Dewasa ini, produk sabun mandi telah berkembang menjadi kebutuhan primer di masyarakat dunia saat ini. Produk tersebut dimanfaatkan setiap hari oleh semua kalangan masyarakat, baik kelas atas, menengah, maupun bawah. Industri sabun mandi pun berlomba-lomba menciptakan produk sabun mandi yang inovatif dan bermanfaat, bervariasi baik dari segi bentuk, warna, maupun aroma (Nurhadi, 2012). Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian (Permono, 2001). Sabun dapat dibuat dari minyak (trigliserida), asam lemak bebas (ALB) dan metil ester asam lemak dengan mereaksikan basa alkali terhadap masing-masing zat, yang dikenal dengan proses saponifikasi. Salah satu minyak yang bisa digunakan pada pembuatan sabun yaitu minyak bekas atau minyak jelantah. Minyak jelantah atau minyak goreng bekas, adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas dan apabila ditinjau dari komposisi kimianya mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik yang terbentuk selama proses penggorengan dan asam lemak tak jenuh. Sehingga pemakaian miyak jelantah yang bekelanjutan dapat merusak kesehatan. Asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat dan asam linolinat terdapat dalam minyak goreng bekas merupakan trigliserida yang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan sabun cair menggantikan asam lemak bebas jenuh yang merupakan produk samping proses pengolahan minyak goreng (Ningrum dan Kusuma, 2013). Sabun mandi yang ada di pasaran saat ini berupa sabun dengan alkali yang berupa zat kimia.