Anda di halaman 1dari 11

Simulasi Perhitungan Pembebanan Ekonomis Pada Pusat Listrik Tenaga Diesel

Dengan Metode Dynamic Programming


(Studi Kasus Di PT. Arteria Daya Mulia)
Erline Luciana (L2F 004 474)1
Ir. Tedjo Sukmadi, M.T. Susatyo Handoko, S.T., M.T.2
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Pertumbuhan industri pada suatu negara berkembang seperti Indonesia sangat pesat terutama dengan banyak
digunakannya teknologi-teknologi baru dalam kelangsungan proses produksinya. Salah satunya adalah PT. Arteria Daya Mulia
yang merupakan produsen jala ikan terbesar di ASIA. Dengan demikian kontinuitas tenaga listrik di perusahaan ini menjadi
kebutuhan yang utama dalam proses produksi. Kebutuhan tenaga listrik ini dipenuhi dengan mengoperasikan Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD). Ada enam Pembangkit Listrik Tenaga Diesel di PT. ARIDA, empat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
berbahan bakar gas PNG (Petroleum Natural Gas) dan dua Pembangkit Listrik Tenaga Diesel berbahan bakar solar.
Biaya operasi terbesar pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel untuk menghasilkan daya yang dibutuhkan beban adalah
biaya konsumsi bahan bakar. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui pembebanan ekonomis unit Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel agar diperoleh biaya operasi yang minimum. Analisis pada Tugas Akhir ini, untuk mendapatkan biaya operasi yang
minimum digunakan metode Dynamic Programming.
Biaya konsumsi bahan bakar pembangkit pada tanggal 3 November 2008 selama 24 jam adalah Rp 7.910.604 /hari
dengan mengoperaikan 3 unit pembangkit yaitu pembangkit unit 2, unit 3 dan unit 4. Hasil perhitungan simulasi menggunakan
metode Dynamic Programming pada hari yang sama dan beban yang sama menunjukkan bahwa pembebanan ekonomis unit
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel memberikan efisiensi biaya sebesar Rp 1.192.525/hari dengan mengoperasikan 4 unit
pembangkit yaitu pembangkit unit 1, unit 2, unit 3 dan unit 4 dengan biaya konsumsi bahan bakar sebesar Rp 6.718.079 /hari.

2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan simulasi


I. PENDAHULUAN pembagian beban (pembebanan) kombinasi unit
1.1 LATAR BELAKANG pembangkit menggunakan metode dynamic
Proses produksi suatu industri/pabrik tidak programming.
lepas dari kebutuhan akan tenaga listrik untuk
kelangsungan proses produksinya menggunakan suatu 1.3 PEMBATASAN MASALAH
sistem pembangkitan tenaga listrik. Salah satu 1. Data yang daya yang dibangkitkan oleh unit
industri/pabrik tersebut adalah PT. Arteria Daya pembangkit yang digunakan pada tugas akhir
Mulia yang bergerak dibidang produksi jala ikan. ini adalah data operasi unit pembangkit di PT.
Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik untuk Arteria Daya Mulia.
proses produksinya PT. Arteria Daya Mulia 2. Sistem pembangkitan tenaga listrik yang
Menggunakan sistem Pembangkit Listrik Tenaga dibahas adalah sistem Pembangkit Listrik
Diesel (PLTD). Tenaga Diesel (PLTD) di PT. Arteria Daya
Sistem pembangkitan tenaga listrik harus Mulia.
mampu membangkitkan daya yang dibutuhkan beban. 3. Mesin diesel sebagai penggerak mula
Dalam hal ini beban pembangkit listrik adalah motor- generator pada sistem PLTD terdiri dari 6
motor listrik yang digunakan untuk proses produksi (enam) unit.
dan instalasi penerangan pada sebuah pabrik dari 4. Mesin diesel pembangkit unit 1, unit 2, unit 3
waktu ke waktu. Untuk membangkitkan daya yang dan unit 4 adalah mesin diesel berbahan bakar
dibutuhkan beban maka suatu sistem pembangkit gas PNG (Petroleum Natural Gas).
tanaga listrik harus mampu beroperasi secara optimal 5. Mesin diesel pembangkit unit 5 dan unit 6
dan efisien[1]. Untuk mendapatkan biaya operasi yang adalah mesin diesel berbahan bakar solar.
optimal dan efisien dapat dilakukan perhitungan 6. Beban sistem tenaga listrik yang akan
pembagian beban menggunakan metode Dynamic disupply oleh pembangkit adalah beban listrik
programming. di PT. Arteria Daya Mulia.
7. Menitikberatkan pada pada segi penghematan
1.2 TUJUAN ekonomi terutama konsumsi bahan bakar dan
1. Mengetahui hasil simulasi pembagian beban tidak membahas segi mekanik, operasional
(pembebanan) kombinasi unit pembangkit agar dan biaya investasi.
diperoleh efisiensi penghematan biaya
konsumsi bahan bakar.

1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNDIP
2)
Dosen Jurusan Teknik Elektro UNDIP 1
8. Data harga bahan bakar disesuaikan dengan Pgi = daya yang dibangkitkan generator unit ke-i
data harga dilapangan. Bahan bakar gas PNG (kW)
Rp 600/m3 dan solar Rp 5000/liter. i , i , i = k o n s t a nt a hu b u n ga n b a ha n
9. Tidak memperhitungkan biaya start up, shut b a ka r da n da ya ya n g d i h a s i l ka n
down dan standby. u n it k e i.
10. Tidak memperhitungkan biaya pemeliharaan Konstanta i , i , i didapatkan dengan
sistem pembangkit tenaga listrik. menentukan 3 (tiga) titik potong pada gambar 2.1
11. Tidak memperhitungkan rugi-rugi saluran. antara konsumsi bahan bakar (yi) dan daya yang
12. Pengolahan data menggunakan software dibangkitkan atau beban (xi) yang dipikul unit
Matlab 7.6 dan Microsoft Excel guna pembangkit terlebih dahulu. Tiga titik potong tersebut
memudahkan perhitungan dan analisis tugas adalah titik x1y1 (pada beban rendah), x2y2 (pada
akhir. beban menengah) dan x3y3 (pada beban tinggi) yang
ketiga titik tersebut diambil pada sembarang titik[21].
II. DASAR TEORI Persamaan (2.1) menjadi sebagai berikut:
2.1 Tinjauan Pustaka y1 = 1 + 1 x 1 + 1 x 1 2
Dalam pengoperasian pembangkit y2 = 2 + 2 x 2 + 2 x 2 2
diperlukan suatu metode untuk menekan biaya y3 = 3 + 3 x 3 + 3 x 3 2
operasi suatu pembangkit. Pengoperasian unit-unit K et i g a p er s a ma a n t er s eb u t
pembangkit pada pemintaan daya tertentu dalam d i s u b t it u s i k a n h i n g ga d i d a p a t ka n n i la i -
suatu stasiun dilakukan dengan mendistribusikan n i la i i ,i, i. F l o wc h a r t u nt u k
beban di antara unit-unit pembangkit dalam m en d a p a t ka n n i l a i i , i , i a da la h s eb a ga i
stasiun tersebut [1] . unit pembangkit dalam suatu b er i k u t :
stasiun mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda sehingga diperlukan suatu penjadwalan
pengoperasian setiap unit pembangkit untuk
suatu pembebanan ekonomis tertentu pada
sistem dengan mempertimbangkan kehilangan
daya pada saluran transmisi. Dengan demikian dapat
diperoleh suatu pengoperasian pembangkit yang
optimal untuk menekan biaya operasi[7].

2.2 Dynamic Programming


Dynamic programming adalah strategi untuk
membangun masalah optimal bertingkat, yaitu
masalah yang dapat digambarkan dalam bentuk
serangkaian tahapan (multistage) yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Suatu permasalahan
yang multistage diselesaikan dengan memisah-
misahkan masalah tersebut menjadi submasalah yang Gambar 2.2 Flowchart Untuk Menghitung i , i , i
saling berurutan dan saling brhubungan dimana Dalam suatu sistem tenaga dengan sejumlah n
keputusan awal mempengaruhi keputusan pembangkit, konsumsi bahan bakar total
berikutnya[8]. pembangkitan dirumuskan oleh:
n
Ct Ci
i 1
dimana:
Gambar 2.1 Kurva Karakteristik Biaya Bahan Bakar (Ci) Ct = konsumsi bahan bakar total pembangkit
Terhadap Daya Aktif (Pi) Ci = konsumsi bahan bakar unit ke-i pembangkit
Hubungan antara konsumsi bahan bakar n = jumlah unit pembangkit
terhadap daya yang dibangkitkan pembangkit
dirumuskan oleh persamaan berikut : Formulasi umum konsumsi bahan bakar
C i = i + i P gi + i P gi 2 terhadap daya yang (2. 1) dibangkitkan adalah sebagai
Dimana: berikut:
Ci, = konsumsi bahan bakar unit ke-i (m3/h atau Ct (Pd) MinCn((Pd/ n) ) Cn1((Pd/ n) ) ...Cni ((Pd/ n) )
liter/jam) dimana:

2
Ct (Pd) = biaya total bahan bakar yang minimum
dalam satuan biaya per satuan waktu
(rupiah perjam) untuk n buah unit
pembangkit dengan beban Pd KW.
Cn = biaya bahan bakar dalam rupiah per jam
untuk unit ke - n.
Cn+1 = biaya bahan bakar dalam rupiah per jam
untuk unit ke - n+1.
n = jumlah pembangkit yang akan beroperasi.
= suatu nilai tertentu untuk memvariasi
pembagian beban. Dengan syarat masih
memenuhi kemampuan pembangkit.

Pembagian beban harus memenuhi batasan-


batasan kemampuan pembangkit yang akan memikul
beban tersebut. Syarat untuk n buah pembangkit:
P1min+ + Pnmin Pd P1max ++Pnmax
dimana:
Pnmin dan Pnmaks = masing-masing adalah batas
kemampuan minimum dan
maksimum generator untuk Gambar 2.3 Flowchart Pembagian Beban Menggunakan
memikul beban. Metode Dynamic Programming
Pd = P1 + P2 + + Pn Flowchart (2.7)
untuk menghitung pembagian
Jika dipikul oleh n buah pembangkit maka: beban antar unit pembangkit tersebut dan konsumsi
P1 = P2 = = Pn = Pd / n bahan bakar adalah(2.8)
sebagai berikut:
Perencanaan beban hendaknya dilakukan
terlebih dahulu untuk menentukan kombinasi unit
pembangkit yang akan memikul beban tersebut.
Jumlah unit pembangkit yang akan memikul beban
harus memenuhi syarat kemampuan jumlah
pembangkit yang akan dioperasikan memikul beban.
Flowchart pembagian beban menggunakan metode
dynamic programming adalah sebagai berikut:
Flowchart untuk menetukan jumalah
pemabangkit yang akan beroperasi adalah sebagai
berikut:

n
C t
i 1
Ci

Gambar 2.4 Flowchart Untuk Menghitung J u m l a h Gambar 2.5 Flowchart Untuk Menghitung Biaya Konsumsi
Bahan Bakar Yang Paling Murah
Algoritma untuk menghitung pembagian
beban antar unit pembangkit dan konsumsi bahan
bakar untuk membangkitkan daya tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Jika beban dilayani 1 pembangkit atau n = 1, P1baru, P2baru dan Ct baru yang didapatkan.
yaitu apabila unit pembangkit berjumlah satu Jika persamaan (2.15), (2.16) dan (2.17)
buah. Tidak ada pilihan lain maka beban tidak dipenuhi maka iterasi dihentikan dan
sistem hanya dapat dilayani oleh satu-satunya jumlah pembangkit yang akan
unit pembangkit yang ada, sehingga biaya dioperasikan ditambah.
minimum dapat ditulis sebagai: c. Kemudian mengiterasikan P1baru dan P2baru
Ct (Pd) = C1 (Pd) terus-menerus
(2.9) sesuai dengan yang
dengan syarat: diinginkan sehingga didapatkan variasi
P1min P P1maks. pembebanan
(2.10) pada kedua pembangkit
P1min dan P1maks masing-masing adalah batas tersebut lalu hasil masing-masing iterasi
kemampuan minimum dan maksimum dicatat.
generator ke-1 untuk memikul beban. Jika d. Kemudian membandingkan hasil
beban melebihi kemampuan maksimum 1 perhitungan Ct. Variasi pembebanan yang
pembangkit maka jumlah pembangkit yang ekonomis didapatkan dengan
akan dioperasikan harus ditambah untuk mengoperasikan pembangkit pada hasil
memikul beban tersebut menjadi 2 perhitungan Ct yang paling minimum.
pembangkit. 3. Beban dipikul n buah pembangkit menjadi:
2. Beban dipikul 2 pembangkit sehingga n = 2 Ct (Pd) C1((Pd/n) )C2((Pd/n) ) ...Cn((Pd/n) )
persamaan menjadi: Persamaan (2.11) dipecahkan dengan urutan
C t ( Pd ) C1 ((Pd / 2) ) C 2 (( Pd / 2) ) sebagai berikut:
Persamaan (2.9) dipecahkan dengan urutan a. Membagi beban Pd.
sebagai berikut: P1 = P2 = = Pn = Pd / n
a. Membagi beban Pd. Sehingga persamaan (2.10) menjadi:
Persamaan (2.8) menjadi: Ct (Pd) C1 (P1 ) C2 (P2 ) ... Cn(Pn )
P1 = P2 = Pd / 2 (2.12)
Kemudian mencatat nilai Ct, P1 dan P2 yang
Sehingga persamaan (2.11) menjadi:
sudah didapatkan dari persamaan (2.20),
C t ( Pd ) C1 ( P1 ) C 2 ( P2 ) (2.21) dan (2.22)..
Kemudian mencatat nilai Ct, P1 dan P2. b. Kemudian menentukan iterasi yang
b. Kemudian menentukan iterasi yang diinginkan untuk medapatkan variasi daya
diinginkan untuk medapatkan variasi daya yang dipikul generator. P1 masing-masing
yang dipikul generator. P1 pada persamaan generator setelah diiterasi sebesar adalah
2.12 sebesar . sebagai berikut:
Sehingga P1baru = P1 Sehingga: (2.13)
P1baru = P1
P2baru = P2 (2.14)
P2baru = P2
Untuk variasi Pibaru = P1 dapat
didekati dengan menggunakan logika Pnbaru = Pn
matematis menggunakan nilai bit. Untuk Persammaan (2.7) harus dipenuhi.
bit = 0 diasumsikan minus (-) dan untuk bit P1baru + P2baru ++ Pnbaru = Pd
= 1 diasumsikan plus (+). Logika = 0
matematis untuk variasi pembebanan adalah suatu nilai tertentu. Dengan syarat
ekonomis antara 2 unit pembangkit dapat masih memenuhi kemampuan pembangkit.
dilihat di lampiran. P1min+P2min+ + Pnmin Pd P1max+
Persammaan (2.7) harus dipenuhi. P2max++Pnmax (2.28)
P1baru + P2baru = Pd (2.15)
P1min P1baru P1maks.
Pd - P1baru + P2baru =0 (2.16)
P2min P2baru P2maks.
adalah suatu nilai tertentu. Dengan syarat
masih memenuhi kemampuan pembangkit.
Pnmin Pnbaru Pnmaks.
P1min + P2min Pd P1max + P2max (2.17)
Sehingga
P1min P1baru P1maks. (2.18)
P2min P2baru P2maks. C1 ( P1baru ) C 2 ( P2 baru )
C t ( Pd ) (2.19)
Sehingga Kemudian hitung kembali nilai Ct, persamaan
C t ( Pd ) C 1 ( P1baru ) C 2 ( P2 baru ) (2.11) kemudian catat nilai P1baru, P2baru dan Ct
baru yang didapatkan. Jika persamaan (2.29),
Kemudian hitung kembali nilai Ct,
(2.30) dan (2.31) tidak dipenuhi maka iterasi
persamaan (2.11) kemudian catat nilai

4
dihentikan dan jumlah pembangkit yang akan b = Jarak lengan torsi (m)
dioperasikan ditambah. mep = Tekanan rata-rata (kg/cm2)
c. Kemudian mengiterasikan P1baru dan P2baru Vd = Volume Ruang bakar (m3)
terus-menerus sesuai dengan yang diinginkan n = Jumlah putaran rotor (rpm)
sehingga didapatkan variasi pembebanan pada Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa semakin
kedua pembangkit tersebut lalu hasil masing- tinggi tekanan maka semakin tinggi nilai putaran
masing iterasi dicatat. rotor[15].
d. Kemudian membandingkan hasil perhitungan
Ct. Variasi pembebanan yang ekonomis III. Perancangan Software
didapatkan dengan mengoperasikan Secara garis besar algoritma perancangan
pembangkit pada hasil perhitungan Ct yang software pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
paling minimum. 1. Memasukan nilai beban (Pdt) dan harga bahan
bakar.
2.3 Hal-hal yang mempengaruhi borosnya 2. Memasukan harga bahan bakar gas (Rp 600/m3)
konsumsi bahan bakar pada Genset diesel dan bahan bakar solar (Rp 5.000/liter)
adalah[24]: 3. Memilih jumlah pembangkit yang akan
1. Usia mesin. Semakin tua usia mesin maka dioperasikan.
performa kerja mesin semakin menurun[24]. 4. Menginisialisasi kemampuan unit pembangkit
2. Kondisi oli pelumasan, jika oli pada bagian yang yang dipilih.
berputar pada mesin telah kotor maka gesekan 5. Mengitung pembagian beban antar unit
akan bertambah sehingga menyebabkan pembangkit.
konsumsi bahan bakar bertambah karena mesin 6. Mengitung konsumsi bahan bakar unit
membutuhkan gaya putar yang lebih tiggi[24]. pembangkit (m3/jam atau liter/jam) yang
3. Sistem pendinginan mesin mengalami gangguan memikul beban tersebut.
sehingga mesin menjadi panas akibatnya udara 7. Menghitung biaya konsumsi gas atau solar
segar yang terhisap oleh sistem pemasukan udara (Rp/jam). Dimana harga solar Rp 5.000/liter dan
adalah udara pans. Udara yang masuk kedalam harga gas Rp 600/m3.
ruang bakar terlalu panas (>600oC) sehingga 8. Mencatat nilai pembagian beban, konsumsi
perbandingan kompresi udara dan bahan bakar bahan bakar, dan biaya untuk memikul beban
meningkat yang menyebabkan debit bahan bakar masing-masing itersi tersebut.
yang dibutuhkan meningkat[24]. 9. Mencari hasil yang paling murah dari biaya
4. Sistem pemasukan udara dan bahan bakar. konsumsi bahan bakar.
Terlalu banyak udara atau terlalu sedikit udara Diagram alir perancangan software adalah
akan menyebabkan pemakaian bahan bakar sebagai berikut:
menjadi boros[6].
5. Besar-kecil beban yang akan dipikul. Semakin
besar beban maka semakin banyak membutuhkan
bahan bakar, karena ketika beban naik maka
frekuensi menurun. Putaran rotor generator harus
dinaikan sehingga kopel mesin diesel harus
dinaikkan. Gaya putar mesin diesel dinaikkan
dengan membuka lebih katup bahan bakar
sehingga bahan bakar yang masuk keruang bakar
bertambah kemudian menghasilkan tekanan
(yang dihasilkan dari ledakan hasil pembakaran) Ci
n

( Pi Pi 2 )
i 1

yang semakin tinggi sehingga menghasilkan gaya


putar yang semakin besar dan frekuensi kembali
pada nilai normalnya. Dan sebaliknya. Pengaruh
tekanan terhadap putaran generator:
mep Vd
n (2.32)
6,28 T
Dan : T = Fxb
Dimana : T = Torsi (Nm)
F = Gaya penyeimbang Gambar 3. 10 Diagram Alir Software
gerakan rotor (N)
IV. Pembahasan P er s a ma a n 3 . 4 d i s u b s t it u s i ka n k e
p er s a ma a n 3 . 5 .
4.1 Menghitung Konstanta i , i , d a n i
1.551 = 1 . 8 2 3 . 0 6 9
pada Masing-Masing Unit Pembangkit
= 0,0009
Metode DP seperti yang telah dijelaskan di
P er s a ma a n 3 . 6 d i s u b s t it u s i ka n k e
BAB II merupakan suatu metode matematis untuk
p er s a ma a n 3 . 4 .
mengoptimalkan pembebanan unit pembangkit.
183 = 4 1 9 + 4 0 0
Langkah pertama yang dilakukan untuk menghitung
= -0,517
pembebanan unit pembangkit adalah menghitung
P er s a ma a n 4.6 da n 4.7
konstanta-konstanta formulasi konsumsi bahan bakar
d i s u b s t it u s i ka n k e p er s a ma a n 4 . 1 .
( i , i , i ) pada persamaan 2.1, untuk mencari
107 = + 3 5 1 + 1 2 3 . 2 0 1
konstanta-konstanta tersebut, maka diperlukan data
107 = + 3 5 1 ( - 0 , 5 1 6 9 ) + 1 2 3 . 2 0 1
daya yang dibangkitkan dan konsumsi bahan bakar
(0,0009)
untuk membangkitkan daya tersebut dengan membuat
= 183,63
grafik. Pada grafik tersebut dibuat dibuat suatu
P er s a ma a n 3.6, 3. 7 da n 3.8
persamaan polynomial orde 2 seperti gambar 2.1
d i s u b s t it u s i ka n ke p er s a ma a n 2.1.
untuk mengetahui formulasi konsumsi bahan bakar.
S eh i n g g a ka r a kt er a s it i k k o n s u ms i b a ha n
Langka h p er t a ma b er da s a r ka n
b a ka r u n i t p e mb a n g k i t 1 a da la h :
f l o w c h a r t ga mb a r 2 . 2 ya it u m enggambarkan
C1 = 183,63 0,517 P1 + 0,0009 P12
hubungan daya dan konsumsi bahan bakar untuk
Dengan cara yang sama pada masing-masing
membuat persamaan polynomial orde 2 diperlukan
unit pembangkit maka nilai , da n ma s i n g -
data-data real pengoperasian unit pembangkit. Data-
ma s i n g u n i t p emb a n g k i t dapat dilihat pada
data tersebut diplot dan ditambahkan garis polynomial
tabel berikut.
orde 2. Data-data dan gambar tersebut dapat dilihat
C1 = 183,35 0,589 P1 + 0,0009 P12
pada sub bab 3.1.2. Contoh menghitung konstanta 1
, 1 , 1 p a da p e mb a n g k i t u n it 1 a da la h C2 = 183,81 0,567 P2 + 0,0009 P22
s eb a ga i b er i k u t . D a t a - d a t a da n ku r va
C3 = 178,99 0,554 P3 + 0,0009 P32
k o n s u ms i b a ha n b a ka r u n it p e mb a n g k i t 1
da p a t d i l i h a t p a da t a b el 3 . 2 da n ga mb a r C4 = 161,3 0,473 P4 + 0,0009 P42
3 . 4 . D a r i ga mb a r 3 . 4 d ia mb i l 3 t it i k
C5 = 215,5 + 0,324 P5 + 0,003 P52
p ot o n g u nt u k m en ca r i konstanta 1 , 1 , 1 .
S ep er t i ya n g d i j el a s ka n p a da s u b b a b C6 = 712,95 2,7126 P6 + 0,0075 P62
2 . 2 . 1 ya n g ma na 3 t it i k p ot o n g t er s eb u t
d ia mb i l s eca r a a ca k.
Untuk mendapatkan karakteristik
T a b el 4 . 1 K et i ga T it i k P o t o n g x da n y konsumsi bahan bakar unit pembangkit, metode
Konsumsi dynamic programming hanya didasarkan pada
Daya (x) data-data konsumsi bahan bakar dan daya yang
Bahan Bakar (y)
x1 = 351 y1 = 107 dibangkitkan yang telah ada. Metode dynamic
X2 = 580 Y2 = 170 programming hanya mempertimbangkan
fenomena semakin besar beban maka konsumsi
X3 = 770 Y3 = 290
bahan bakar semakin banyak dan tidak
N i la i - n i la i p a da t a b el t er s eb u t
s u b t it u s i ka n k ep er s a ma a n 2 . 2 , 2 . 3 da n 2 . 4
mempertimbangkan fenomena-fenomena lain
s eh i n g g a m en j a d i : yang terjadi sebenarnya dilapangan yang
107 = 1 + ( 3 5 1 ) + ( 2 5 1 ) 2 menyebabkan hemat atau borosnya konsumsi
170 = 2 + ( 5 8 0 ) + ( 5 8 0 ) 2 bahan bakar seperti yang dijelaskan disub bab
290 = 3 + ( 7 7 0 ) + ( 7 7 0 ) 2 2.3.
P er s a ma a n t er s eb u t me n ja d i : 4.2 Analisa Formulasi Karakteristik
107 = + 3 5 1 + 1 2 3 . 2 0 1 (4.1)
Konsumsi Bahan Bakar
170 = + 5 8 0 + 3 3 6 . 4 0 0 (4.2)
290 = + 7 7 0 + 5 9 2 . 9 0 0 Sub bab ini ( 4membahas
.3) pembebanan unit
P er s a ma a n 4 . 1 d i s u b s t it u s i ka n k e pembangkit dengan data pembagian beban sama
p er s a ma a n 4.3 da n p er s a ma a n 4.2 dengan data dilapangan agar dapat dilihat perbedaan
d i s u b s t it u s i ka n k e p er s a ma a n 3 . 3 . konsumsi bahan bakar menggunakan formulasi Ci
183 = 4 1 9 + 4 6 9 . 6 9 9 yang diperoleh (dari
4 . 4 ) formulasi matematis
120 = 1 9 0 + 2 5 6 . 5 0 0 menggunakan metode ( 4 . 5DP
) dengan data real

6
dilapangan. Data real dari lapangan dapat dilihat pada Pada subbab 4.2 dibahas konsumsi bahan
tabel 3.1. Contoh perhitungan: bakar yang dibutuhkan pembangkit untuk
Diketahui: beban pada Jam 01.00 adalah 2.011,82 membangkitkan dayanya. Pada sub bab 4.2
Pembangkit yang dioperasikan adalah pembagian beban diasumsikan sama dengan data
unit 2, unit 3 dan unit 4 yaitu unit dilapangan. Namun pada sub bab 4.4 ini dilakukan
pembangkit berbahan bakar gas, harga pembagian beban menggunakan metode DP.
gas adalah Rp 600/m3 Pembangkit unit 2, unit 3 dan unit 4 adalah
Unit 2 memikul beban = 648,78 kW unit pembangkit yang berbahan bakar gas. Sub bab ini
Unit 3 memikul beban = 713,48 kW mensimulasikan pembagian beban menggunakan
Unit 4 memikul beban = 649,60 kW metode dynamic programming antar unit pembangkit
Ditanyakan: konsumsi bahan bakar unit pembangkit? tersebut. Contoh:
Biaya total konsumsi bahan Bakar? Diketahui: beban pada Jam 01.00 adalah 2.011,82.
Jawaban: menggunakan persamaan 2.1 dan dan 2.5 Pembangkit yang dioperasikan adalah
C i = i + i P gi + i P gi 2 unit 2, unit
( 4 . 1 30 ) dan unit 4 yaitu unit
n pembangkit berbahan bakar gas, harga
Ct Ci gas adalah Rp 600/m3.
i 1
Kemampuan (4.11) masing-masing unit
Dari tabel 4.3 karakteristik konsumsi pembangkit sama yaitu 150 850 kW.
Ditanyakan: Pembagian beban antar unit pembangkit
bahan bakar unit pembangkit adalah
adar diperoleh penghematan konsumsi
sebagai berikut: bahan bakar unit pembangkit?
C2 = 183,81 0,567 P2 + 0,0009 P22 Biaya total(4.12)
konsumsi bahan Bakar?
C3 = 178,99 0,554 P3 + 0,0009 P32 Jawaban: menggunakan (4.13)persamaan 2.1 dan dan 2.5
C4 = 161,30 0,473 P4 + 0,0009 P42 C i = i +(4.14)
i P gi + i P gi 2
Maka persamaan 4.2 menjadi: n

Ct = (183,81 0,567 P2 + 0,0009 P22) + Ct Ci


(178,99 0,554 P3 + 0,0009 P32 ) i 1

+ (161,30 0,473 P4 + 0,0009 P42) Dari tabel 4.3 karakteristik konsumsi


Ct = (183,81 0,567 (648,78) + 0,0009
bahan bakar unit pembangkit adalah
(648,78)2) + (178,99 0,554
(713,48) + 0,0009 (713,48)2 ) + sebagai berikut:
(161,30 0,473 (649,60) + 0,0009 C2 = 183,81 0,567 P2 + 0,0009 P22
(649,60)2) C3 = 178,99 0,554 P3 + 0,0009 P32
Ct = 194,78 + 241,87 + 233,82 (m3/jam) C4 = 161,3 0,473 P4 + 0,0009 P42
Ct = 670,47 (m3/jam) Pada software karakteristik tersebut
ditulis dengan:
Biaya konsumsi bahan bakar = Ct x harga bahan cost = [183.35 -0.589 0.0009
bakar 183.81 -0.567 0.0009
= 670,47 m /jam x Rp 600/m3
3 178.99 -0.554 0.0009
161.30 -0.473 0.0009
= Rp 402.262 /jam
215.5 0.324 0.003
Hasil perhitungan diatas akan mnehsilkan 712.95 -2.7126 0.0075];
biaya konsumsi bahan bakar Rp 402.262 /jam dan Kemampuan unit pembangkit:
konsumsi bahan bakar unit 2 = 194,78 m3/jam, unit 3
mwlimits = [150 850
= 241,87 m3/jam dan unit 4 = 233,82 m3/jam. Data 150 850
pada tabel 3.1 dapat dilihat konsumsi bahan bakar unit 150 850
2 = 193,42 m3/jam, unit 3 = 241,65 m3/jam dan unit 4 150 850
150 850
= 238,21 m3/jam dan biaya konsumsi bahan bakar Rp
150 850];
404.334 /jam.
alpha2 = cost(2,1);
4.3 Analisa Simulasi Pembebanan Ekonomsi beta2 = cost(2,2);
Pembangkit Unit 2, Unit 3, dan Unit 4 gama2 = cost(2,3);
Pmin2 = mwlimits(2,1);
Menggunakan Metode DP
Pmax2 = mwlimits(2,2);
Kemudian menghitung total konsumsi bahan bakar
alpha3 = cost(3,1); dan total biaya:
beta3 = cost(3,2); Ct = C1 + C2 + C3
gama3 = cost(3,3); Ct = 208,32 + 212,87+ 248,85
Pmin3 = mwlimits(3,1); = 669,38 m3/jam
Pmax3 = mwlimits(3,2); Total Biaya = Biaya1 + Biaya2 + Biaya3
alpha4 = cost(4,1); = Rp 124.991 /jam + Rp 127.330/jam+
beta4 = cost(3,2); Rp 149.307 /jam
gama4 = cost(4,3); = Rp 401.607 /jam
Pmin4 = mwlimits(4,1); Delta_BB_124 = Bahan_Bakar_1+ Bahan_Bakar_
Pmax4 = mwlimits(4,2); 2+ Bahan_Bakar_4;
Kemudian menghitung pembagian beban Delta_Harga_124 = Harga_BB_1+ Harga_BB_2 +
menggunakan persamaan (2.8): Harga_BB_4;
2011,82 Kemudian pembagian beban diiterasikan seperti
P2 = P3 = P4 = = 670,61
3 persamaan 2.23.
Pgg = Pdt/3; Pibaru = Pi
P2 = Pgg ; Untuk variasi Piterasi = Pi dapat didekati dengan
P3 = Pgg ; menggunakan logika matematis menggunakan nilai
P4 = Pgg ; bit. Untuk bit = 0 diasumsikan minus (-) dan untuk bit
Kemudian menghitung masing-masing = 1 diasumsikan plus (+). Nilai penulis ambil
konsumsi bahan bakar unit pembangkit asumsikan = 1 untuk memperbanyak kemungkinan,
menggunakan persamaan 4.2. namun pada software penulis menyediakan masukan
C2 = 183,81 0,567 (671,61) + nilai sesuai keinginan pengguna. Logika matematis
0,0009 (671,61)2 untuk variasi pembebanan ekonomis antara 3 unit
= 208,32 m3/jam pembangkit dapat dilihat dilihat pada tabel berikut:
C3 = 178,99 0,554 (671,61) + Tabel 4.11 Logika Variasi Iterasi 3 Unit Pembangkit
0,0009 (671,61) 2 Variasi P1(2) P2(2) P3(2)
= 212,22 m3/jam 1 P1 - P2 - P3 + 2
C4 = 161,3 0,473 (668,61) + 2 P1 - P2 + 2 P3 -
0,0009 (668,61)2 3 P1 - 2 P2 + P3 +
= 248,85 m3/jam 4 P1 + 2 P2 - P3 -
Bahan_Bakar_2 = alpha2 + beta2 *P2 + 5 P1 + P2 - 2 P3 +
gama2* P2^2; 6 P1 + P2 + P3 - 2
Bahan_Bakar_3 = alpha3 + beta3 *P3 +
gama3* P3^2; Iterasi untuk contoh perhitungan ini penulis
Bahan_Bakar_4 = alpha4 + beta4 *P4 + menggunakan variasi ke-6. Variasi selengkapnya
gama4* P4^2; dapat dilihat disoftware. Iterasi ke-2 adalah
Kemudian menghitung biaya konsumsi sebagai berikut:
bahan bakar: P 2 (2) = P2 + = 671,61kW
(2)
Biaya2 = C2 x harga bahan bakar P3 = P3 + = 671,61 kW
= 208,32 x Rp 600/m3 P 4 (2) = P4 - 2 = 668,61 kW
= Rp 124.991/jam Namun iterasi ke-2 harus memenuhi persamaan 2.26.
Biaya3 = C3 x harga bahan bakar for k = 1 : Iterasi;
= 212,87 x Rp 600/m3 P1(k) = Pgg + (2*dho*k);
= Rp 127.330 /jam P2(k) = Pgg - (dho*k);;
Biaya4 = C4 x harga bahan bakar P3(k) = Pgg - (dho*k);;
= 248,85 x Rp 600/m3 Iterasi harus dihentikan jika salah satu
= Rp 149.307 /jam pembangkit sudah tidak mampu memikul
Harga_BB_1 = Bahan_Bakar_1 * bebannya.
Harga_gas; if( P2(k) >= Pmax || P2(k) <= Pmin ); break;
Harga_BB_2 = Bahan_Bakar_2 * elseif( P3(k) >= Pmax || P3(k) <= Pmin); break;
Harga_gas; elseif( P4(k) >= Pmax || P4(k) <= Pmin); break;
Harga_BB_4 = Bahan_Bakar_4 * Harga_gas;

8
end; menghitung 20 iterasi yang dapat dilihat pada
Kemudian menghitung masing-masing tabel berikut ini:
konsumsi bahan bakar unit pembangkit Tabel 4.12 Hasil perhitungan iterasi 1 20
menggunakan persamaan 4.2. Daya yang dibangkitkan Konsumsi bahan bakar Biaya
Itera- (kW) (m3/jam) Konsumsi
C2 = 183,81 0,567 (671,61) + si BB
Unit 2 Unit 3 Unit 4 Unit 2 Unit 3 Unit 4
0,0009 (671,61)2 (Rp/jam)
= 208,96 m3/jam 1 670,61 670,61 670,61 208,32 212,22 248,85 401.627
C3 = 178,99 0,554 (671,61) + 2 671,61 671,61 668,61 208,96 212,87 247,38 401.526
0,0009 (671,61) 2
= 212,87 m3/jam Tabel 4.12 Hasil perhitungan iterasi 1 20
C4 = 161,3 0,473 (668,61) + (Lanjutan)
0,0009 (668,61)2 Daya yang dibangkitkan Konsumsi bahan bakar Biaya
= 247,38 m3/jam Itera- (kW) (m3/jam) Konsumsi
si BB
Bahan_Bakar_2 (k) = alpha2 + beta2 Unit 2 Unit 3 Unit 4 Unit 2 Unit 3 Unit 4
(Rp/jam)
*P2(k) + gama2* P2(k)^2; 3 672,61 672,61 666,61 209,60 213,53 245,92 401.430
Bahan_Bakar_3 (k) = alpha3 + beta3 4 673,61 673,61 664,61 210,25 214,18 244,47 401.341
*P3(k) + gama3* P3(k)^2;
5 674,61 674,61 662,61 210,89 214,84 243,03 401.259
Bahan_Bakar_4 (k) = alpha4 + beta4
*P4(k) + gama4* P4(k)^2; 6 675,61 675,61 660,61 211,54 215,50 241,59 401.183
7 676,61 676,61 658,61 212,19 216,17 240,17 401.114
Kemudian menghitung biaya konsumsi 8 677,61 677,61 656,61 212,84 216,83 238,74 401.051
bahan bakar:
9 678,61 678,61 654,61 213,50 217,50 237,33 400.995
Biaya2 = C2 x harga bahan bakar
= 208,96 m3/jam x Rp 600/m3 10 679,61 679,61 652,61 214,15 218,17 235,92 400.945

= Rp 125.375 /jam 11 680,61 680,61 650,61 214,81 218,84 234,52 400.901


Biaya3 = C3 x harga bahan bakar 12 681,61 681,61 648,61 215,47 219,51 233,13 400.864
= 208,96 x Rp 600/m3
13 682,61 682,61 646,61 216,13 220,18 231,75 400.834
= Rp 127.722/jam
14 683,61 683,61 644,61 216,79 220,86 230,37 400.810
Biaya4 = C4 x harga bahan bakar
= 247,38 x Rp 600/m3 15 684,61 684,61 642,61 217,46 221,54 229,00 400.792
= Rp 148.428/jam 16 685,61 685,61 640,61 218,12 222,21 227,63 400.781
Harga_BB_1(k) = Bahan_Bakar_1 (k) * 17 686,61 686,61 638,61 218,79 222,90 226,28 400.777
Harga_gas;
18 687,61 687,61 636,61 219,46 223,58 224,93 400.779
Harga_BB_2(k) = Bahan_Bakar_2 (k) *
Harga_gas; 19 688,61 688,61 634,61 220,13 224,26 223,58 400.787
Harga_BB_3(k) = Bahan_Bakar_3 (k) * 20 689,61 689,61 632,61 220,80 224,95 222,25 400.802
Harga_gas;
Kemudian menghitung total konsumsi Dari hasil perhitungan pada tabel diatas maka
bahan bakar dan total biaya: dapat dicari biaya yang paling ekonomis
Ct = C1 + C2 + C3 menggunakan persamaan 2.6 (mencari biaya
Ct = 208,96 + 212,87 + 247,38 yang paling minimal). Dari tabel dapat diliha
= 669,21 m3/jam bahwa biaya paling minimal adalah
Total Biaya = Biaya1 + Biaya2 + Biaya3 Rp400.777/jam, sehingga unit pembangkit 2
= Rp 116.234 /jam + Rp 127.722/jam dioperasikan untuk membangkitkan daya sebesar
689,61 kW, unit 3 sebesar 689,61 kW dan unit 4
+ Rp 148.428 /jam sebesar 632,61 kW.
= Rp 401.526 /jam Untuk hasil iterasi selengkapnya dengan
Delta_BB_123(k) = Bahan_Bakar_1(k)+ variasi sebanyak mungkin dapat menggunakan
Bahan_Bakar _2 (k) + Bahan_Bakar_3(k); bantuan software. Hasil simulasi pembagian
Delta_Harga_123(k)= Harga_BB_1(k)+ beban menggunakan metode DP pembebanan
Harga_BB_2 (k)+ unit pembangkit 1, unit pembangkit 2, dan unit
Harga_BB_3(k); pembangkit 4 untuk memikul beban pada tanggal
3 November 2008 adalah sebagai berikut:
Kemudian diiterasikan sampai iterasi yang
diinginkan. Pada contoh perhitungan ini penulis
Data hasil rekapitulasi simulasi pada kurangnya referensi untuk melakukan
tabel diatas ditunjukan biaya konsumsi bahan pendekatan iterasi, referensi dari hasil penelitian
bakar untuk memikul beban selama 24 jam. Data yang sudah ada menggunakan pendekatan yang
lapangan, sub bab 4.2 dan sub bab 4.4 berbeda-beda dan tidak ada rumus matematis
mengoperasikan pembangkit yang sama yaitu standar [8]. Banyaknya variasi iterasi
unit 2, unit 3 dan unit 4, namun hasil nya menyebabkan waktu yang digunakan untuk
berbeda. Pada sub bab 4.4 simulasi pembagian mendapatkan hasil perhitungan lama. Tidak ada
beban unit pembangkit menggunakan metode DP pendekatan pasti untuk menghitung iterasi
menghasilakan variasi pembagian beban (beban pembagian beban.
yang dipikul unit pembangkit) berbeda dengan V. PENUTUP
sub bab 4.2 dan data lapangan sehingga
5.1 Kesimpulan
menghasilkan penghematan bahan bakar sebesar
Berdasarkan hasil analisa dari pembagian
Rp 62.587/hari. Pada sub bab 4.4 dapat dilihat
beban unit pembangkit menggunakan metode
hasil perhitungan konsumsi bahan bakar dengan
dynamic programming didapat kesimpulan sebagai
pembagian beban pembangkit yang disimulasikan
berikut:
sama dengan pembagian beban pembangkit data
1. Hasil simulasi perhitungan menggunakan metode
dilapangan, namun menghasilkan perbedaan biaya
dynamic programming dengan mengoperasikan
konsumsi bahan bakar dengan selisih konsumsi bahan
pembangkit unit 1, unit 2, unit 3 dan unit 4 biaya
bakar selama 1 hari sebesar 50,97 m3/hari dan selisih
operasi pemabangkit adalah Rp 6.718.079 /hari.
biaya Rp 31.182/hari. Perbedaan ini disebabkan
Efisiensi penghematan konsumsi bahan bakar
karena metode DP tidak bersifat fleksibel karena
adalah Rp 1.192.525/hari.
tidak mempertimbangkan umur mesin, kualitas
2. Kelebihan software simulasi ini adalah dapat
bahan bakar, pelumasan dan pendinginan sistem
mempercepat perhitungan pembebanan ekonomis
pembangkitan seperti yang telah dijelaskan pada
unit pembangkit. Kekurangan software simulasi
sub bab 2.3.1.
ini adalah formulasi pembebanan ekonomis
Hasil simulasi pembebanan ekonomis
menggunakan metode dynamic programming
unit pembangkit untuk data tanggal 3 November
hanya memperhitungkan jumlah beban yang akan
2008 memberikan penghematan biaya konsumsi
dilayani pembangkit dan tidak memperhitungkan
bahan bakar sebesar Rp 1.192.525/jam.
usia pembangkit, sistem pelumasan, sistem
Penghematan terjadi karena bahan bakar yang
pendinginan dan sistem pemasukan udara dan
dibutuhkan untuk membangkitkan daya yang
bahan bakar seperti yang dijelaskan di sub bab
dibutuhkan beban lebih murah dengan
2.3.1 sehingga hasil perhitungan simulasi dan
mengoperasikan 4 unit pembangkit karena beban yang
data lapangan tidak sama.
dipikul pembangkit lebih rendah. Pada landasan teori
konsumsi bahan bakar unit pembangkit dipengaruhi
5.2 Saran
oleh besar kecilnya beban yang dipikul pembangkit.
1. Hasil simulasi dapat digunakan sebagai
Metode dynamic programming hanya
penunjang pengambilan keputusan oleh Operator
mempertimbangkan fenomena semakin besar beban
pembangkit karena memberikan efisiensi
maka konsumsi bahan bakar semakin banyak dan
konsumsi bahan bakar, namun Operator boleh
tidak mempertimbangkan fenomena-fenomena lain
menerapkan hasil simulasi atau tidak.
yang terjadi sebenarnya dilapangan yang
2. Dalam mengoperasikan pembangkit sebaiknya
menyebabkan hemat atau borosnya konsumsi bahan
tidak dilakukan pembagian beban secara merata
bakar seperti yang dijelaskan di sub bab 2.3.1. Oleh
pada setiap unitnya karena setiap unit
karena itu hasil simulasi ini hanya sebagai penunjang
pembangkit memiliki karakteristik yang berbeda
pengambilan keputusan oleh Operator pembangkit,
sehingga biaya operasinya berbeda pula.
karena jika diterapkan hasil simulasi konsumsi bahan
Pembangkit yang biaya operasinya rendah di
bakar yang didapatkan tidak akan sama dengan
utamakan.
konsumsi bahan bakar bila hasil simulasi pembagian
3. Pembangkit sebaiknya tidak dioperasikan pada
beban diterapkan, sehingga Operator dapat
batas maksimumnya karena akan menyebabkan
menggunakan hasil atau tidak menggunakan hasil
umur generator berkurang serta dapat merubah
simulasi.
karakteristiknya.
Kesulitan yang dihadapi dalam
4. Metode lain yang dapat dipakai untuk
menghitung pembagian beban menggunakan
pembebanan ekonomis pembangkit dapat
metode DP adalah banyaknya pendekatan
menggunakan metode Linier Programming.
pembagian beban menggunakan bantuan bit,

10
DAFTAR PUSTAKA
Erline Luciana (L2F 004 474)
[1] Arismunandar A., Kuwara, Teknik Tenaga
lahir di Bengkulu,
Listrik, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta,
menyelesaikan pendidikan
2000.
dasar hingga pendidikan
[2] Basuki, Cahyo A., Analisis Konsumsi Bahan
menengah di Bengkulu. Saat
Bakar Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap
ini sedang menempuh
Dengan Menggunakan Metode Least Square,
pendidikan di jurusan Teknik
Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro
Elektro bidang Konsentrasi
Universitas Diponegoro, 2009.
Teknik Energi Listrik
[3] Cekdin, Cekmas, Sistem Tenaga Listrik,
Universitas Dipenegoro
Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2007.
[4] Das, JC, Power System Analysis, ABB
Electrical System Technology Institute,
Chicago.
Semarang, Maret 2009
[5] Djiteng, Marsudi, Operasi System Tenaga
Menyetujui
Listrik, Balai Penerbit & Humas ISTN,Jakarta,
1990.
Pembimbing I Pembimbing II
[6] Djiteng, Marsudi, Pembangkitan Energi
Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta.
[7] Hadi, Sasono, Pembagian Beban Generator.
[8] Handoko, Hani, Dasar-Dasar Operations
Research, Bulaksumur, 1993.
Ir. Tedjo Sukmadi, M.T. Susatyo
[9] Imam, Kamarul, Dynamic Progrmming.
Handoko, S.T., M.T.
[10] Kadir, Abdul, Energi, Penerbit Universitas
NIP 131 764 876 NIP 132 282 683
Indonesia, 1995.
[11] Kadir, Abdul, Pembangkit Tenaga Listrik,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1996.
[12] Kirschen ,Daniel, Unit Commitment.
[13] Miller, Robert, H, Power System Operation,
McGraw-Hill, Library Of Congress Cataloging-
in-Publication Data, 1993.
[14] Momoh, James, Electrical Power System
Applications Of Optimization, Howart
University, Washington D.C.
[15] Muda, Iskandar, Mesin Diesel Dual-Fuel,
Lapaoran Tugas Akhir Teknik Mesin
Universitas Diponegoro, 2008.
[16] Murti, PSR, Power System and Control,
McGraw-Hill, Library Of Congress Cataloging-
in-Publication Data, New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai