Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. UMKM
1. Pengertian UMKM

Secara umum, UKM atau yang biasa dikenal dengan usaha kecil
menengah merupakan sebuah istilah yang mengacu pada suatu
jenis usaha yang didirikan oleh pribadi dan memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (belum termasuk tanah
dan bangunan).1 Dari pengertian tersebut, ada beberapa definisi-
definisi UKM yang lain.

Usaha atau bisa disebut dengan kewirausahaan. Istilah


kewirausahaan menurut Peggy A. Lambing dan Charles R. Kuel
dalam bukunya Entrepreneurship adalah tindakan kreatif yang
membangun suatu value dari sesuatu yang tidak ada.
Entrepreneurship merupakan proses untuk menangkap dan
mewujudkan suatu peluang terlepas dari sumber daya yang ada,
serta membutuhkan keberanian untuk mengambil risiko yang telah
diperhitungkan.2
Menurut The American Heritage Dictionary, wirausahawan
( entrepreneur), didefinisikan dengan, seseorang yang

mengorganisasikan, mengoperasikan dan memperhitungkan risiko


untuk sebuah usaha yang mendatangkan laba. Dalam pengertian ini
terdapat kata mengorganisasikan, apakah yang diorganisasikan
tersebut. Demikian juga terdapat kata mengoperasikan dan
menmperhitungkan risiko. Seorang pelaku usaha dalam skala
yang kecil sekalipun dalam menjalankan kegiatannya akan selalu
menggunakan berbagai sumber daya. Sumber daya organisasi
usaha meliputi, sumber daya manusia, finansial, peralatan fisik,

1 Akifa P. Nayla, Komplet Akuntansi untuk UKM dan Waralaba, Laksana, Jogjakarta,
2014. hlm. 12.
2 Tejo Nurseto, Strategi Menumbuhkan Wirausaha Kecil Menengah yang Tangguh, dalam
Jurnal Ekonomi & Pendidikan Vol.1 No.1 februari 2004, hlm. 3.

10
11

informasi dan waktu. Dengan demikian seoarng pelaku usaha telah


melakukan pengorganisasian terhadap sumber daya yang
dimiliknya dalam ruang dan dimensi yang terbatas dan berusaha
mengoperasikan sebagai kegiatan usaha guna mencapai laba.
Dalam mengorganisasikan dan mengoperasikan usahanya tersebut
ia berhadapan dengan sejumlah risiko, utamanya risiko kegagalan.
Mengapa demikian? Jawabannya tidak lain karena berbagai sumber
daya yang dimiliki keterbatasan, jelas mengandung sejumlah
risiko. Itulah hal yang dilakukan oleh seorang pelaku usaha yang
memiliki jiwa kewirausahaan.3

Termasuk usaha kecil dan menengah adalah semua pedagang


kecil dan menengah, penyedia jasa kecil dan menengah, petani dan
peternak kecil dan menengah, kerajinan rakyat dan industri
kecil, dan lain sebagainya, misalnya warung di kampung- kampung,
toko kelontong, koperasi serba usaha. Koperasi Unit Desa
(KUD), toko serba ada wartel, ternak ayam, sebagainya.4 Sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, pengertian
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah:5
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

3 Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan & Manajemen Usaha Kecil, Alfabeta, Bandung,


2010. hlm. 26-27.
4

Semarang, 2004, hlm. 5.


5 Undang-Undang Usaha Mokro, Kecil dan Menengah. Pustaka Mahardika, Yogyakarta,
2013. hlm. 3.
12

atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil


sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
3. Yang dimaksud usaha kecil dan menengah adalah kegiatan

usaha dengan skala aktivitas yang tidak terlalu besar,


manajaemen masih sangat sederhana, modal yang tersedia
terbatas, pasar yang dijangkau juga belum luas.
4. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan


usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Dunia
usaha adalah usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan
usaha besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Kudus dan
berdomisili di Kudus.
5. Kata lain dari pelaku usaha adalah wirausahawan
( entrepreneuship). Secara sederhana, wirausahawan
( entrepreneuship) dapat diartikan sebagai pengusaha yang
mampu meliat peluang dengan mencari dana serta sumber daya
lain yang diperlukan untuk menggarap peluang tersebut, berani
menanggung risiko yang berkaitan dengan pelaksanaan bisnis
yang ditekuninya, serta menjalankan usaha tersebut dengan
rencana pertumbuhan dan ekspansi.

Menurut Undang-undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha


Kecil, mendefinisikan UMKM sebagai usaha kecil yang
memiliki aset di luar tanah dan bangunan sama atau lebih kecil dari
Rp 200 juta dengan omset tahunan hingga Rp 1 miliar. Sedangkan
13

pengertian usaha menengah ialah badan usaha resmi yang memliki


aset antara Rp 200 juta sd Rp 10 miliar.6
Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 99 Tahun

1998. UKM adalah rakyat berskala kecil dengan bidang usaha


yang secara umum merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu
dilindungi untuk mencegah persaingan usaha yang tidak sehat.7
Sedangkan pengertian UKM bedasarkan Badan Pusat Statistik
(BPS), UKM adalah sebuah usaha rakyat yang dapat dilihat dari
banyaknya tenaga kerja. Usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja
antara 5-9 orang, sedangkan usaha menengah memiliki jumlah
tenaga kerja antara 20-99 orang.8

Sedangkan kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah


(UMKM) menurut UU Nomor 20 Tahun 2008 digolongkan
berdasarkan jumlah asset dan omset yang dimiliki oleh sebuah
usaha.
Tabel 2.1 Kriteria UMKM
No Usaha Kriteria Asset Kriteria Omset
1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2 Usaha Kecil > 50 Juta 500 Juta > 300 Juta 2,5 Miliar
3 Usaha Menengah > 500 Juta 10 Miliar > 2,5 Miliar 50 Miliar

Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2012


Kegiatan usaha ada berbagai macamnya, di antaranya

adalah usaha jas, usaha dagang, usaha industri pengolaan, usaha


pertanian, usaha peternakan, usaha perikanan, usaha tembang dan

6 FadhilahRamadhani, Yaenal Arifin, Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi


Komunikasi Berbasis E-Commerce sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil Menengah Guna
Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015 , dalam Jurnal
Economics Development Analisys Journal. Edaj 2 (2) (2013), hlm.136.
7 Akifa P. Nayla, Op.Cit, hlm. 13.
8 Ibid., hlm. 14.
14

galian, dan sebagainya. Usaha jasa adalah suatu jenis kegiatan

usaha untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam bidang


jasa.termasuk usaha jasa misalnya jasa angkutan, jasa akuntan,
warung telepon, jasa dokter, jasa rumah sakit, bioskop, siaran
televisi dan radio, dan sebagainya.
Usaha dagang adalah suatu jenis kegiatan usaha yang

dilakukan oleh pedagang dengan aktivitas yang berupa membeli


barang dagangan untuk dijual kembali dengan maksud untuk
memperoleh keuntungan, sebagai contoh adalah warung di
kampung, toko di deket pasar, toko serba ada, koperasi serba ada
(waserda), dan sebagainya. Usaha industri (termasuk kerajinan

rakyat), adalah kegiatan usaha yang merubah bentuk dari bahan


mentah menjadi barang jadi yang siap dipakai, misalnya pabrik
sepeda, pabrik sepatu, pabrik tahu, kerajinan anyaman topi,
konveksi, kerajinan tanah liat, dan sebagainya.
Usaha pertanian, peternakan, dan perikanan adalah
kegiatan produksi yang berupa mengembangbiakkan tanaman dan
hewan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau
pendapatan.Usaha pertambangan dan galian adalah kegiatan
untuk mengangkat bahan-bahan dari dalam atau dari permukaan
tanah agar dapat diproses lebih lanjut.9

Secara umum, ada banyak UKM dengan kriteria yang berbeda.


Berikut ini beberapa di antaranya:10
a. Manajemen Bisnis Sendiri

UKM sangat berbeda dengan waralaba. Perbedaannya yang


mencolok terletak pada manajemen bisnis. Apabila waralaba
memiliki manajemen bisnis yang ditentukan oleh pihak
franchisor, maka UKM tidak. Pemilik UKM memiliki

9
10 Akifa P. Nayla, Op.Cit, hlm. 17.
15

kebebasan untuk bertindak dan mengambil keputusan sendiri


dengan kemajuan usahanya.
b. Modal Usaha Terbatas

UKM memiliki modal terbatas, karena pada umumnya modal


hanya berasal dari pemilik usaha atau bisa jadi sekelompok kecil
orang yang ikut menginvestasikan uangnya untuk modal UKM
tersebut.
c. Karyawan Kebanyakan dari Penduduk Lokal
Pada umumnya, UKM mengambil karyawan dari penduduk
lokal. Hal ini dikarenakan dua hal. Pertama, pemilik UKM
ingin memberdayakan penduduk lokal agar bisa bekerja secara
mendiri di daerah tersebut. Kedua, adanya keterbatasan biaya
untuk menggaji karyawan yang berasal dari daerah luar.
d. Bersifat Usaha Keluarga

Pada umumnya, UKM bersifat usaha keluarga. Dalam artian,


usaha ini dijalankan dan dikembangkan sendiri oleh pemilik
usaha bersama keluarganya. Setelah berkembang cukup besar,
pemilik UKM memperkerjakan penduduk sekitar dengan
sistem seperti keluarga.
e. Posisi Kunci Dipegang oleh Pemilik

Maju-mundurnya UKM tergantung sepenuhnya oleh pemilik


usaha.Dalam hal ini, berarti sistem untuk menjalankan atau
memajukan usaha tidak diajarkan kepada karyawan atau orang
yang menjadi kepercayaan.
f. Modal Usaha Berasal dari Keuangan Keluarga

Kebanyakan UKM tidak mengandalkan modal dari pihak luar,


seperti investor atau bank, tetapi dari keuangan keluarga,
sehingga memungkinkan tercampurnya keuangan keluarga dan
perusahaan. Modal dari pihak luar hanya dibutuhkan ketika
pemilik UKM ingin mengembangkan usaha tersebut ke luar
daerah.
16

g. Menuntut Motivasi Tinggi

Untuk memajukan UKM, pemilik usaha dituntut untuk


memiliki motivasi yang tinggi. Motivasi tersebut meliputi
motivasi untuk melakukan promosi secara besar-besaran,
membuat situs bisnis, membuat strategi marketing online serta
offline, dan sebagainya.
h. Menggunakan Teknologi Sederhana dalam Proses Produksi

Pada umumnya, UKM masih menggunakan teknologi


sederhana dalam proses produksinya. Teknologi sederhana
yang dimaksud disini adalah alat-alat yang masih tradisional dan
belum canggih, sebagaimana yang ada belakangan ini.
2. Profil UMKM Indonesia
Profil dan karakteristik UKM yang ada di Indonesia dapat ditinjau
dari beberapa aspek antara lain permodalan, skala usaha, macam
usaha, tingkat pendidikan pengusaha maupun karyawan, profil
UKM ini kita lihat dan bahas satu per satu. Dilihat dari macam
usaha UKM jenis usaha UKM terbanyak bergerak pada bidang
perdagangan besar dan eceran. Kegiatan ini banyak digeluti karena
mudah melakukan, tidak membutuhkan modal yang besar, tidak
memerlukan tempat khusus dan tidak memerlukan administrasi
pengurusan usaha. UKM yang paling sedikit, bergerak pada bidang
usaha listrik dan air bersih, ini disebabkan untuk usaha tersebut
biasanya telah dilakukan oleh pemerintah daerah, karena bidang
usaha tersebut memerlukan ketrampilan, permodalan dan peraturan
khusus yang lebih besar serta rumit dibandingkan kegiatan
perdagangan.11
Tabel 2.2 : Banyaknya usaha Mikro dan kecil di Indonesia menurut Kategori
Kategori UKM Jumlah UKM

Pertambangan dan Penggalian 245 780


11 Sri Wahyuningsih, Peran UKM dalam Perekonomian Indonesia, dalam Jurnal
Mediargo, Vol. 5, No.1, 2009, hlm. 3.
17
Industri dan Pengolahan 3 194 461
Listrik dan Air Bersih 10 677
kontruksi 157 381
Perdagangan Besar dan Eceran 10 226 595
Penyediaan Alokasi dan Penyediaan Makan Minum 2 994 858
Transportasi 2 470 080
Komunikasi 214 406
Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 790 704
Jasa Pendidikan 335 639
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 172 705
Jasa kemasyarakatan, Sosial, Budaya, hiburan dan 1 459 749
Perorangan lainnya
Jasa Perorangan yang Melayani rumah Tangga 179 474
Jumlah 22 513 552
Sumber : BPS, perusahaan Mikro dan Kecil 2006

Profil UKM juga dapat dilihat dari banyaknya pengusaha UKM


berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Dari tingkat
pendidikan pengusaha UKM dapat menggambarkan bagaimana
usaha tersebut dikelola dan dikembangkan. UKM di Indonesia
tidak dapat segera berkambang dan menjadi sebuah usaha yang
mengurita karena yang terjun di usaha UKM sebagian besar
adalah mereka yang lulus SD.

Dari tabel 2 dapat dilihat jumlah pengusaha UKM laki-laki dan


perempuan dilihat dari jenjang pendidikannya, pengusaha
terbesar baik laki-laki maupun perempuan secara keseluruhan
adalah yang tingkat pendidikannya SD, yaitu sebesar 33,75 persen.
Pengusaha UKM paling sedikit yang tingkat pendidikannya
Diploma III, hal ini disenankan karena lulusan Diploma III lebih
banyak tersalur ke perusahaan-perusahaan menengah dan besar
karena pendidikannya yang lebih menekankan pada bidang
keahlian dan ketrampilan tertentu, dan yang berpendidikan Sarjana
18

(S1) juga tidak banyak yang menekuni sebagai pengusaha UKM.


Tidak banyaknya sarjana yang menjadi pengusaha UKM karena
faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat
sehingga mereka kurang berminat terhadap profesi wirausaha,
antara lain sifat agresif, ekspansif, bersaing, egois, tidak jujur,
kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, pekerjaan
rendah, dan sebagainya.12

Tabel 2.3 : Banyaknya Pengusaha Laki-laki dan Perempuan pada Usaha Mikro
dan Kecil berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perernpuan Total %
1 Tidak Tamat SD 2 012 638 2 235 984 4 248 622 18,87
2 SD 4 444 631 3 152 952 7 597 595 33,75
3 SMTP 3 123 376 1 617 952 4 741 328 21,06

4 SMTA 3 336 343 1 467 554 4 803 897 21,34


5 Diploma I/II 143 829 108 220 252 049 1,12
6 Sarjana/Diploma III 166 524 86 796 253 320 1,13
7 Sarjana (SI) dan 444 250 172 491 616 741 2,74
lebih
8 Jumlah 13 671 591 8 841 961 22 513 552 100 Sumber : BPS
Perusahaan Mikro dan Kecil 2006

Bila dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terserap pada kegiatan
UKM dapat dilihat pada tabel 3. Dari tabel 3 diperoleh ada kegiatan
UKM yang banyak menyerap tenaga kerja adalah bidang usaha
perdagangan besar dan eceran sedangkan terkecil pada bidang
usaha listrik dan air bersih. Penyerapan tenaga kerja masing-masing
bidang usaha rata-rata dua kali dari jumlah UKM, dengan demikian
UKM tersebut selain memberikan peluang kerja bagi pengusahanya
juga memberikan peluang kerja bagi orang lain.

12 Ibid., hlm. 5.
19

Secara total penyerapan tenag kerja di Indonesia dari kegiatan


seluruh UKM sebesar 43.911.721 oramg.13

Tabel 2.4 : Banyaknya Jumlah Tenag Kerja Usaha Mikro dan Kecil
menurut kategori.
Kategori UKM Jumlah Tenaga
Kerja
Pertambangan dan Penggalian 528 273
Industri dan Pengolahan 7 817 110
Listrik dan Air Bersih 23 370
kontruksi 819 271
Perdagangan Besar dan Eceran 17 387 040
Penyediaan Alokasi dan Penyediaan Makan 5 292 765
Minum
Transportasi 2 910 121
Komunikasi 416 986
Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa 1 339 620
Perusahaan
Jasa Pendidikan 3 692 820
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 456 502
Jasa kemasyarakatan, Sosial, Budaya, hiburan 2 690 978
dan Perorangan lainnya
Jasa Perorangan yang Melayani rumah Tangga 208 382

Jumlah 43 911 721


Sumber : BPS, Perusahaan Mikro dan Kecil 2006
3. Macam-macam Industri
Mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari
beberapa sudut pandang. Pertama, pengelompokan industri yang

dilakukan oleh Departemen Perindustrian (DP). Menurut DP,


industri nasional Indonesia dikelompokan menjadi 3 kelompok
besar, yaitu:14

13 Ibid., hlm. 8.
14 Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan , Edisi ke-4, STIE YKPN, Yogyakarta, 1999,
hlm. 365-366.
20

a. Industri Dasar yang meliputi kelompok Industri Mesin dan

Logam Dasar (IMLD) dan kelompok kimia dasar (IKD). Yang


termasuk dalam IMLD antara lain industri mesin pertanian,
elektronika kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor,
besi baja, aluminium, tembaga, dan sebagainya. Sedangkan
yang termasuk dalam IKD antara lain industri pengolahan kayu
dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri
semen, industri batu bara, industri silikat, dan sebagainya.
b. Industri Kecil yang meliputi antara lain industri pangan
(makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit
(tekstil, pakaian jadi, serta barang dari kulit) industri kimia dan
bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penertiban,
barang-barang karet, plastik, dan lain-lain), industri galian
bukan logam, dan industri logam (mesin-mesin listrik, alat-alat
ilmu pengetahuan, barang dari logam, dan sebagainya).
c. Industri Hilir, yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang
meliputi antara lain industri yang mengolah sumber daya hutan,
industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang
mengolah sumber daya pertanian secara luas, dan lain-lain.
Kelompok AI ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja,
tidak padat modal, dan teknologi yang digunakan adalah
teknologi menengah dan teknologi maju.
Kedua, pengelompokan industri menurut jumlah tenaga

kerja yang dipekerjakan. Menurut BPS, pengelompokan industri


dengan cara ini dibedakan menjadi 4 yaitu:15
a. Perusahaan/industri besar jika memperkerjakan 100 orang atau
lebih.
b. Perusahaan/industri sedang jika memperkerjakan 20 sampai 99
0rang.
15 Ibid., hlm. 366.
21

c. Perusahaan/industri kecil jika memperkerjakan 5 sampai 19


orang.
d. Industri kerajinan rumah tangga jika memperkerjakan kurang
dari 3 orang (termasuk tenaga yang tidak dibayar).

Berdasarkan atas pembagian kelompok di atas, kita dapat mudah


dalam memberikan sentuhan dalam upaya pengembangan usaha.
Meskipun semuanya memiliki problem dalam usahanya, namun
tingkat problem yang dihadapi memiliki derajat yang sangat
berbeda. Untuk kelompok usaha mikro kecil menengah memiliki
akses yang sangat terbatas bahkan tidak memiliki akses keuangan
dalam pengembangan usahanya. Anggota kelompok ini biasanya
bergerak pada daratan informal yang dengan sendirinya sangat
labil. Mereka yang termasuk di dalamnya meliputi:16
a. Para petani (nelayan dan peternak)
b. Pedagang kaki lima (pedagang asongan)
c. Pengusaha rumahan (pengusaha makanan dan penjahit)
4. Bentuk Usaha Tetap
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau juga badan yang
tidak didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. BUT
dapat berupa:17
a. Tempat kedudukan manajemen
b. Cabang perusahaan
c. Kantor perwakilan
16 Muhammad Ali Imron, Peran Baitul Maal Wattamwil (BMT) terhadap Pengembangan
Usaha Mikro Kecil Menengah di Desa Wates kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, Skripsi
STAIN Kudus, 2009, hlm. 19.
17 Ratna Anjarwati, PPh final 1% Untuk UMKM, Pustaka Baru Press, Yogyakarta, 2013,
hlm. 3.
22

d. Gedung kantor
e. Pabrik
f. Bengkel
g. Pertambangan dan penggalian sumber daya alam, wilayah kerja
pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan
h. Periklanan, pertanian, perternakan, perkebunan atau kehutanan
i. Proyek kontruksi, instalansi atau proyek perakitan
j. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh
orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari enam puluh hari
dalam jangka waktu dua belas
k. Orang atau agen yang bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas
l. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak

didirikan dan tidak bertempat tinggal di Indonesia yang


menerima premi atau menanggung risiko di Indonesia.
5. Pajak Penghasilan (PPh) UKM
Penarikan pajak atas Usaha kecil dan Menengah (UKM) masih
menjadi perdebatan, dengan alasan bahwa pajak akan
memberatkan kondisi keuangan pelaku UKM. Jika diteliti lebih
jauh, sekurangnya ada lima problem UKM, yaitu:18
a. Pelaku UKM umumnya terkendala akses pemasaran produk
dan menjaga standarisasi produk.
b. UKM belum sepenuhnya faham dalam menghitung keuntungan
dan omzet usaha, sebagai dasar pembayaran pajak.
c. Pelaku UKM masih belum mengerti kewajiban dan tatacara

pembayaran pajak. Hal ini mungkin diakibatkan keterbatasan


jumlah SDM dibandingkan jumlah wajib pajak yang harus
dilayani.
d. Bagi UKM yang telah mengerti pajak, justru enggan membayar
pajak dengan alasan keberatan atas tarif pajak.
18 Ibid., hlm. 47.
23

e. Banyak pelaku UKM terkendala dalam membayar pajak di


bank karena terbatasi oleh jam waktu pelayanan bank dan jarak
aksesbilitas ke bank.
Adapun solusi untuk mengatasi problem di atas, adalah :19
a. Solusi permasalahan akses pemasaran produk, dapat
dikerjasamakan dengan pembina Koperasi dan UKM yaitu
dengan Kementrian Koperasi dan UKM, maupun BUMN
melalui program Kemitraan Bina Lingkungan.
b. UKM kesulitan untuk menghitung omzet dan profit bisa
diselesaikan dengan penyuluhan intensif tatacara pembukuan
dan pencatatan usaha.
c. Penyuluhan jenis-jenis pajak yang harus dibayar oleh UKM
diharapkan dapat memberikan pengertian UKM tentang hak
dan kewajiban perpajakannya.
d. Atas keberatan UKM membayar pajak, Pemerintah telah

membuat klasifikasi tarif dengan batasan omzet Rp. 4,8 milyar


setahun mendapat pengurangan sebesar 50 persen dari Pajak
Penghasilan yang harus dibayar.
e. Telah dicoba diatasi oleh Ditjen Pajak dengan aplikasi E-
Billing dimana wajib pajak dapat membayar pajak, melalui
teller di bnank, kantor pos atau melalui Anjungan Tunai
Mandiri menggunakan kode billing.
6. PPh Final terhadap UKM
Pada bulan Juli 2013 lalu, pemerintah menggulirkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 yang berisi ketentuan
mengenai pengenaan PPh Final terhadap WP yang memiliki
peredaran bruto atau omzet dalam jumlah tertentu. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf b PP tersebut jumlah tertentu
yang dimaksud adalah tidak melebihi Rp 4,8 milyar dalam satu
tahun pajak. Dalam istilah sehari-hari, WP yang omzet atau
19 Ibid., hlm. 48.
24

peredaran bruto-nya tidak melebihi Rp 4,8 milyar ini sering disebut


dengan WP Usaha keci dan Menengah (WP UKM).20
7. Peran UMKM
Perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di
dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di
negara-negara sedang berkembang (NSB), tetapi juga di negara-
negara maju (NM). Di dalam literatur diakui secara luas bahwa
NSB, UMKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik
utama mereka yang berbeda dengan usaha besar (UB), yakni
sebagai berikut:
a. Jumlah perusahaa sangat banyak (jauh melebihi jumlah UB),
terutama dari kategori usaha mikro (UMI) dan usaha kecil
(UK). Berbeda dengan UB dan UM (usaha menengah), UMI
dan UK tersebar diseluruh plosok pedesaan, termasuk di
wilayah-wilayah yang relative terisolasi. Oleh karena itu,
kelompok usaha ini mempunyai suatu signifikansi lokal yang
khusus untuk ekonomi pedesaan. Dalam kata lain, kemajuan
pembangunan ekonomi pedesaan sangat ditentukan oleh
kemajuan pembangunan UMKM-nya.
b. Karena sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi

pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar,


pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan sebagai suatu elemen
penting dari kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutama bagi
masyarakat miskin. Hal ini juga yang bias menjelaskan kenapa
pertumbuhan UMKM menjadi semakin penting di pedesaan di
NSB, terutama di daerah-daerah dimana sektor pertanian
mengalami stagnasi atau sudah tidak mampu lagi menyerap
pertumbuhan tahunan dari penawaran tenaga kerja di pedesaan.
20 Ibid., hlm. 60.
25

Sesuai teori dari A. Lewis (suplai tenaga kerja tak terbatas),


kondisi kelebihan tenaga kerja di pedesaan akan menciptakan
arus manusia terus-menurus dari perdesaan ke perkotaan.
Apabila kegiatan-kegiatan ekonomi perkotaan tidak mampu
menyerap pendatang-pendatang tersebut, jumlah pengangguran
akan meningkat, dan akan muncul banyak masalah social
terkaitnya di perkotaan. Oleh sebab itu, kegiatan-kegiatan
nonpertanian di perdesaan, terutama industry, selalu diharapkan
bias berfungsi sebagai sumber penyerapan kelebihan
penawaran tenaga kerja ke sektor pertanian, sehingga bisa
membatasi arus migrasi ke perkotaan, dan dalam hal ini,
UMKM di perdesaan dapat memainkan suatu peran krusial.
c. Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama di NSB

berlokasi di perdesaan kegiatan-kegiatan produksi dari


kelompok usaha ini juga pada umumnya berbasis pertanian.
Oleh karena itu, upaya-upaya pemerintah mendukung UMKM
sekaligus juga merupakan suatu cara tak langsung, tetapi efektif
untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan produksi di
sektor pertanian.
d. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih cocok (jika

dibandingkan dengan teknologiteknologi canggih yang


umum dipakai oleh perusahaan-perusahaan modern/UB)
terhadap proporsi-proporsi darei faktor-faktor produksi dan
kondisi local yang ada di NSB, yakni sumber daya alam (SDA)
dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang berlimpah
(walaupun jumlahnya bervariasi menurut negara atau wilayah di
dalam sebuah negara), tetapi modal serta sumber daya
manusia (SDM) atau tenaga kerja berpendidikan tinggi yang
sangat terbatas.
e. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan, banyak UMKM
bias bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis
26

besar pada tahun 1997/98. Oleh sebab itu, kelompok usaha ini
dianggap sebagai perusahaan-perusahaan yang memiliki fungsi
sebagai basis bagi perkembangan usaha lebih besar. Misalnya
UMI bias menjadi landasan bagi pengembangan UK,
sedangkan UK bagi UM, dan UM bagi UB.
f. Walaupun pada umumnya masyarakat perdesaan miskin,

banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang desa yang


miskin bias menabung dan meraka mau mengambil risiko
dengan melakukan investasi. Dalam hal ini, UMKM bisa
menjadi suatu titik permulaan bagi mobilisasi
tabungan/investasi di perdesaan sementara, pada waktu yang
sama, kelompok usaha ini dapat berfungsi sebagai tempat
pengujian dan peningkatan kemampuan berwirausaha dari
orang-orang desa.
g. (Masih berkaitan dengan butir 6) Terbukti bahwa pada

umumnya pengusaha-pengusaha UMKM membiayai sebagian


besar dari operasi-operasi bisnis mereka dengan tabungan
pribadi, ditambah dengan bantuan atau pinjaman dari saudara
atau kerabat, atau dari pemberi-pemberi kredit informal,
pedagang atau pengumpul, pemasok-pemasok bahan baku, dan
pembayaran di muka dari konsumen-konsumen. Oleh karena itu,
kelompok usaha ini dapat memainkan suatu peran penting
lainnya, yaitu sebagai suatu alat untuk mengalokasikan
tabungan-tabungan perdesaan, yang kalau tidak, akan
digunakan untuk maksud-maksud yang tidak produktif. Dalam
kata lain, jika kegiatan-kegiatan produktif tidak ada di
perdesaan, keluarga-keluarga perdesaan yang memiliki uang
lebih akan menyimpannya di dalam rumah yang tentu tidak akan
menghasilkan nilai tambah dalam bentuk penghasilan dari
bunga tabungan karena di banyak desa belum ada bank, atau
menggunakannya untuk tujuan-tujuan konsumtif, seperti beli
27

tanah, mobil, atau rumah, atau barang-barang konsumsi mewah


lainnya yang sering dilihat oleh warga desa sebagai sesuatu yang
prestise.
h. Walaupun banyak yang diproduksi oleh UMKM juga untuk

masyarakat kelas menengah dan atas (untuk yang terakhir ini


proporsinya lebih kecil), terbukti secara umum bahwa pasar
utama bagi UMKM adalah untuk barang-barang konsumsi
sederhana dengan harga relative murah, seperti pakaian jadi
dengan desain sederhana, mebel dari kayu, bamboo, dan rotan,
barang-barang lainnya dari kayu, alas kaki, dan alat-alat dapur
dari aluminium dan plastik. Barang-barang ini memenuhi
kebutuhan sehari-hari dari masyarakat miskin atau
berpendapatan rendah. Namun demikian, banyak juga UMKM
yang membuat barang-barang nonkonsumsi, seperti peralatan-
peralatan produksi, bergbagai macam mesin sederhana dan/atau
komponen-komponennya, bahan-bahan bangunan, dan barang-
barang setengah jadi lainnya untuk kebutuhan kegiatan-
kegiatan di banyak sektor, seperti industri, konstruksi,
pertanian, perdagangan, pariwisata, dan transportasi.
i. Sebagai bagian dari dinamikanya, banyak juga UMKM

(khususnya UK dan UM) yang mampu meningkatkan


produktivitasnya lewat investasi dan perubahan teknologi,
walaupun negara berbeda mungkin punya pengalaman berbeda
dalam hal ini, tergantung pada banyak factor. Faktor-faktor
tersebut bisa termasuk tingkat pembangunan ekonomi pada
umumnya dan pembangunan sektor terkait pada khususnya,
aksses ke faktor-faktor penentu produktivitas paling penting,
khususnya modal, teknologi, atau pengetahuan dan sumber
daya manusia (SDM), dan kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah yang mendukung keterkaitan-keterkaitan produksi
28

antara UMKM dan UB, termasuk dengan perusahaan-


perusahaan asing/berbasis penanaman modal asing.
j. Seperti sering dikatakan di dalam literature, satu keunggulan

dari UMKM adalah tingkat fleksibilitasnya yang tinggi, relative


terhadap pesaingnya (UB). Dalam Berry dkk (2001), kelompok
usaha ini dilihat sangat penting di industri-industri yang tidak
stabil atau ekonomi-ekonomi yang menghadapi perubahan-
perubahan kondisi pasaar yang cepat, seperti krisis ekonomi
1997/98 yang dialami oleh beberapa negara di Asia Tenggara,
termasuk Indonesia.

Oleh karena itu, dengan menyadari betapa pentingnya UMKM


(paling tidak secara potensial) seperti yang diuraikan di atas
tersebut, tidak heran kenapa pemerintah-pemerintah di hampir
semua NSB (termasuk Indonesia) sudah sejak lama mempunyai
berbagai macam program, dengan skim-skim kredit bersubsidi
sebagai komponen terpenting, untuk mendukung perkembangan
dan pertumbuhan UMKM. Tidak hanya itu, lembaga-lembaga
internasional pun, seperti Bank Dunia, Bank Pembanunan Asia
(ADB), dan organisasi dunia untuk industry dan pembangunan
( The United Nation Industry dan Development
Organisation/UNIDO) dan banyak negara donor lewat kerja sama
bilateral juga sangat aktif selama ini dalam upaya-upaya
pengembangan (atau capacity building ) UMKM di NSB.21

UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam


penciptaan/pertumbuhan kesempatan kerja, atau sumber
pendapatan bagi masyarakat/RT miskin. Hal ini didasarkan pada
fakta empiris yang menunjukan bahwa kelompok usaha ini

21 Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, hlm. 1-4.
29

mengerjakan jauh lebih banyak orang dibandingkan jumlah orang


yang bekerja di UB.22

B. Peran Pemerintah
1. Peran Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk
membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah
tertentu. Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan.
Pemerintah menetapkan peraturan perundang- undangan dan
kebijakan. Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR-
RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangkat Demokrasi
Ekonomi Usaha Mikro Kecil dan Menengah perlu diberdayakan
sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempunyai
kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan
struktur perekonomian nasional yang makin seimbang,
berkembang, dan berkeadilan.23

Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang


kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia. Pemerintah
Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.24

Peran adalah perilaku menjalankan kewajiban dan menuntut hak


yang melekat pada status. Peranan pemerintah sebagai salah
satu prasyarat keberhasilan dalam pengembangan UMKM dengan
melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan kinerja
UMKM sehingga dapat menghasilkan produk-produk yang
berdaya saing tinggi.
22 Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia , Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.
314.
23 Undang-Undang Usaha Mokro, Kecil dan Menengah , Op.Cit, hlm. 1.
24 Ibid., hlm. 4.
30

Pemerintah Daerah (PEMDA) memiliki peran yang sangat strategis


dalam menumbuh-kembangkan usaha kecil dan menengah (UKM)
di daerah. Dengan karakteristiknya yang relatif aman dari faktor-
faktor eksternal, seperti kondisi ekonomi global, karena lebih
banyak mengandalkan sumber daya (bahan baku) di dalam negeri,
UKM relatif lebih mudah dikembangkan.25
2. Berbagai Program Penunjang Usaha Kecil dari Pemerintah
Melalui berbagai departemen seperti Departemen Tenaga

Kerja, Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil,


Departemen Perindustrian maupun Departemen Perdagangan,
pemerintah melancarkan program-program pembinaan yang
terpadu bagi pengembangan usaha kecil. Pemerintah tetap
konsisten dengan rencana dan program kerjanya dalam
pengembangan perusahaan kecil, hal tersebut dibuktikan melalui
pola kebijaksanaan dan Pengembangan Industri/Usaha Kecil
sebagai berikut:
a. Sistem keterkaitan Bapak Angkat-Mitra Usaha.
b. Penjualan saham perusahaan besar yang sehat kepada koperasi
c. Mewajibkan Badan Usaha Milik Usaha (BUMN) menyisihkan
dana pembinaan sebesar 1%-5% dari keuntungan bersih.
d. Menugaskan lembaga perbankan pengalokasian dana kredit
untuk usaha kecil dan koperasi sebanyak 20% dari portofolio
kredit yang disalurkan (KUK).
e. Persediaan Kredit Likuiditas dari Bank Indonesia ke bank-bank

untuk membiayai sebagian besar dari kebutuhan dana kredit


untuk anggota koperasi primer.

25
http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/40-peran-pemda-dalam-tumbuhkan-ukm
diunggal pada tanggal 27 Mei 2015.
31

Selain daripada hal-hal di atas yang lebih menyangkut aspek


keuangan, pemerintah telah pula membantu dalam aspek fisik
yang lebih riil di antaranya:26
a. Program Peningkatan Kemampuan Usaha.
b. Program Pengembangan Industri Kecil untuk Menunjang
Ekspor.
c. Program Pengembangan Keterkaitan Sistem Bapak Angkat
dengan Mitra Usahanya bagi BUMN dan Departemen.
d. Program Pengembangan Wiraswasta dan Tenaga Profesi.
e. Program Penelitian dan Pengembangan Industri Kecil.
f. Program Penciptaan/Pengaturan Iklim dan kerja sama.
g. Program Pengembangan dan Usaha Kecil dari berbagai
Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta.
h. Seminar dan Pameran Produk-produk Industri Kecil Tingkat
Nasional maupun Internasional.
i. Pengembangan Pasar Inpres 10 buah yang menampung 1.500
pedagang kecil, serta Pertokoan Inpres 1.916 buah yang
mampu menampung 360.280 pedagang.
j. Penyediaan Sentra Industri Kecil dan UPT (Unit Pelayanan
Teknis).
k. Penyediaan Tenaga Penyuluhan Lapangan (TPL).
l. Kupedes (Kredit Usaha Pedesaan) dengan nilai plafon
pinjaman sebesar Rp 25.000,00 dengan batas nilai pinjaman
maksimum Rp 1.000.000,00 dan bunga 12% pertahun.
Sedangkan jangka waktu pinjaman minimum selama 3 tahun. Sejak
tahun1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan
berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural
dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak
yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi
tidak memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan
26 Harimurti Subanar, Manajemen Usaha Kecil, BPFE, Yogyakarta, 2009, hlm. 44-46.
32

kecil dan menengah, bahkan justru perusahaan besar dan


konglomeratlah yang mendapatkan keuntungan. Studi empiris
membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak
dinikmati oleh perusahaan skala kecil, sedang, dan besar, tetapi
justru perusahaan skala konglomerat dengan tenaga kerja lebih dari
1000 orang yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut
maupun per rata-rata perusahaan.27
C. Daya Saing
1. Pengertian Daya Saing
Pengertian daya saing adalah kemampuan makhluk hidup untuk
dapat tumbuh (berkembang) secara normal diantara makhluk hidup
lainnya sebagai pesaing dalam satu habitat (disatu bidang usaha dan
sebagainya).28 Pengertian daya saing adalah kemampuan
perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah menghasilkan
faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan
berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional.Oleh
karena itu dalam konteks kabupaten/kota sebagai sebuah organisasi,
daya saing diartikan sebagai kemampuan kabupaten/kota untuk
mengembangkan kemampuan ekonomisosial wilayahnya guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayahnya.29

Menurut Tambunan daya saing global yang rendah dari UMKM


secara di NSB dapat menjadi suatu hambatan serius bagi kelompok
usaha tersebut bukan saja untuk menembus pasar global, tetapi juga
untuk bisa memenangi persaingan dengan barang-barang impor di pasar
domestik. Maka strategi yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan
untuk meningkatkan daya saingnya terdiri dari dua (2) komponen atau
sub-strategi. Komponen pertama, strategi untuk

27 Mudrajad kuncoro, Ekonomika Industri Indonesia , Andi Offset, Yogyakarta, 2007,


hlm. 362.
28 Http://Www.Kamusbesar.Com/49843/Dayasaing di unggah 12 Oktober 2014.
29Http://Duniabakti.Blogspot.Com/2014/02/Teori-Strategi-Daya-Saing.Html di unggah 12
Oktober 2014.
33

memenuhi/pengadaan kelima prasyarat utama tersebut. Pertanyaannya


disini adalah bagaimana pengadaan pendidikan, modal, teknologi,
informasi dan input secara kontinu dan efisien? Komponen kedua,
strategi untuk menggunakan secara optimal kelima prasyarat tersebut
menjadi suatu produk yang kompetitif.30

Tujuan untuk memperoleh daya saing strategis dan menghasilkan


laba di atas rata-rata sungguh menantang, tidak hanya bagi perusahaan-
perusahaan besar, tapi juga bagi perusahaan- perusahaan kecil
seperti ritel komputer atau usaha pencucian baju lokal anda.31 Begitu
juga usaha logam pisau di Kudus, juga mengharapkan laba yang
maksimal.

Daya saing sebuah perusahaan dicapai melalui akumulasi daya saing


individual perusahaan dalam ekonomi global. Untuk mencapai hal ini,
dengan terus-menerus meningkat, sebuah perusahaan harus melihat
dunia sebagai pasarnya. Misalnya, Procter & Gamble yakin bahwa
mereka masih memiliki potensi besar untuk tumbuh secara
internasional karena secara global, permintaan akan produk-produk
rumah tangga tidak sematang di Amerika.32

Peningkatan daya saing UKM dapat dilakukan melalui dua aspek


yaitu faktor internal yang meliputi institusi riset dan
pengembangan, kapasitas SDM, pengembangan SDM, teknologi.
Sedangkan faktor eksternal mencakup dukungan pemerintah terhadap
riset dan pengembangan, HAKI, interaksi dengan pihak luar.
Disamping itu juga peranan kapabilitas inovasi dan kemitraan menjadi
faktor yang penting dalam peningkatan daya saing UKM. Selain itu

30 Tulus T. H Tambunan, Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang , Ghalia Indonesia,


Jakarta, 2001, hlm. 91.
31 Michaela. A. HITT, R. Duane Ireland, dkk, Manajemen Strategis Daya Saing dan
Globalisasi Konsep , Salemba Empat, Jakarta, 2001, hlm. 7.
32 Ibid., hlm. 12.
34

juga ukuran perusahaan dan pengalaman beroperasi perusahaan juga


sangat penting.33

Usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK) merupakan kelompok


usaha ekonomi yang penting dalam perekonomian kota Kudus. Hal
ini disebabkan, usaha kecil menengah dan koperasi merupakan
sektor usaha yang memiliki jumlah terbesar dengan daya serap
angkatan kerja yang signifikan. Oleh karena kesenjangan
pendapatan yang cukup besar masih terjadi antara pengusaha besar
dengan usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK), pengembangan
daya saing UKMK, secara langsung merupakan upaya dalam rangka
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, sekaligus mempersempit
kesenjangan ekonomi.

Kesuksesan nabi Muhammad SAW, dalam berbisnis dilandasi oleh dua


hal pokok, yaitu kepribadian yang amanah dan terpercaya, serta
pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni. Larangan berdusta,
menipu, mengurangi timbangan, dan mempermainkan kualitas, akan
menyebabkan kerugian yang sesungguhnya, baik di dunia ini
maupun di akhirat nanti. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ayat
surat Al-Quran (Al-Muthaffifiin : 1-6) :34

Artinya : Kecelakaan bagi orang-orang yang curang yaitu


orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka
minta dipenuhi. Dan appabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu yakin
33 Heru Sulistyo, Ardian Adiatma, Model Optimalisasi Kemitraan UKM (Usaha Kecil
Menengah) BUMN (Badan Usaha Milik Pemerintah) Melalui program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) untuk Meningkatkan Kinerja UKM, dalam Jurnal Riptek, Vol. 5, No. II,
Tahun 2011, hlm. 26.
34 Didin Hafidhuddin, Hendri Tanjung, Manajemen Syariah , Gema Insani, Jakarta, 2003,
hlm. 55.
35

bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari


yang besar yaitu hari ketika manusia berdiri manghadap Tuhan
Semesta Alam. (Al-Muthaffifiin : 1-6)

Bagi pembisnis yang jujur, Rasulullah SAW memberikan sebuah


kabar gembira sebagaimana dikemukakan dalam sabda beliau:35
) )
Artinya : Pedagang yang jujur dan tepercaya akan bersama
para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dalam
peperangan, dan orang-orang yang saleh (kelak di dalam surga).
(HR Imam Tirmidzi)
Untuk menghadapi kesuksesan diperlukan kekuatan-kekuatan atau daya
saing (terutama dalam bidang produksi) antara lain sebagai berikut:36
a. Daya saing kualitas. Produk-produk yang akan dipasarkan tentu
kualitasnya harus bisa bersaung dengan baik.
b. Daya saing harga. Tidak mungkin akan memenangkan persaingan
jika produk-produk yang dimiliki sangat mahal harganya. Tidak
mungkin akan bisa memasarkan suatu produk, jika harganya tinggi
walaupun bagus kualitasnya.
c. Daya saing marketing atau pemasaran. Dunia marketing berbicara

mengenai pasar, maka hal yang penting adalah bagaimana menarik


konsumen untuk membeli barang-barang yang telah diproduksi.
d. Daya saing jaringan kerja (networking). Suatu bisnis tidak akan
memiliki daya saing dan akan kalah jika bermain sendiri.
2. Sumber-sumber Keuntungan Bersaing Tingkat Dunia

Sumber keuntungan tingkat dunia secara umum berasal dari empat


sebab: keunggulan komparatif konvensional, skala ekonomis atau
kuva pengalaman yang meluas melampaui skala atau volume
kumulatif yang bisa dicapai dalam satu pasar nasional, keunggulan dari
35 Ibid., hlm. 55
36

Ibid., hlm. 44.


36

diferensiasi produk serta karakter informasi pasar dan teknologi yang


bermanfaat bagi masyarakat:37
a. Keunggulan Komparatif. Adanya keunggula komparatif

merupakan penentu klasik persaingan tingkat dunia. Bila suatu


negara mempunyai keunggulan yang berarti dalam biaya faktor
yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk, negara ini
akan menjadi tempat produksi dan ekspor akan mengalir ke bagian
dunia yang lain. Dalam industri yang demikian, posisi strategis
perusahaan tingkat dunia di negara yang memiliki keunggulan
komparatif ini menjadi penting bagi posisinya di dunia.
b. Skala Ekonomi Produksi. Jika terdapat skala ekonomi dalam

produksi (atau dalam menyediakan jasa) yang melampaui besarnya


ukuran pasar nasional yang besar, perusahaan secara potensial
dapat mencapai keunggulan biaya melalui produksi yang terpusat
dan persaingan tingkat dunia. Sebagai contoh, pabrik baja
berkecepatan tinggi yang modern mempunyai skala efisien
minimum yang kurang lebih besarnya sama dengan 40% dari
jumlah permintaan seluruh dunia. Kadang-kadang keunggulan
integrasi vertikal merupakan kunci mencapai ekonomi produksi
tingkat dunia, karena skala efisien dari sistem yang terintegrasi
secara vertikal lebih besar daripada ukuran pasar nasional.
Mencapai skala ekonomi dalam produksi tentu saja memerlukan
ekspor ke negara-negara lain.
c. Pengalaman Tingkat Dunia. Pada teknologi yang biayanya sangat

menurun dengan diperolehnya pengalaman, kemampuan untuk


menjual ragam produk yang sama dibanyak pasar nasional dapat
memberi manfaat. Volume kumulatif per model akan lebih besar
jika model tersebut terjual di banyak pasar nasional, sehingga
memberikan keunggulan biaya bagi peserta pesaingan tingkat
37 Michael E. Porter, Agus Maulana, Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan
Pesaing, Erlangga, Jakarta, 2008, hlm. 243-246.
37

dunia. Situasi ini mungkin telah terjadi dalam industri pembuatan


truk pengangkat ringan, dimana Toyota mengusai posisi pemimpin.
Persaingan tingkat dunia dapat memungkinkan perolehan
pengalaman yang lebih cepat, meskipun seandainya kurva
pengalaman telah mendatar pada volume kumulatif yang akhirnya
tercapai dengan bersaing di suatu pasar geografis tertentu. Karena
secara potensial suatu perusahaan dapat memperoleh pengalaman
dengan menyebarluaskan peningkatan di antara pabrik-pabriknya,
keunggulan biaya yang didapat dari persaingan tingkat dunia akan
dapat diperoleh meskipun jika produksi tidak disentralisasikan
melainkan dilakukan di masing-masing pasar nasional.
d. Skala Ekonomi Logistik. Jika suatu sistem logistik internasional
secara alamiah melibatkan biaya-biaya tetap yang dapat disebarkan
dengan memasok banyak pasar nasional, perusahaan tingkat dunia
juga dapat memungkinkan pencapaian skala ekonomis dalam
logistik yang berasal dari kemampuan menggunakan sistem yang
lebih khusus, misalnya angkutan kapal laut khusus. Sebagai
contoh, perusahaan-perusahaan Jepang telah mencapai
penghematan biaya yang besar dengan menggunakan kapal khusus
untuk mengangkut bahan baku dan produk akhir baja dan mobil.
Beroperasi dengan tingkat volume dunia dapat memungkinkan
pemikiran kembali yang menyeluruh mengenai pengaturan
logistik.
e. Skala Ekonomi Pemasaran. Walaupun banyak aspek dari fungsi

pemasaran secara alamiah harus dilakukan dimasing-masing pasar


nasional, terdapat kemungkinan untuk mencapai skala ekonomis
dalam pemasaran yang melebihi ukuran pasar nasional di industri-
industri tertentu. Yang paling jelas adalah industri dimana armada
wiraniaga bersama digunakan untuk seluruh dunia. Dalam bidang
konstruksi berat dan dalam pembuatan pesawat terbang atau
generator turbin, misalnya tugas penjualan sangat rumit dan
38

dilakukan jarang-jarang dengan relatif sedikit pembeli. Dengan


demikian perusahaan tingkat dunia dapat menyebar biaya tetap
kelompok wiraniaga yang sangat terampil dan mahal di banyak
pasar nasional.
f. Skala Ekonomi dalam Pembilian. Bilamana terdapat peluang untuk
mencapai skala ekonomi dalam pembilian sebagai hasil dari
kekuatan tawar menawar atau biaya pemasok yang lebih rendah
dalam produksi untuk jangka panjang yang melebihi apa yang
diperlukan untuk bersaing di pasar nasional tertentu, perusahaan
dunia akan mempunyai keunggulan biaya potensial. Sebagai
contoh, produsen pesawat televisi untuk seluruh dunia tampaknya
mempu membeli transistor dan dioda dengan biaya yang rendah.
Keunggulan demikian akan paling mungkin terjadi bila volume
yang dibeli oleh industri tidak terlalu besar dibandingkan dengan
ukuran industri yang menghasilkan bahan baku atau komponennya,
jika jumlah pembelian besar, sebagian besar kekuatan tawar
menawar akan hilang. Jika perusahaan terjun langsung dalam
ekstraksi bahan baku (mineral) atau produksi (produk-produk
pertanian), keunggulan potensialnya serupa. Jika skala efisien
untuk menambang suatu mineral tertentu lebih besar daripada
kebutuhan perusahaan akan mineral tersebut guna bersaing di pasar
nasional yang besar, misalnya perusahaan yang melakukan
penambangan pada tingkat skala efisien dan bersaing secara global
akan mempunyai keunggulan biaya. Tetapi, kebutuhan untuk
bersaing secara global guna mencapai keunggulan ini
mensyaratkan bahwa perusahaan tidak dapat melakukan
penambangan pada skala efisien dan kemudian menjual kelebihan
mineralnya ke perusahaan lain.
g. Diferensiasi Produk. Pada beberapa bisnis, terutama yang progresif
secara teknologi, persaingan tingkat dunia dapat memberikan
kepada perusahaan jalan masuk ke reputasi dan kredibilitas. Dalam
39

industri kosmetik selera tinggi, misalnya sebuah perusahaan


memanfaatkan kehadirannya di Paris, London dan New York guna
mendapatkan citra agar dapat bersaing dengan sukses di Jepang.
h. Teknologi Produk Milik Sendiri. Skala ekonomis global dapat
diperoleh dari kemampuan menerapkan teknologi milik sendiri
( proprietary technology) di berbagai pasar nasional. Kemampuan

ini terutama penting bilamana skala ekonomis dalam riset adalah


besar dibandingkan dengan hasil penjualan disatu pasar nasional
tertentu. Komputer, semikonduktor, pesawat terbang daan turbin
adalah industri-industri dimana keunggulan teknologi dari
perusahaan skala dunia jelas sangat besar. Beberapa kemajuan di
bidang teknologi sangat mahal sehingga memerlukan penjualan
tingkat dunia untuk mengimbanginya. Persaingan tingkat dunia
juga dapat memberikan kepada perusahaan serangkaian
kesempatan untuk pengembangan teknologi seluruh dunia yang
dapat meningkatkan daya saing teknologinya.
i. Mobilitas Produksi. Kasus khusus yanga penting dari adanya

penghematan karena skala dan pembagian teknologi kepemilikan


muncul bilamana produksi suatu produk dan jasa bersifat mobil.
Sebagai contoh, pada industri konstruksi berat perusahaan
memindahkan para karyawannya dari satu negara ke negara lain
untuk membangun proyek, kapal tanker minyak dapat mengangkut
minyak ke segala tempat di muka bumi, awak seismik, anjungan
minyak dan konsultan juga bersifat mobil. Dalam industri yang
demikian, biaya tetap untuk menciptakan dan memelihara
organisasi serta mengembangkan teknologi kepemilikan dapat
melakukan investasi dalam tenaga trampil atau peralatan mobil
yang pemanfaatannya tidak ditentukan berdasarkan permintaan
akan produk hanya di satu pasar nasional, inipun merupakan
contoh lain dari adanya skala ekonomis yang besarnya melampaui
ukuran satu pasar tunggal.
40

Seringkali sumber keuntungan global terjadi dalam bentuk


kombinasi, dan mungkin saja terjadi interaksi di antara sumber-sumber
tersebut. Sebagai contoh, penghematan dalam produksi dapat
memberikan basis untuk menyeerbu ke pasar asing, yang kemudian
membawa kepada skala ekonomis logistik atau pembelian.
Arti dari masing-masing sumber keuntungan global jelas
tegantung pada dua hal. Pertama, berapa besar arti dari aspek bisnis
yang dipengaruhi oleh skala ekonomis global terhadap biaya total?
Kedua, berapa besar arti dari aspek bisnis dimana pesaing tingkat
dunia mempunyai keunggulan bagi persaingan? Suatu keunggulan
pada bidang yang merupakan persentase biaya yang rendah terhadap
biaya total (misalnya, armada wiraniaga) masih dapat sangat penting
untuk keberhasilan atau kegagalan bersaing dalam bisnis
tertentu.Dalam hal ini, bahkan suatu perbaikan dalam biaya atau
efektivitas yang diakibatkan oleh persaingan tingkat dunia dapat
mempunyai arti yang penting.
D. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Hendratno Eko Putra pada tahun 2010 dengan judul

Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam


Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe di Kelurahan
Tenggilis Mejoyo Kecamatan Tenggilis Mejoyo Pemerintah Kota
Surabaya. Penelitian ini didasarkan pada fenomena pada Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) yang masih menghadapi hambatan atau kendala
antara lain kurangnya permodalan, kurangnya pelatihan, dan
terbatasnya akses pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dalam memberikan pembinaan terhadap sentra usaha kecil.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pelatihan
kewirausahaan dan pelatihan teknologi produksi yang diselenggarakan
Dinas Koperasi UMKM pemerintah Kota Surabaya yang bekerjasama
dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal
41

Pemerintah Kota Surabaya berupa penyuluhan tentang kewirausahaan


dan seminar tentang teknologi produksi. Serta bantuan mesin produksi
dari DISPERINDAG sejumlah lima unit. Bentuk pemasaran produksi
tempe di Tenggilis Mejoyo yaitu dalam bentuk personal sehingga
pengusaha kecil mampu memasarkan hasil produksinya secara
individu. Hasil dari penelitian ini adalah peran pemerintah setempat
telah bekerja sesuai sasaran meskipun tedapat kendala kurang sadarnya
pengusaha kecil.

Penelitian tersebut berbeda dengan yang peneliti angkat di dalam


kajian yang diteliti, karena penelitian tadi bergerak di bidang produksi
makanan yaitu produksi tempe. sedangkan peneliti ini pada bidang
kerajinan logam pisau. Peneliti akan mengkaji bagaimana peran
pemerintah diintegrasikan dalam meningkatkan daya saing UMKM
dalam menghadapi pasar bebas. Objek penelitian ini pada usaha
pengrajin logam pisau di Kabupaten Kudus.
Penelitian Irdayanti pada tahun 2012 dengan judul Peran
Pemerintah dalam Pengembangan UKM Berorientasi Ekspor Studi
Kasus : Klaster Kasongan dalam Rantai Nilai Tambah Global. Pada

kerajinan gerabah Kasongan di Yogyakarta. Pengembangan gerabah


Kasongan ini tentu akan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan
dan penguatan ekonomi daerah. Pada tahun 2004 nilai ekspor untuk
komuditi tanah liat mencapai US$638,789.92 dan menurun pada tahun
2005 hingga mencapai US$346,069.99 dan kemudian terus naik
hingga tahun 2006 mencapai US$841,532.56. Menurunnya komuditi
tersebut disebabkan terbatasnya ketersediaan bahan baku dimana
banyak produsen yang menghentikan sementara supply bahan
bakunya, selain itu juga disebabkan oleh jarak dengan sumber bahan
baku yang relatif jauh, mahalnya biaya transportasi akibat naiknya
harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dan gempa bumi. Kebijakan yang
telah dilakkan oleh pemerintah selama ini adalah menciptakan iklim
usaha kondusif melalui peraturan daerah, penerapan HAKI,
42

pengembangan produk baru, peningkatan promosi atau pemasaran


melalui pasar seni gabusan, pembuatan website dan kawasan wisata.
Hasil penelitian ini adalah kerajinan gerabah kasongan telah banyak
melakukan perkembangan, namun perkembangan ini belumlah dapat
dikatakan berjalan secara menyeluruh, melainkan terhadap pada aspek-
aspek tertentu saja (bersifat parsial).

Penelitian tersebut berbeda dengan yang peneliti angkat di dalam


kajian yang diteliti, karena penelitian tadi bergerak dibidang produksi
kerajinan gerabah. Sedangkan peneliti ini pada bidang kerajinan
logam pisau. disini peneliti akan mengkaji bagaimana peran pemerintah
diintegrasikan dalam meningkatkan daya saing UMKM dalam
menghadapi pasar bebas. Objek penelitian ini pada usaha pengrajin
logam pisau di Kabupaten Kudus.
Penelitian Michel Christian Turambi dengan judul Peran

Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Usaha Perternakan Ayam


(Studi Perternakan Ayam di Desa Tara-Tara Kecamatan Tomohon
Barat Kota Tomohon. Pemberdayaan UKM peternakan ayam Desa

Tara-Tara Kota Tomohon menghadapi permasalahan meliputi


keterbatasan kualitas SDM pelaku UKM ditandai dengan minimnya
pelaku UKM yang berpendidikan tinggi, akses terhadap sumber daya
produktif seperti keterbatasan permodalan dan akses teknologi,
masalah infrastruktur, seperti pasar yang representatif dan sarana jalan
yang memudahkan bagi UKM untuk menjual hasil usahanya, dan
masalah birokrasi pemerintah, seperti kualitas dan kuantitas sumber
daya aparatur pemerintah dalam pembinaan dan pendampingan bagi
UKM. Hasil penelitian ini adalah Peran pemerintah dirasakan sangat
mendorong dan sangat bermanfaat. Hal ini disebabkan program dari
pemerintah setempat mendukung dalam hal peningkatan populasi
seperti program penyuluhan dan pelatihan peternakan, bantuan bibit
unggul dan bantuan pinjaman modal untuk meningkatkan produktifitas
perternakan.
43

Penelitian tersebut berbeda dengan yang peneliti angkat di dalam


kajian yang diteliti, karena penelitian tadi bergerak di bidang
perternakan ayam. Sedangkan peneliti ini pada bidang kerajinan logam
pisau. Di sini peneliti akan mengkaji bagaimana peran pemerintah
diintegrasikan dalam meningkatkan daya saing UMKM dalam
menghadapi pasar bebas. Objek penelitian ini pada usaha pengrajin
logam pisau di Kabupaten Kudus.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka kajian mengenai
Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Daya Saing UMKM (Studi
pada : Pengrajin Logam Pisau di Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus) memang benar-benar belum ada yang
mengkajinya secara khusus pada penelitian-penelitian sebelumnya,
khususnya di STAIN Kudus sendiri, karena kajian dalam penelitian ini
adalah menganalisis peran pemerintah dalam meningkatkan daya saing
UMKM serta mengaji problem yang dihadapi pemerintah dalam
meningkatkan daya saing UMKM pada pengrajin logam pisau di
Kabupaten Kudus.
44

E. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran ini digunakan untuk mempermudah jalan


pemikiran terhadap masalah yang akan dikupas. Adapun kerangka
pemikiran yang digunakan dalam skripsi ini digambarkan dalam
diagram berikut:

Peran Pemerintah dalam Meningkatkan


Daya Saing UMKM

Kinerja UMKM : Peran Pemerintah : A


1. Meningkatkan akses S
1. Modal
2. Produksi finansial E
3. Pemasaran 2. Meningkatkan kualitas SDM A
3. Memfalisitasi UMKM N
berkaitan akses informasi dan
promosi (
M
E
A
Persaingan Bebas Masyarakat Ekonomi )

UMKM pengrajin logam pisau mampu


meningkatkan daya saing dalam persaingan
bebas MEA

Anda mungkin juga menyukai