Anda di halaman 1dari 7

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: 2089-4686

PENDAHULUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG Latar Belakang


BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO
KEJADIAN PENYAKIT KUSTA (MORBUS Program pengobatan penyakit kusta
HANSEN) dengan Multi Drugs Therapy (MDT) secara
nasional telah dilakukan di seluruh
Riska Ratnawati Indonesia selama lebih dari 20 tahun,
(Prodi Kesehatan Masyarakat, namun masih terus bermunculan kasus
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun) penyakit kusta baru. Seharusnya
pengobatan yang bersifat bakterisidal dapat
memutuskan rantai penularan penyakit
ABSTRAK kusta, karena sumber penularan yakni
penderita penyakit kusta telah diobati.
Indonesia merupakan salah satu negara Menurut Cree & Smith (1998) salah satu
dengan beban penyakit kusta yang tinggii. kemungkinan faktor penularan lain adalah
Pada tahun 2013 jumlah kasus kusta baru sumber diluar manusia yang menyebabkan
sebanyak 16.856 kasus dan jumlah kontrol, eliminasi dan eradikasi penyakit
kecacatan tingkat 2 di antara penderita kusta pada manusia menjadi sulit.
baru sebanyak 9,86%. Banyaknya kasus Menurut Blum, lingkungan merupakan
kusta di daerah endemik yang terjadi tanpa faktor penyumbang terbesar kejadian
adanya kontak langsung dengan penderita penyakit. Lingkungan dapat menjadi tempat
kusta memungkinkan adanya sumber berkembang biaknya berbagai bakteri,
penularan di luar manusia seperti termasuk bakteri penyakit kusta. Rumah
lingkungan dan hewan yang dapat merupakan bagian dari lingkungan fisik
menyebabkan kejadian kusta. Faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan
geografi, etnik atau suku dan sosial individu dan masyarakat. Rumah yang
ekonomi (pendidikan dan pekerjaan) diduga menjadi tempat tinggal harus memenuhi
dapat mempengaruhi kejadian kusta. syarat kesehatan seperti memiliki jamban
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui yang sehat, sarana air bersih, tempat
faktor-faktor yang berhubungan dengan pembuangan sampah, sarana pembuangan
resiko kejadian penyakit kusta (Morbus air limbah, ventilasi rumah yang baik,
Hansen) di wilayah kerja UPTD Puskesmas pencahayaan yang cukup, kepadatan
Bringin Kabupaten Ngawi. Penelitian ini hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah
dilakukan pada bulan Januari hingga Maret yang terbuat bukan dari tanah .
2016 menggunakan rancang bangun Sepanjang tahun 2013, Kementerian
penelitian case control study. Lokasi Kesehatan RI mencatat 16.825 kasus kusta
penelitian di wilayah kerja UPTD baru, dengan angka kecacatan 6,82 per
Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi. 10.000 penduduk. Angka ini menempatkan
Populasi dalam penelitian ini adalah Indonesia di peringkat ketiga dunia dengan
semua penderita kusta yang terdaftar kasus baru penyakit kusta setelah India
dalam anggota Paguyuban Budi Utomo di (134.752 kasus) dan Brasil (33.303 kasus).
wilayah kerja UPTD Puskesmas Bringin Tahun 2014 Jawa Timur memiliki penderita
Kabupaten Ngawi tahun 2015. Sampel baru sebesar 4.119 kasus dengan
sejumlah 36 orang yang terdiri dari 18 Prevalensi Rate (PR) 1.07 per 10.000
orang kelompok kasus dan 18 orang penduduk. Kabupaten Ngawi merupakan
kelompok kontrol . Instrumen penelitian salah satu kabupaten di Jawa Timur
menggunakan kuesioner. Analisis data dengan jumlah penderita penyakit kusta
menggunakan uji chi square. Variabel yang terbanyak ke-16 dari 38 kabupaten/kota di
merupakan faktor risiko penyakit kusta Jawa Timur (Kemenkes RI, 2015).
adalah kondisi sanitasi rumah meliputi Jumlah penderita penyakit kusta di
kondisi dinding rumah, kondisi lantai rumah, Ngawi cepat meningkat karena sebagian
jamban sehat dan karakteristik masyarakat besar adalah tipe Multi Basiller (MB) yang
meliputi pendidikan dan riwayat kontak. bisa menular. Berdasarkan Data Pokok
Program Kusta Dinas Kesehatan
Kata kunci: Kabupaten Ngawi 2015, jumlah penderita
Kusta, Faktor Resiko penyakit kusta sebanyak 57 kasus dengan
prevalensi Rate (PR) 1,01 per 10.000

103 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan --- http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2TRIK


Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: 2089-4686

penduduk. Kecamatan Bringin khususnya Ngawi. Populasi penelitian adalah semua


wilayah kerja UPTD Puskesmas Bringin penderita kusta yang terdaftar dalam
merupakan daerah dengan prevalensi anggota Paguyuban Budi Utomo di wilayah
penyakit kusta tertinggi kedua pada tahun kerja UPTD Puskesmas Bringin Kabupaten
2015 yaitu sebesar 18 kasus dengan Ngawi tahun 2015. Besar populasi kasus =
prevalensi rate (PR) 5.97 per 10.000 18 orang, kontrol = 36 orang. Besar sampel
penduduk (Dinkes Kab. Ngawi, 2015). kasus = 18 penderita (total sampling) dan
Cakupan rumah sehat di Kecamatan perbandingan kasus: kontrol adalah 1:2.
Bringin Ngawi pada tahun 2015 adalah 29,0 Variabel bebas penelitian adalah faktor
persen sedangkan target cakupan rumah resiko kejadian kusta yaitu sanitasi
sehat yang ditetapkan adalah 75 persen. perumahan (kondisi atap rumah, kondisi
Persentasi keluarga di Kabupaten Ngawi dinding rumah, kondisi lantai rumah, kondisi
yang memiliki akses air bersih sebesar 59.5 jendela rumah, kepadatan hunian rumah,
persen. Angka cakupan rumah dan ventilasi rumah, pencahayaan rumah,
persentasi keluarga yang memiliki sarana sarana air bersih, jamban sehat, sarana
air bersih masih tergolong rendah. Hal ini pembuangan air limbah serta sarana
mungkin dapat menyebabkan berbagai pembuangan sampah) dan karakteristik
penyakit menular yang melalui air masih masyarakat (umur, jenis kelamin,
banyak terjadi di Kabupaten Ngawi (Dinkes pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan
Kab. Ngawi, 2015). riwayat kontak). Variabel terikat adalah
Berdasarkan Report of the International penularan penyakit kusta.
Leprosy Association Technical Forum di Instrumen penelitian adalah kuesioner.
Paris pada 22-28 Februari 2002 dilaporkan Analisis data menggunakan uji chi square.
adanya M.leprae pada debu, air untuk
mandi dan mencuci di rumah penderita. HASIL PENELITIAN
Perlunya kondisi fisik rumah yang
memenuhi syarat kesehatan agar dapat Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis Hubungan
mencegah penyebaran M. leprae di Sanitasi Perumahan dengan Kejadian
lingkungan. Kondisi fisik rumah mencakup Kusta di UPTD Puskesmas Bringin
jenis bahan bangunan rumah dan lokasi
rumah seperti jenis dinding, lantai dan atap. No Variabel Sig OR 95 % CI
Jenis bahan bangunan rumah akan A Sanitasi 0,002 7,857 1,920-
mempengaruhi peresapan air dan jumlah perumahan 32,154
debu dalam rumah. Menurut Ehler dan 1. Kondisi atap 0,111 2,800 0,770-
Stee, sanitasi sebagai pencegahan rumah 10,183
penyakit dengan cara menghilangkan atau 2. Kondisi dinding 0,007 5,500 1,503-
mengawasi faktor-faktor lingkungan yang rumah 20,133
berkaitan dengan mata rantai perpindahan 3. Kondisi lantai 0,001 8,846 2,151-
penyakit. Sanitasi rumah yang perlu rumah 36,376
4. Kondisi jendela 1,000 1,000 0,085-
ditingkatkan untuk mencegah penyebaran
rumah 11,823
bakteri kusta antara lain pengadaan jamban 5. Kepadatan 0,610 2,059 0,121-
rumah tangga yang sehat, sarana air bersih hunian rumah 34,948
yang memenuhi syarat, sarana 6. Ventilasi rumah 0,076 7,000 0,673-
pembuangan limbah, ventilasi dan 72,858
pencahayaan yang baik serta kepadatan 7. Pencahayaan 0,620 2,059 0,121-
hunian yang sesuai. rumah 34,948
8. Sarana air 0,620 0,700 0,170-
Tujuan Penelitian bersih 2,882
9. Jamban sehat 0,007 5,179 1,494-
Penelitian ini bertujuan untuk 17,953
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan 10. Sarana 0,118 2,500 0,784-
dengan resiko kejadian penyakit kusta pembuangan air 7,971
(Morbus Hansen) di wilayah kerja UPTD limbah
11. Sarana 0,430 0,625 0,192-
Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi pembuangan 2,034
sampah
METODE PENELITIAN Keterangan : Signifikan = (p<0,05)

Lokasi penelitian case control ini adalah


wilayah kerja UPTD Puskesmas Bringin

104 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan --- http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2TRIK


Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: 2089-4686

Sanitasi perumahan memiliki hubungan berarti ventilasi rumah bukan merupakan


yang bermakna dengan kejadian kusta (p- faktor risiko kejadian penyakit kusta.
value <0.05), nilai OR sanitasi perumahan Pencahayaan rumah tidak memiliki
sebesar 7,857 yang berarti sanitasi hubungan yang bermakna dengan kejadian
perumahan merupakan faktor risiko yang kusta (p-value > 0.05), nilai OR kepadatan
berhubungan dengan kejadian penyakit hunian sebesar 2,059 yang berarti
kusta dan peluang orang yang tinggal di pencahayaan rumah bukan merupakan
rumah dengan sanitasi perumahan yang faktor risiko kejadian penyakit kusta.
tidak sehat tertular penyakit kusta 7,857 kali Sarana air bersih tidak memiliki
lebih besar dibandingkan dengan orang hubungan yang bermakna dengan kejadian
yang tinggal dengan kondisi sanitasi penyakit kusta (p-value > 0.05), nilai OR
perumahan yang sehat. kepadatan hunian sebesar 0,700 yang
Kondisi atap rumah tidak memiliki berarti sarana air bersih bukan merupakan
hubungan yang bermakna dengan kejadian faktor risiko kejadian penyakit kusta.
penyakit kusta (p-value > 0.05), nilai OR Jamban sehat memiliki hubungan yang
kondisi atap rumah sebesar 2,800 dengan bermakna dengan kejadian penyakit kusta
CI 95% 0,770-10,183 yang berarti kondisi (p-value <0.05), nilai OR kondisi lantai
atap rumah bukan merupakan faktor risiko rumah sebesar 5,179 yang berarti jamban
kejadian penyakit kusta. yang sehat merupakan faktor risiko
Kondisi dinding rumah memiliki kejadian penyakit kusta dan peluang orang
hubungan yang bermakna dengan kejadian yang tinggal di rumah dengan jamban yang
penyakit kusta (p-value < 0.05), nilai OR tidak sehat tertular penyakit kusta 5,179 kali
kondisi dinding rumah sebesar 5,500 yang lebih besar dibandingkan dengan orang
berarti kondisi dinding rumah merupakan yang tinggal dengan jamban rumah yang
faktor risiko kejadian penyakit kusta dan sehat.
peluang orang yang tinggal di rumah Sarana pembuangan air limbah tidak
dengan dinding yang tidak sehat tertular memiliki hubungan yang bermakna dengan
penyakit kusta 5,500 kali lebih besar kejadian penyakit kusta (p-value > 0.05),
dibandingkan dengan orang yang tinggal nilai OR SPAL sebesar 2,500 yang berarti
dengan kondisi dinding rumah yang sehat. SPAL bukan merupakan faktor risiko
Kondisi lantai rumah memiliki hubungan kejadian penyakit kusta.
yang bermakna dengan kejadian penyakit Sarana pembuangan sampah tidak
kusta (p-value < 0.05), nilai OR kondisi memiliki hubungan yang bermakna dengan
lantai rumah sebesar 8,846 yang berarti kejadian kusta (p-value > 0.05), nilai OR
kondisi lantai rumah merupakan faktor sarana pembuangan sampah sebesar
risiko kejadian penyakit kusta dan peluang 0,625 yang berarti sarana pembuangan
orang yang tinggal di rumah dengan lantai sampah bukan merupakan faktor risiko
yang tidak sehat tertular penyakit kusta kejadian penyakit kusta.
8,846 kali lebih besar dibandingkan dengan
orang yang tinggal dengan kondisi lantai Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis Hubungan
rumah yang sehat. Karakteristik Masyarakat dengan Kejadian
Kondisi jendela rumah tidak memiliki Kusta di UPTD Puskesmas Bringin
hubungan yang bermakna dengan kejadian
penyakit kusta (p-value > 0.05), nilai OR No Variabel Sig OR 95 % CI
kondisi jendela sebesar 1,000 yang berarti
B Karakteristik
kondisi jendela rumah bukan merupakan masyarakat
faktor risiko kejadian penyakit kusta 1. Umur 0,620 0,700 0,170-
Kepadatan hunian rumah tidak memiliki 2,882
hubungan yang bermakna dengan kejadian 2. Jenis kelamin 0,620 0,700 0,170-
penyakit kusta (p-value > 0.05), nilai OR 2,882
kepadatan hunian = 2,059 yang berarti 3. Pendidikan 0,020 4,375 1,203-
kepadatan hunian rumah bukan merupakan 15,911
faktor risiko kejadian penyakit kusta. 4. Pekerjaan 0,121 4,857 0,558-
Ventilasi rumah tidak memiliki 42,304
5. Pendapatan 0,037 7,480 0,882-
hubungan yang bermakna dengan kejadian 63,438
penyakit kusta (p-value > 0.05), nilai OR 6. Riwayat 0,000 28,000 6,114-
kepadatan hunian sebesar 7,000 yang kontak 128,223
Keterangan: Signifikan = (p<0,05)

105 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan --- http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2TRIK


Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: 2089-4686

sanitasi perumahan yang meliputi: kondisi


Umur tidak memiliki hubungan yang atap rumah, kondisi dinding rumah, kondisi
bermakna dengan kejadian penyakit kusta lantai rumah, kondisi jendela rumah,
(p-value > 0.05), nilai OR umur sebesar kepadatan hunian, ventilasi rumah,
0,700 yang berarti umur bukan merupakan pencahayaan rumah, sarana air bersih,
faktor risiko kejadian penyakit kusta. jamban sehat, sarana pembuangan air
Jenis kelamin tidak memiliki hubungan limbah dan sarana pembuangan sampah di
yang bermakna dengan kejadian penyakit dapatkan hasil yang bervariasi.
kusta (p-value > 0.05), nilai OR umur Hasil penelitian menunjukan bahwa dari
sebesar 0,700 yang berarti jenis kelamin variabel kondisi fisik rumah yang
bukan merupakan faktor risiko kejadian menunjukan adanya hubungan yang
penyakit kusta. bermakna dengan kejadian penyakit kusta
Tingkat pendidikan memiliki hubungan adalah kondisi dinding dan lantai rumah.
yang bermakna dengan kejadian penyakit Dari penelitian diketahui bahwa kondisi
kusta (p-value < 0.05), nilai OR tingkat dinding yang tidak memenuhi syarat
pendidikan sebesar 4,375 yang berarti kesehatan berpeluang tertular penyakit
tingkat pendidikan merupakan faktor risiko kusta 5,500 kali lebih besar dibandingkan
kejadian penyakit kusta dimana orang dengan rumah yang mempunyai dinding
yang berpendidikan rendah berpeluang yang memenuhi syarat kesehatan. Begitu
terjangkit penyakit kusta 4,375 kali lebih pula dengan lantai rumah yang tidak
besar dibandingkan dengan orang yang memenuhi syarat kesehatan berpeluang
berpendidikan tinggi. tertular penyakit kusta 8,846 lebih besar
Pekerjaan tidak memiliki hubungan yang dibandingkan dengan rumah yang
bermakna dengan kejadian penyakit kusta mempunyai lantai memenuhi syarat
(p-value > 0.05), nilai OR kondisi lantai kesehatan. Sedangkan untuk atap, jendela,
rumah sebesar 4,968 yang berarti ventilasi, kepadatan hunian dan
pekerjaan bukan merupakan faktor risiko pencahayaan secara statistik tidak ada
kejadian penyakit kusta. hubungan yang signifikan dengan kejadian
Pendapatan memiliki hubungan yang penyakit kusta.
bermakna dengan kejadian penyakit kusta Hasil penelitian dari variabel jamban
(p-value <0.05), OR pendapatan sebesar sehat menunjukan bahwa terdapat
7,480 yang berarti pendapatan merupakan hubungan yang signifikan antara jamban
faktor risiko penyakit kejadian kusta. yang memenuhi syarat dengan kejadian
Riwayat kontak memiliki hubungan penyakit kusta. Ini berarti bahwa jamban
yang bermakna dengan kejadian penyakit merupakan faktor risiko yang berhubungan
kusta (p-value < 0.05), nilai OR riwayat dengan penularan penyakit kusta. Jamban
kontak sebesar 28,000 yang berarti riwayat yang tidak memenuhi syarat kesehatan
kontak merupakan faktor risiko kejadian berpeluang menularkan penyakit kusta
penyakit kusta dan peluang orang yang 5,179 kali lebih besar dibandingkan dengan
mempunyai riwayat kontak dengan jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
penderita penyakit kusta tertular penyakit Sedangkan sarana air bersih, sarana
kusta 28,000 kali lebih besar dibandingkan pembuangan air limbah, dan sarana
dengan orang yang tidak mempunyai pembuangan sampah tidak terdapat
riwayat kontak dengan penderita kusta. hubungan yang signifikan. Ini berarti bahwa
sarana air bersih, sarana pembuangan air
PEMBAHASAN limbah dan sarana pembuangan sampah
bukan merupakan faktor risiko yang
Hubungan Sanitasi Perumahan dengan berhubungan dengan penularan penyakit
Kejadian penyakit Kusta kusta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kondisi fisik rumah dibeberapa desa di
secara statistik terdapat hubungan yang Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi
bermakna antara sanitasi perumahan masih banyak yang belum memenuhi
dengan kejadian penyakit kusta. Peluang syarat kesehatan, khususnya dinding, lantai
orang yang tinggal dengan sanitasi rumah dan jamban. Masyarakat masih banyak
yang tidak sehat tertular penyakit kusta yang mempunyai rumah dengan dinding
7,857 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak kedap air, berlantai tanah yang
orang yang tinggal dengan kondisi sanitasi berdebu dan menggunakan jamban yang
yang sehat. Pada penelitian ini dari variabel bukan leher angsa, tidak bertutup bahkan

106 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan --- http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2TRIK


Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: 2089-4686

masih ada yang buang air besar di sungai. Kebanyakan masyarakat di Kecamatan
Berdasarkan Kepmenkes No. 829 tahun Bringin masih belum tahu tentang
1999 tentang Persyaratan Kesehatan pentingnya membangun rumah yang
perumahan bahwa dinding perumahan memenuhi syarat kesehatan. Hasil
yang memenuhi syarat kesehatan adalah penelitian ini mendukung pendapat Gordis
yang terbuat dari bahan permanen / tembok yang menyatakan penyakit dapat terjadi
/ batu bata yang plester /papan yang kedap karena adanya hubungan antara penjamu
air. Lantai yang memenuhi syarat penyebab penyakit dan lingkungan.
kesehatan adalah lantai yang terbuat dari
ubin/ keramik/ papan yang kedap air dan Hubungan umur dengan kejadian kusta
tidak berdebu. Sedangkan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan adalah jamban Hasil penelitian menunjukan bahwa
yang berleher angsa dengan septic tank. tidak ada hubungan yang bermakna antara
Dinding dan lantai rumah yang berdebu umur dengan kejadian penyakit kusta. Usia
merupakan salah satu faktor lingkungan bukan merupakan faktor risiko yang
yang diduga kuat menjadi sumber berhubungan dengan kejadian penyakit
penularan di daerah-daerah endemik, kusta di Kecamatan Bringin Kabupaten
dibuktikan dengan banyaknya kasus-kasus Ngawi. Hasil ini sejalan dengan hasil
baru di daerah endemik yang tidak jelas penelitian dengan metode case control
riwayat kontak dengan penderita kusta. yang dilakukan di Kabupaten Cirebon yang
Selain itu beberapa hasil penemuan Report menyimpulkan penderita yang berumur 0-
of the International Leprosy Association 14 tahun dan lebih dari 14 tahun tidak
Technical Forum melaporkan bahwa berhubungan dengan kejadian penyakit
ditemukan adanya Mycobacterium leprae kusta.
pada debu, air untuk mandi dan mencuci di Menurut Depkes RI (2007), penyakit
rumah penderita kusta yang dibuktikan kusta dapat menyerang semua golongan
dengan pemeriksaan Polymerase Chain umur dari 3 minggu sampai lebih dari 70
Reactin (PCR). Untuk menanggulangi hal tahun, namun yang terbanyak adalah
ini sebaiknya mengambil kebijakan golongan umur muda (0-14 tahun) dan
strategis, yaitu memperbaiki kondisi fisik produktif (15-64 tahun). Hal ini sesuai
dan sanitasi perumahan khusunya rumah dengan kondisi di UPTD Puskesmas
penderita kusta. Hal yang mungkin dapat Bringin bahwa penderita penyakit kusta
dilakukan antara lain kerjama sama antar yang masuk dalam golongan umur dewasa
lintas sektoral yaitu dengan pihak (17 tahun) sebesar 100%.
penyelenggara pembangun desa (PNPM
Mandiri) agar lebih meprioritaskan Hubungan jenis kelamin dengan
pembangunan rumah sehat untuk penderita Kejadian penyakit kusta
kusta agar dapat memutus sumber Hasil penelitian menunjukan bahwa
penularan utamanya. Kebanyakan tidak ada hubungan yang bermakna antara
masyarakat di Kecamatan Bringin masih jenis kelamin dengan kejadian penyakit
belum tahu tentang pentingnya kusta. Jenis Kelamin bukan merupakan
membangun rumah yang memenuhi syarat faktor risiko yang berhubungan dengan
kesehatan. Hasil penelitian ini mendukung kejadian penyakit kusta di Kecamatan
pendapat Gordis yang menyatakan Bringin Kabupaten Ngawi. Hal ini sejalan
penyakit dapat terjadi karena adanya dengan hasil penelitian sebelumnya yang
hubungan antara penjamu, penyebab dilakukan di Kabupaten Brebes yang
penyakit dan lingkungan. menyimpulkan bahwa jenis kelamin bukan
Untuk menanggulangi hal ini sebaiknya merupakan faktor risiko yang berhubungan
mengambil kebijakan strategis, yaitu dengan kejadian penyakit kusta (Prawoto,
memperbaiki kondisi fisik dan sanitasi 2008).
perumahan khusunya rumah penderita Menurut Depkes RI (2007), penyakit
kusta. Hal yang mungkin dapat dilakukan kusta dapat menyerang laki-laki maupun
antara lain kerjama sama antar lintas perempuan. Berdasarkan laporan,
sektoral yaitu dengan pihak penyelenggara sebagian besar Negara di dunia kecuali di
pembangun desa (PNPM Mandiri) agar beberapa Negara Afrika menunjukan
lebih meprioritaskan pembangunan rumah bahwa laki-laki lebih banyak terserang
sehat untuk penderita kusta agar dapat penyakit kusta dari pada perempuan.
memutus sumber penularan utamanya. Rendahnya kejadian penyakit kusta pada

107 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan --- http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2TRIK


Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: 2089-4686

perempuan kemungkinan karena faktor bukan merupakan faktor risiko yang


lingkungan atau biologi. Seperti penyakit berhubungn dengan kejadian penyakit
menular lainya laki-laki lebih banyak kusta di Kecamatan Bringin Kabupaten
terpapar dengan faktor risiko sebagai akibat Ngawi. Pekerjaan masyarakat di
gaya hidupnya. Kecamatan Bringin mayoritas sebagai
Hal ini bertolak belakang dengan petani karena masih luasnya wilayah
penitian ini, kemungkinan besar sawah dan ladang. Sosial ekonomi yang
penyebabnya adalah perbandingan antara rendah dimasyarakat meningkatkan
jumlah responden laki-laki tidak seimbang, banyaknya orang yang putus sekolah,
sehingga homogenitas sampel nya kurang karena diharuskan bekerja untuk memenuhi
memenuhi syarat penelitian. kebutuhan hidup. Rendahnya tingkat
pendidikan sebagian besar masyarakat
Hubungan tingkat pendidikan dengan akan mengalami kesulitan untuk
kejadian penyakit kusta mendapatkan pekerjaan yang layak. Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa penelitian serupa di Kabupaten Tapin
secara statistik ada hubungan yang Kalimantan Selatan, menunjukan hasil
bermkana antara tingkat pendidikan bahwa pekerjaan bukan merupakan faktor
dengan kejadian penyakit kusta. Peluang risiko kejadian kusta (Norlatifah, 2010).
orang dengan pendidikan rendah tertular
penyakit kusta 4,375 kali lebih besar Hubungan pendapatan dengan kejadian
dibandingkan dengan orang yang penyakit kusta
berpendidikan tinggi. Tingkat pendidikan
masyarakat di Kecamatan Bringin Hasil penelitian menunjukan bahwa
Kabupaten Ngawi dari waktu ke waktu secara statistik ada hubungan yang
memang semakin meningkat, tetapi di signifikan antara pendapatan dengan
daerah-daerah yang terpencil dan jauh dari kejadian penyakit kusta. Di wilayah
kota tingkat pendidikan masih banyak yang Kecamatan Bringin sebagian besar tingkat
rendah sosial ekonominya adalah menengah ke
Menurut Skiner, perilaku merupakan bawah. Ini dikarenakan sebagian besar
respon atau reaksi seseorang terhadap masyarakatnya bermata pencaharian
stimulus rangsangan dari luar. Perilaku sebagai petani, dimana ekonomi yang
masyarakat merupakan hal penting dalam didapat bergantung segalanya terhadap
meningkatkan derajat kesehatan. sawah ataupun ladang. Selain itu lokasi
Kebiasaan menjaga kebersihan diri dan yang jauh dari kota juga memegang
lingkungan sekitar akan melindungi diri dari peranan penting dalam kemajuan desa
berbagai jenis penyakit. Perilaku hidup yang berdampak pada besarnya
bersih dan sehat dapat mencegah pendapatan.
perkembangan penyakit. Masyarakat dengan pendapatan yang
Upaya yang dapat dilakukan oleh rendah, biasanya pemenuhan gizinya
petugas kesehatan adalah meningkatkan kurang, hal ini menyebabkan rendahnya
sosialisasi tentang kebersihan secara sistem imunitas dari tubuh, sehingga
umum dan tentang kusta khususnya. mudah tertular olehmbibit penyakit. Selain
Perlunya ditanamkan kesadaran tentang itu rendahnya pengetahuan tentang
pendidikan umum dan kesehatan pada usia kesehatan akan menurunkan status
dini, sehingga dapat menciptakan penerus kesehatan lingkunganya sehingga status
yang berpendidikan dan sehat. Hasil kesehatanya juga mengalami penurunan
penelitian sebelumnya menyatakan tingkat (Soemirat, 2009).
pendidikan rendah akan meningkatkan
risiko 3,169 kali lebih besar tidak patuh Hubungan antara riwayat kontak dengan
berobat dibandingkan dengan pendidikan kejadian penyakit kusta
tinggi (Norlatifah, 2010).
Hasil penelitian menunjukan bahwa
Hubungan antara pekerjaan dengan secara statistik ada hubungan yang
kejadian penyakit kusta bermakna antara riwayat kontak dengan
kejadian penyakit kusta. Peluang orang
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan riwayat kontak serumah tertular
tidak ada hubungan antara pekerjaan penyakit kusta 28,000 kali lebih besar
dengan kejadian penyakit kusta. Pekerjaan dibandingkan dengan tidak ada riwayat

108 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan --- http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2TRIK


Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: 2089-4686

kontak serumah. Karakteristik masyarakat Depkes RI, 2007, Buku Pedoman Nasional
di Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi Pengendalian Penyakit Kusta. Diretorat
yang memiliki tingkat keakraban yang tinggi Jendral Pengendalian Penyakit dan
terhadap keluarga dan tetangga. Kebiasaan Penyehatan Lingkungan (Dir. Jen. P dan
masyarakat bertemu dan berbincang PL). Jakarta.
dengan keluarga dan tetangga Dinkes Kab. Ngawi (2016). Profil
memungkinkan adanya kontak dengan Kesehatan Dinas Kesehatan
penderita kusta yang belu diketahui. Kabupaten Ngawi. Kabid P2M. Ngawi.
Riwayat kontak dengan penderita Dinkes Kab. Ngawi (2015). Profil Cakupan
sebelumnya merupakan sumber penularan Rumah Sehat. Bidang Penyehatan
utama dan dapat menyebabkan kejadian Lingkungan. Ngawi.
penyakit kusta jika terjadi kontak yang Kementrian Kesehatan RI (2015) . Hari
dekat atau akrab, terus menerus dalam Kusta Sedunia: Hilangkan Stigma!Kusta
waktu yang lama dan orang yang rentan Bisa Sembuh Tuntas.
dengan Mycobacterium leprae . Hasil http:///www.depkes.go. Tanggal 22
penelitian ini sejalan dengan penelitian Maret 2016 jam 19.17
terdahulu yang menyatakan kontak dengan Norlatifah (2010) Hubungan Kondisi Fisik
penderita kusta yang berasal dari keluarga Rumah, Sarana Air Bersih dan
inti lebih berisiko tertular penyakit kusta Karakteristik Masyarakat dengan
dibandingkan dengan penderita yang Kejadian Kusta.
tinggal satu atap tetapi bukan keluarga inti Notoatmodjo Soekidjo ( 2003 ) Pendidikan
atau tetangga (Norlatifah, 2010). dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
KESIMPULAN DAN SARAN Prawoto, (2008) Faktor-Faktor Resiko Yang
Berpengaruh Terhadap Terjadinya
Kesimpulan Reaksi Kusta.
Report of the International Leprosy
Ada hubungan antara sanitasi Association, 2002. Technical forum.
perumahan (kondisi dinding rumah dan Paris.
kondisi lantai rumah) dan karakteriskti Soemirat (2009) Kesehatan Lingkungan.
masyarakat (pendidikan, pendapatan dan Yogyakarta: Gajah Mada University
riwayat kontak) dengan kejadian penyakit Press.
kusta di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Bringin Kabupaten Ngawi .

Saran

Saran yang diberikan berdasarkan


kesimpulan untuk Dinas kesehatan
kabupaten Ngawi adalah: meningkatkan
penemuan penderita secara aktif yang
dilakukan oleh petugas kesehatan,
sehingga penderita segera dapat
didiagnosis dan diobati secara dini,
meningkatkan penyuluhan kesehatan (KIE)
tentang faktor-faktor resiko penularan
penyakit kusta khususnya masyarakat yang
mempunyai riwayat kontak dengan
penderita kusta, meningkatkan penyuluhan
kesehatan (KIE) tentang pentingnya
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Cree IA & Smith WC., (1998). Leprosy


Transmission and Mucosal Immunity:
Towards Eradication Lepr. Rev. 69

109 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan --- http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2TRIK

Anda mungkin juga menyukai