OLEH:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
i
ACTIVITY-BASED COSTING
I. Perhitungan Harga Pokok Produk Berdasarkan Fungsi
.....................................................................................................
.....................................................................................................
1
Ii. Keterbatasan Sistem Akuntansi Biaya Berdasarkan Fungsi
.....................................................................................................
.....................................................................................................
2
Iii. Perhitungan Biaya Produk Berdasarkan Aktivitas
.....................................................................................................
.....................................................................................................
7
Iv. Mengurangi Ukuran dan Kerumitan Dari Sistem Perhitungan
Biaya Berdasarkan Aktivitas
.....................................................................................................
.....................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
i
I. PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BERDASARKAN
FUNGSI
Perhitungan harga pokok produk berdasarkan fungsi membebankan
biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk
dengan menggunakan penelusuran langsung. Di lain pihak, biaya overhead
dibebankan dengan menggunakan penelusuran penggerak dan alokasi.
Penggerak aktivitas tingkat unit (unit level activity driver) adalah faktor-
faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan
jumlah unit yang diproduksi. Contoh-contoh penggerak tingkat unit yang
umumnya digunakan untuk membebankan overhead, meliputi:
(1) unit yang diproduksi,
(2) Jam tenaga kerja langsung,
(3) Biaya tenaga kerja langsung,
(4) Jam mesin,
(5) Biaya bahan baku langsung.
Setelah memilih penggerak tingkat unit, selanjutnya menentukan
kapasitas aktivitas yang diukur penggerak tersebut. Empat kandidat yang
umum adalah kapasitas yang diharapkan, kapasitas normal, kapasitas teoritis,
dan kapasitas praktis. Kapasitas aktivitas yang diharapkan (expect activity
capacity) adalah output aktivitas yang diharapkan perusahaan dapat tercapai
pada tahun medatang. Kapasitas aktivitas normal (normal activity capacity)
adalah output aktivitas rata-rata yang dialami perusahaan dalam jangka
panjang (volme normal dihitung selama lebih dari satu periode). Kapasitas
aktivitas teoretis (theoretical activity) adalah output aktivitas maksimum yang
dapat direalisasikan dengan berasmsumsi bahwa semua beroprasi secara
sempurna. Kapasitas aktivitas praktis (pratical activity capacity) adalah
output maksimum yang dapat dicapai jika semua berjalan secara efesien. Dari
keempat pilihan tersebut, tiga yang terakhir sama-sama memiliki keunggulan
karena menggunakan tingkat aktivitas yang sama dari satu periode ke periode
berikutnya.
1
1. Tarif Keseluruhan Pabrik
1) Cara tarif overhead keseluruhan pabrik dihitung dengan dua tahap.
Pertama, biaya overhead yang dianggarkan akan diakumulasi menjadi
satu kelompok untuk keseluruhan pabrik (pembebanan biaya tahap
pertama). Biaya overhead yang di perkirakan muncul dalam satu tahun.
Setelah biaya diakumulasi, tarif keseluruhan pabrik dihitung dengan
menggunakan penggerak tingkat unit (biasanya pada jam tenaga kerja
langsung). Terakhir biaya overhead dibebankan pada produk dengan
mengalikan tarif tersebut dengan jumlah jam tenaga kerja langsung actual
yang digunakan oleh tiap-tiap produk.
2. Tarif Departemen
Kerangka kerja konseptual untuk tariff overhead departemen terdiri
dari dua tahap. Tahap pertama, biaya overhead keseluruhan pabrik dibagi
dan dibebankan pada setiap departemen produksi dan membentuk
keloompok biaya overhead departemen. Ketika biaya dibebankan pada
setiap departemen produksi, penggerak berdasarkan unit seperti jam
tenaga kerja langsung dan jam mesin digunakan untuk menghitung tarif
departemen. Produk yang di proses oleh berbagai departemen
diasumsikan menggunakan sumber daya overhead sesuai proporsi
penggerak berdasarkan unit departemen. Tahap kedua, overhead
dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif departemen dengan
jumlah penggerak yang digunakan departemen terkait. Jumlah overhead
dibebankan pada produk adalah jumlah dari banyaknya overhead yang
dibebankan pada setiap departemen.
2
sudah tidak dapat digunakan lagi. Organisasi sering mengalami gejala tertentu
yang menunjukkan sistem akuntansi biaya mereka ketinggalan jaman,
diantaranya adalah:
1) Hasil dari penawaran sulit dijelaskan
2) Harga pesaing tampak tidak wajar rendahnya
3) Produk-produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi
4) Manajer operasional ingin menghentikan produk-produk yang
kelihatannya menguntungkan
5) Margin laba sulit untuk dijelaskan
6) Perusahaan memiliki niche yang menghasilkan keuntungan tinggi
7) Pelanggan tidak mengeluhkan kenaikan harga
8) Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk memberikan
data biaya bagi proyek-proyek khusus
9) Beberapa departemen menggunakan sistem akuntansi biayanya sendiri
10) Biaya produk berubah karena perubahan dalam peraturan pelaporan
keuangan.
Organisasi yang pernah mengalami beberapa atau semua gejala ini
menemukan tarif keseluruhan pabrik atau departemen tidak lagi
membebankan biaya overhead secara tepat pada setiap produk. Paling tidak,
terdapat dua faktor utama yang menyebabkan ketidakmampuan tarif
keseluruhan pabrik dan departemen berdasarkan unit untuk membebankan
biaya overhead secara tepat: (1) proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan
dengan unit terhadap jumlah biaya overhead adalah besar dan (2) tingkat
keanekaragaman produknya besar.
3
penyetelan dilakukan, biaya penyetelan akan meningkat. Jumlah
penyetelan, bukan jumlah unit yang diproduksi, adalah ukuran yang lebih
baik untuk pemakaian aktivitas penyetelan. Lebih lanjut, biaya rekayasa
teknik produk bergantung ada jumlah pesanan pekerjaan rekayasa teknik
yang berbeda, bukan pada unit yang diproduksi dari setiap produk tertentu.
Penggerak biaya aktivitas tingkat nonunit, seperti perintah
penyetelan dan rekayasa teknik, diperlukan untuk pembebanan biaya yang
akurat dari aktivitas non unit. Penggerak aktivitas tingkat non unit adalah
faktor-faktor yang mengukur pemakaian aktivitas nonunit produk dan
objek biaya lainnya. Jadi, penggerak aktivitas adalah faktor-faktor yang
mengukur pemakaian aktivitas produk dan objek biaya lainnya.
Selanjutnya, penggerak aktivitas dapat diklasifikasikan sebagai penggerak
aktivitas tingkat unit dan tingkat nonunit. Dengan hanya menggunakan
penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit untuk membebankan biaya
overhead yang tidak berkaitan dengan unit, distrosi biaya produk akan
tercipta. Tingkat keparahan distorsi ini bergantung pada seberapa besar
biaya overhead dalam memengaruhi biaya produk.
Perusahaan di sektor jasa menambah permintaan sistem manajemen biaya
yang inovatif dan relevan. Seiring dengan meningkatnya kompetisi
membuat manajer lebih sadar akan kebutuhan informasi biaya yang akurat
untuk perencanaan, pengendalian, perbaikan berkelanjutan, dan
pengambilan keputusan.
2. Keanekaragaman Produk
Keanekaragaman produk berarti produk menggunakan aktivitas
overhead dalam proporsi yang secara signifikan berbeda. Terdapat
beberapa alasan mengapa produk dapat menggunakan overhead dalam
proporsi yang berbeda. Sebagai contoh, perbedaan pada ukuran produk,
kerumitan produk, waktu penyetelan, dan besarnya batch, dapat
menyebabkan produk menggunakan overhead pada tingkat berbeda.
Apapun bentuk keanekaragaman produknya, biaya produk akan terdistorsi
apabila jumlah overhead berdasarkan unit yang digunakan produk, tidak
4
berubah dalam proporsi langsung dengan jumlah yang digunakan
overhead nonunit. Proporsi setiap aktivitas yang digunakan suatu produk
didefinisikan sebagai rasio konsumsi.
5
berubah dalam proporsi langsung dengan kuantitas yang digunakan
overhead unit.
Rasio konsumsi adalah proporsi setiap aktivitas yang digunakan
produk. Rasio konsumsi menyatakan tarif keseluruhan pabrik yang
didasarkan pada jam tenaga kerja langsung akan mengakibatkan biaya
yang terlalu tinggi pada telepon regular dan terlalu rendah pada telepon
nirkabel. Masalahnya akan semakin sulit apabila tarif departemen
digunakan. Perubahan-perubahan biaya jika tarif departemen digunakan
menunjukkan arah yang salah, yaitu adanya penekanan pada penggerak
aktivitas berdasarkan unit yang salah untuk mencerminkan setiap
permintaan produk secara tepat untuk biaya penyetelan dan penanganan
bahan baku.
6
III. PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS
Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-
ABC), pertama menelusuri biaya pada aktivitas, kemudian pada produk.
Asumsi yang mendasari adalah aktivitas menggunakan sumber daya dan
produk yang pada gilirannya menggunakan aktivitas. Sistem ABC
menekankan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak (menekankan
hubungan sebab-akibat), sedangkan sistem biaya tradisional cenderung
gencar dalam alokasi (sangat mengabaikan hubungan sebab-akibat).
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah aktivitas, karena itu
identifikasi aktivitas haruslah menjadi tahap awal dalam perancangan sistem
perhtiungan biaya berdasarkan aktivitas.
7
komputer (modal), telepon (modal), meja (modal), dan kerta (bahan
baku). Matriks distribusi kerja secara sederhana mengidentifikasi jumlah
tenaga kerja yang digunakan setiap aktivitas dan diperoleh dari hasil
wawancara. Waktu yang dihabiskan pada setiap aktivitas merupakan dasar
untuk pembebanan biaya tenaga kerja pada aktivitas.
3. Pembebanan Biaya Aktivitas Pada Aktivitas Lain
Pada tahap pertama, aktivitas diklasifikasikan sebagai primer dan
sekunder. Jika terdapat aktivitas sekunder, maka biaya aktivitas sekunder
dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan outputnya.
Berdasarkan matriks distribusi kerja yang telah disiapkan, dapat diketahui
bahwa tiga aktivitas departemen (aktivitas primer) menggunakan tenaga
kerja staf administrasi dalam proporsi 40 persen, 30 persen, dan 30
persen.
8
berbagai produk yang diproduksi perusahaan. Aktivitas ini menggunakan
input yang mengembangkan produk atau memungkinkan produksi
diproduksi atau dijual. Aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang
menopang proses umum produksi suatu pabrik. Aktivitas tersebut
bermanfaat bagi organisasi pada beberapa tingkat, tetapi tidak bermanfaat
bagi setiap produk secara spesifik.
Dari keempat tingkat umum tersebut, tiga yang pertama yaitu
tingkat unit, tingkat batch, dan tingkat produk mengandung aktivitas yang
berkaitan dengan produk. Aktivitas dengan rasio konsumsi yang sama
dapat menggunakan penggerak aktivitas yang sama untuk membebankan
biaya. Oleh karena itu, semua aktivitas dalam tiga tingkat pertama yang
memiliki penggerak aktivitas yang sama dikelompokkan secara bersama-
sama.
Kategori umum keempat, yaitu aktivitas tingkat fasilitasmemiliki
suatu masalah dengan filosofi ABC, yaitu mengenai penelusuran biaya
pada produk. Aktivitas tingkat fasilitas adalah suatu produk umum yang
bervariasi dan tidak mungkin mengidentifikasi bagaimana setiap produk
menggunakan aktivitas tersebut. Pada praktiknya, perusahaan yang
mengadopsi sistem ABC biasanya menerapkan pendekatan perhitungan
biaya penuh (full costing) dan mengalokasikan biaya tingkat fasilitas ini
pada setiap produk.
Akan tetapi, terdapat pengecualian dalam observasi mengenai
biaya tingkat fasilitas dan penggerak aktivitas. Jika suatu perusahaan
membentuk fasilitas produksi untuk seluruh lini produk, maka dapat
diargumentasikan bahwa penggerak berdasarkan ruangan mengukur
penggunaan biaya tingkat fasilitas.
9
biaya dari aktivitas sekunder dibebankan ulang pada aktivitas primer. Dalam
tahap akhir, biaya dari aktivitas primer dibebankan pada produk pelanggan.
Pembebanan biaya dari aktivitas lain (tahap lanjutan) atau pembebanan biaya
pada produk dan pelanggan (tahap akhir) membutuhkan penggunaan tarif
aktivitas. Pada prinsipnya, terdapat satu tarif aktivitas yang dihitung untuk
setiap aktivitas. Walaupun teknologi informasi pasti mampu menangani
berbagai jumlah tarif tersebut, ada baiknya apabila memungkinkan jumlah
tarif tersebut dikurangi. Tarif yang lebih sedikit bisa mengurangi kerumitan
dari system perhitungan biaya berdasarkan aktivitas sehingga meningkatkan
kemungkinan penerimaan oleh manajemen.
10
tarif overhead tetap, dan membebankan overhead variabel dengan
menggunakan tarif overhead variabel. Pembebanan biaya overhead tetap
dengan menggunakan penggerak aktivitas berdasarkan unit dapat bersifat
arbitrer, dan mungkin tidak mencerminkan aktivitas sesungguhnya yang
digunakan produk. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas
memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok dengan mengakui
bahwa biaya overhead banyak yang tetap, ternyata bervariasi secara
proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Dengan
memahami penyebab meningkat atau menurunnya biaya tersebut, biaya
tersebut dapat ditelusuri di setiap produk. Hubungan sebab akibat ini
memungkinkan manajer untuk memperbaiki keakuratan perhitungan
harga pokok produk yang dapat memperbaiki pengambilan keputusan
secara signifikan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Liming Guan; Don R. Hansen; Maryanne M. Mowen. 2009. Cost Management. 6th
Edition. South-Western Cengage Learning. USA.