Destilasi Fix
Destilasi Fix
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
persentasenya kecil pun dapat memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak atsiri
tersebut (Agusta, 2000).
Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang
dengan mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun murninya.
Komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi produk-
produk lain. Contoh kelompok pertama ini adalah : minyak sereh minyak daun cengkeh,
minyak permen, dan minyak terpentin. Biasanya komponen utama yang terdapat dalam
minyak atsiri tersebut dipisahkan atau diisolasi dengan penyulingan bertingkat atau
dengan proses kimia yang sederhana. Pada saat isolasi dengan penyulingan bertingkat
selalu dilakukan dalam keadaan vakum. Hal ini dikerjakan untuk menghindari terjadinya
isomerisasi,, polimerisasi atau peruraian. Isolasi yang dapat dilakukan berdasarkan reaksi
kimia isomerisasi, polimerisasi atau peruraian. Isolasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
kimia hanya terdapat pada beberapa minyak atsiri ( Sastrohamidjojo,2004).
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder dalam
tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain termasuk famili Pinaceae,
Labiatae, Compositae, Myrtaceae, Rutaceae, Piperaceae, Zingiberaceae, Umbilliferae dan
Gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian tumbuhan yaitu di daun, bunga,
biji, batang, kulit, dan akar (Ketaren, 1985).
2.2 Penggunaan Minyak Atsiri
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya
industri farfum, kosmetik, essence, industri farmasi dan flavorong agent. Dalam
pembuangan parfum dan wangi-wangian minyak atsiri tersebut berfugsi sebagai zat
pewangi. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat bau
(fixative) dalam farfum, misalnya minyak nilam, minyak akar wangi dan minyak
cendana. Minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah, misalnya minyak lada, minyak
kayu manis, minyak jahe, minyak cengkeh, minyak ketumbar, umumnya digunakan
sebagai bahan penyedap (flavoring agent) dalam bahan pangan dan minuman (Ketaren,
1985).
Minyak atsiri ini selain memberikan aroma wangi yang menyenangkan juga dapat
membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi, sehingga akan
meningkatkan sekresi getah lambung yang mengandung enzim hanya oleh stimulus
aroma dan rasa bahan pangan. Selain itu juga dapat merangsang keluar cairan getah
sehingga ronga mulut dan lambung menjadi basah. Beberapa jenis minyak atsiri
digunakan sebagai bahan antiseptik internal atau eksternal, bahan anal gesik, naeolitik
atau sebagai antizimatik, sebagai sedative dan stimulan untuk obat sakit perut. Minyak
atsiri mempunyai sifat membius, merangsang atau memuaskan (Guenther, 1987).
2.3 Daun Jeruk Nipis
Citrus aurantifolia atau biasa disebut jeruk nipis merupakan tanaman buah yang
berasal dari Asia. Tanaman ini tumbuh baik pada iklim tropis. Di Indonesia sendiri
keberadaannya sudah ratusan tahun yang lalu dan hingga saat ini sering digunakan
sebagai bumbu masakan. Tanaman ini memiliki ketinggian 150-350cm. Tanaman ini
memiliki buah yang berasa sangat asam dan berkulit tipis serta bunga yang berwarna
putih. Tanaman ini akan merontokan bunga dan buahnya bila kecepatan angin > 40-48%.
Temperatur optimal untuk tanaman ini antara 25-30oC dan kelembapan yang ideal sekitar
70-80%. Tanah yang baik untuk tanaman ini adalah tanah lempung sampai lempung
berpasir, humus cukup, air dan udara baik. pH tanah optimum sekitar 6. Tanaman ini juga
menyukai air yang mengandung garam 10% dan tumbuh baik dengan kemiringan tanah
sekitar 30oC. Menurut klasifikasi botani, tanaman jeruk nipis adalah sebagai berikut
(Rukmana, 2003).
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp.
Tanaman jeruk nipis memiliki daun dengan panjang berkisar 4-6 cm, berwarna
hijau sampai kuning tua, berbentuk bulat panjang dan tumpul bagian ujung serta
bertekstur agak kaku dengan bagian tepi daun berlekuk keatas (Muhlisah, 1999). Ekstrak
daun Citrus aurantifolia memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti : alkaloid, fenolik,
saponin, tannin, steroid dan flavonoid. Senyawa fenolik dan flavonoid tersebut bisa
bersifat sebagai antioksidan. Selain bersifat antioksidan daun jeruk nipis juga mempunyai
sifat antimikrobakterial. Seperti daun jeruk nipis, buah jeruk nipis juga mempunyai efek
antioksidan. Buah jeruk nipis juga memiliki efek antimikrobakteri, mencegah penyakit
kanker dan degeneratif karena mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, kumarin
dan psoralen (Reddy, dkk, 2012).
mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke
atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu destilat.
Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun
api namun hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling
minyak. Prinsip kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam
boiler, kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi
bahan baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan
kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator
yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai
untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan tinggi (Ketaren, 1985).
2. Destilasi Uap-Air
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus.
Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan air
tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air. Cara
ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup
membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi.
Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang
keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar
meminimkan kehilangan air. Dalam beberapa keadaan, tekanan uap yang rendah
akan menghasilkan minyak atsiri berkualitas baik (Ketaren, 1985).
3. Destilasi Air
Cara penyulingan dengan sistem rebus ini adalah dengan cara
memasukkan bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan
basah ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan.
Setelah beberapa saat, uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan melewati
pipa-pipa kecil yang dihubungkan dengan kondensor. Hasil penguapan yang
merupakan campuran uap air dan minyak akan terkondensasi menjadi cair dan
ditampung dalam wadah. Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan
dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja (Ketaren,
1985).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Kondensor
2. Statif
1
3. Klem
2 4. Clavenger
3 5. Ketel Uap
6. Kompor/Pemanas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pukul Volume V
06:15-07.15 1,8 ml 1,8 ml
07.15-08.15 2,0 ml 0,2 ml
08.15-09.15 2,2 ml 0,2 ml
4.2 Pembahasan
Minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud cair yang diperoleh
dari bagian tanaman misalnya akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga.
Ekstraksi minyak atsiri bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya destilasi. Prinsip
destilasi adalah memisahkan dua komponen atau lebih dari suatu campuran zat,
berdasarkan perbedaan titik didihnya. Ekstraksi dengan destilasi dibagi lagi menjadi tiga
yaitu destilasi air, destilasi uap-air, destilasi uap. Dalam percobaan ini, digunakan
ekstraksi destilasi uap-air dengan bahan sampel minyak atsirinya adalah daun jeruk nipis.
Langkah awal yang dilakukan dalam percobaan ini adalah memotong atau
menggunting daun jeruk menjadi bagian-bagian kecil. Hal ini bertujuan untuk
memperbesar luas permukaan sehingga rendemen minyak atsiri yang didapat dari daun
jeruk menjadi besar. Kemudian 500 gram daun jeruk yang telah dipotong tadi
dimasukkan diatas trey yang ada didalam ketel yang telah berisi air. Destilasi ini
dilakukan dengan menambahkan pelarut yaitu air, yang berguna untuk membantu
penguapan minyak atsiri yang bersifat volatile atau mudah menguap.
Destilasi uap yang digunakan dalam percobaan ini merupakan destilasi sederhana
yang biasa digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri. Destilasi dilakukan selama 3
jam. Lamanya proses destilasi akan berpengaruh pada minyak atsiri yang didapat.
Semakin lama destilasi yang dilakukan, maka semakin banyak minyak atsiri yang
didapat. Begitu juga dengan suhu pemanasan, semakin tinggi suhu pemanasan yang
digunakan, maka semakin banyak pula volume minyak yang dihasilkan. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi suhu pemanasan, maka minyak yang menguap semakin
banyak sehingga volume minyak yang didapat semakin banyak. Namun jika suhu yang
digunakan terlalu tinggi juga akan mempengaruhi kualitas minyak atsiri yang didapatkan.
Karena jika suhu yang digunakan terlalu tinggi, minyak atsiri yang dihasilkan dapat rusak
karena sifat minyak atsiri yang akan memiliki kualitas yang baik jika suhu yang dipakai
tidak terlalu tinggi.
Destilat yang didapat kemudian dipisahkan. Destilat memiliki dua lapisan yaitu
bagian bawah dan bagian atas. Bagian bawah merupakan akuades, dan bagian atas
merupakan minyak atsiri dari daun jeruk. Akuades berada dibawah minyak dikarenakan
berat jenis dari minyak lebih rendah jika dibandingkan dengan akuades. Minyak atsiri
yang didapatkan dari bahan daun jeruk nipis ini sebesar 2,2 ml dengan rendemen 0,003%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Destilasi uap-air dilakukan untuk minyak atsiri dari daun jeruk nipis,
penyulingan yang dilakukan dengan penambahan air secukupnya dan
minyak atsiri daun jeruk akan menguap bersamaan dengan air dan akan
terpisah sesuai masa jenisnya di unit clavenger.
2. Rendemen minyak daun atsiri jeruk nipis yang dioperoleh dari percobaan
ini adalah 0.003% dengan berat minyak 1.69 gram, dan volume minyak
2.2 ml.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.
Fajarwati, N. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) dengan menggunakan Metode dpph (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl). 1:4-6.
Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: UI-Press.
Hariana, Arief, 2006. Tumbuhan Obat & Khasiatnya seri 1. Jakarta: Penebar
Swadya.
Haryanto, Sri, 2006 . Sehat dan Bugar Secara Alami. Jakarta: Penebar Plus
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1.69 gram
% Rendemen = x100%
500 gram
% Rendemen = 0,003%
= 1.4 sekon
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PELAKSANAAN PRAKTIKUM