Pendekatan yang dilakukan dalam proses analisis tersebut adalah dengan membuat
perbandingan antara kenampakan endapan-endapan purba yang lingkungan pengendapannya akan
dideterminasikan, khusus mengenai turbidit ada beberapa peneliti diantaranya Bouma (1962),
Walker (1971), Mutti dan Richi (1972), Mutti dan Walker (1973), Middelton dan Hampton (1973),
dan Mutti (1992).
Menurut Walker, 1973 turbidit adalah suatu endapan dari arus turbid, dimana arus turbid
itu sendiri didefinisikan sebagai arus densitas yang mempunyai berat jenis yang berbeda dengan
cairan disekitarnya (umumnya air laut), karena arus tersebut mengandung endapan yang
terhambur.
Middelton & Hampton (1973), menyatakan bahwa aliran yang terdiri dari sedimen yang
bergerak turun karena gravitasi disebut sediment gravity flow atau disebut juga sebagai arus
densitas (Koesoemadinata, 1980). Arus densitas merupakan lengseran-lengseran dari onggokan
sedimen yang lerengnya telah menjadi tidak stabil dan meluncur karena suatu gaya. Luncuran-
luncuran ini kemudian menghasilkan slumps (permulaan lengseran) yang kemudian berkembang
menjadi suatu arus dimana butiran-butiran yang mengahasilkan arus.
Endapan turbidit mempunyai karakteristik tertentu yang sekaligus dapat dijadikan sebagai
ciri pengenalnya. Namun perlu diperhatikan bahwa ciri itu bukan hanya berdasarkan sifat tunggal
sehingga tidak bisa secara langsung untuk mengatakan bahwa suatu endapan adalah endapan
turbidit. Hal ini mengingat bahwa banyak struktur sedimen tersebut, yang juga berkembang pada
sedimen yang bukan turbidit (Keunen, 1964).
Karakteristik endapan turbidit pada dasarnya dapat dikelompokan ke dalam dua bagian
besar berdasarkan litologi dan struktur sedimen, yaitu :
1) Karakteristik Litologi
a. Terdapat perselingan tipis yang bersifat ritmis antar batuan berbutir relatif kasar
dengan batuan yang berbutir relatif halus, dengan ketebalan lapisan beberapa
milimeter sampai beberapa puluh sentimeter. Umumnya perselingan antar
batupasir dan serpih. Batas atas dan bawah lapisan datar, tanpa adanya penggerusan
(scouring).
b. Pada lapisan berbutir kasar memiliki pemlihan buruk dan mengandung mineral-
mineral kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga banyak didapatkan matrik lempung.
Kadang-kadang dijumpai adanya fosil rework, yang menunjukkan lingkungan laut
dangkal.
c. Pada beberapa lapisan batupasir dan batulanau didapatkan adanya fragmen
tumbuhan.
d. Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik.
e. Pada perlapisan batuan terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang menunjukkan
proses pengendapannya turbidit yaitu antara lain perlapisan bersusun, perlapisan
sejajar, perlapisan bergelombang, konvolut dengan urutan-urutan tertentu.
f. Sifat-sifat penunjukan arus, memperlihatkan pola aliran yang hampir seragam saat
suplai terjadi.
Karakteristik tersebut tidak selalu harus ada pada suatu endapan turbitit. Dalam hal
ini lebih merupakan suatu alternatif, mengingat bahwa suatu endapan turbidit juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang akan memberikan ciri yang berbeda dari suatu
tempat ke tempat lain.
Menurut Bouma (1962) dalam hal pengenalan endapan turbidit salah satu ciri yang
penting adalah struktur sedimen, karena mekanisme pengendapan arus turbid memberikan
karakteristik sedimen tertentu. Banyak klasifikasi struktur sedimen hasil mekanisme
turbid, salah satunya karakteristik genetik dari Selly (1969). Selly (1969) mengelompokan
struktur sedimen menjadi 3 berdasarkan proses pembentukknya :
a. Struktur Sedimen Pre-Depositional
Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum pengendapan sedimen, yang
berhubungan dengan proses eroi oleh bagian kepala (head) dari suatu arus
turbid (Middelton, 1973). Umumnya pada bidang batas antara lapisan batupasir
dan serpih. Beberapa struktur sedimen yang antara lain flute cast, groove cast.
b. Struktur Sedimen Syn-Depositional
Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen, dan
merupakan struktur yang penting dalam penentuan suatu endapan turbidit.
Beberapa struktur sedimen yang penting diantarnya adalah perlapisan bersusun,
perlapisan sejajar dan perlapisan bergelombang.
c. Struktur Sedimen Post-Depositional
Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang
umumnya berhubungan dengan proses deformasi. Salah satunya struktur
pembebanan.
Umumnya struktur sedimen yang ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur sedimen
yang terbentuk karena prose sedimentasi, terutama yang terjadi karena proses pengendapan
suspensi dn arus.
Middelton (1967) menyatakan bahwa arus turbid merupakan salah satu tipe dari arus
kerapatan (density current), dimana arus bergerak secara gaya berat, karena adanya perbedaan
kerapatan anara arus dengan cairan disekelilingnya, yang disebabkan oleh adanya dispersi sedimen
pada suatu tempat (misalnya: muara sungai atau delta), dimana sedimen banyak terakumulasi
karena adanya faktor pemicu, misalnya : suatu gempa bumi, tsunami, dll mulai bergerak dan
meluncur secara tiba-tiba ke arah bawah cekungan. Saat sedimen tersebut mulai meluncur ke
bawah akan membentuk slump.
Pada saat mendekati pengendapannya, kecepatan arus mulai berkurang karena penurunan
grativasi akibat kemiringan lereng yang semakin landai. Dalam konsdisi seperti ini maka bagian
kepala dari arus aka mengerosi lapsan dibawahnya membentuk struktur sedimen scour mark.
Sesuai dengan sifat-sifat kerapatan arus, maka pengendapan akan terjadi sekaligus, sehingga
sedimen yang diendapakan mempunyai pemilahan yang sangat buruk. Dalam hal ini material-
material yang lebih berat akan terkumpul pada bagian depan arus turbid, sedangkan material halus
akan terperangkap bersama-sama. Endapan yang pertama terbentuk adalah batupasir berstruktur
perlapisan besusun. Selanjutnya arus akan semakin lemah dan sedimen yang halus akan
diendapkan. Apabila kecepatan arus telah hilang, maka akan terjadi pengendapan lempung pelagik
dalam suasana suspensi yang menunjukkan kondisi lingkungan berenergi rendah (Gambar 1)
Middelton dan Hampton (1973) memperkenalkan istilah sediment gravity flow untuk
menerangkan mekanisme pengangkutan batupasir dan sedimen klastik kasar lainnya dalam
lingkungan laut dalam melalui pematang bawah samudra (submarine canyons). Dalam hal ini
istilah sediment gravity flow, digunakan secara umum untuk aliran sedimen atau campuran
sedimen fluida dibawah pengaruh gaya berat. Berdasarkan gerakan relatif antar butir dan jaraknya
dari sumber.
Mutti dan Richi Luchi (1972), menerangkan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau
kumpilan lapian yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi tertentu
yang berbeda dengan batuan disekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang
sama. Asosiasi fasie didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang membentuk
suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini mencerminkan
lingkugan pengendapan dan atau prose dimana fasies-fasies itu dibentuk.
Ada beberapa mekanisme pengendapan dari materian hasil transport material sedimen
yang tertukan akan menghasilkan beberapa macam jeni struktur sedimen berbeda dipengaruhi oleh
faktor mekanisme pengendapannya tersebut.
Berikut adalah beberapa jenis mekanisme pengendapan material sedimen dalam kaitannya
sebagai penciri adanya aktifitas turbidit yaitu :
1. Peluncuran
Terjadi dekat dasar sehingga mempunyai kekuatan untuk mengikis, hal ini akan berakibat
terjadinya struktur pada alas lapisan misalnya : drag cast, flute cast, scouring dan
sebagainya.
2. Fraksi kasar
Sedimentasi terjadi segera setelah arus kehilangan tenaga. Karena pengendapan
berlangsung cepat, sehingga endapan yang terjadi buruk dan fraksi kasar berkesempatan
mengendap terlebih dahulu sehingga membentuk perlapisan bersusun/graded bedding
(interval a Bouma 62). Pada bagian atasnya pemilahan berkembang semakin baik dan
struktur sedimen yang terbentuk adalah perlapisan sejajar/parallel lamination (interval b
Bouma 62).
3. Fraksi halus
Fraksi halu lebih lama tertinggal di media dalam keadaan keruh. Pengendapan mula-mula
berlangsung dengan adanya aliran fraksi dari suatu suspensi. Dengan demikian secara
berurut terjadi climbing ripple, current ripple, recumbent folded laminae, convolute
lamination (inteval c Bouma 62). Sedimen yang teronggok pada suatu lereng tiba-tiba
meluncur dengan kecepatan tinggi becmpur dengan air berupa suatu aliran padat (density
current). Partikel-partikel sedimen bergerak tanpa benturan/seretan air, tetapi intertia flow.
Energi potensial / gravity dirubah menjadi energi kinetik, pengendapan terjadi segera
setelah energi kinetik habis. Umumnya turbidit ditafsirkan sebagi endapan laut dalam
meskipun sebenarnya bisa saja terjadi pada laut dangkal, bahkan merupakan endapan
danau. Pada akhir pengendapan drift sudah tidak ada lagi yaitu laminasi sejajar (interval d
Bouma 62), disusul endapan pelitid (interval e Bouma 62).
Berdasarkan atas gerakan relatif antar partikel selama masa sedimen bergerka dan jarak
dari sumber, maka arus densitas dibagi menjadi empat (Middelton dan Hampton,1975), serta
hubungan antara proses transport dengan jarak telah dijelaskan oleh Keling dan Stanley, 1976.
Dimana butir-butir telah lepas sama sekali dan masing-masing butir didukung oleh fluida
bersentuhan. Pengendapan terjadi bila air pori telah terperas keluar secara vertikal dan akan
turbidite.
Dimana butir-butir belum lepas dan dalam mengalir masih sering bersentuhan. Dalam hal
ini peran media hampir tidak ada. Matrik berupa pasir dan mengendap sekaligus. Debris
4. A