Anda di halaman 1dari 23

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSD Madani Palu


Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako

TUTORIAL KLINIK

DISUSUN OLEH:

RISKI NYAMIN P. N 111 16 040


YETI EKA NURDIANASARI N 111 16 056
OLPIN OCDIELTHA P. N 111 16 079
YULIANA LITHA N 111 16 089
AGUNG PRASETYO W. N 111 16 092
RISELENA ALYSSA AMADEA N 111 16 004

PEMBIMBING:
dr.Patmawati,M.Kes., Sp. KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT DAERAH MADANI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
TUTORIAL

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Banteng Blok I No. 10
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Status Perkawinan : Duda
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : S1
Tanggal Pemeriksaan : 17 Mei 2017
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Jiwa RSU Anutapura

LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Seorang laki-laki berusia 39 tahun datang diantar oleh ayahnya
ke Poliklinik Jiwa RSU Anutapura pada tanggal 17 Mei 2017 karena
sering mengamuk. Bila pasien mengamuk pasien selalu main tangan
atau memukul seseorang tanpa sebab yang jelas serta sering melempar
barang. Hal ini telah terjadi sejak kurang lebih 14 tahun yang lalu.
Menurut ayah pasien, pasien juga sulit tertidur dan selalu merasa
gelisah. Bila pasien tidak dapat tertidur pasien hanya mondar-mandir
di dalam kamar. Selain itu, pasien juga merasa bahwa pasien sering
mendengar bisikan-bisikan yang selalu menyuruh pasien untuk sholat
dan pasien juga mengaku mampu melihat roh-roh halus atau makhluk
halus yang di sekitarnya dan ketika pasien mencoba untuk
menceritakan hal-hal tersebut pasien selalu merasa bahwa tidak ada
seorang pun yang percaya terhadap perkataannya sehingga membuat
pasien jadi tersinggung dan marah. Pasien juga mengatakan bahwa
ada seseorang yang ingin mencelakainya dengan cara menyantet
pasien melalui foto pasien yang dibakar di bara api sehingga membuat
pasien takut dan lebih sering mengurung diri di kamar. Dan saat
ditanya mengapa ada seseorang yang ingin mencelakai pasien, pasien
juga tidak mengetahui alasannya.
Menurut ayah pasien, awalnya pasien sempat mengalami
kecelakaan hebat pada saat pasien berusia 25 tahun sehingga
menyebabkan pasien mengalami perdarahan di otak. Setelah
kecelakaan tersebut pasien sempat dirawat di ruang ICU RSUD
UNDATA lama selama kurang lebih 1 minggu kemudian setelah
pasien membaik pasien dipindahkan ke ruang perawatan biasa.
Semenjak kecelakaan tersebut terjadi perubahan sikap pada pasien
yaitu pasien menjadi lebih pendiam, suka mengurung diri di kamar,
mudah emosi dan sering mengamuk. Saat marah pasien selalu
memukul orang lain tanpa sebab yang jelas sehingga tidak ada
anggota keluarga pasien yang berani melawan pasien. Ayah pasien
juga mengatakan bahwa pasien sempat menikah pada saat pasien
berusia 27 tahun tetapi setelah 3 tahun menikah, istri pasien
memutuskan untuk menceraikan pasien karena pasien sering memukul
istrinya bila marah. Semenjak sakit pasien tidak dapat lagi
melanjutkan pekerjaannya sehingga sampai saat ini pasien menjadi
pengangguran.
Pasien pernah dirawat di RSD Madani sekitar 5 tahun yang lalu
dengan keluhan yang sama dan setelah pasien keluar dari RSD
Madani pasien tidak pernah kontrol kembali meski obat pasien telah
habis. Menurut ayah pasien, ia ingin sekali cepat-cepat membawa
pasien berobat kembali tetapi ia tidak berani membuat pasien
tersinggung dan menjadi marah.

1. Hendaya/Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
2. Faktor Stressor Psikososial
Faktro stressor belum jelas

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami trauma kepala yang menyebabkan
perdarahan di otak.
2. Riwayat Penggunaan Zat
Merokok (+), Alkohol (-), Penggunaan obat-obatan (-)
3. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien pernah dirawat dengan keluhan yang sama sekitar 5 tahun
yang lalu.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi(Past Personal History)


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien dilahirkan pasa usia normal dengan persalinan normal
yang dibantu oleh bidan. Pasien lahir tanpa penyulit apapun
dalam persalinan.
2. Riwayat Masa Kanak-Kanak Awal (1-3 tahun)
Tidak terdapat persoalan-persoalan di usia ini. Pertumbuhan
dan perkembangan sesuai umur dan tidak terdapat gejala-gejala
problem perilaku. Tidak ada riwayat kejang, trauma atau infeksi
pada masa ini. Pasien mendapat kasih sayang dari kedua orang
tuanya sejak kecil
3. Riwayat Masa Kanak-Kanak Pertengahan (4-11 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan dan
perkembangan baik, sesuai dengan anak seusianya. Pasien
tumbuh sebagai anak yang aktif dan sering bermain bersama
teman-temannya. Hubungan pasien dengan keluarga, saudara,
kerabat, dan teman bermain pasien baik.
4. Riwayat Masa Kanak-Kanak Akhir/Pubertas/Remaja (12-18
tahun)
Tidak ada masalah yang dialami pasien pada masa ini,
hubungan dan interaksi pasien dengan orang tua dan saudara-
saudaranya terjalin dengan baik. Pada masa ini pasien dapat
bersekolah di SMA dan dapat menyelesaikan studinya dengan
baik setelah itu pasien melanjutkan perkuliahan di Universitas
Tadulako
5. Riwayat Masa Dewasa (>18 tahun)
Pada masa ini, pasien dapat menyelesaikan perkuliahannya
dengan baik. Tetapi pasien mengalami kecelakaan yang hebat pada
usia 25 tahun sehingga membuat sikap dan perilaku pasien menjadi
berubah. Pasien sempat menikah pada usia 27 tahun tetapi setelah 3
tahun pernikahan pasien diceraikan oleh istrinya.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Pasien telah
menikah pada saat pasien berusia 27 tahun tetapi setelah 3 tahun
menikah pasien diceraikan oleh istrinya karena pasien sering memukul
istrinya. Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat gangguan
psikiatrik.

F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan adik-adiknya di rumah
pribadi di Jl. Banteng.
G. Persepsi (Tanggapan) Pasien Tentang Diri dan Kehidupan.
Pasien tidak menyadari dirinya sakit secara penuh, dan tidak
memerlukan pengobatan dari dokter.

II. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Tampak seorang laki-laki wajah sesuai umurnya
dengan rambut lurus dan rapi memakai baju kaos berwarna biru tua
dan celana jins panjang berwarna hitam. Perawatan diri baik.
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tenang
4. Pembicaraan : Bicara spontan, artikulasi baik, menjawab sesuai
pertanyaan
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Aleksitimia
2. Afek : Datar
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat diraba rasakan
C. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : Sesuai taraf
pendidikannya.
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi (Waktu, Tempat dan Orang) : Baik
4. Daya ingat
Jangka pendek : Baik
Jangka sedang : Baik
Jangka panjang : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat Kreatif : Tidak ditemukan
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Auditorik (+) pasien mendengar bisikan-bisikan
yang menyuruh pasien untuk sholat, Visual (+) pasien selalu melihat
roh-roh halus atau makhluk halus
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
a. Produktivitas : Cukup Ide
b. Kontinuitas : Relevan
c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikiran
a. Preokupasi : Pasien ingin menikah lagi
b. Gangguan Isi Pikir : Waham curiga, pasien mengaku bahwa ada
seseorang yang ingin mencelakai pasien dengan cara menyantetnya
menggunakan foto pasien yan dibakar di bara api.
F. Pengendailan Impuls : Baik
G. Daya Nilai
1. Normo social : Baik
2. Uji daya Nilai : Baik
3. Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan
Derajat 1 : Pasien tidak menyadari sepenuhnya bahwa dia sakit dan
tidak membutuhkan pengobatan dari dokter.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan fisik
1. Status internus:
Keadaan umum : Compos mentis
Tanda-tanda vital : TD = 130/80 mmHg
Nadi = 80 x/m
R = 18 x/m
S = 36,5C
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterus -/-
Pemeriksaan jantung-paru: Dalam batas normal
2. Status neurologis:
GCS: E4M6V5
/
Pemeriksaan Motorik dan Sensorik: /

Fungsi kortikal luhur dalam batas normal


Pupil bundar isokor
Reflex cahaya : +/+
Pemeriksaan kaku kuduk & meningeals sign: (-)
Refleks fisiologis: (+)
Refleks patologis: (-)
Pemeriksaan N. Cranialis & Perifer : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Tekanan Intrakranial : Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki berusia 39 tahun datang diantar oleh ayahnya ke
Poliklinik Jiwa RSU Anutapura pada tanggal 17 Mei 2017 karena sering
mengamuk. Bila pasien mengamuk pasien selalu main tangan atau memukul
seseorang tanpa sebab yang jelas serta sering melempar barang. Hal ini telah
terjadi sejak kurang lebih 14 tahun yang lalu. Menurut ayah pasien, pasien
juga sulit tertidur dan selalu merasa gelisah. Bila pasien tidak dapat tertidur
pasien hanya mondar-mandir di dalam kamar. Selain itu, pasien juga merasa
bahwa pasien sering mendengar bisikan-bisikan yang selalu menyuruh
pasien untuk sholat dan pasien juga mengaku mampu melihat roh-roh halus
atau makhluk halus yang di sekitarnya dan ketika pasien mencoba untuk
menceritakan hal-hal tersebut pasien selalu merasa bahwa tidak ada seorang
pun yang percaya terhadap perkataannya sehingga membuat pasien jadi
tersinggung dan marah. Pasien juga mengatakan bahwa ada seseorang yang
ingin mencelakainya dengan cara menyantet pasien melalui foto pasien yang
dibakar di bara api sehingga membuat pasien takut dan lebih sering
mengurung diri di kamar. Dan saat ditanya mengapa ada seseorang yang
ingin mencelakai pasien, pasien juga tidak mengetahui alasannya.
Menurut ayah pasien awalnya pasien sempat mengalami kecelakaan
hebat pada saat pasien berusia 25 tahun sehingga menyebabkan pasien
mengalami perdarahan di otak. Setelah kecelakaan tersebut pasien sempat
dirawat di ruang ICU RSUD UNDATA lama selama kurang lebih 1 minggu
kemudian setelah pasien membaik pasien dipindahkan ke ruang perawatan
biasa. Semenjak kecelakaan tersebut terjadi perubahan sikap pada pasien
yaitu pasien menjadi lebih pendiam, suka mengurung diri di kamar, mudah
emosi dan sering mengamuk. Saat marah pasien selalu memukul orang lain
tanpa sebab yang jelas sehingga tidak ada anggota keluarga pasien yang
berani melawan pasien. Ayah pasien juga mengatakan bahwa pasien sempat
menikah pada saat pasien berusia 27 tahun tetapi setelah 3 tahun menikah,
istri pasien memutuskan untuk menceraikan pasien karena pasien sering
memukul istrinya bila marah. Semenjak sakit pasien tidak dapat lagi
melanjutkan pekerjaannya sehingga sampai saat ini pasien menjadi
pengangguran.
Pasien pernah dirawat di RSD Madani sekitar 5 tahun yang lalu dengan
keluhan yang sama dan setelah pasien keluar dari RSD Madani pasien tidak
pernah kontrol kembali meski obat pasien telah habis. Menurut ayah pasien,
ia ingin sekali cepat-cepat membawa pasien berobat kembali tetapi ia tidak
berani membuat pasien tersinggung dan menjadi marah.
Tampak seorang laki-laki wajah sesuai umurnya dengan rambut lurus
dan rapi memakai baju kaos berwarna biru tua dan celana jins panjang
berwarna hitam. Perawatan diri baik.
Aktivitas fisik dan motorik tenang. Pembicaraan spontan, artikulasi
baik, menjawab sesuai pertanyaan. Mood aleksitimia, afek datar dan tidak
serasi. Terdapat gangguan persepsi halusinasi auditorik dan visual serta ada
gangguan isi pikiran berupa waham curiga.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I :
Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa didapatkan adanya
gejala klinis yang bermakna berupa mengamuk, gelisah dan
kesulitan tidur. Keadaaan ini menimbulkan disstress bagi pasien, dan
menimbulkan disabilitas dalam social, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
Gangguan Jiwa.
Pada pasien ditemukan hendaya berat dalam menilai realita, seperti
sering mendengar suara-suara bisikan yang seolah olah mengomentari
perilakunya sehingga pasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa
Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya pasien pernah mengalami
trauma kepala yang menyebabkan perdarahan di otak sehingga
menimbulkan gangguan fungsi otak yang mengakibatkan gangguan
jiwa yang diderita pasien ini, sehingga didiagnosa Gangguan Jiwa
Psikotik Organik.
Dari autoanamnesa dan pemeriksaan pada status mental
ditemukan, adanya halusinasi menetap dari panca indera yaitu
halusinasi auditorik yaitu ada bisikan-bisikan yang menyuruh pasien
untuk sholat dan halusinasi visual yaitu melihat roh-roh halus. Terdapat
waham curiga yaitu pasien merasa ada seseorang yang ingin
mencelakainya sebagai gejala yang sangat jelas dan timbul sudah lebih
dari 1 bulan yang muncul setelah pasien mengalami trauma kepala.
Berdasarkan PPDGJ III, pasien dapat digolongkan dalam Gangguan
Waham Organik (Lir-Skizofrenia) (F06.8).
2. Aksis II : Diagnosis tertunda
3. Aksis III : Trauma kepala
4. Aksis IV : Faktor stressor belum jelas
5. Aksis V : GAF 50-41 gejala berat, disabilitas berat.

VI. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologik
Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasien
memerlukan psikofarmaka.

VII. PROGNOSIS
Dubia ad Malam
Faktor Pendukung:
a. Tidak ada faktor genetik
b. Terdapat dukungan dari keluarga
Faktor Penghambat
a. Tilikan 6
b. Faktor pencetus tidak jelas
c. Gejala menetap
d. Onset kronik
e. Sering tidak patuh minum obat

VIII. RENCANA TERAPI


Farmakoterapi :
Antipsikotik tipikal : Haloperidol 5 mg 11
Psikoterapi suportif
Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega
Persuasi: Membujuk pasien agar memastikan diri untuk selalu
kontrol dan minum obat dengan rutin.
Sugesti: Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat
sembuh (penyakit terkontrol).
Desensitisasi: Pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di dalam
lingkungan kerja untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang sekitarnya
sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan
kunjungan berkala.

IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan
munculnya efek samping obat yang diberikan.

Kata Kunci
1. Mengamuk
2. Terjadi sejak kurang lebih 14 tahun yang lalu
3. Sulit tertidur
4. Gelisah
5. Pasien sering mendengar bisikan-bisikan
6. Mampu melihat roh-roh halus
7. Tersinggung dan marah. Pasien juga mengatakan bahwa ada seseorang yang
ingin mencelakainya
8. Takut dan lebih sering mengurung diri di kamar
9. Kecelakaan hebat pada saat pasien berusia 25
10. Perdarahan di otak
11. Semenjak kecelakaan tersebut terjadi perubahan sikap pada pasien yaitu
pasien menjadi lebih pendiam, suka mengurung diri di kamar, mudah emosi
dan sering mengamuk
Pertanyaan
1. Hubungan riwayat trauma kepala dengan kondisi sekarang ?
2. Kenapa pada pasien digolongkan dalam gangguan mental organik ? Dan
kenapa diambil diagnosis ini ?
3. Apa saja yang termasuk gangguan mntal organik ?
4. Patogenesis trauma kepala menyebabkan gangguan mental ?
5. DD untuk pasien ini ?
6. Terapi pada pasien ini ?
7. Prognosis pada pasien ini ?
8. Tanda dan gejala seseorang dikatakan gangguan mental organik ?
9. Etiologi gangguan mental organik ?

Jawaban
1. Hubungan riwayat trauma kepala dengan kondisi sekarang ?
Kerusakan otak baik akibat cedera kepala traumatis atau kerusakan yang terjadi
karena adanya gangguan paa internal otak. Dapat menyebabkan beberapa
gejala:
Gejala kognitif, yaitu berupa gangguan dalam mengolah suatu informasi,
sulit dalam berekspresi, sulit untuk memahami orang lain, tidak bisa focus,
tidak bisa memahami konsep-konsep yang abstrak, kehilangan ingatan,
dan susah dalam mengambil keputusan.
Gejala persepsi, yaitu perubahan kemampuan penglihatan, pendengaran,
serta indra peraba, gangguan dalam mencium baud an merasakan rasa,
memiliki masalah keseimbangan, dan sensitive terhadap rasa sakit.
Gejala fisik yang timbul adalah rasa lelah yang ekstrim, tremor, susah
untuk bicara, gangguan tidur, kejang-kejang, dan sensitive terhadap
cahaya.
Gejala emosi dan perilaku yang muncul dari kerusakan otak meliputi,
mudah marah dan stress, memiliki emosi yang tinggi atau bahkan tidak
memiliki emosi sama sekali, sifat agresif meningkat.
2. Kenapa pada pasien digolongkan dalam gangguan mental organik ? Dan
kenapa diambil diagnosis ini ?
Pada riwayat penyakit sebelumnya pasien pernah mengalami trauma kepala
yang menyebabkan perdarahan di otak sehingga menimbulkan gangguan fungsi
otak yang mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini, sehingga
didiagnosa Gangguan Jiwa Psikotik Organik.
Dari autoanamnesa dan pemeriksaan pada status mental ditemukan ,
adanya halusinasi menetap dari panca indera yaitu halusinasi auditorik yaitu
ada bisikan-bisikan yang menyuruh pasien untuk sholat dan halusinasi visual
yaitu melihat roh-roh halus. Terdapat waham curiga yaitu pasien merasa ada
seseorang yang ingin mencelakainya sebagai gejala yang sangat jelas dan
timbul sudah lebih dari 1 bulan yang muncul setelah pasien mengalami trauma
kepala. Berdasarkan PPDGJ III, pasien dapat digolongkan dalam Gangguan
Waham Organik (Lir-Skizofrenia) (F06.8).

3. Apa saja yang termasuk gangguan mntal organik ?

Menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan mental organik adalah sebagai


berikut:
F00. Demensia pada penyakit Alzheimer
F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
F00.1 Demensia pada penvakit Alzheimer dengan onset lambat.
F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran.
F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer Yang tidak tergolongkan (YTT).
F01 Demensia Vaskular
F01.0 Demensia Vaskular onset akut.
F01.1 Demensia multi-infark
F01.2 Demensia Vaskular subkortikal.
F01.3 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
F01.8 Demensia Vaskular lainnya
F01.9 Demensia Vaskular YTT
F02 Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain (YDK)
F02.0 Demensia pada penyakit Pick.
F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt Jakob.
F02.2 Demensia pada penyakit huntington.
F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson.
F02.4 Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).
F02.8 Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK
F.03 Demensia YTT.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00 F03
sebagai berikut :
.x0 Tanpa gejala tambahan.
.x1 Gejala lain, terutama waham.
.x2 Gejala lain, terutama halusinasi
.x3 Gejala lain, terutama depresi
.x4 Gejala campuran lain.
F.04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif
lainnya
F05 Delirium bukan akibat alkohol dan psikoaktif lainnya
F05.0 Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia
F05.1 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
F05.8 Delirium lainya.
F05.9DeliriumYTT.
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik.
F06.0 Halusinasi organik.
F06.1 Gangguan katatonik organik.
F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)
F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) organik.
.30 Gangguan manik organik.
.31 Gangguan bipolar organik.
.32 Gangguan depresif organik.
.33 Gangguan afektif organik campuran.
F06.4 Gangguan anxietas organik
F06.5 Gangguan disosiatif organik.
F06.6 Gangguan astenik organik.
F06.7 Gangguan kognitif ringan.
F06.8 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik lain YDT.
F06.9 Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fisik YTT.
F07 Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan
fungsi otak
F07.0 Gangguan keperibadian organik
F07.1 Sindrom pasca-ensefalitis
F07.2 Sindrom pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan
dan disfungsi otak lainnya.
F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan
dan disfungsi otak YTT.
F09 Gangguan mental organik atau simtomatik YTT.
(PPDGJ III)

4.. Patogenesis trauma kepala menyebabkan gangguan mental ?

Jika terjadi trauma dapat menyebabkan kerusakan di empat jalur dopamine,


berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:

1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala


positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways
memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum
area (VTA) di batang otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah
limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya
halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik
bekerja melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin
D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan
gejala positif meningkat.
2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke
daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal
dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif
pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan
terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah
dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal
dopamin pathways dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan
sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini
atau melalui blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan
dopamin pada mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau
mungkin gejala kognitif.
3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra
pada batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini
merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin
di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan gangguan
pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson yaitu
rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan
dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan
hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik.
4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah
hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal
tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan
penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan
inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini
akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi
peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea,
amenorea atau disfungsi seksual
5. DD untuk pasien ini ?
Skizofrenia :
Kriteria diagnosis skizofrenia menurut PPDGJ III:
- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. thought echo, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang
atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda atau
thought insertion or withdrawal yang merupakan isi yang
asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan thought broadcasting, yaitu isi pikiranya
tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
b. delusion of control, adalah waham tentang dirinya
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau
delusion of passivitiy merupaka waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang
dirinya diartikan secara jelas merujuk kepergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus), atau delusional perceptionyang
merupakan pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c. Halusinasi auditorik yang didefinisikan dalam 3 kondisi
dibawah ini:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu
bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
e. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas :
Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah
(excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara
yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau
tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;
e. Adanya gejala-gejala khas di atas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik (prodromal)
f. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Kriteria diagnosis gangguan psikotik akut dan sementara :
a. Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan
prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari
gangguan ini. Untuk prioritas yang dipakai ialah:
A. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau
kurang=jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi
nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk
periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas)
sebagai ciri khas yang menuntukan seluruh
kelompok;
B. Adanya sindrom yang khas (berupa
polimorfik=beraneka ragam dan berubah cepat, atau
gejala skizofrenik yang khas)
C. Adanya stres akut yang berkaitan (tidak selalu ada,
sehingga dispesifikasi dengan karakter ke 5;.x0 =
tanpa penyerta stres akut;. X1= dengan penyerta stres
akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan
tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stres dalam
konteks ini.
D. Tanpa diketahui beberapa lama gangguan akan
berlangsung,
b. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi
kriteria episode manik (F30,)atau episode depresif (F32),
walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif
individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.
c. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis,
delirium, atau demensia. Tidak merupakan intoksikasi
akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.

6. Terapi pada pasien ini?


a. Psikofarmaka
1. Haloperidol 2x5 mg
2. Chlorpromazine 1x100 mg
3. Trihexyphenidyl 2x2 mg
b. Psikoterapi
1. Pada pasien:
Berusaha untuk beradaptasi dan mengabaikan jika ada suara-suara
yang terdngar oleh pasien.
Mengisis waktu luang dengan berbaga aktivitas untuk mengurangi
keluhan-keluhan tersebut.
Menyarankan agar pasien banyak berdoa dan mendekatkan diri
kepada Tuhan agar dirinya diberi ketenangan dala menghadapi
masalah yang ada.
2. Pada keluarga:
Memberikan perhatian, dukungan, serta semangat penuh terhadap
pasien.
Edukasi tentang keadaan penyakit pasien dan kondisi pasien untuk
minum obat teratur, mengingatkan pasie untuk menjaga dan
merawat dirinya dengan baik.
Mendampingi pasien untuk kontrol secara rutin.

7. Prognosis pada pasien ini ?


Dubia ad malam
Faktor penghambat :
Onset kronik
Usia muda
Tilikan 1
Gejala
Menetap
Terkena sebelum menikah
Faktor pendukung:
Dukungan keluarga
Tidak ada faktor genetik

8. Tanda dan gejala seseorang dikatakan gangguan mental organik ?


Gambaran utama:
Gangguan fungsi kognitif,
Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar
(learning)
Gangguan sensorium,
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention)
Sindrom dengan manifestasi menonjol dalam bidang :
a. persepsi (halusinasi)
b. isi pikir (waham/delus)
c. suasana perasaan dan emosi (depresi, cemas)
Gambaran klinis delirium meliputi terganggunya kesadaran, seperti
penurunan tingkat kesadaran, terganggunya atensi,yang dapat mencakup
berkurangnya kemampuan meemfokuskan, memepertahankan, atau
mengalihkan atensi; henndaya dalam bidang dalam fungsi kognitif yng
bermanifestasi sebagai disorientasi( khususnya dalam waktu dan tempat) dan
penurunan memori; .
Gambaran klinis dmensia adalah hendaya intelektual dan sifat mudah lupa,
juga bukti adanya pengelakan, penyangkaln atau rasionalisasi pasien yang
bertujuan menyembunyikan efisit kognitif. Keteraturan yang berlebihan,
penarikan diri secara social, atau kecenderungan menghubung-hubungkan
kejadian hingga detail terkecil dapat bersifat karakteristik, dan ledakan
kemarahan yang mendadak atau sarkasme dapat terjadi. Emosi yang labil, cara
berpakaian yang tidak rapi, ucapan yang tidak terinhibisi, lelucon konyol, atau
kelakuan dan ekspsi wajah yang kosong, apatis, atau membosankan
mengesankan adanya demensia, terutama bila hendaya memori. Hendaya
memori secara khas merupakan gambaran awal dan prominen pada demensia,
khususnya pada demensia yang melibatkan korteks, seperti demensia tipe
Alzheimer.

9. Etiologi gangguan mental organik ?


Delirium
Kausa utama delirium adalah penyakit susunan saraf pusat (seperti
epilepsy), penyakit sistemik (seperti gagal jantung), serta baik intoksikasi
maupun keadaan putus obat dari zat farmakologis atau toksik.
Demensia
Demensia memiliki banyak penyebab, namun demensia tipe Alzheimer dan
demensia vaskuler secara bersama-sama mencakup hingga 75 persen kasus.
Kausa demensia lain yang dirinci dalam DSM-IV-TR adalah penyakit Pick,
penyakit Creutzfeldt-Jacob, penyakit Huntington, penyakit Parkinson, HIV
dan trauma kepala.

Anda mungkin juga menyukai