatur reservoar maksimum 200F,
permeabilitas minimum 20 md dan salinitas formasi maksimum 100.000 ppm.
Polymer flooding

15
Surfactant Flooding
Metode ini sering juga disebut sebagai metode microemultion atau micellar flooding.
Surfactant merupakan zat aktif permukaan (surface active agent) yang terdiri dari campuran
polymer, alkohol dan sulfonate yang dapat menurunkan tegangan permukaan minyak-air
sehingga tekanan kapiler pori dapat dikurangi dan meningkatkan tenaga dorong minyak bumi.
Dengan penerapan metode surfactant flooding ini diharapkan dapat meningkatkan faktor
perolehan hingga mencapai 70%. Namun metode ini pemakaiannya masih jarang karena pada
umumnya dengan metode bahan kimia tersebut memerlukan biaya yang amat mahal.

Metode surfactant-polymer flooding


Prinsipnya adalah mengurangi gaya antar muka minyak dan air, membuat minyak menjadi
lebih larut, membuat emulsi minyak dan air dan meningkatkan mobilitas minyak.
Manfaat penggunaan metode surfactant-polymer flooding antara lain :
Efisiensi penyapuan tiap area tinggi
Teknologi produksi mirip dengan water flooding
Pemisahan akibat gaya gravitasi (gravity segregation) kurang berpengaruh.
Dapat diterapkan pada berbagai jenis reservoar.
Sedangkan kekurangan dan masalah yang umum adalah :
Mengeluarkan biaya yang tinggi
Prediksi tingkat keberhasilan atau kemampuannya sulit dilakukan
Sistemnya komplek dan rumit
Tingkat adsorpsi bahan kimianya tinggi, terjadi interaksi antara surfaktan dengan polymernya
Penurunan kemampuan bahan kimianya pada suhu tinggi.
Surfactant dan polymer flooding

17
Thermal Recovery Processes
Thermal recovery processes adalah teknik EOR dengan
memanfaatkan pengaruh panas untuk menurunkan
tingkat kekentalan minyak bumi sehingga mudah
dimobilisasikan.
Secara umum proses ini dibedakan menjadi :
Cyclic Steam Stimulation (Huff nPuff)
Steam Flooding
In Situ Combustion
Hot Caustic Flooding
HUFF and Puff

Cyclic Steam Stimulation (Huff nPuff)


Prinsip : memasukkan uap dengan cara diinjeksikan ke dalam sumur
dan setelah terendam beberapa hari, pada sumur yang sama
dilakukan produksi dengan menggunakan pompa. Perubahan
kekentalan minyak akan meningkatkan mobilitas minyak dalam
resesvoar. Apabila dinilai tidak ekonomis lagi maka proyek cyclic
steam stimulation ini dapat dilanjutkan dengan metode steam
flooding.
19
STEAM FLOODING

Steam Flooding
Prinsip : menyuntikan uap panas (steam) melalui sumur injeksi
ke dalam reservoar untuk mengurangi kekentalan minyak bumi.
Kondisi yang sesuai untuk penerapan metode pembanjiran uap
panas ini adalah : derajat gravitasi minyak sekitar 10-34 API,
kekentalan minyak maksimum 15.000 centipose dan kedalaman
reservoar kurang dari 3000 feet.
20
INSITU COMBUSTION

In Situ Combustion
Prinsip : menyalurkan panas untuk menurunkan tingkat kekentalan
minyak bumi dengan melakukan pembakaran dalam reservoar. Untuk
mendukung metode ini juga dilakukan injeksi gas yang mudah terbakar
ke dalam reservoar. Hal ini akan menurunkan kekentalan minyak serta
mengubah minyak menjadi uap, sehingga akan terbentuk tenaga
pendorong gabungan dari uap, gas dan air panas. 21
HOT CAUSTIC FLOODING

Hot Caustic Flooding


Prinsip : asam-asam organik yang secara alamiah terjadi
dalam minyak mentah akan bereaksi dengan alkali dari
soda yang diinjeksikan. Reaksi kimia akan sangat berperan
pada kontak antara air dan minyak dalam formasi sehingga
tegangan permukaan diantaranya dapat berkurang dan
terjadi pengemulsian setempat. Syarat penggunaan
metode pembanjiran soda ini adalah tersedianya cukup
asam alami dalam minyak. 22
Miscible Processes (Proses-Proses Pembauran)
Proses ini dilakukan dengan cara menginjeksikan gas-gas tertentu yang mempunyai
sifat dapat berbaur dengan minyak sehingga dapat mengurangi kekentalan minyak
dan meningkatkan mobilitas dengan cara memberikan tenaga pendorong minyak ke
sumur produksi. Gas-gas yang dapat dipakai dalam proses ini adalah gas
karbondioksida, nitrogen dan gas hidrokarbon.

Microbial EOR
Microbial EOR adalah teknik EOR yang menggunakan microba sebagai bahan yang
diinjeksikan. Sampai saat teknologi microbial EOR belum banyak dikembangkan. Ada
dua tipe microbial EOR, yaitu :
Mikroba dengan nutrients diinjeksikan ke dalam reservoar, campurannnya dengan minyak di
dalam reservoar akan menghasilkan zat pembersih, CO2 dan sel-sel baru yang secara fisika
dan kimianya mampu mendesak minyak keluar.
Mikroba dan nutrients yang diinjeksikan ke dalam reservoar, campuran itu akan
mempengaruhi minyak sehingga derajat kandungan minyak berubah. Mikroba dan minyak
yang sudah terubah akan terlingkup pada zona permeabilitas tinggi, dan jika diinjeksikan
fluida lain ke dalam reservoar menyebabkan minyak yang terdapat pada zona permeabilitas
rendah pun terdesak keluar
KARAKTERISTIK RESERVOIR
DAN PRINSIP-PRINSIP EOR

Karakteristik dan kondisi reservoirnya yang perlu diketahui :


Geometri reservoar dan bentuk eksternal secara menyeluruh
Konfigurasi internal dari porositas dan permeabilitas
Permeabilitas horizontal, permeabilitas vertikal dan konfigurasi internal unit aliran
Barrier permeabilitas
Penyebaran dan orientasi struktur kekar dan rekahan
Lokasi sumur injeksi dan produksi
Data tekanan, volume dan suhu pada fluida yang dipakai
Tipe teknik EOR yang dipakai
Kecepatan aliran untuk sumur injeksi dan sumur produksi.

Prinsip lainnya dalam teknik EOR :


Diketahui jumlah atau cadangan minyak yang terdapat dalam reservoar
Diperhitungkan faktor volumetric sweep efficiency dan displacement efficiency
Perhitungkan tingkat keekonomisan.

Pengujian karakteristik reservoar biasanya bersifat uji laboratorium (kondisi ideal) sehingga
untuk penerapannya di lapangan dalam teknik EOR tidak bisa secara sempurna sehingga
minyak di dalam reservoar tidak seluruhnya dapat diambil, tetapi teknologi EOR setidaknya
sudah membantu meningkatkan tingkat perolehan minyak bumi dan sumur-sumur lama bisa
diproduksi dan berfungsi kembali.
PENERAPAN EOR
VISKOSITAS MINYAK

25
PENERAPAN
EOR
PADA
PROPERTI
MINYAK DAN
KARAKTERISITIK
RESERVOIR

26

Anda mungkin juga menyukai