Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ............................................................................................... 1


b. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
c. Tujuan ............................................................................................................ 3
d. Manfaat .......................................................................................................... 3
e. Ruang Lingkup .............................................................................................. 3

BAB II ISI ............................................................................................................... 4

BAB III SIMPULAN .............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 11

LAMPIRAN ............................................................................................................. 12

i
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Banyak tanaman di Indonesia yang sebenarnya dapat memberikan banyak manfaat
bagi kesehatan manusia, namun belum banyak dibudidayakan dan dikelola secara
khusus. Salah satu diantaranya adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L).
Belimbing wuluh merupakan tumbuhan berjenis pepohonan yang hidup di ketinggian
dari lima sampai 500 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini mudah sekali tumbuh
dan berkembang biak melalui cangkok atau persemaian bijinya. Belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Amerika dan
beriklim tropis, dibudidayakan di sejumlah negara seperti Malaysia, Argentina,
Australia, Brazil, India, Filipina, Singapura, Thailand, dan Venezuela. Menurut ahli
tanaman obat Dr. Setiawan Dalimarta yang membuat belimbing wuluh memiliki
manfaat sebagai obat alami dan fitofarmaka adalah sifat kimiawi dan efek farmakologi
belimbing wuluh yang diantaranya adalah rasa asam dan sejuk, sifat bawaan ini
berkhasiat menghilangkan rasa sakit, memperbayak pengeluaran empedu, antiradang
dan peluruh kencing. Di Indonesia belimbing wuluh sudah mulai di manfaatkan yaitu
salah satunya pada bagian daunnya. Manfat dari daun belimbing wuluh yaitu dapat
digunakan sebagai obat tradisional. yang salah satunya sebagai obat diabetes dan
hipertensi.
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai dimasyarakat maju, baik pria
ataupun wanita, tua ataupun muda bisa terserang penyakit ini, dan gejalanya tidak
terasa. Penyakit ini disebut sebagai silent diseases dan merupakan faktor risiko utama
dari perkembangan/ penyebab penyakit jantung dan stroke; bila tidak terkontrol akan
menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lainnya, seperti otak, ginjal, mata dan
kelumpuhan organ-organ gerak (Purwati et al., 2005). Menurut definisi, hipertensi
adalah bila tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90
mmHg (Anonymous, 2009). Bila tekanan darah antara 120-139 mmHg pada sistolik dan
80-89 mmHg pada diastolik dapat dikatakan sudah mengalami prehipertensi.

1
Anti hipertensi yang berasal dari tumbuhan dapat bekerja dengan berbagai cara,
antara lain dengan cara menurunkan volume cairan tubuh (diuresis), mengurangi
tahanan perifer (vasodilator) atau mempengaruhi kerja jantung itu sendiri (Loew D and
M. Kaszkin, 2002). Penggunaan obat dan formulasi herbal menjadi pertimbangan untuk
mengurangi efek toksik dan memiliki efek samping yang minimal dibandingkan
dengan obat-obat sintetik (Harlbeistin, R.A, 2005).
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu sindrom penyakit metabolisme yang
ditandai dengan adanya hiperglikemia akibat kekurangan insulin ataupun disebabkan
karena terjadinya resistensi insulin. Keadaan hiperglikemi pada penderita diabetes
mellitus menyebabkan terbentuknya radikal bebas, yang selanjutnya dapat membentuk
suatu oksigen reaktif. Pembentukan senyawa oksigen reaktif yang berlebihan dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan antara antioksidan protektif dengan jumlah radikal
bebas pada penderita diabetes mellitus sehingga terjadilah kerusakan oksidatif yang
dikenal dengan stres oksidatif.
Penderita diabetes mellitus memerlukan pengobatan sepanjang hidup untuk
mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit, dan mencegah agar tidak
berkembang ke arah komplikasinya, sedangkan obat anti diabetes yang dikonsumsi
dapat menimbulkan efek samping dalam penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu
diperlukan alternatif terapi dengan menggunakan tanaman obat tradisional.
Daun belimbing wuluh memiliki kandungan flavonoid, saponin, tanin, sulfur, asam
format, peroksidase, kalsium oksalat, dan kalium sitrat. Flavonoid merupakan senyawa
fenol yang dimiliki oleh banyak tanaman. Flavonoid memiliki beberapa aktivitas
farmakologikal yang berfungsi sebagai antioksidan dan antidiabetes. Antioksidan
berguna untuk mencegah penuaan akibat zat-zat radikal bebas yang menyebabkan
kerusakan jantung. Selain itu flavonoid juga berguna untuk menurunkan tekanan darah
dengan zat yang dikeluarkan yaitu nitric oxide serta menyeimbangkan beberapa hormon
didalam tubuh (Putri, 2011). Sebagai Anti diabetes flavonoid merupakan inhibitor alfa-
glukosidase yang berfungsi untuk menunda absorbsi kerbohidrat sehingga glukosa
darah akan menurun.

2
b. Rumusan Masalah
Apakah ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) memiliki khasiat
sebagai obat diabetes dan antihipertensi ?

c. Tujuan
Untuk mengetahui khasiat dari ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L) sebagai obat diabetes dan antihipertensi.

d. Manfaat
1. Untuk menambah wawasan mengenai tumbuhan belimbing wuluh, terkhusus
mengenai manfaat daun belimbing wuluh sebagai obat diabetes dan hipertensi.
2. Untuk mengetahui informasi tentang pemanfaatan daun belimbing wuluh
sebagai obat diabetes dan anti hipertensi.

e. Ruang Lingkup
Pada pembahasan makalah ini membahas mengenai ekstrak daun belimbing wuluh
sebagai obat diabetes dan hipertensi, yaitu mulai dari taksonomi belimbing wuluh, yang
membahas tentang sistematika tanaman belimbing wuluh dan morfologi tanaman
belimbing wuluh. Kemudian membahas tentang penyakit diabetes mellitus dan
hipertensi serta kandungan yang terdapat pada tanaman belimbing wuluh dan khasiat
yang terdapat pada kandungan daun belimbing wuluh sebagai obat diabetes dan
hipertensi dan resep cara pembuatan obat herbal dari daun belimbing wuluh serta cara
pembuatan ekstrak daun belimbing wuluh sebagai obat diabetes dan antihipertensi.

3
BAB II
ISI

Belimbing wuluh merupakan pohon tahunan dengan tinggi dapat mencapai 10 m.


Batang utamanya pendek dan cabangnya rendah dengan batang bergelombang. Daun
majemuk, berselang-seling. Bunganya kecil, muncul langsung dari batang dengan
tangkai bunga berambut. Buahnya elips hingga seperti torpedo, panjangnya 4-10 cm.
Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa kelopak bunga menempel di ujungnya. Jika
buah masak berwarna kuning. Bijinya kecil, berbentuk pipih, dan berwarna coklat, serta
tertutup lendir. Akar pohon adalah tunggang dan berwarna coklat kehitaman. Belimbing
wuluh tumbuh pada area yang cukup memperoleh sinar matahari, cukup lembab dan
termasuk kelompok pohon kecil. (Hidayat dan Napitupulu, 2015)
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat tumbuh baik di tempat-tempat
terbuka yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan air laut.
Di negara asalnya, tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis dan di indonesia banyak
dipelihara di pekarangan atau kadang-kadang tumbuh secara liar diladang atau tepi
hutan, (M.Wijoyo, 2012).
Belimbing wuluh memiliki berbagai nama daerah diantaranya, ungkot, selimeng
(Aceh) ; asom, belimbing, balimbingan (Batak); malimbi (Nias); belimbing asam
(Melayu); balimbieng (minangkabau); balimbing (Lampung); calincing (Sunda);
blimbing wuluh (Jawa) ; bhalimbhing bulu (Madura); balimbing buloh (Bali); limbi
(Bima); celane (Bugis); takurela (Ambon); balimbeng (Flores).
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) kedudukannya dalam ilmu taksonomi
tumbuhan adalah:

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Geraniales
Ordo : Oxalidales
Suku : Oxalidaceae

4
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi L (Belimbing wuluh)

Gambar 1 : Pohon Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Gambar 2 : gambar daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Kandungan pada tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yaitu pada buah
belimbing wuluh mengandung alkaloid, siponin, kumarin, karoten, thiamin, riboflavin,
niacin, pektin, minyak atsiri, dan asam oksalat baik dalam bentuk kalium oksalat
ataupun dalam bentuk enzim isositrat liase (Galvao et al., 2001; Sudarsono et al., 2002).
Pada daun belimbing wuluh memiliki kandungan tannin, sulfur, asam format, peroksid,
alkaloid, kumarin, pektin, minyak atsiri, flavonoid, dan saponin. bagian batangnya
mengandung saponin, tanin, glukosid, kalsium oksalat, sufur, peroksidase dan asam
format (Muhlisah, 2001; Sudarsono et al., 2002).
Untuk mendapatkan kandungan dari dalam daun belimbing wuluh maka diperlukan
proses ekstraksi. Proses ekstraksi ini bertujuan untuk menarik komponen kimia yang

5
berada dalam bahan semaksimal mungkin (Farouq, 2003). Produk ekstrak mempunyai
banyak keuntungan antara lain, semua kandungan bioaktif tanaman terdapat dalam
bentuk konsentrat, dan masih dalam bentuk matrik alami. Semua individu senyawa
tersebut ada dalam komposisi alami, sehingga risiko efek samping menjadi kecil, aksi
total senyawa bioaktif tidak berubah, rekayasa konsentrasi relatif kandungan senyawa
bioaktif dapat dikontrol lebih mudah dan standarisasi menjadi lebih mudah (Sinambela,
2003).
Salah satu bagian pada tumbuhan belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan
dengan menggunakan proses ekstraksi yaitu pada bagian daunnya. ekstraksi daun
belimbing wuluh bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional yaitu sebagai obat diabetes
mellitus dan hipertensi
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja atau sekresi
insulin. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas
yang memegang peranan sangat penting, yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam
proses metabolisme untuk membentuk sel baru dan menggantikan sel yang rusak.
Apabila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibatnya
glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah dan kadarnya di dalam darah akan
meningkat. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu rusaknya sel-sel
pankreas karena pengaruh dari luar ( virus, zat kimia, dll), desensitisasi atau penurunan
reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, dan desensitisasi atau kerusakan reseptor
insulin di jaringan perifer. Gejala yang dikeluhkan oleh penderita diabetes mellitus
adalah polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, dan kesemutan.Keluhan
lain adalah lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal, mata kabur, disfungsi
ereksi pada pria, pruritus vulvae pada pasien wanita, serta luka yang sukar sembuh.
Secara tradisional banyak tanaman yang dapat berfungsi sebagai obat antidiabetes.
Namun, penggunaan tanaman obat tersebut kadang-kadang hanya didasarkan pada
pengalaman dan belum didukung oleh penelitian terutama uji farmakologinya. Salah
satu obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat antidiabetes
adalah tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Tanaman tersebut secara
empiris mempunyai khasiat untuk pengobatan diabetes melitus. Sebagai bahan obat

6
yang digunakan adalah rebusan daun belimbing wuluh (Sudarsono, dkk., 2002). Hal ini
telah dibuktikan oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infusa daun belimbing wuluh
dapat berkhasiat sebagai penurun glukosa darah pada tikus dengan pembebanan
glukosanya menggunakan aloksan (Damayanti, 1995).
Pada daun belimbing wuluh terdapat kandungan yang berperan sebagai obat
diabetes yaitu Flavonoid dan Saponin. Flavonoid memiliki efek antioksidan sehingga
dapat melindungi sel beta terhadap reactive oxygen species (ROS) dan mencegah sel
tersebut rusak. Sel pankreas mengalami regenerasi sehingga kembali dapat
memproduksi insulin yang berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah. Cara kerja
flavonoid dalam mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas yaitu dengan
cara meredam radikal bebas secara lengsung dengan menyumbangkan atom
hidrogennya sehingga flavonoid akan teroksidasi oleh radikal bebas dan menghasilkan
senyawa yang lebih stabil. Flavonoid juga sebagai inhibitor alfa-glukosidase sehingga
proses pemecahan glukosa di dalam usus dapat dihambat dan menunda proses absorbsi
karbohidrat.
Saponin merupakan salah satu zat kandungan yang juga terdapat pada daun
belimbing wuluh yang juga berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah.
Saponin berfungsi sebagai anti hiperglikemik dengan cara mencegah pengosongan
lambung dan mencegah peningkatan pengambilan glukosa pada brush border di usus
halus. Selain itu, saponin juga dapat mencegah penyerapan glukosa dengan cara
mencegah penyerapan glukosa dengan cara mencegah transport glukosa menuju brush
border di usus halus.
Resep cara pembuatan dan penggunaan daun belimbing wuluh sebagai obat
diabetes yaitu : 3 genggam daun belimbing wuluh direbus dengan 1 liter air sampai
mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya. Cara menggunakannya yaitu
diminum 2 kali sehari, pagi dan sore. (M.Wijoyo, 2012)
Langkah-langkah pembuatan ekstraksi daun belimbing wuluh
1. Daun belimbing wuluh dicuci hingga bersih, kemudian dirajang, dan ditimbang.
2. Daun belimbing wuluh yang sudah dirajang kemudian dimasukkan ke dalam bejana
atau toples dan ditambahkan pelarut air atau etanol 70 % dengan berbagai rasio
bahan pelarut (b/v) (1:4 ;1:5 ; 1:6).

7
3. Daun belimbing wuluh dan pelarut yang telah tercampur kemudian ditutup rapat
agar terlindung dari sinar matahari.
4. Kemudian diamkan selama + 24 jam untuk proses ekstraksi.
5. Pisahkan filtrat dan residu dengan menggunakan corong yang telah dialasi dengan
kain saring dan kertas sarin kasar.
6. Setelah diperoleh filtrat, kemudian dievaporasi dengan suhu 75o C hingga total
padatan terlarut mencapai 60o Brix untuk menghilangkan pelarut.
(Eka Endah L. dan Evi K, 2016)

Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah diatas normal ( 140 mmHg
untuk sistolik dan 90 mmHg untuk diastolik) (Priyanto, 2008). Diagnosa hipertensi
dapat ditegakkan dengan pengukuran tekanan darah berulang menggunakan
sfigmomanometer 4 yang memperlihatkan peningkatan tekanan darah sistolik dan
diastolik diatas nilai normal (Corwin, 2000). Faktor resiko terjadinya hipertensi yaitu
laki-laki usia 40 tahun, keturunan, obesitas dan perubahan gaya hidup seperti
merokok, konsumsi makanan yang asin/garam dan konsumsi kopi yang berlebihan
(Wahyuni, 2013).
Efek samping dari hipertensi adalah meningkatkan serangan jantung, kegagalan
jantung, stroke dan kerusakan ginjal (Alleyne et al., 2005). Hasil penelitian Bovet et al.,
(2002) terhadap volunteer menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah 7 mmHg
terjadi setelah meminum obat antihipertensi 0-3 hari perminggu, dengan tekanan darah
awal 158 mmHg. Bila mengkonsumsi obat 6-7 hari perminggu maka tekanan darah
akan turun sampai 16 mmHg. Dari penggunaan obat antihipertensi terhadap pasien
dapat mengurangi resiko kena stroke sampai 18%, penyakit jantung koroner 16% dan
kematian pecah pembuluh darah 21%. Penurunan tekanan darah rata-rata 5-6 mmHg
untuk diastolik dan 10-12 mmHg untuk sistolik (Lindholm , 2003). Hasil penelitian
menunjukkan dengan pemberian ekstrak daun belimbing wuluh pada dosis 33 mg/kg bb
bisa menurunkan tekanan darah sekitar 46,5 - 54,5 mm Hg. Dengan demikian, ekstrak
daun belimbing wuluh bisa dikembangkan sebagai obat antihipertensi.
Salah satu kandungan yang terdapat pada daun belimbing wuluh sebagai obat
hipertensi adalah Flavonoid yang berguna untuk menurunkan tekanan darah dengan zat
yang dikeluarkan yaitu nitric oxide serta menyeimbangkan beberapa hormon didalam
tubuh (Putri, 2011).

8
Daun belimbing wuluh juga memiliki kadar kalium yang cukup tinggi, yaitu1,689
0,007% (Winarni dan Marwati, 2005). Kalium tersebut merupakan mineral yang dapat
melancarkan pengeluaran air seni (diuretik) sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Kalium juga berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan
meningkat, jumlah natrium rendah sehinga tekanan darah menurun (Fitriani, 2009).
Diuretik berperan dalam mengurangi besarnya volume isi pembuluh darah,
menghilangkan retensi natrium dan memperkecil oedema perifer, paru-paru dan jantung
kongesti melalui penambahan jumlah urin (diuresis) yang mekanisme kerjanya pada
ginjal. Mekanisme ini sangat penting untuk mengatur tekanan darah dan untuk
membuang komponen-komponen toksik keluar dari tubuh kita. karena itulah, kalium
berkhasiat untuk mengobati hipertensi (Sutedjo, 2008).
Menurut Hernani, et al. (2005), daun belimbing wuluh juga mengandung senyawa
phytol yang terbukti dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Selain itu, kandungan
pada senyawa fitokimia alkaloid tanin juga memiliki efek dalam bidang kesehatan yaitu
sebagai antihipertensi (Diennazola, 2012).
Pembuatan ekstrak daun belimbing wuluh :
Daun belimbing wuluh dikeringkan dengan oven pada suhu 65oC selama 72 jam. Daun
yang telah kering diblender hingga menjadi tepung, kemudian dilakukan maserasi
dengan pelarut ethanol 95%. Kemudian diinkubasi selama 72 jam untuk memberikan
kesempatan zat pelarut untuk menarik bahan aktif. Dilakukan penyaringan dan
kemudian filtrat diuapkan sampai memperoleh ekstrak kental daun belimbing wuluh.
(sri mulyani, et al, )

9
BAB III
SIMPULAN

Berdasarkan hasil penulisan makalah yang saya buat maka dapat disimpulkan
bahwa kandungan yang terdapat pada ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
L) memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu sebagai obat diabetes dan antihipertansi
hal ini dapat dibuktikan berdasarkan penelitian yang saya dapatkan dari beberapa
sumber

10
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, R Syamsul dan Radome M Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta:
AgriFlo (Penebar Swadaya grup).
Anonym. 2012. Keajaiban Antioksidan Belimbing. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
(Kelompok Gramedia).
Wijoyo, Padmiarso M. 2011. Rahasia Penyembuhan Hipertensi Secara Alami. Jawa
Barat: Bee Media AGRO.
Wijoyo, Padmiarso M. 2012. Cara Tuntas Menyembuhkan Diabetes Dengan Herbal.
Jakarta: Pustaka Agro Indonesia.
Lestari, Eka Endah dan Evi Kurniawaty. 2016. Uji Efektivitas Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa Blimbi L) Sebagai Pengobatan Diabetes Mellitus. Lampung: Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung.
Hernani, Christina Winarti dan Tri Marwati.2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Hewan Uji. Bogor.
Mulyani, Sri, Elsye Maria Rosa, dan Titih Huriah. Pengaruh Ekstrak Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus Putih
Jantan (Rattus Norvegicus) Hipertensi. Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai