Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu dari sekian banyak Low Back
Pain akibat proses degeneratif yang ditemukan di masyarakat. Prevalensinya berkisar antara
1-2% dari populasi. Laki-laki dan wanita memiliki resiko yang sama dalam mengalami HNP,
dengan awitan paling sering antara usia 30 dan 50 tahun. HNP merupakan penyebab paling
umum kecacatan akibat kerja pada mereka yang berusia di bawah 45 tahun. Nyeri pinggang
yang diderita pasien usia kurang dari 55 atau 60 tahun adalah disebabkan oleh HNP,
sedangkan yang berusia lebih tua nyeri pinggang disebabkan oleh osteoporosis, fraktur
kompresi, dan fraktur patologis.
HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-
L5, sedangkan 10% sisanya terjadi didaerah L3-L4. Pasien HNP lumbal seringkali mengeluh
rasa nyeri menjadi bertambah pada saat melakukan aktivitas seperti duduk lama,
membungkuk, mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan.
Biasanya nyeri belakang punggung oleh karena HNP akan membaik dalam waktu kira-kira 6
minggu.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Hernia nukleus pulposus adalah suatu kondisi dimana menonjolnya sebagian atau
seluruh bagian dari sentral nukleus pulposus kedalam kanalis vertebralis akibat degenerasi
dari anulus fibrosus korpus intervertebralis, yang menyebabkan sakit punggung dan kaki
akibat iritasi akar saraf tersebut. Nama lainnya yaitu: Lumbar radiculopathy, radiculopathy
cervical, herniated intervertebral disk, intervertebral prolapsed disk, slipped disk, kerusakan
saraf.

2.2 ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP adalah aliran darah ke diskus
berkurang, beban berat, dan ligamentum longitudinalis posterior menyempit. Jika beban pada
diskus bertambah, annulus fibrosus tidak lagi kuat untuk menahan nukleus pulposus dari
keluar ke kanalis vertebralis yang akhirnya menekan radiks sehingga timbul rasa nyeri.

2.3 ANATOMI
Columna vertebralis adalah struktur tulang yang kompleks dan fleksibel yang
merupakan pilar utama tubuh dan dibentuk oleh tulang-tulang tidak beraturan, disebut
vertebrae. Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

2
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang
rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan
satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut diskus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.

3
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini
paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna
vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar columna vertebralis tidak
cedera bila terjadi trauma.
Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama : nukleus pulposus di tengah dan
annulus fibrosus disekelilingnya. Diskus dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawanya
oleh lempengan tulang rawan yang tipis (hyalin cartilage plate).
Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:

- Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang
konsentris mengelilingi nukleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan
menyerupai gulungan (coiled spring)
- Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
- Daerah transisi.
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan (hyaluronic
long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat

4
higroskopis. Nukleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan
atau beban.

2.4 PATOFISIOLOGI

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan


degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus
menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di
anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan
stres minor berulang seperti mengangkat beban) kartilago dapat cedera.

5
Herniasi umumnya terjadi pada satu sisi dan jarang bersamaan pada kedua sisi.
Didaerah lumbal, herniasi lebih sering terjadi kearah posterolateral dan menekan radiks saraf
spinalis. Pada herniasi kearah posterosentral, maka akan menekan medulla spinalis.
Pada umumnya HNP lumbal terjadi setelah cedera fleksi walaupun penderita tidak
menyadari adanya trauma sebelumnya. Trauma yang terjadi dapat berupa trauma tunggal
yang berat maupun akumulasi dari trauma ringan yang berulang.

Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus dibagi atas:


1. Protruded intervertebral disc, nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolapsed intervertebral disc, nukleus berpindah tetapi masih didalam lingkaran
annulus fibrosus.
3. Extruded intervertebral disc, nukleus keluar dari annulus fibrosus dan berada
dibawah ligamentum longitudinal posterior.
4. Sequestrated intervertebral disc, nukleus telah menembus ligamentum
longitudinal posterior.

6
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:

1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi
L5-S1.
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah
herniasi yang paling sering adalah postero lateral.

2.5 FAKTOR RESIKO

Ada beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan HNP, dibagi menjadi faktor
resiko yang dapat dirubah (modifiable) dan tidak dapat dirubah (unmodifiable).

Faktor resiko yang tidak dapat dirubah


1. Umur: makin bertambah umur resiko makin tinggi. Pertambahan usia menyebabkan
terjadi perubahan degeneratif yang berpengaruh pada penurunan kemampuan
menahan air yang dimiliki nukleus pulposus, proteoglikan rusak, komponen mekanik
memburuk yang akhirnya melampaui tekanan maksimal dalam diskus sehingga
mengakibatkan penonjolan annulus.
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita

7
3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya.

Faktor resiko yang dapat dirubah


1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-
barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang

2.6 DIAGNOSIS

I. Anamnesis

Manifestasi klinis yang timbul juga tergantung pada lokasi HNP terjadi:
1. Postero-lateral: disamping nyeri pinggang, juga akan memberikan gejala dan
tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.
2. Postero-sentral: mengakibatkan nyeri pinggang oleh karena menekan ligamentum
longitudinal yang bersifat peka nyeri. Mengingat bahwa medulla spinalis berakhir
pada vertebra L1 atau tepi atas L2, maka HNP kearah postero-sentral vertebra L2
tidak akan melibatkan medulla spinalis. Yang mungkin terkena adalah kauda
equina, dengan gejala dan tanda berupa rasa nyeri yang dirasakan mulai dari
pinggang, daerah perineum, tungkai sampai kaki, refleks lutut dan tumit
menghilang yang sifatnya unilateral atau asimetris.

8
Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai dari bokong,
paha bagian belakang, dan tungkai bawah bagian atas). Sifat nyeri disebabkan oleh HNP
adalah:

1. Nyeri mulai dari bokong, menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke


tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).
2. Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang
berat.
3. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 S1 (garis antara
dua krista iliaka).
4. Nyeri spontan

Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat.
Sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.

9
II. Pemeriksaan fisis
Pada posisi berdiri tampak adanya skoliosis.
Pada posisi terlentang dapat dilakukan tes provokasi sbb:
1. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus.
a. Tes Laseque (straight leg raising = SLR)
Dilakukan fleksi tungkai yang sakit dalam posisi lutut ekstensi. Tes
normal bila tungkai dapat difleksikan hingga 80-90 derajat. Tes positif
bila timbul rasa nyeri di sepanjang perjalanan saraf iskhiadikus sebelum
tungkai mencapai kecuraman 70 derajat. Tes ini terutama meregangkan
saraf spinal L5 dan S1, sedangkan yang lain kurang diregangkan.
Beberapa variasi dari tes ini adalah dorsofleksi kaki yang akan
menyebabkan nyeri bertambah (Bragards sign) atau dorsofleksi ibu jari
kaki (Sicards sign).
b. Tes Laseque menyilang / crossed straight leg raising test (Tes OConell).
Tes ini sama dengan tes Laseque tetapi yang diangkat tungkai yang sehat.
Tes positif bila timbul nyeri radikuler pada tungkai yang sehat (biasanya
perlu sudut yang lebih besar untuk menimbulkan nyeri radikuler dari
tungkai yang sakit).
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal.
a. Tes Naffziger

10
Dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit atau dengan
melakukan kompresi dengan ikatan sfigmomanometer selama 10 menit
tekanan sebesar 40mmHg sampai pasien merasakan penuh di kepala.
Dengan penekanan tersebut mengakibatkan tekanan intrakranial
meningkat yang akan diteruskan ke ruang intratekal sehingga akan
memprovokasi nyeri radikuler bila ada HNP.
b. Tes Valsava
Dalam berbaring atau duduk, pasien disuruh mengejan. Nyeri timbul
ditempat lesi yang menekan radiks spinalis daerah lumbal.

III. Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan radiologis

a. Foto polos vertebrae


Sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP, lateral dan oblique. Informasi
yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
Adanya penyempitan ruang intervertebralis dapat mengindikasikan adanya
HNP.
Pada HNP dapat juga dilihat skoliosis vertebra kesisi yang sehat dan
berkurangnya lordosis lumbalis
Dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis lainnya seperti proses
metastasis, fraktur kompresi.
b. Mielografi
Mielografi adalah suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan melihat struktur
kanalis spinalis dengan memakai kontras. Bahan kontras dibagi atas kontras negatif
yaitu udara dimana sekarang sudah tidak dipakai lagi dan kontras positif yang larut
dalam air (misal: Dimer-X, Amipaque, Conray 280). Adapun prosedur mielografi
adalah sbb:
Mielografi asendens:
Zat kontras disuntikkan kedalam ruang subarachnoid melalui pungsi lumbal. Pada
fluroskopi kolom zat kontras tampak jelas karena tidak tembus oleh sinar rontgen,
sehingga terlihat radiopak. Dengan merendahkan ujung rostral kolumna vertebralis,
maka kolom zat kontras akan bergerak ke rostral. Apabila ruang subarachnoid

11
tersumbat oleh karena proses desak ruang ekstradural atau intradural-ekstrameduler
menindih medulla spinalis, maka kolom zat kontras terhalang (berhenti).
Mielografi desendens:
Zat kontras dimasukkan kedalam sisterna serebromedularis melalui pungsi oksipital.
Dengan fluoroskopi kolom zat kontras diikuti pengalirannya kearah kaudal bila ujung
kaudal kolumna vertebralis direndahkan. Blok yang diperlihatkan berarti batas atas
proses desak ruang yang menghasilkan sindrom kompresi medula spinalis. Zat
kontras yang ditindihi oleh masa secara langsung atau tak langsung memperlihatkan
bentuk yang khas sesuai sifat kompresi tersebut. Konfigurasi defek kontras
memberikan informasi mengenai lokasi proses desak ruang yang menindihi medula
spinalis. Foto-foto yang diambil dalam posisi: prone dengan sinar AP, lateral, oblik
(kalau perlu), prone dengan sinar horizontal (kalau perlu).
Gambaran khas pada HNP adalah terlihat adanya indentasi pada kolom zat kontras di
diskus yang mengalami herniasi. HNP yang besar dapat menyebabkan blokade total
kanalis spinalis sehingga sering dicurigai sebagai tumor. Kelainan yang ditemukan
pada mielografi yaitu HNP, tumor ekstra dan intradural, kelainan kongenital serta
arakhnoiditis.

c. Magnetic Resonance Imaging


.Keunggulan MRI adalah:

1. Sangat sensitif untuk menilai morfologi jaringan lunak


2. Mampu menghasilkan penampang dalam berbagai arah potongan tanpa
mengubah posisi pasien
3. Tidak menggunakan sinar radiasi
4. Dapat membedakan antara jaringan padat, lemak/non lemak, cairan, umur
perdarahan dan pembuluh darah
5. Tidak invasive

Pada MRI, dapat terlihat gambaran bulging diskus (annulus intak), herniasi diskus
(annulus robek) dan dapat mendeteksi dengan baik adanya kompresi akar-akar saraf
atau medula spinalis oleh fragmen diskus.

12
B. Pemeriksaan neurofisiologi

13
Pemeriksaan EMG dapat membedakan lesi radiks dengan saraf perifer atau
iritasi radiks dengan kompresi radiks. Pada iritasi radiks akan terlihat potensial yang
besar dan polifasik dengan durasi yang melebar pada otot-otot segmen yang
bersangkutan. Sedangkan pada kompresi radiks, selain temuan seperti diatas juga
terlihat adanya fibrilasi dengan atau tanpa positif sharp waves pada otot-otot segmen
yang bersangkutan atau pada otot-otot paravertebral. Menghilangnya H-refleks pada
satu sisi atau perbedaan H-refleks >1,5 milidetik pada kedua sisi menunjukkan adanya
kompresi radiks.

C. Pemeriksaan laboratorium

Kadar kalsium, fosfat, alkali dan acid phosphatase serta glukosa darah perlu
diperiksa karena beberapa penyakit seperti penyakit tulang metabolik, tumor
metastasis pada vertebra dan mononeuritis diabetika dapat menimbulkan gejala
menyerupai gejala HNP.

D. Pungsi lumbal

Manfaat tindakan ini tidak terlalu bermakna. Bila terjadi blokade total maka
dijumpai peningkatan kadar protein LCS dan tes Queckenstedt positif.

2.7 PENATALAKSANAAN

Perawatan utama untuk HNP adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan
untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 %
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita
butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau
pembedahan.

a. Medikamentosa
Untuk penderita dengan HNP yang akut yang disebabkan oleh trauma (seperti
kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang sangat berat) dan segera diikuti dengan nyeri
hebat di punggung dan kaki, obat pengurang rasa nyeri dan NSAIDS akan dianjurkan (misal:
fentanyl)

14
Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas otot,
biasanya diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin diberikan dalam bentuk pil atau
langsung ke dalam darah lewat intravena. Pada pasien dengan nyeri hebat berikan analgesik
disertai zat antispasmodik seperti diazepam. NSAID Nebumeton yang merupakan pro drugs
dan efek sampingnya relatif lebih kecil, terutama efek samping terhadap saluran cerna,
dengan dosis 1 gram/hari. Pemakaian jangka panjang biasanya terbatas pada NSAIDS, tapi
adakalanya narkotika juga digunakan jika nyeri tidak teratasi oleh NSAIDS. Orang yang
tidak dapat melakukan terapi fisik karena rasa nyeri, injeksi steroid di belakang pada daerah
herniasi dapat sangat membantu mengatasi rasa sakit untuk beberapa bulan dan disertai
program terapi rutin. Relaksan otot diberikan secara parenteral dan hampir selalu secara
intravenous. Misalnya:
D-tubokurarin klorida
Metokurin yodida
Galamin trietyodida
Suksinilkolin klorida
Dekametonium
Derajat relaksasi otot dapat diatur dengan kecepatan infus
Transkuilizer
b. Operasi
Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya gangguan
neurologis. Penderita yang telah didiagnosa HNP, maka terapi konservatif yang harus
dilaksanakan. Bilamana kasus HNP masih baru namun nyerinya tidak tertahan atau defisit
motoriknya sudah jelas dan mengganggu, maka pertimbangan untuk operasi. Pasien HNP
yang akan dioperasi harus dilakukan pemeriksaan mielografi. Berdasarkan mielogram itu
dapat memastikan adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya. Diskografi merupakan
pemeriksaan diskus yang lebih invasif yang dilakukan jika hasil mielografi meragui adanya
HNP, karena diskrografi adalah pemeriksaan diskus dengan menggunakan kontras, untuk
melihat seberapa besar diskus yang keluar dari kanalis vertebralis.
Jenis pembedahan yang bisa dilakukan pada pasien HNP adalah Laminotomi
(pemotongan sebagian lamina di atas atau di bawah saraf yang tertekan), Laminektomi
(pemotongan sebagian besar lamina atau vertebra), dan Disektomi (pemotongan sebagian
atau keseluruhan diskus intervertebralis). Sementara, ada juga yang disebut Minimally
Invasive Operation. Dengan cara ini, insisi yang diperlukan tidak lebar, dimungkinkannya

15
visualisasi lokasi patologi melalui mikroskop atau endoskop, trauma pembedahan yang
dialami pasien jauh lebih sedikit, dan pasien dapat pulih lebih cepat.
Disektorni dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general
anesthesia. Pasien akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk
mengurangi resiko penumpukan darah.
Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu jika lebih dari satu diskus yang
harus ditangani. Jika ada masalah lain selain herniasi diskus operasi yang lebih ekstensif
diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh.
Pilihan operasi lainnya adalah mikrodisektomi, prosedur memindahkan fragmen of
nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan chemonucleosis.
Chemonucleosis adalah injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke dalam herniasi diskus
untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu
alternatif disektomi pada kasus-kasus tertentu.
Biasanya penderita boleh memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah ia
diperbolehkan bangun atau turun dari tempat tidur.

16
2.8 KOMPLIKASI

1. Nyeri tulang belakang kronik

2. Nyeri tulang belakang permanen (sangat jarang)

3. Hilangnya sensasi atau pergerakan di tungkai atau kaki

4. Menurunnya atau hilangnya fungsi dari usus dan kandung kemih

DIAGNOSIS BANDING

17
Diagnosis banding untuk HNP adalah:

1. Neuropati diabetika (neuropati iskhiadikus/ femoralis)


2. Tumor daerah vertebra
3. Fraktur vertebra
4. Spondilosis
5. Proses inflamasi tulang belakang di sekitar L5, S1 dan S2 misalnya; arthritis
sakroiliaka atau bursitis m. piriformis.
6. Entrapment neuritis dari n.iskhiadikus.
7. Neuritis iskiadikus primer.

2.9 PROGNOSIS

Umumnya prognosa baik dengan pengobatan yang konservatif. Presentasi rekurensi


dari keadaan ini sangat kecil. Tetapi kadang-kadang pada sebagian orang memerlukan waktu
beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk memulai lagi aktivitasnya tanpa disertai rasa
nyeri dan tegang pada tulang belakang. Keadaan tertentu (misalnya dalam bekerja) yang
mengharuskan pengangkatan suatu benda maka sebaiknya dilakukan modifikasi untuk
menghindari rekurensi nyeri pada tulang belakang.

18
BAB III

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. AR

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Anggota TNI-AD

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Suku bangsa : Jawa

Tanggal masuk : 31 mei 2013

Dirawat yang ke : I (pertama)

Tanggal pemeriksaan : 5 Juni 2013

II. ANAMNESA

Autoanamnesa dan Alloanamnesa tanggal 5 Juni 2013 pukul 09.00 WIB

KELUHAN UTAMA : Nyeri pada pinggang bawah sebelah kiri menjalar hingga
ke tungkai bawah kiri

KELUHAN TAMBAHAN : -

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

19
Pasien laki - laki usia 27 tahun datang ke RS ciremai dengan keluhan nyeri
pinggang bawah sejak kurang lebih delapan bulan SMRS. Awalnya nyeri yang dirasakan
pasien hanya sebatas pegal pegal biasa pada daerah bokong bagian belakang sebelah kiri
yang tidak begitu mengganggu pasien. oleh pasien keluhan tersebut hanya dibawa ke tukang
urut dan keluhan agak membaik. namun semakin lama rasa nyeri semakin dirasa
mengganggu. lima bulan SMRS pasien mengeluhkan rasa nyeri yang semakin sering timbul
hampir setiap hari. Nyeri dirasa seperti perasaan tertusuk tusuk , panas dan ngilu. daerah
nyeri juga terasa menjalar mulai dari daerah pinggang bawah sebelah kiri menjalar ke
daerah bokong , paha bagian belakang , lutut bagian belakang , betis bagian dalam sampai ke
tumit sebelah kiri. nyeri dirasakan memberat saat pasien berdiri telalu lama , jongkok saat
BAB, setelah melakukan aktivitas berat, perubahan posisi dari berbaring ke duduk . Nyeri
juga diperberat saat pasien bersin atau batuk. pasien telah berobat ke dokter praktik swasta
namun tidak ada perbaikan. 3 minggu SMRS pasien berobat dan dirawat di RS ciremai ,
disana pasien dilakukan pemeriksaan foto rontgen , hasil foto menunjukkan terdapatnya
hernia pada lumbal 4 5.

pasien bekerja sebagai TNI AD di bagian pleton tangkas, dimana pasien sering
ditugaskan untuk mengikuti kompetisi olahraga sehingga pasien sering melakukan latihan /
aktivitas fisik yang berat seperti angkat beban, lari jarak jauh , dan lain sebagainya.

pasien belum pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya. selama keluhan pasien
menyangkal adanya demam, riwayat trauma, maupun gangguan dalam BAB dan BAK.
Penyakit darah tinggi, kencing manis dan penyakit jantung disangkal. Riwayat obesitas juga
disangkal

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

Hipertensi : disangkal

Diabetes melitus : disangkal

Sakit jantung : disangkal

Trauma kepala : disangkal

Sakit kepala sebelumnya : disangkal

20
Kegemukan : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

Tidak ada yang menderita penyakit serupa dalam keluarga

RIWAYAT KELAHIRAN/PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN :

Tidak ada kelainan pada proses kelahiran, pertumbuhan, ataupun perkembangan pasien

PEMERIKSAAN

STATUS INTERNUS

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Gizi : Baik
Tanda vital :
Tekanan darah kanan : 120 / 80 mmHg

Tekanan darah kiri : 120 / 80 mmHg

Nadi kanan : 76 x / menit

Nadi kiri : 76 x / menit

Pernafasan : 20 x /menit

Suhu : 36,5 C

Limfonodi : Tidak teraba membesar


Jantung : BJ I - II reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : Suara dasar vesikuler, wheezing (-), rhonki (-)
Hepar : Tidak teraba pembesaran
Lien : Tidak teraba pembesaran
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, CRT < 3

STATUS PSIKIATRI

21
Tingkah laku : wajar
Perasaan hati : baik
Orientasi : baik
Jalan pikiran : baik
Daya ingat : baik

STATUS NEUROLOGI

Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15 ( E4M6V5 )


Sikap tubuh : Berbaring terlentang
Cara berjalan : Berjinjit dgn tumpuan jempol kaki kiri
Gerakan abnormal : Tidak ada
Kepala

Bentuk : Normocephal
Simetris : Simetris
Pulsasi a.Temporalis : Teraba
Nyeri tekan : Tidak ada

Leher

Sikap : Normal
Gerakan : Bebas, kesegala arah
Vertebrae : Dalam batas normal
Nyeri tekan : Tidak ada
Pulsasi a. Carotis : Teraba
TANDA RANGSANG MENINGEAL

Kanan Kiri

Kaku kuduk : (-) (-)

Laseque : ( + ) >70 (-)

Kernig : ( + ) > 135 (-)

Brudzinsky I : (-) (-)

22
Brudzinsky II : (-) (-)

NERVI KRANIALIS

Kanan Kiri

N I ( Olfactorius )

Daya penghidu : Normosmia Normosmia

N II ( Optikus )

Ketajaman penglihatan : Baik Baik


Pengenalan warna : Baik Baik
Lapang pandang : Sama dengan pemeriksa
Fundus : Tidak dilakukan

N III ( Occulomotoris )/ N IV ( Trochlearis )/ N VI ( Abducens )

Ptosis : (-) (-)


Strabismus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Exopthalmus : (-) (-)
Enopthalmus : (-) (-)
Gerakan bola mata :
Lateral : (+) (+)

Medial : (+) (+)

Atas lateral : (+) (+)

Atas medial : (+) (+)

Bawah lateral : (+) (+)

Bawah medial : (+) (+)

23
Atas : (+) (+)

Bawah : (+) (+)

Gaze : (+) (+)

Pupil :
Ukuran pupil : 3 mm 3 mm

Bentuk pupil : bulat bulat

Isokor/anisokor : isokor

Posisi : ditengah ditengah

Reflek cahaya langsung : (+) (+)

Reflek cahaya tidak langsung : (+) (+)

Reflek akomodasi/konvergensi: (+) (+)

N V ( Trigeminus )

Menggigit : Baik
Membuka mulut : Simetris
Sensibilitas atas : (+) (+)

Tengah : (+) (+)

Bawah : (+) (+)

Reflek masseter : Tidak dilakukan


Reflek zigomatikus : Tidak dilakukan
Reflek kornea : (+) (+)
Reflek bersin : (+) (+)

N VII ( Facialis )

24
Pasif

Kerutan kulit dahi : Simetris


Kedipan mata : Simetris
Lipatan nasolabial : Simetris
Sudut mulut : Simetris
Aktif

Mengerutkan dahi : Simetris


Mengerutkan alis : Simetris
Menutup mata : Simetris
Meringis : Simetris
Mengembungkan pipi : Simetris
Gerakan bersiul : Simetris
Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : Tidak ada
Lidah kering : Tidak ada
N VIII ( Vestibulocochlearis )

Mendengarkan suara gesekan jari tangan : (+) (+)


Mendengar detik jam arloji : (+) (+)
Test Swabach : Tidak dilakukan
Test Rinne : Tidak dilakukan
Test Weber : Tidak dilakukan

N IX ( Glossopharyngeus )

Arcus pharynx : Simetris


Posisi uvula : Di tengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Reflek muntah : Tidak dilakukan

N X ( Vagus )

Denyut nadi : Teraba, Reguler

25
Arcus pharynx : Simetris
Bersuara : Baik
Menelan : tidak ada gangguan.

N XI ( Accesorius )

Memalingkan kepala : Normal


Sikap bahu : Simetris
Mengangkat bahu : Normal

N XII ( Hipoglossus )

Menjulurkan lidah : Tidak ada deviasi


Kekuatan lidah : Simetris
Atrofi lidah : Tidak ada
Artikulasi : Baik
Tremor lidah : Tidak ada

MOTORIK

Gerakan : extrimitas superior dextra dan sinistra bebas, extremitas inferior


dextra dan sinistra bebas
Kekuatan : 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5

Tonus : normotonus
Trofi : eutrofi

REFLEK FISIOLOGI

Reflek tendon

26
o Reflek bicep : (+) (+)
o Reflek tricep : (+) (+)
o Reflek brachioradialis : (+) (+)
o Reflek patella : (+) (+)
o Reflek achilles: (+) (+)
Reflek periosteum : tidak dilakukan

Reflek permukaan

Dinding perut : (+) (+)

Cremaster : tidak dilakukan

Spincter ani : tidak dilakukan

REFLEK PATOLOGIS

Kanan Kiri

Hoffman tromer : (-) (-)

Babinski : (-) (-)

Chaddok : (-) (-)

Oppenheim : (-) (-)

Gordon : (-) (-)

Schafer : (-) (-)

Klonus paha : (-) (-)


Klonus kaki : (-) (-)

27
SENSITIBILITAS

Eksteroseptif

Nyeri : ( + )hipalgesia (+)

Suhu : ( + )thermohipestesia (+)

Taktil : ( + )hipestesia (+)

Propioseptif

Posisi : (+) (+)

Vibrasi : Tidak dilakukan

Tekanan dalam : (+) ( +)

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN

Test Romberg : tidak dilakukan

Test Tandem : tidak dilakukan

Test Fukuda : tidak dilakukan

Disdiadokokenesis : tidak dilakukan

Rebound phenomen : tidak dilakukan

Dismetri : tidak dilakukan

Test tunjuk hidung : tidak dilakukan

Test telunjuk-telunjuk : tidak dilakukan

Test tumit lutut : tidak dilakukan

28
FUNGSI OTONOM

Miksi

Inkontinentia : (-)

Retensi : (-)

Anuria : (-)

Defekasi

Inkontinentia : (-)

Retensi : (-)

Tes valsava : (+)

Tes naffziger : (+)

Tanda Patrick ( lesi coxae ) : (- ) (-)

Tanda kontra Patrick ( lesi sacroiliaca ) : (+) (-)

FUNGSI LUHUR

Fungsi bahasa : baik

Fungsi orientasi : baik

Fungsi memori : baik

Fungsi emosi : baik

Fungsi kognisi : baik

29
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP adalah aliran darah ke
diskus berkurang, beban berat, dan ligamentum longitudinalis posterior
menyempit. Jika beban pada diskus bertambah, annulus fibrosus tidak lagi kuat
untuk menahan nukleus pulposus dari keluar ke kanalis vertebralis yang akhirnya
menekan radiks sehingga timbul rasa nyeri.

30
DAFTAR PUSTAKA

31

Anda mungkin juga menyukai