Energi Lingkungan Hidup Dan Global Warmi
Energi Lingkungan Hidup Dan Global Warmi
WARMING
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Isu-isu Global
Kontemporer
Yang diampu oleh Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD dan Dra. Ilien Halina, Msi.
Disusun oleh:
Ahmad Anwar : 13/352251/PSP/4663
Angela Merici Chrisan : 13/355890/PSP/4816
Anisa L. Umoro : 13/357118/PSP/4857
Anna C. Suwardi : 13/355733/PSP/4773
Bayu Setyawan : 13/355702/PSP/4766
Cut Fitri Indah Sari H. : 13/355826/PSP/4801
Nasikhatun Listya A.F. : 13/357057/PSP/4853
Novie Lucky A. : 13/352255/PSP/4665
Novian Uticha Sally : 13/352171/PSP/4659
Yan Abrar : 13/355977/PSP/4821
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibarat dua sisi mata uang, walaupun memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia, kemajuan teknologi dan sistem informasi memicu sifat konsumerisme manusia
yang berakibat pada eksploitasi besar-besaran terhadap lingkungan untuk pemenuhan
kebutuhan. Eksploitasi yang terus menerus dan tidak diimbangi dengan pemberian
kesempatan bagi alam untuk memulihkan diri telah menyebabkan permasalahan yang
sangat mengancam generasi umat manusia ke depan. Tiga permasalahan yang cukup
menarik adalah permasalahan terkait kelangkaan energi, lingkungan dan pemanasan
global. Ketiga permasalahan tersebut merupakan rangkaian yang tidak bisa dipisahkan,
sehingga pemahaman kita terhadap satu permasalahan tidak bisa dilepaskan dari
permasalahan yang lain.
Pada tahap selanjutnya, penggunaan bahan bakar fossil juga memiliki akibat
buruk terhadap lingkungan termasuk salah satunya adalah produksi gas karbondioksida
yang mengakibatkan efek rumah kaca. Model perusakan lingkungan yang lain akibat
eksploitasi yang berlebihan adalah semakin minimnya lahan hutan akibat penebangan
liar, kerusakan terumbu karang, penggunaan teknologi yang merusak dan sebagainya.
Kemudian hal yang tidak bisa dipisahkan dari hal tersebut adalah penggunaan sumber
daya yang ada tanpa memperhatikan implikasi dari tindakan tersebut.
Penggunaan bahan bakar fosil dan penggundulan hutan semakin membebani bumi
sehingga pemanasan global menjadi sesuatu yang tidak terelakkan. Pemanasan Global
terjadi di mana peningkatan rata-rata suhu global bumi disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca yang kemudian dikenal dengan istilah efek rumah kaca.
Keberadaan gas ini di udara memberikan efek menyerap dan menahan panas di dalamnya
sehingga suhu di sekitarnya menjadi panas. Sebagian besar gas-gas rumah kaca dewasa
ini dihasilkan oleh aktivitas manusia di antaranya pembakaran bahan bakar berbasis fosil
oleh mesin dan kendaraan bermotor seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pada ranah hubungan internasional, kasus energi dan lingkungan hidup diwarnai
dengan berbagai kepentingan. Berbagai perundingan dan negosiasi yang dilakukan dalam
pengurangan emisi gas rumah kaca misalnya, tidak menghasilkan titik temu yang
memuaskan. Negara-negara maju cenderung enggan menaati setiap kesepakatan dalam
perundingan-perundingan tersebut. Amerika Serikat sebagai negara penyumbang emisi
gas rumah kaca paling besar menolak untuk meratifikasi Protokol Kyoto dalam komitmen
pengurangan emisi CO2. Padahal, untuk meningkatkan komitmen dunia dalam mengatasi
masalah lingkungan tersebut, setidaknya negara-negara yang turut berkontribusi dalam
kerusakan lingkungan, dalam hal ini negara-negara besar seharusnya memberikan contoh
dan menunjukkan kontribusi yang konstruktif dalam menghadapi masalah tersebut
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka kami mengajukan
rumusan masalah sebagai berikut:
PEMBAHASAN
A. Kerusakan Lingkungan
Sebagaimana yang kita ketahui minyak dunia sebagai energi untuk kebutuhan
hidup manusia sifatnya tak terbarukan. Energi yang demikian diperoleh dari sumber
daya alam yang waktu pembentukannya sampai jutaan tahun. Dikatakan tak
terbarukan karena, apabila sejumlah sumbernya dieksploitasikan, maka untuk
mengganti sumber sejenis dengan jumlah sama, baru mungkin atau belum pasti akan
terjadi jutaan tahun yang akan datang. Hal ini karena, di samping waktu terbentuknya
yang sangat lama, cara terbentuknya lingkungan tempat terkumpulkan bahan dasar
sumber energi ini pun tergantung dari proses dan keadaan geologi saat itu.
Ketika kebutuhan akan bahan bakar minyak menjadi sebuah kebutuhan global,
di mana semua negara di dunia membutuhkannya untuk keberlangsungan hidup, hal
itu akan menjadi ancaman di masa selanjutnya. Energi yang berasal dari bumi tersebut
memiliki jumlah yang terbatas. Yang dimaksud dengan terbatas di sini adalah
walaupun jumlahnya melimpah akan tetapi ketika di ambil dan bahkan di eksploitasi
secara terus menerus maka tentunya akan berkurang. Pada tahap selanjutnya bisa
diprediksi akan habis, sementara untuk mendapatkannya kembali membutuhkan
waktu yang sangat lama.
Selain itu faktor human error lain yang sebenarnya patut diperhatikan
adalah perang. Perang yang terjadi menimbulkan banyak kerugian, terutama bagi
manusia dan juga kerusakan yang timbul terhadap lingkungan hidup. Apalagi
dengan adanya penggunaan senjata yang dapat menyebabkan kerusakan yang
besar seperti senjata kimia maupun nuklir oleh negara yang sudah maju dalam
sistem persenjataannya. Selain menimbulkan korban jiwa, perang juga
menimbulkan kerugian materil serta kerusakan lingkungan hidup yang dapat
menjadi punah dan tidak dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Perang dunia I
(1914-1918) contohnya, menyisakan kerusakan parah yang tersebar di Eropa,
Afrika, Timur Tengah, Kepulauan Pasifik dan Cina.3 Belum lagi Perang Dunia II,
perang dingin, dan perang-perang yang lain yang juga terjadi di era kontemporer
ini.
3Martin , Ali dan Sugiarto Pramono. 2011. Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Regional: Studi Perbandingan Uni Eropa dan
ASEAN. SPEKTRUM: Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional Unwahas. vol.8. hal.32
Jumlah gas pembuangan yang tinggi merupakan alasan terbesar bagi
kerusakan lingkungan. Gas-gas yang dibuang oleh industri-industri akan
membahayakan lingkungan. Gas-gas yang banyak dibuang di antaranya ialah CO2,
SO2, dan NH3. Gas-gas ini adalah penyebab utama lubang ozon dan terjadinya
pemanasan global.4
Pencemaran udara dan suara juga tidak bisa di abaikan. Daya beli
masyarakat yang semakin meningkat, telah menjadikan jumlah kendaraan semakin
bertambah dan mengakibatkan polusi udara. Ini adalah bentuk polusi yang
mempengaruhi manusia secara langsung. Hidrokarbon yang dilepaskan dari mesin
adalah penyebab level ozon menjadi lebih rendah dan berbahaya bagi manusia.
Semakin banyak kendaraan bermotor beroperasi, maka semakin banyak liter
minyak yang digunakan.5 Akibatnya semakin banyak gas CO2 yang dibuang ke
udara. Pencemaran suara dapat timbul dari bising-bising suara mobil, kereta api,
4http://www.youthkiawaaz.com/2012/01/top-10-causes-of-environmental-damage/
Tidak hanya itu saja, dari sisi lingkungan, dan lebih spesifiknya sisi komposisi
udara di atmosfir, menunjukkan peningkatan gas carbon dioksida (CO2) yang
diketahui menjadi penyebab terjadinya efek pemanasan global (global warming).
Pemanasan global ditandai dengan adanya proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Menurut projek IPCC menunjukkan suhu
6Warrick, J. and Pincus, W. (2008, September 10). Reduced Dominance Is Predicted for U.S. The Washington Post.
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2008/09/09/AR2008090903302.html diakses tanggal 13
November 2013
permukaan global akan meningkat, diperkirakan diantara tahun 1990-2100 akan
terjadi kenaikan rata-rata suhu global sekitar 1,4 sampai 5,8 derajat Celsius.7
Eropa: Naiknya resiko banjir bandang dan banjir rob, peningkatan erosi
akibat badai dan naiknya permukaan laut, salju berkurang, punahnya beberapa
spesies, berkurangnya produktivitas tanaman di Eropa selatan.
Afrika: Pada tahun 2020, antara 75 dan 250 juta orang diproyeksikan akan
terkena dampak kekurangan air, hasil dari pertanian tadah hujan berkurang
hingga 50 persen di beberapa daerah, produksi pertanian termasuk akses ke
makanan mungkin akan terancam.
Asia: Ketersediaan air tawar diproyeksikan akan berkurang di Asia Tengah,
Selatan, Timur dan Tenggara pada 2050-an, wilayah pesisir akan beresiko
karena meningkatnya banjir, angka kematian akibat penyakit yang terkait
dengan banjir dan kekeringan diperkirakan akan meningkat di beberapa daerah
7 Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the
Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. diakses 13 November 2013.
8 http://climate.nasa.gov/effects diakses 18 november 2013
longsor, serta gangguan kesehatan. Perubahan iklim dapat mengancam keamanan
pangan akibat terganggunya produktivitas pertanian serta merebaknya penyakit yang
berkembang biak lewat air dan vektor misal malaria.
RESPON INTERNASIONAL
Terlepas dari itu, di era kontemporer ini dalam penanganan permasalahan yang
ditimbulkan dari isu lingkungan, tercatat beberapa upaya yang telah dilakukan oleh negara-
negara di dunia internasional. Upaya-upaya tersebut kebanyakan berupa konferensi yaitu
pertemuan negara-negara dari seluruh belahan dunia. Upaya dengan bentuk seperti ini
dilakukan karena dampak yang ditimbulkan dari isu lingkungan tidak hanya berbahaya dan
mengancam satu atau dua negara saja, tapi juga memberi ancaman bagi seluruh negara di
dunia internasional. Konferensi yang menjadi media negara-negara dalam mengatasi isu
lingkungan antara lain,
1. Konferensi Stockholm, Konferensi yang diselenggarakan tahun 1972 ini adalah upaya
dari badan PBB yang bertajuk Conference on the Human Environment. Di dalamnya
dibahas kerusakan lingkungan hidup dan upaya-upaya pembangunan kerangka kerja
yang lebih terlembaga. Pertemuan terbesar tentang lingkungan yang pernah diadakan
PBB ini melahirkan 26 prinsip yang berhubungan dengan lingkungan dan
pembangunan, serta rencana tindakan dengan 209 rekomendasi dalam enam wilayah
sebagai berikut: human settlement, pengelolaan sumber daya alam, polusi, pendidikan
dan aspek lingkungan sosial, pembangunan dan lingkungan serta organisasi
internasional. Konferensi ini juga merupakan pelopor terlahirnya konferensi-
konferensi tentang lingkungan hidup yang lainnya, seperti konvensi Vienna dan
Protocol Montreal.
2. Konferensi Rio De Janiero, Konferensi yang di gelar di Rio De Jeniero, Brazil ini
menghasilkan deklarasi dasar kehutanan dan konferensi mengenai perubahan iklim
dan biodiversity. Deklarasi ini melahirkan 27 prinsip dasar yang berkenaan dengan
tanggung jawab nasional dan kerjasama internasional untuk melindungi lingkungan,
3. Protokol Kyoto, Protokol ini merupakan hasil dari pertemuan yang dilangsungkan di
bawah naungan UNFCCC. Protokol ini juga menjadi satu-satunya peraturan yang
mengikat setiap anggotanya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Menyadari
bahwa negara-negara majulah yang menyumbangkan polusi terbanyak di dunia,
sebagai hasil dari perkembangan teknologi dan industri yang telah terjadi selama 150
tahun. Protokol Kyoto menerapkan peraturan tanggung jawab bersama namun
berbeda. Adapun isi Protokol Kyoto pada pokoknya mewajibkan negara-negara
industri maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (Green House Gases/GHGs) -
CO2, CH4, N2O, HFCS, PFCS dan SF6- minimal 5,5 % dari tingkat emisi tahun
1990, selama tahun 2008 sampai tahun 2012 13. Protokol Kyoto juga mengatur
mekanisme teknis pengurangan emisi gas rumah kaca (GHGs) yang dikenal dengan
Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM). CDM
adalah suatu mekanisme di bawah Protokol Kyoto yang dimaksudkan untuk
mambantu negara maju/industri memenuhi sebagian kewajibannya menurunkan emisi
GHGs serta membantu negara berkembang dalam upaya menuju pembangunan
12 John Vogler, 2001. Environment and Natural Resources, dalam Brian White, Richard Little, and Michael Smith (2nd eds.)
Issues In World Politics, New York : PALGRAVE. Hal 195
13 www. http://unfccc.int/kyoto_protocol/items/2830.php/ diakses pada 14 November 2013 pukul 22.00 Field Code Changed
berkelanjutan dan kontribusi terhadap pencapaian tujuan UNFCCC. Mekanisme ini
menawarkan win-win solution antara negara maju dengan negara berkembang dalam
rangka pengurangan emisi GHGs, dimana negara maju menanamkan modalnya di
negara berkembang dalam proyek-proyek yang dapat menghasilkan pengurangan
emisi GHGs dengan imbalan CER (Certified Emission Reduction).
Karena Protokol Kyoto yang dimulai pada tahun 1997 ini berakhir pada tahun
2012, maka pada pertemuan yang terakhir di Doha pada tahun 2012, diterapkanlah
Amandemen Doha untuk Protokol Kyoto. Amandemen ini berisi sebagai berikut:
Tapi dewasa ini yang menjadi negara penghasil emisi karbon terbesar tidaklah
lagi Amerika, namun Cina. Negara ini menjadi penghasil terbesar emisi karbon (lihat
bagan 1). Industri di negara ini memang sedang berkembang secara pesat sehingga
wajar negara ini menghasilkan emisi karbon yang tinggi, tapi negara ini juga
merasakan dampak dari tingginya emisi karbon tersebut dengan terjadinya beberapa
bencana yang terkait dengan kerusakan lingkungan. Oleh karenanya negara ini
memberikan komitmen yang kuat ditunjukkan dengan menjalin kerjasama dengan
Amerika untuk mengembangkan teknologi penangkapan karbon yang diharapkan bisa
mengurangi kerusakan lingkungan berkepanjangan akibat tingginya angka emisi
karbon. Komitmen dari Cina ini seharusnya bisa menjalar pada negara-negara maju
lainnya agar bersama untuk bisa mengurangi laju kerusakan lingkungan.
5. The Global Commission on Economy and Climate, Komisi internasional ini baru saja
dibentuk pada September 2013. Komisi dunia ini terdiri dari para kepala
pemerintahan, keuangan dan bisnis dari 14 negara yang dipimpin oleh mantan
Presiden Meksiko Felipe Calderon.14 Isu lingkungan merupakan isu yang memiliki
keterkaitan dengan isu-isu sosial15 lainnya termasuk isu pembangunan dan ekonomi.
Dilema yang banyak dialami negara maju terkait pengurangan emisi karbon menjadi
salah satu contohnya. Komisi ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana kinerja
ekonomi yang lebih kuat dapat didukung oleh kebijakan iklim yang baik. Meskipun
hasil kajian dari komisi ini belum dihasilkan namun ini menjadi angin segar terhadap
masa depan di mana lingkungan bisa dijaga tanpa ada kekhawatiran akan
terganggunya sektor pembangunan dan ekonomi.
14 www.lensaindonesia.com/2013/09/24/respon-perubahan-iklim-komisi-dunia-untuk-ekonomi-dan-iklimdibentuk.html/
diakses pada 15 November 2013 Pukul 13.41
15 John Vogler, 2001. Environment and Natural Resources, dalam Brian White, Richard Little, and Michael Smith ( 2nd eds.)
16 Budi Winarno. 2011. Isu-isu global kontemporer. Jakarata: Caps. Hal. 158
Upaya lainnya dari dunia internasional adalah berkembangnya berbagai organisasi-
organisasi non-goverment yang bergerak dibidang lingkungan hidup. Misalnya Green Peace,
WWF (World Wide Fund for Nature), WALHI (Wahana Lingkungan Hidup), dan banyak
lainnya. Organisasi-organisasi ini menjalin hubungan dengan masyarakat secara global dan
akhirnya dapat memobilisasi agar masyarakat lebih peka terhadap isu lingkungan.
Organisasi-organisasi ini juga menjadi alat penekan bagi pemerintahan suatu negara agar
lebih peka dan peduli dalam mengatasi masalah lingkungan hidup.
Melihat upaya-upaya yang telah berusaha dilakukan dan dicanangkan oleh dunia
internasional untuk mengatasi isu lingkungan bisa disimpulkan bahwa isu ini sudah menjadi
isu yang diperhatikan seluruh dunia dan seluruh lapisan masyarakat. Kritikan kemudian
muncul ketika protokol kyoto yang telah berakhir tanpa bisa memaksa negara-negara maju
untuk berkontribusi secara lebih dalam. Hal ini menunjukkan kelemahan dari konferensi-
konferensi internasional yang telah dilakukan. Akhirnya memunculkan wacana, bahwa
memang dibutuhkan sebuah rezim internasional yang bergerak dan berfokus pada bidang
lingkungan. Kekuatan dari sebuah rezim internasional tentu akan lebih memberi pengaruh
dari sekedar aksi bersama dari organisasi-organisasi non-goverment. Tapi lagi-lagi
pewujudan wacana ini tentu tidak semudah membayangkannya, benturan kepentingan-
kepentingan negara akan terus muncul sehingga sulit untuk memunculkan sebuah inisiatif
dari negara untuk berupaya membentuk sebuah rezim internasional. Dan kelambatan
pergerakan dari negosiasi-negosiasi yang selama ini dilakukan negara internasional terkait isu
lingkungan berbanding terbalik dengan laju kerusakan lingkungan yang terus meningkat
selama negosiasi yang belum menemui kesepakatan bersama.
BAB IV
PENUTUP
Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the
Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change.
Intergovernmental Panel on Climate Change. diakses 13 November 2013.
John Vogler, 2001. Environment and Natural Resources, dalam Brian White, Richard
Little, and Michael Smith (2nd eds.) Issues In World Politics, New York :
PALGRAVE
Martin , Ali dan Sugiarto Pramono. 2011. Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Regional: Studi
Perbandingan Uni Eropa dan ASEAN. SPEKTRUM: Jurnal Ilmu Politik Hubungan
Internasional vol.8
Steans, Jill dan Lloyd Pettiford, 2009. Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Warrick, J. and Pincus, W. (2008, September 10). Reduced Dominance Is Predicted for U.S.
The Washington Post. http://www.washingtonpost.com/wp-
dyn/content/article/2008/09/09/AR2008090903302.html diakses tanggal 13
November 2013
http://alimuhi.staff.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/ANCAMAN.GLOBALISASI.pdf
diakses pada 16 November 2013
www.reuters.com/article/2009/05/29/us-climate-human-idUSTRE54S29P20090529 diakses
13 November 2013
www.youthkiawaaz.com/2012/01/top-10-causes-of-environmental-damage/
www.mangobay.co.id/2012/12/10/cop-18-doha-negara-negara-maju-lepas-tangan-dari-
protokol-kyoto/ diakses pada 15 November 2013
http://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2013/03/dampak-akibat-kerusakan-
lingkungan.pdf diakses pada 14 November 2013
www.lensaindonesia.com/2013/09/24/respon-perubahan-iklim-komisi-dunia-untuk-ekonomi-
dan-iklimdibentuk.html/ diakses pada 15 November 20132wr