Anda di halaman 1dari 5

THAHAROH

1. Pengertian Thaharoh dan Pembagian Jenis Thaharah


Thaharoh menurut bahasa berarti membersihkan diri. Sedang menurut istilah berarti
bersuci dengan cara-cara yang telah ditentukan oleh syara guna menghilangkan segala
najis dan hadats.
Dalam pelaksanaan thaharoh ajaran islam telah mengaturnya secara terperinci, sehingga
setiap muslim dapat melaksanakannya secara tepat. Selain itu, semua perangkat yang
digunakan untuk thaharoh baik macam maupun cara pemakaiannya juga telah diatur oleh
ajaran islam. Tujuannya agar jangan sampai terjadi kekeliruan dalam penerapannya,
sehingga tidak merusak amalan ibadah yang telah dilakukannya.
Adapun pembagian thaharah adalah:

a. Thaharah Hakiki
adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari
najis. Thaharah hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel, baik
pada badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibadah.
b. Thaharah Hukmi
adalah sucinya kita dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar (kondisi
janabah). Thaharah hukmi didapat dengan cara berwudhu' atau mandi janabah.
2. Benda-benda yang dihukum najis
Najis menurut bahasa adalah segala sesuatu yang dipandang kotor aatau menjijikkan.
Sedangkan menurut istilah adalah macam-macam kotoran yang dapat menghalangi
sahnya shalat, ataupun sahnya thawaf.
Adapun benda-benda yang dihukum najis oleh syara antara lain:
a. Bangkai binatang darat
Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat al maidah: 3,

.
Artinya:
Diharamkan atas kamu sekalian memakan bangkai, darah dan babi
(QS. Al maidah:3)
Pada umumnya semua bangkai dihukum najis, kecuali bangkai ikan,bangkai belalang
dan bangkai binatang yang darahnya secara inderawi tampak tidak mengalir, misalnya
nyamuk dan semut.
b. Darah
Firman Allah:

.
Artinya:
Diharamkan atas kamu sekalian memakan bangkai, darah dan babi
(QS. Al maidah:3)
Semua darah hukumnya najis, kecuali darah yang mengental dari asalnya, yang
berupa hati dan limpa, atau darah yang tersisa pada urat yang sangat lembut yang
sering dijumpai pada binatang sembelihan.

c. Daging babi
Firman Allah dalam surat Al Anam: 145 yang berbunyi:



Artinya:
Katakanlah: Tidaklah aku jumpai didalam wahyu yang dismpaikan kepadaku
makanan yang diharamkan kecuali bangkai, atau darah yanh mengalir, atau daging
babi, karena itu adalah najis
FIQH ISLAM-THAHAROH 1
d. Potongan daging dari anggota badan binatang najis yang masih hidup
Hukum bagian badan yang terpotong adalah mengikuti hukum binatang yang
dipotong anggota badannya. Sebuah hadist menyatakan:
Dari Abu Waqid al-Laist dikatakan bahwa rasulullah telah bersabda:
Sesuatu yang dipotong dari seekor binatang sedang ia masih hidup maka(potongan
tersebut) adalah bangkai juga
e. Semua benda cair yang keluar dari dua pintu tempat buang air kecil dan air besar
f. Khamar, yaitu sejenis minuman yang mengandung alkohol yang berkadar tinggi,
sehingga akan mengakibatkan mabuk bagi yang meminumnya. Dalam surat Al
Maidah: 90 diterangkan:



Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.

3. Alat-alat yang digunakan untuk thaharoh


a. Air
Air adalah media untuk mensucikan yang berfungsi untuk menghilangkan najis,
sekaligus juga berfungsi sebagai media untuk menghilangkan hadats. Air merupakan
alat thaharoh yang paling utama, namun tidak semua air dapat digunakan untuk
thaharah. Oleh karena itu berikut ini dijelaskan macam-macam air:
1. Air mutlaq
Air mutlaq adalah keadaan air yang belum mengalami proses apapun. Air itu
masih asli, dalam arti belum digunakan untuk bersuci, tidak tercampur benda suci
atau pun benda najis. Air mutlaq ini hukumnya suci dan sah untuk digunakan
bersuci, yaitu untuk berwudhu dan mandi janabah. Diantara air-air yang
termasuk dalam kelompok suci dan mensucikan ini antara lain adalah :
a. Air Hujan
Air hujan yang turun dari langit hukumnya adalah suci. Allah berfirman dalam
surat Al Anfal:11:





Artinya:
Ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman
daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk
mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-
gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh
dengannya telapak kaki.
b. Salju
Hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang kedudukan salju,
kesuciannya dan juga fungsinya sebagai media mensucian. Di dalam doa
iftitah setiap shalat, disebutkan bahwa kita meminta kepada Allah SWT agar
disucikan dari dosa dengan air, salju dan embun.
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya bacaan
apa yang diucapkannya antara takbir dan al-fatihah, beliau menjawab,"Aku
membaca,"Ya Allah, Jauhkan aku dari kesalahn-kesalahanku sebagaimana
Engkau menjauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, sucikan aku dari
kesalahankesalahanku sebagaimana pakaian dibersihkan dari kotoran. Ya
Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan salju, air dan embun".
(HR. Bukhari 744, Muslim 597, Abu Daud 781 dan Nasai 60)
c. Embun
FIQH ISLAM-THAHAROH 2
Embun juga bagian dari air yang turun dari langit, meski bukan berbentuk air
hujan yang turun deras. Dalilnya sama dengan dalil di atas yaitu hadits tentang
doa iftitah riwayat Abu Hurairah ra.
d. Air Laut
Air laut adalah air yang suci dan juga mensucikan.
Dari Abi Hurairah ra bahwa ada seorang bertanya kepada Rasulullah
SAW,`Ya Rasulullah, kami mengaruhi lautan dan hanya membawa sedikit air.
Kalau kami gunakan untuk berwudhu, pastilah kami kehausan. Bolehkah kami
berwudhu dengan air laut ?`. Rasulullah SAW menjawab,`(Laut) itu suci
airnya dan halal bangkainya. (HR. Abu Daud 83, At-Tirmizi 79, Ibnu Majah
386, An-Nasai 59, Malik 1/22)2.
e. Air Zam-zam
Air Zam-zam adalah air yang bersumber dari mata air yang tidak pernah
kering. Tentang bolehnya air zam-zam untuk digunakan bersuci atau
berwudhu, ada sebuah hadits Rasulullah SAW dari Alibin Abi Thalib
radhiyallahu anhu.
Dari Ali bin Abi thalib ra bahwa Rasulullah SAW meminta seember penuh air
zam-zam. Beliau meminumnya dan juga menggunakannya untuk berwudhu`.
(HR. Ahmad).
f. Air sumur atau Mata air
Air sumur atau mata air adalah air yang suci dan mensucikan. Dalil tentang
sucinya air sumur atau mata air adalah hadits tentang sumur Budha`ah yang
terletak di kota Madinah.
Dari Abi Said Al-Khudhri ra berkata bahwa seorang bertanya,`Ya Rasulullah,
Apakah kami boleh berwudhu` dari sumur Budho`ah?, padahal sumur itu yang
digunakan oleh wanita yang haidh, dibuang kedalamnya daging anjing dan
benda yang busuk. Rasulullah SAW menjawab,`Air itu suci dan tidak
dinajiskan oleh sesuatu`. (HR. Abu Daud 66, At-Tirmizy 66, ASn-Nasai 325,
Ahmad3/31-87, Al-Imam Asy-Syafi`i 35)3.
g. Air Sungai
Sedangkan air sungai itu pada dasarnya suci, karena dianggap sama
karakternya dengan air sumur atau mata air. Sejak dahulu umat Islam terbiasa
mandi, wudhu` atau membersihkan najis dengan air sungai
2. Air mustamal
Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah digunakan untuk
bersuci yaitu air yang menetes dari sisa bekas wudhu di tubuh seseorang, atau
sisa bekas air penampungan. Air mustamal berbeda dengan air bekas mencuci
tangan, atau membasuh muka atau bekas digunakan untuk keperluan lain, selain
untuk wudhu atau mandi janabah. Sehingga air bekas mandi biasa (bukan
janabah), tidak disebut sebagai air mustamal. Hal ini berdasarkan sebuah hadist
yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a.:Adalah Nabi SAW pernah mandi dengan
(air) sisa Maimunah mandi
3. Air yang suci tetapi tidak mensucikan
Air yang suci tetapi tidak mensucikan adalah air yang dilihat dari zatnya sendiri
adalah suci, semisal air kelapa. Air ini sekalipun suci tetapi ia tidak dapat
dipergunakan untuk menghilangkan hadats.
4. Air bernajis
Air yang bernajis ialah air yang tercampur dengan barang najis sehingga merubah
salah satu diantara rasa, warna dan baunya. Air semacam ini tidak dapat
dipergunakan untuk thaharah, baik untuk menghilangkan hadats maupun
menghilangkan najis.

b. Debu
Bagi orang yang berhalangan menggunakan air karena suatu sebab, misalnya tidak
mendapat air ketika akan wudlu, maka boleh menggantinya dengan debu.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maidah :6

FIQH ISLAM-THAHAROH 3
Artinya:
Dan jika kamu sakit, atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih);
c. Benda-benda padat
Benda padat yang suci dari asalnya lagipula tidak terkena najis misalnya, batu, bata
merah, tanah keras, kayu kering dan lain sebagainya dapat digunakan untuk bersuci
lantaran tidak mendapatkan air.
4. Hal-hal yang wajib disucikan
a. Najis
Najis adalah sesuatu kotoran yang dapat menghalangi sahnya shalat. Seseorang yang
akan mendirikan shalat harus menghilangkan najis yang melekat pada tubuhnya,
dimana cara menghilangkan najis itu bervariasi sesuai dengan bentuk najis yang ada
pada dirinya.
Macam-macam najis:
a. Najis ringan (Najis Mukhaffafah), yaitu najis yang cara menghilangkannya cukup
dengan memercikkan air pada tempat yang terkena najis itu.
b. Najis sedang (Najis Mutawasithah), yaitu najis yang cara menghilangkannya
harus dicuci dengan bersih, sehingga hilanglah bekas, bau dan rasanya.
c. Najis berat (Najis Mughaladlah), yaitu najis yang cara menghilangkannya harus
dicuci dengan air sebanyak tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan debu
atau tanah yang suci. Misalnya benda yang terkena jilatan anjing.
b. Hadats
Hadats adalah keadaan tidak suci yang mengenai pribadi seorang muslim, sehingga
menyebabkan terhalangnya orang itu melakukan shalat atau thawaf. Hadats terbagi
menjadi dua, yaitu hadats kecil dan hadats besar.
a. Hadats Kecil
Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats kecil adalah:
1. Mengeluarkan sesuatu dari dubur ataupun kubulnya
2. Menyentuh kemaluan tanpa memakai alas
3. Tidur nyenyak dengan posisi miring atau tanpa tetapnya pinggul di atas lantai
b. Hadats Besar
Yang menyebabkan seseorang dihukumkan berhadats besar adalah:
1. Mengeluarkan mani
2. Berhubungan suami isteri
3. Terhentinya haidh dan nifas

5. Macam dan cara menghilangkan hadats


a. Wudlu
Wudhu adalah thaharah yang wajib dari hadats kecil, seperti buang air kecil, buang
air besar, keluar angin dari dubur ( kentut ), dan tidur nyenyak.
b. Mandi
Mandi dalam ajaran islam adalah menyiramkan air keseluruh tubuh, sejak dari ujung
rambut hingga ujung kaki, dengan niat ikhlas karena AllahSWT demi kesucian
dirinya dari hadats besar.
c. Tayamum
FIQH ISLAM-THAHAROH 4
Tayammum adalah thaharah (bersuci) yang wajib dengan menggunakan
tanah ( debu ) sebagai pengganti wudhu dan mandi bagi orang yang
memang tidak memperoleh air atau sedang dalam kondisi berbahaya bila
menggunakan air. Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran tentang kebolehan
bertayammum pada kondisi tertentu bagi umat Islam.








Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, sedang kamu dalam
keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu
sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah
kamu dengan tanah yang baik ; sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pema`af lagi Maha Pengampun. (QS. An-Nisa : 43)
Dalam sebuah hadist disebutkan:
Dari Abi Umamah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Telah dijadikan tanah
seluruhnya untukku dan ummatku sebagai masjid dan pensuci. Dimanapun shalat
menemukan seseorang dari umatku, maka dia punya masjid dan media untuk bersuci.
(HR. Ahmad 5 : 248)

Tata cara tayammum :


1. Niat bertayammum sebagai pengganti wudhu atau mandi.
2. Kemudian menepukkan kedua telapak tangan pada tanah atau yang
berhubungan dengannya seperti tembok, lalu mengusap wajah dan kedua
telapak tangannya.

FIQH ISLAM-THAHAROH 5

Anda mungkin juga menyukai