OLEH :
LOKAL IB
(KELOMPOK 2)
Anindita Rizkiana
Aprilia Nur Dwiyanti
Elma Nur Hidayanti
Indah Nur Yulianti
Isti Isnaini
Muhammad Alfin Rachmadhan
Risna Tridayanti
Syifa Amelia Khairunnisa
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesekaikan makalah ini di waktu yang tepat.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mingguan Farmasetika dengan judul Bentuk
Sediaan dan Cara Pemberian Obat yang mencakup materi alasan dibuat sediaan obat, macam-
macam bentuk sediaan obat, dan rute pemberian obat.
Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu mahasiswa dan mahasiswi
Farmasi yang membaca mendapat informasi terbaru dan memudahkan dalam pembelajaran mata
kuliah Farmasetika Dasar. Kami juga mengharapkan makalah ini sudah tersusun dengan baik dan
benar. Penulis sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik di masa yang akan
datang. Penulis berharap, semoga makalah sederhana ini, dapat menjadi pengetahuan dan
informasi baru yang dikemas dalam bentuk singkat, padat dan jelas.
Tidak lupa juga kami ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam proses pengerjaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. Pendahuluan
Latar Belakang4
Rumusan Masalah...5
Tujuan.5
BAB II. Tinjauan Pustaka
Alasan Dibuat Sediaan Obat..6
Macam-Macam Bentuk Sediaan Obat...7
Rute Pemberian Obat22
Keuntungan dan Kerugian Rute Pemberian Obat.29
Tempat Pemberian Obat32
BAB III. Penutup
Kesimpulan...35
Saran..35
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan obat jarang diberikan sendiri-sendiri, tetapi lebih sering merupakan suatu formula yang
dikombinasikan dengan satu atau lebih zat bukan obat yang bermanfaat untuk kegunaan farmasi
yang bermacam-macam dan khusus. Melalui penggunaan yang selektif dari zat obat ini sebagai
bahan farmasi akan dihasilkan sediaan farmasi atu bentuk sediaan dengan tipe yang bermacam-
macam. Bahan farmasi ini melarutkan, mensuspensi, mengentalkan, mengencerkan, mengemulsi,
menstabilkan, mengawetkan, mewarnai, pewangi, dan menciptakan banyak bermacam-macam
zat obat menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi yang manjur dan menarik. Masing-masing tipe
bentuk sediaan mempunyai sifat-sifat fisika dan sifat-sifat farmasi yang khusus. Sediaan yang
bermacam-macam ini merupakan tantangan bagi ahli-ahli farmasi di pabrik dalam membuat
formula dan bagi dokter dalam memilih obat serta cara pemberiannya untuk ditulis dalam resep.
Bidang umum yang mempelajari faktor-faktor fisika, kimia dan biologi yang mempengaruhi
formulasi, pembuatan di pabrik, stabilitas dan efektivitas dari bentuk sediaan farmasi disebut
farmasetik.
Sifat yang keras dan takaran yang rendah dari kebanyakan obat-obat yang digunakan saat ini
menghalangi setiap harapan bahwa masyarakat umum akan dapat memperoleh takaran yang
tepat dengan aman dari bahan berupa bahan baku berkhasiat. Sebagian besar daro obat yang
banyak, digunakan dalam jumlah miligram, sangat sedikit unutk ditimbang dengan sesuatu
kecuali dengan timbangan laboratorium yang peka.
Rumusan Masalah
Alasan apa saja dibuatnya bentuk sediaan obat ?
Apa saja macam bentuk sediaan obat ?
Apa saja rute/jalur pemberian obat ?
Apa keuntungan dan kerugian dari tiap rute/ jalur pemberian obat ?
Tujuan
Mengetahui alasan dibuatnya bentuk sediaan obat
Mengetahui macam-macam bentuk sediaan obat
Mengetahui rute/jalur pemberian obat
Serta mengetahui kerugian dan keuntungan tiap rute/jalur pemberian obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tablet Salut
Alasan dibuatnya tablet salut antara lain :
Melindungi zat aktif dari cahaya, udara, kelembaban.
Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
Membuat penampilan obat lebih menarik.
Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran pencernaan.
Ada tiga jenis dari tablet ini antara lain :
Tablet Salut Gula
Merupakan tablet tablet kempa yang terdiri dari penyalut gula. Tujuan penyalutan ini adalah
untuk melindungi obat dari udara dan kelembapan serta member rasa atau untuk menghindarkan
gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat. Contohnya : Pahezon, Arcalion.
Tablet Salut Selaput
Tablet ini disalut dengan selaput yang tipis yang akan larut atau hancur di daerah lambung usus.
Contohnya : Fitogen.
Tablet Salut Enterik
Tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak hancur dilambung tapi hancur di usus. contoh :
Voltaren 50 mg, Enzymfort.
Kapsul
Kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan lainnya yang sesuai.
Tujuan dibalik dibuatnya bentuk sediaan kapsul antara lain :
Menghindari rasa pahit/tidak enak dari bahan obat.
Dapat membagi obat dalam dosis yang tepat.
Melindungi obat dari pengaruh luar (oksidasi dari O2.
Ada dua jenis kapsul yang ada saat ini antara lain :
Kapsul keras
Terbuat dari gelatin
Biasanya berisi : serbuk, butiran, granul, tablet kecil, bahan semi padat/cairan
Kapsul Lunak
Dibuat dari campuran gelatin, gliserol, sorbitol/metilselulosa
Biasanya berisi : cairan, suspensi, bahan bentuk pasta
Berikut variasi ukuran-ukuran bentuk sediaan kapsul :
Ukuran Kapsul Kapasitas Volume rata-rata(ml)
000 1,36
00 0,95
0 0,67
1 0,48
2 0,38
3 0,27
4 0,20
5 0,13
Kaplet
Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan lapisan gula dan biasanya
diberi zat warna yang menarik. Bentuk dragee ini selain supaya bentuk tablet lebih menarik juga
untuk melindungi obat dari pengaruh kelembapan udara atau untuk melindungi obat dari
keasaman lambung. Kaplet pun merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak,
bentuknya oval seperti kapsul.
Pulvis(Serbuk)
Campuran obat dan atau bahan kimia dalam bentuk kering halus dan homogen . Pulvis = Bulk
Powder = serbuk yang tak terbagi Contoh: Caladine powder, enbatic serbuk tabur. Ada dua cara
penggunaan pulvis antara lain :
Sebagai Obat Luar
Sebagai antiseptic
Sebagai anti fungal
Sebagai Obat Dalam
Pemakaian memalui mulut, krongkongan dan saluran pencernaan
Pulveres
Merupakan suatu campuran yang terdiri dari 1 atau lebih bahan obat yang dibuat dalam bentuk
terbagi-bagi , yang kering , halus dan homogen. Tujuan dibuatnya pulveres adalah sebagai
berikut :
Diinginkan dosis tertentu
Diinginkan beberapa macam obat pada satu sediaan sesuai dengan kepentingan
pengobatan
Campuran obat lebih stabil dibandingkan larutan
Kekurangan sediaan pulveres:
Rasa obat yang pahit atau tidak enak
Kesulitan dalam menahan terurainya bahan yang higroskopis
Mudah menguap
Pil
Sediaan yang berbentuk bulat seperti seperti kelereng yang mengandung satu atau lebih bahan
obat. Berat 100-500 mg dan dibagi menjadi dua yaitu :
Pil Kecil (Granula) : Beratnya 30 mg, bila tidak disebutkan maka granula mengandung
bahan obat berkhasiat 1 mg.
Pil Besar (Boli) : Berat > 500 mg.
Suppositoria
Bahan sediaan padat yang mengandung bahan obat dan bahan dasar yang diberikan dengan cara
memasukan melalui rectum, vagina atau urethra, dapat melunak, larut atau meleleh pada suhu
tubuh.
Presertatif : metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan
klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll.
Antioksidan asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat.
Tipe Emulsi
Tipe O/W (Minyak dalam Air)
Emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal
dan air fase eksternal.
Tipe W/O (Air dalam Minyak)
Emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal
sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
Pemakaian Emulsi
Dipergunakan sebagai obat dalam Umumnya tipe emulsi O/W
Dipergunakan sebagai obat luar Bisa tipe O/W maupun W/O
Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam
atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan
tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope
Indonesia.
Sediaan obat tetes antara lain :
Guttae (obat dalam)
Guttae Oris (tetes mulut)
Guttae Auriculares (tetes telinga)
Guttae Nasales (tetes hidung)
Guttae Ophtalmicae (tetes mata)
Injeksi
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat
serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
Ticture
larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau
senyawa kimia. Contoh:tingtur iodium, tingtur opium, tingtur pennyroyal, tingtur benzoin dll.
Rute Pemberian Obat
Jalur pemberian obat turut menetukan kecepatan dan kelengkapan resorpsi obat. Tergantung dari
efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh) atau efek local (setempat) keadaan
pasien dan sifat-sifat fisiko-kimiawi obat, dapat dipilih dari banyak cara untuk memberikan obat.
Efek Sistemik
Oral
Pemberian obat melalui mulut (per oral) adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis,
mudah dan aman. Namun tidak semua obat dapat diberikan peroral, misalnya obat yang bersifat
merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung, seperti benzilpenisilin,
insulin, oksitosin dan hormone steroida.
Sering kali, resorpsi obat setelah pemberian oral tidak teratur dan tidak lengkap meskipun
formulasinya optimal, misalnya senyawa ammonium kwartener (thiazianium, tetrasiklin,
kloksasilin dan digoksin) (maksimal 80%). Keberatan lain adalah obat segtelah direpsorbsi harus
melalui hati, dimana dapat terjadi inaktivasi sebelum diedarkan ke lokasi kerjanya.
Untuk mencapai efek local di usus dilakukan pemberian oral, misalnya obat cacing atau
antibiotika untuk mensterilkan lambung-usus pada infeksi atau sebelum pembedahan
(streptomisin, kanamisin, neomisin, beberapa sulfonamida). Obat-obat ini justru tidak boleh
diserap.
Sublingual
Obat setelah dikunyah halus (bila perlu) diletakkan di bawah lidah (sublingual), tempat
berlangsungnya rebsorpsi oleh selaput lender setmpat ke dalam vena lidah yang banyak di lokasi
ini. Keuntungan cara ini ialah obat langsung masuk ke peredaran darah besar tanpa melalui hati.
Oleh karena itu, cara ini digunakan bila efek yang pesat dan lengkap diinginkan, misalnya pada
serangan angina (suatu penyakit jantung), asma atau migrain (nitrogliserin, isoprenalin,
ergotamin juga metiltesteron). Kebertannya adalah kurang praktis untuk digunakan terus-
menerus dan dapat merangsang mukosa mulut. Hanya obat yang bersifat lipofil saja yang dapat
diberikan dengan cara ini.
Injeksi
Pemberian obat secara parenteral (berarti di luar usus) biasanya dipilih bila diinginkan efek
yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung
(hormon), atau tidak diresorpsi usus (streptomisin). Begitu pula pasien yang tidak sadar atau
tidak mau kerja sama. Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan
oleh pasien sendiri. selain itu ada pula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya
merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.
Subkutan (hipodermal)
Injeksi dibawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut
baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah
dilakukan sendiri, misalnya insulin pada pasien penyakit gula.
Intrakutan
Absorpsi sangat lambat, mislanya injeksi tuberculin dari Mantoux.
Intramuscular
Dengan injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja dalam waktu 10-30 menit. Guna
memperlambat resorpsi dengan maksud memperpanjang kerja obat, sering kali digunakan larutan
atau suspensi dalam minyak, misalnya suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi
umumnya dipilih pada otot bokong yang tidak memiliki banyak pembuluh dan saraf.
Intravena
Injeksi ke dalam pembuluh darah menghasilkan menghasilkan efek tercepat: dalam waktu 18
detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi lama
kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunkan untuk mencapai pentakaran yang tepat dan
dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut air atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butir darah.
Bahaya injeksi i.v. adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat kolida darah dengan
reaksi hebat, karena dengan cara ini benda asing langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi ,
misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbul shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi
dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh
karena itu setiap injeksi i.v. sebaiknya dilakukan dengan amat perlahan, antara 50 dan 70 detik
lamanya.
Infus tetes intravena dengan obat sering kali dilakukan di rumah sakit pada keadaan darurat
atau dengan obat yang cepat metabolisme dan ekskresinya guna mencapai kadar plasma yang
tetap tinggi.
Intra-arteri
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk membanjiri suatu organ, misalnya
hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker
nitrogenmustard.
Intralumbal
Intralumbal (antara ruas tulang belakang), intraperitoneal (ke dalam ruang selaput perut),
intrapleural (selaput paru-paru), intracardial (jantung) ddan anti-artikuler (ke celah-celah sendi)
adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang
diinginkan.
Implantasi subkutan
Implantasi subkutan adalah memasukkan obat yang berbentuk pellet steril (tablet silindris kecil)
ke bawah kulit dengan menggunkan suatu alat khusus (trocar). Obat ini terutama digunakan
untuk efek sistemis lama, misalnya hormon kelamin (estradiol dan testosteran. Akibat resorpsi
yangh lambat, satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3-5 bulan lamanya.
Bahkan dewasa ini tersedia implantasi obat antihamil dengan lama kerja 3 tahun (Implanon,
Norplant).
Rektal
Rektal adalah pemberian obat melalui rectum (dubur) yang layak untuk obat yang merangsang
atau yang diuraikan oleh asam lambung, biasanya dalam bentuk suppositoria, kadang-kadang
sebagai cairan (klisma: 2-10 mL, lavemen: 10-500 mL). Obat ini terutama digunakan pada
pasien yang mual atau muntah-muntah (mabuk jalan atau migrain) atau yang terlampau sakit
untuk menelan tablet. Adakalanya juga untuk efek lokal yang cepat, misalnya laksans (suppose,
bisakodil/gliserin) dan klisma (prednisone atau neomisin).
Sebagai bahan dasar (basis) suppositoria digunakan lemak yang meleleh pada suhu tubuh (k.l.
36,80C), yakni oleum cacao dan gliserida sintetis (Estarin, Wittepsol). Demikian pula zat-zat
hidrofil yang melarut dalam getah rectum, misalnya tetrasiklin, kloramfenikol dan sulfonamida
(hanya 20%). Karena ini sebaiknya diberikan dosis oral dan digunakan pada rectum kosong
(tanpa tinja). Akan tetapi, setelah obat diresopsi, efek sistemiknya lebih cepat dan lebih kuat
dibandingkan pemberian per oral, berhubung vena-vena bawah dan tengah dari rectum tidak
tersambung pada system porta dan obat tidak melalui hati pada peredaran darah pertama,
sehingga tidak mengalami perombakan First Pass Effect. Pengecualian adalah bila obat diserap
di bagian atas rectum dan oleh vena porta dan kemudian ke hati. Misalnya thiazianium.
Dengan demikian, penyebaran obat di dalam rectum yang tergantung dari basis suppositoria
yang digunakan, dapat menentukan rutenya ke sirkulasi darah besar. Suppositoria dan salep juga
sering digunakan untuk efek local pada gangguan poros usus misalnya wasir. Keberatannya ialah
dapat menimbulkan peradangan bila digunakan terus-menerus.
Efek Lokal
Intranasal
Mukosa lambung-usus dan rectum, juga selaput lendir lainnya dalam tubuh, dapat menyerap obat
dengan baik dan menghasilkan terutama efek setempat. Secara intranasal (melalui hidung)
digunakan tetes hidung pada selesma untuk menciutkan mukosa yang bengkak (efedrin,
ksilometazolin). Kadang-kadang obat juga untuk memberikan efek sistemis, misalnya
vasopressin dan kortikosteroida (heklometason, flunisolida).
Intra-okuler dan Intra-aurikuler (dalam mata dan telinga)
Obat berbentuk tetes atau salep digunakan untuk mengobati penyakit mata atau telinga. Pada
penggunaan beberapa jenis obat tetes harus waspada, karena obat dapat diresorpsi ke darah dan
menimbulkan efek toksik, misalnya atropin.
Inhalasi (Intrapulmonal)
Gas, zat terbang, atau larutan sering kali diberikan sebagai inhalasi (aerosol), yaitu obat yang
disemprotkan ke dalam mulut dengan alat aerosol. Semprotan obat dihirup dengan udara dan
resorpsi terjadi melalui mukosa mulut, tenggorokan dan saluran napas. Tanpa melalui hati, obat
dapat dengan cepat memasuki predaran darah dan menghasilkan efeknya. Yang digunakan secara
inhalasi adalah anestetika umum (eter, halotan) dan obat-obat asam (adrenalin, isoprenalin,
budenosida dan klometason) dengan maksud mencapai kadar setempat yang tinggi dan
memberikan efek terhadap brochia. Untuk maksud ini, selain larutan obat, juga dapat digunakan
zat padatnya (turbuhaler) dalam keadaan sangat halus (microfine: 1-5 mikron), misalnya
natriumkromoglikat, beklometason dan budesonida.
Intravaginal
Untuk mengobati gangguan vagina secara local tersedia salep, tablet atau sejenis suppositoria
vaginal (ovula) yang harus dimasukkan ke dalam vagina dan melarut di situ. Contohnya adalah
metronidazol pada vaginitis (radang vagina) akibat parasit trichomonas dan candida. Obat dapat
pula digunakan sebagai cairan bilasan. Penggunaan lain adalah untuk mencegah kehamilan, di
mana zat spermicide (dengan daya mematikan sel-sel mani) dimasukkan dalam bentuk tablet
busa, krem atau foam.
Kulit (topical)
Pada penyakit kulit, obat yang digunakam berupa salep, krim, atau lotion (kocokan). Kulit yang
sehat dan utuh sukar sekali ditembus obat, tetapi resorpsi berlangsung lebih mudah bila ada
kerusakan. Efek sistemis yang menyusul kadang-kadang berbahaya, seperti degan dengan
kortikosterida (kortison, betametason, dll), terutama bila digunakan dengan cara occlusi.
Kerugian
Pemakaian kurang menyenangkan
Sediaan mudah tengik dan harus di jaga kesterilannya dari mikroorganisme.
Topical
Keuntungan
Memberikan efek local
Efek samping sedikit
Kerugian
Mungkin kotor dan dapat mengotori pakaian
Cepat memasuki tubuh melalui abrasi dan efek sistematik
IM
Keuntungan
Nyeri akibat iritasi kurang
Dapat diberikan dalam jumlah yang besar dari pemberian SC
Obat diabsorpsi dengan cepat
Kerugian
Merusak barier kulit
Dapat menyebabkan kecemasan
Sub Cutan
Keuntungan
Kerja obat lebih cepat dari pemberian oral
Kerugian
Harus menggunakan teknik steril karena merusak barier kulit
Diberikan hanya dalam jumlah kecil
Lebih lambat dari pemberian intaramuscular
Lebih mahal dari obat oral, beberapa obat dapat mengiritasi jaringan kulit dan
menyebabkan nyeri
Dapat menimbulkan kecemasan
Intar Dermal
Keuntungan
Absorpsi lambat
Digunakan untuk melihat reaksi alergi
Kerugian
Jumlah obat yang digunakan harus kecil
Merusak barier kulit
IV
Keuntungan
Efek kerja cepat
Kerugian
Terbatas pada obat dengan daya larut tinggi
Distribusi obat mungkin dihambat oleh sirkulasi darah yang menurun
Inhalasi
Keuntungan
Pemberian obat melalui saluran pernapasan
Obat dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar
Kerugian
Obat dimaksudkan pada efek setempat
Menghasilkan efek sistemik
Hanya digunakan untuk saluran pernapasan
E. Tepat Pemberian Obat
Farmasis mempunyai tanggungjawab yang besar berkaitan dengan pemberian obat. Antara lain
harus mengecek mulai dari perintah melalui (telepon, resep, catatan medik), frekuensi pemberian
(jika perlu, 1 kali perhari atau 4 kali perhari), indikasi, dosis dan jalur pemberian. Setelah
pengecekan, paramedic harus memastikan bahwa pemberian obat yang diberikan mengikuti 6
benar atau tapat, yaitu tepat pasien, obat, waktu, dosis jalur pemberian dan tepat dokumentasi.
Tepat Pasien
Pemberian obat yang tidak tepat pasien dapat terjadi seperti pada saat ordernya lewat telepon,
pasien yang masuk bersamaan, kasus penyakit sama, suasana pasien sedang kusut atau adanya
pindahan pasien dari ruang satu ke ruang lainnya.
Tepat obat
Untuk menjamin obat yang diberikan benar, label atau etiket harus dibaca dengan teliti setiap
akan memberikan obat. Label atau etiket yang perlu diteliti antara lain nama obat, sediaan,
konsentrasi, dan cara pemberiaan serta Experied date. Kesalahan pemberian obat sering terjadi
jika perawat memberikan obat yang disiapkan oleh perawat lain atau pemberian obat melalui
wadah (spuit) tanpa identitas atau label yang jelas. Harus diusahakan menyiapkan sendiri obat
yang akan diberikan.
Tepat Waktu
Pemberian obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan pemberian obat yang tidak tepat waktu.
Banyak obat yang pemberiannya menuntut harus tepat waktu. Misalnya pada kasus gawat
darurat henti jantung, efinefrin diberikan setiap 3-5 menit, jika tidak dipatuhi akan menghasilkan
kadar obat yang tidak sesuai. Kekurangan atau kelebihan keduanya sangat berbahaya. Termasuk
tepat waktu juga mencakup tepat kecepatan pemberian obat melalui injeksi (bolus atau lambat)
atau pemberian melalui infus. Banyak obat yang menuntut harus tepat waktu pemberian obat
terlalu cepat atau lambat dapat berakibat serius. Contoh dopamin harus diberikan antara 2-10
g/kg/menit, atropin harus diberikan melalui injeksi IV bolus (cepat). Pemberian dopamin
secara bolus dapat menimbulkan kematian, sedangkan pemberian atropin secara lambat akan
memperparah brandikardi (perlambatan denyut jantung) yang paradoksial. Adenosin yang
mempunyai waktu paruh (t1/2) sangat pendek harus diberikan dengan cepat supaya efektif.
Tepat dosis
Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek yang berbahaya.
Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak-anak, lansia atau pada orang obesitas.
Perhitungan dosis secara cermat harus dilakukanjuga pada obat yang diberikan melalui infus,
termasuk perhitungan kecepatan tetesan setiap menitnya.
Tepat rute
Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk kedalam tubuh. Jalur pemberian yang
salah dapat berakibat fatal atau minimal obat yang diberikan tidak efektif. Sebagai contoh
epinefrin diberikan secara subkutan pada pasien asma karena diabsorbsi secara lambat dan dapat
berefek kira-kira 20 menit. Jika diberikan secara injeksi IM akan menyebabkan nekrosis jaringan
karena terjadi vasokonstriksi berlebihan selain pasien juga tidak akan mendapatkan manfaat dari
cara pemberian ini. Ketika diminta memberikan efinefrin secara subkutan dan diberikan secara
injeksi IV dapat menimbulkan efek detrimental pada pasien dewasa karena peningkatan
kebutuhan oksigen di jantung. Sebaliknya pemberian obat secara subkutan untuk pengurangan
rasa sakit yang seharusnya diberikan secara injeksi IV akan menyebabkan perlambatan efek atau
obat kurang efektif.
Tepat Dokumentasi
Aspek dokumentasi sangat penting dalam pemberian obat karena sebagai sarana untuk evaluasi.
Menurut beberapa ahli, dokumentasi merupakan bagian dari pemberian obat yang rasional.
Pemberian obat yang harus didokumentasikan meliputi nama obat, dosis, jalur pemberian, tempat
pemberian, alasan pemberian obat, dan tandatangan yang memberikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ada berbagai macam jenis obat
Jalur Pemberian obat dikelompokkan berdasarkan efeknya. Efek sistemis meliptuti; oral,
sublingual, injeksi, implantasi dan rectal. Sedangkan efek local meliputi; intranasal, inhalasi,
intravaginal dan topical.
Setiap jalur pemberian memiliki keuntungan dan kerugian
Enam tepat pemberian obat meliputi; tepat pasien, obat, waktu, dosis, rute dan
dokumentasi
Setiap jalur pemberiann obat memiliki bentuk-bentuk sediaan tertentu yang mendukung
jalur pemberian tersebut.
Saran
Inilah makalah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari
kata sempurna namun kita dapat memimplementasikan tulisan ini dan kami juga butuh saran dan
kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA