Anda di halaman 1dari 13

BIAYA

1. PENGERTIAN
Biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kos, asset, biaya, dan rugi. Dalam
pengertian SFAC No. 6, FASB mendefinisikan biaya adalah arus keluar atau menggunakan atas
aset atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang,
memberikan jasa, atau melakukan kegiatan lain yang merupakan operasi utama dari setiap entitas
yang sedang berlangsung.
Dengan makna yang hampir sama, IAI (IASC) mendefenisikan biaya dalam standar
akuntansi keuangan (2002) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu perioda ekuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal.

2. KARAKTERISTIK BIAYA
2.1 Karakteristik utama:
1) Penurunan asset
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang
menurunkan asset atau menimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik. Asset
dalam hal ini harus diartikan sebagai semua asset perusahaan sebagai semua asset
perusahaan sebagai suatu kesatuan.
2) Operasi utama yang menerus
Agar menjadi biaya konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral
kesatuan usaha. Yang dimaksud dengan kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan
pendapatan (laba) yang direpresentasikan dalam kegiatan memproduksi/ mengirim barang
atau menyerahkan/ melaksanakan jasa.
2.2 Karakteristik pendukung:
1) Kenaikan kewajiban
Bila barang dan jasa telah dimanfaatkan oleh perusahaan tetapi perusahaan tidak
mengakuinya sebagai asset sebelumnya atau perusahaan belum mengakui kewajiban atas
penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain, perusahaan mempunyai keharusan
untuk membayar atau melakukan pengorbanan sumber ekonomik dimasa datang sehingga
kewajiban timbul. Sebagai contoh adalah tariff (fee) pengiriman barang oleh
perusahaan ekspedisi yang belum dibayar perusahaan. Jasa pengiriman telah dikonsumsi
dan menimbulkan pendapatan sehingga biaya harus timbul diikuti dengan kenaikan
kewajiban.
2) Penururnan akuitas
Defenisi APB dan IAI secara eksplisit menyebutkan bahwa penurunan asset akhirnya akan
mengubah ekuitas atau menurunkan ekuitas. Penurunan ekuitas lebih menegaskan
pengertian biaya karena tidak setiap penurunan asset mengakibatkan penurunan ekuitas.
Misalnya pembagian dividen kas merupakan penurunan asset tetapi tidak dapat disebut
sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya merupakan karakteristik pendukung makna
biaya.

3. ALIRAN FISIS ATAU MONETER


FASB memisahkan antara pengertian biaya dan pengukuran biaya. Bahwa biaya timbul
dari penyerahan/ produksi barang atau dari pelaksanaan jasa memberi isyarat bahwa FASB
memaknai biaya (penurunan asset) sebagai kejadian fisis. Secara semantik, biaya seharusnya
didefenisikan sebagai perubahan atau penurunan nilai sehingga timbulnya biaya harus merupakan
kejadian moneter. Defenisi kam dilandasi oelh pemikiran bahwa biaya merupakan kejadian
moneter yaitu perubahan nilai asset, kewajiban, atau ekuitas. Nilai ini diukur dengan kos barang
dan jasa yang dapat dikuasai dan dimanfaatkan kesatuan usaha melalui penyerahan asset
(pembelian tunai), penimbulan kewajiban (pembelian kredit), dan peningkatan ekuitas (pembelian
dengan saham perusahaan sebagai penghargaan).
Defenisi Kam mengisyaratkan bahwa pemanfaatan barang dan jasa meruakan upaya
kesatuan usaha dalam rangka menghasilkan pendapatan. Upaya tersebut diukur dengan kos barang
dan jasa untuk menciptakan pendapatan. Keunggulan defenisi Kam dibanding FASB adalah
pemasukan perioda sekarang sebagai wadah atau takaran untuk menghubungkan pendapatan
dengan biaya.

4. RUGI
Kata kunci yang melekat pada pengertia rugi adalah:
1) Penurunan ekuitas (asset bersih)
2) Transaksi peripheral atau insidental
3) Selain apa yang didefenisikan sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik
Rugi perlu didefenisi sebagai elemen dan dibedakan dengan biaya oleh FASB karena sifat
terjadinya sebagaimana disebut dalam karakteristik (2) di atas. Agar dapat disebut sebagai rugi,
kejadian yang menimbulkan harus peripheral atau incidental atau di luar kendali manajemen.
Empat sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah:
a. Peripheral dan incidental: misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga, penjualan
asset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
b. Transfer nontimbal-balik dengan pihak lain: misalnya pencurian dan pembayaran ganti rugi
dari kekalahan dalam tuntutan perkara hukum
c. Penahanan asset: misalnya penurunan harga sekuritas investasi, penurunan nialai tukar valuta
asing, dan penurunan harga karena penahanan sediaan.
d. Faktor lingkungan: misalnya ganti rugi asuransi musibah alam yang lebih rendah daari kos
asset yang rusak. Contoh lain adalah lenyapnya manfaat asset yang tidak diasuransikan akibat
kebakaran.
Kos yang telah dikorbankan tetapi tidak ada imbalan barang atau jasa yang diterima (tidak
dapat dihubungkan dengan pendapatan) tidak dapat dianggap sebagai rugi begitu saja. Mungkin
dari kondisi lingkungan tertentukos tersebut dapat dianggap rugi, tetapi tidaklah demikian kalau
dipandang dari sudut kondisi perusahaan dalam lingkungan ekonomi dan sosial yang lain tempat
perusahaan beroperasi.
Pengeluaran tertentu yang diperlukan dalam rangka kegiatan mendapatkan dan
mengembangkan fasilitas fisis tertentu, dari segi kegiatan secara keseluruhan pengeluaran tersebut
harus diperlakukan selayaknya biaya itu terjadi.

5. PENGAKUAN BIAYA
Pengakuan menyangkut masalah kriteria pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi agar
penurunan nilai asset yang memenuhi defenisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat
pengakuan yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa kriteria pengakuan telah
dipenuhi. Kriteria pengakuan tidak dibedakan dengan kaidah pengakuan sehingga masalah
pengakuan biaya (rugi) adalah kapan penurunan nilai asset dapat dikatakan telah terjadi atau kapan
biaya (rugi) telah timbul sehingga jumlah rupiah biaya (rugi) dapat diakui.
5.1 Kriteria Pengakuan Biaya
Biaya dan rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua kriteria berikut dipenuhi
(SFAC No. 5, prg. 85):
a. Konsumsi manfaat
Biaya atau rugi diakui bila mana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah
dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatanbarang, penyerahan atau
pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasikan operasi utama atau sentral entitas
tersebut.
b. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang
Biaya atau rugi diakui bila mana asset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah
berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.

5.2 Kaidah atau Saat Pengakuan


Pedoman umum saat pengakuan biaya menurut FASB adalah sebagai berikut:
a. Konsumsi manfaat
Konsumsi manfaat ekonomik selama suatu perioda dapat diakui langsung pada saat terjadinya
atau diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan yang berkaitan.
b. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang
Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat ekonomik masa dating
suatu asset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap atau bahwa kewajiban timbul
atau bertambah tanpa adanya manfaat.

5.3 Kaidah Pengakuan APB


Kaidah pengakuan di atas sebenarnya dilandasi oleh basis asosiasi yang oleh APB disebut
sebagai prinsip pengakuan biaya pervasive atau luas. Hal ini dinyatakan oleh APB sebagai berikut
(APB statement No. 4, prg. 157-160):
a. Mengasosiasikan sebab dan akibat. Beberapa kos diakui sebagai biaya atas dasar asosiasi
langsung dengan pendapatan tertentu.
b. Alokasi sistemantik dan rasional. Bila tidak ada cara langsung untuk mengasosiasikan sebab
dan akibat, beberapa kos diasosiasikan dengan perioda sebagai biaya atas dasar usahauntuk
mengalokasikan kos secara sistemantik dan rasional ke beberapa perioda yang diperkirakan
menikmati manfaat.
c. Pengakuan segera. Beberapa kos diasosiasikan dengan perioda berjalan dengan biaya

6. HUBUNGAN KOS DAN BIAYA


6.1 Proses dan Konsep Penandingan
Proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan cara mengukur atau menakar
dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan
pendapatan. Konsep atau prinsip penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan
pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu
kebutuhan dalam akuntansi karena alas an berikut:
1) Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik
pembukuan tidak memunkinkan hal tersebut.
2) Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi
terjadinya biaya.

6.2 Kelayakan Ekonomik


Dasar penandingan yang utama adalah kelayakan ekonomik bukannya dasar aliran fisis.
Dalam industri sepatu misalnya, nilai atau kos kulit yang dibebankan ke produksi adalah semua
kos lembar kulit yang masuk proses walaupun secara fisis banyak bagian dari kulit yang tidak
menjadi sepatu tapi menjadi potongan-potongan sisa kulit sebagai bahan buangan.

6.3 Menandingkan bukan Mengkompensasi


Semua kos yang merepresentasi upaya harus tetap dicatat sebagai kos (atau biaya kalau
langsung dibebankan). Sebaliknya, seluruh hasil penjualan produk harus dicatat seluruhnya secara
utuh sebagai pendapatan.

7. BASIS ASOSIASI
7.1 Asosiasi Sebab dan Akibat
Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka
mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berarti ada hubungan sebab akibat antara biaya dan
pendapatan. Oleh karena itu, basis penandingan yang paling masuk akal adalah sebab akibat
walaupun basis ini lebih merupakan asumsi dari pada kenyataan karena dalam banyak hal sulit
dibuktikan secara meyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan.
Bila dikaitkan dengan klasifikasi kos secara fungsional, penandingan produk yang ideal
dapat dilukiskan dalam Gambar di bawah ini.

Penandingan langsung (penandingan produk) memiliki banyak masalah antara lain:


1) Identifikasi kos produk
Kos produk akan dipecah menjadi dua komponen, yaitu kos produk yang telah terjual dan kos
produk yang belum terjual dan masih menjadi asset perusahaan. Kos yang melekatpada produk
terjual akan langsung dibebankan sebagai biaya.
2) Produk usang atau musiman
Dalam keadaan yang khusus sebagian kos sediaan barang yang tidak terjual dalam suatu perioda
secara logis dapat dijadikan komponen kos barang terjual.
3) Barang rusak
Bila kerusakan produk merupakan hal yang normal atau bahkan merupakan prasyarat untuk
menghasilkan barang dengan kualitas baik, kos barang yang rusak dapat dianggap sebagai
upaya menghasilkan pendapatan.
4) Identifikasi kos non produk
Bila pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan dengan kos produksi tidak dapat diantisipasi
dengan jelas, atau kalau pendapatan semacam itu sangat tidak pasti, kos non produkasi harus
diakui sebagai biaya pada periode berjalan meskipun hal tersebut dapat mengakibatkan rugi.
5) Biaya antisipasian
Biaya antisipasian adalah biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya pendapatan tetapi baru
terjadi setelah pendapatan diakui.

7.2 Alokasi Sistematik dan Rasional


Alokasi sistemantik dan rasional merupakan proses penandingan dengan perioda sebagai
penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan perioda. Dalam pengakuan
biaya, diasumsikan bahwa yang menerima manfaat dari potensi jasa adalah perioda bukannya
produk. Alasan yang mendukung penandingan ini adalah sebagai berikut:
a. Banyak jenis biaya perioda yang berkaitan secara tidak langsung dengan pendapatan perioda
berjalan sehingga tidaklah terlalu menyimpang dari asosiasi sebab akibat meskipun kos potensi
jasa diakui dan dilaporkan sebagai biaya pada saat potensi jasa tersebut dikonsumsi.
b. Sulit untuk mencari kaitan langsung antara biaya-biaya tertentu dengan pendapatan.
c. Bila biaya tidak dapat diasosiasi dengan cukup pasti dengan pendapatan masa datang atau
manfaat ekonomik tidak dapat dikaitkan dengan perioda-perioda masa datang, tidak ada alas an
kuat untuk meunda pembebanan manfaat ke masa datang.
d. Kalau kegiatan atau kejadian sifatnya normal dan berulang serta jumlahnya relative konstan,
pembebanan langsung tidak mempengaruhi laba secara material meskipun hal tersebut tidak
menggambarkan penandingan yang sempurna atau bahkan salah tanding.
e. Suatu kondisi memang memaksa untuk alokasi terutama kos bergabung atau bersama meskipun
basisnya agak arbiter.

7.2.1 Kriteria Penangguhan


Kriteria penguji umum yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan apakah suatu jenis
kos jasa yang terjadi pada suatu perioda akan dibebankan langsung atau akan ditunda dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1) Apakah kos jasa tersebut merupakan pengeluaran yang sah, yang artinya pengeluaran tersebut
terjadi karena transaksi, kejadian atau keadaan yang didukung oleh bukti yang sah.
2) Apakah kos tersebut merupakan pengeluaran yang normal dan wajar, yang artinya pengeluaran
tersebut dapat dibenarkan dari segi perusahaan pada umumnya dan bukan merupakan pengeluaran
yang bersifat pemborosan, kecerobohan dan ketidakbijaksanaan.
3) Apakah kos jasa tersebut merupakan suatu faktor yang manfaat atau kontribusinya untuk masa
datang secara mudah dapat diantisipasi.
4) Apakah kos jasa tersebut merupakan jenis pengeluaran yang terjadi berulang-ulang.
7.2.2 Alokasi Kos Bergabung atau Bersama
Kos bergabung biasanya berkaitan dengan produk utama dan samping. Bila laba untuk
setiap produk utama dan samping harus dilaporkan terpisah, alokasi jelas harus dilakukan untuk
menentukan kos masing-masing jenis produk. Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal
dalam suatu perioda sehingga hasilnya tidak mempengaruhi kos operasi total untuk perioda tersebut
meskipun dasar alokasi agak arbitrer.
7.2.3 Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba
Dengan metoda ini, kos overhead dibebankan ke produk atas dasar tariff taksiran untuk
perioda. Tujuannya adalah agar kos produksi untuk perioda bulanan menggambarkan kos yang tepat
disbanding kos aktual perioda tersebut.
7.2.4 Pendekatan non Alokasi
Alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga karakteristik berikut dipenuhi:
1) Keterlambatan (additivity). Keseluruhan harus sama dengan hasil penggunggungan bagian-
bagian.
2) Ketakraguan (unambiguity). Metode alokasi harus unik dan jelas untuk tiap tujuan.
3) Ketepertahankan (defensibility). Untuk metode alokasi yang dipilih, penentu kebijakan harus
dapat mempertahankan argument yang meyakinkan bahwa pilihannya unik dan lebih baik dari
aternatif lain.

8. PEMBEBANAN ABITRER
Kalau tidak ada alasan yang kuat untuk menunda pembebanan kos untuk mencapai
penandingan sebab akibat dan juga tidak ada dasar alokasi yang layak, suatu kos biasanya akan
langsung dibebankan dalam perioda terjadinya. Ini berarti bahwa kos ditandingkan dengan
pendapatan secara arbitrer, ya itu konsep yang melandasi pembebanan semacam ini semata-mata
adalah kepraktisan. Penandingan arbitrer tidak selalu berkaitan dengan pengakuan rugi. Kos suatu
potensi jasa akan segera diakui sebagai biaya atau rugi kalau terbukti bahwa manfaat ekonomiknya
menjadi lenyap atau berkurang.
8.1 Penandingan dan Penyajian Pos-Pos Biaya
Penakaran berbasis periode menjadikan alokasi sistematik dan rasional sewaktu hal yang
tidak dapat dihindari. Bahkan bilamana alokasi sistematik dan rasional tidak dapat ditentukan
dengan jelas, suatu kos dapat diakui segera secara artbitrer sebagai rugi. Penyajian biaya sebagai
beban pendapatan juga mengikuti konvensi dan pos pos biaya disajikan berdasarkan basis asosiasi
masalah pembebanan kos dan basis asosiasi berlaku untuk semua jenis jasa. Terdapat masalah
khusus yang terjadi dalam hal sediaan dan asset tetap yang akan dijelaskan dibawah ini
8.1.1 Sediaan
Masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada akhir periode dapat dinyatakan sebagai
berikut :
1) Penentuan besarnya kos barang terjual untuk ditandingkan dengan penjualan sehingga dapat
ditentukan besarnya laba perusahaan.
2) Penentuan nilai sediaan sebagai unsur asset perusahaan sangat penting untuk menilai likuiditas
operasi perusahaan.
8.1.2 Metode Asosiasi
Metode Asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang melekat
dengan rupiah penjualan. Dengan demikian metode asosiasi dapat pula diartikan sebagai asumsi
aliran kos dalam mengikuti aliran fisis barang. Asumsi ini diperlukan karena pada umunya barang
atau produk tidak tersedia sekaligus untuk satu periode. Metode asosiasi terdiri dari :
1) Identifiasi khusus
Untuk jenis barang mahal dan perputarannya rendah, metode ini sangat cocok sekali untuk tujuan
pengendalian disamping penandingan yang tepat. Namun demikian metoe ini mengandung
beberapa kelemahan antara lain
a. Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan
perusahaan merupakan hasil dari seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan
b. Untuk jenis barang yang homogeny dan relative murah metoe ini menjadi terlalu mahal dan
tidak sepadan dengan nilai tambahan informasi yang diperoleh.
c. Kalau fluktuasi harga sangat mencolok metode ini dapat digunakan sebagai alat manipulasi
laba atau earning management.
2) Masuk Pertama Keluar Pertama
Metode ini berasumsi bahwa faktor kos mengalir melalui perusahaan secara berurutan seperti
antrian dan tidak ada saling mendahului. Metode ini sangat logis dalam merefleksi asosiasi sebab
akibat karena sangat sederhana dan jelas untuk memecah kos kedalam 2 komponen (sediaan dan
barang terjual atas dasar kos yang benar-benar melekat dalam kedua komponen tersebut).
3) Rata-rata Berbobot
Metode ini mengaggap bahwa dalam proses produksi terjadi peburan faktor produksi yang sama
selama satu periode menjadi satu masa yang homogen. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli
berkali-kali atau prodeuk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam suatu periode
dianggap sebagai kesatuan(masa). Barulah kemudian masa tersebut dipecah menjadi dua bagian
yaitu sediaan barang atau barang terjual
4) Sediaan Normal
Dengan metode ini dianggap perusahaan melakukan investasi permanen dalam sediaan.
Tujuannya adalah penandingan pendapatan sekarang dengan kos sekarang sekaligus meniadakan
kebutulan pelaporan untung atau rugi menahan sediaan atau fluktuasi harga.
5) Masuk Terakhir Keluar Pertama
Metode ini barasumsi bahwa sediaan merupakan asset tetap yang tidak berkaitan dengan aliran
kos. Metode ini akan menghasilkan laba operasi yang bebas dari untung atau rugi akibat fluktuasi
harga. Pendukung metode ini mengajukan argument sebagai berikut:
a. Memudahkan penandingan kos sekarang dengan pendapatan kos sekarang
b. Kalau harga cenderung naik sediaan barang akan tersaji dengan jumlah rupiah yang cukup
konservatif.
c. Laba operasi tidak tercemar oleh untung atau rugi fluktuasi harga atau penumpukan barang.
d. Dalam kondisi harga yang berfluktuasi dari tahun ke tahun metode ini dapat menjadi alat
perataan laba tahuna secara otomatis.
6) Implikasi Metode Asosiasi
Dalam kondisi operasi perusahaan moderm yang kompleks apa yang dapat dicapai dalam
penentuan laba periodik sebenarnya tiak dapat diharapkan lebih dari pada pengukuran ang
menedekati ideal.

9. FASILITAS FISIS
Dalam hal fasilitas fisis, kos yang terjadi pada saat perolehan pada umumnya diakui
sebagai asset dan baru kemudian kos tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan
manfaat yang direpresentasi dengan kos.
9.1 Karakteristik dan Tujuan Pelaporan
Fasilitas fisis mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Berwujud fisis dan dikuasai oleh perusahaan untuk mengolah dan memperlancar kegiatan operasi
perusahaan.
2) Pada umumnya berumur panjang walaupun terbatas sehingga perlu penggantian.
3) Bernilai bagi perusahaan lantaran kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya bukan
lantaran hak miliknya.
4) Pada umumnya merupakan asset nonmoneter dan manfaat yang dapat diberikan berupa potensi
jasa bukan daya beli atau ketertukarannya.
Tujuan pelaporan dan pengukuran fasilitas fisis adalah untuk menentukan penggunaan jasa
dalam suatu perioda yang diperkirakan telah menghasilkan pendapatan. Tujuan yang lain adalah
memberi informasi kepada pemakai laporan tentang kuantitas fisis dan kapasitas atau daya yang
masih melekat pada asset fisis tersebut.
Gagasan pokok mengenai akuntansi fasilitas fisik yaitu:
1) Bahwa kos fasilitas fisis sengaja diperoleh untuk memungkinkan terjadinya produksi barang dan
jasa sebagaimana faktor produksi lainnya misalnya sediaan.
2) Bahwa kos fasilitas fisis harus dibebankan ke operasi dengan cara yang sistematik dengan
memperhatikan segala faktor yang berpengaruh.
3) Bahwa kos fasilitas fisis yang berkaitan dengan kegiatan operasi di masa mendatang pada
hakekatnya merupakan suatu bentuk beban tangguhan dan harus dilaporkan di neraca dalam
kelompok dan dengan nama yang tepat.

9.2 Basis Pembebanan


Pembebanan kos fasilitas fisis untuk suatu perioda tidak dapat ditentukan atas dasar
pengukuran fisis yang objektif tetapi lebih merupakan suatu hasil pertimbangan atas dasar taksiran
faktor-faktor penentu (yaitu umur ekonomik, kapasitas ekonomik, dan nilai residual) yang sering
tidak dapat diuji validitasnya secara objektif.

9.3 Makna Depresiasi


Depresiasi merupakan suatu proses alokasi kos secara sistematik dan rasional dan jumlah
rupiahnya diukur atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah dimanfaatkan dalam
menciptakan pendapatan. Depresiasi merupakan biaya yang benar-benar terjadi dan dikeluarkan
seperti biaya lainnya. Depresiasi untuk perioda tertentu tidak menunjukkan pengeluaran pada
perioda tersebut, akan tetapi biaya depresiasi tersebut mengukur bagian pengeluaran masa masa lalu
yang dipandang layak dibebankan terhadap kegiatan atau pendapatan perioda berjalan. Jadi dapat
dikatakan bahwa kos fasilitas fisis merupakan suatu bentuk ekstrem biaya dibayar dimuka; akuntansi
depresiasi merupakan sarana untuk membebankan biaya dibayar di muka tersebut ke produksi atau
perioda berjalan. Berikut dibahas beberapa pemaknaan atau interprestasi terhadap depresiasi.
1) Depresiasi sebagai Proses Akumulasi Dana
Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup, perusahaan harus dapat mengganti fasilitas
fisik yang habis umurnya. Akibatnya, perusahaan harus menyisihkan dana dari pendapatan yang
diperoleh. Dengan mengurangi pendapatan, laba akan berkurang sebesar depresiasi yang
dibebankan.
2) Depresiasi sebagai Pemulihan Investasi
Agar perusahaan mampu membayar kembali investasinya maka harus dilakukan penyisihan
dana dengan cara mengurangi pendapatan perusahaan sebesar depresiasi.
3) Depresiasi sebagai Proses Penilaian
Bila potensi jasa dipandang sebagai jasa fisis, depresiasi merupakan penurunan jasa fisis karena
konsumsi manfaat dalam perioda-perioda yang diantisipasi. Bila fasilitas fisis dipandang sebagai
suatu capital, depresaiasi merupakan penurunan nilai capital bukan hanya karena konsumsi
melainkan juga merupakan keausan, keusangan dan faktor ekonomik lainnya. Depresiasi untuk
suatu perioda merupakan selisih penilaian ekonomik antara fasilitas fisis awal dan akhir perioda.
Beberapa pendekatan penilaian capital awal dan akhir perioda untuk menentukan depresiasi
sebagai penurunan nilai antara lain:
a. Nilai Setara Tunai
Dengan basis ini penurunan nilai fasilitas fisik ditentukan dengan cara menghitung selih nilai
setara tunai pada awal dan akhir perioda.
b. Kontribusi Pendapatan Neto Diskonan
Dengan penilaian ini, depresiasi ditentukan dengan cara menghitung selisih nilai diskonan
aliran kontribusi pendapatan neto pada awal dan akhir perioda. Penilaian ini memerlukan
informasi tarif diskon yang biasanya didasarkan atas tingkat pengembalian investasi bebas
risiko atau tingkat bunga umum yang berlaku.
4) Depresiasi sebagai Sarana Penandingan Kos dengan Kontribusi Pendapatan Neto
Pendapatan neto disini adalah pendapatan yang dihasilkan oleh fasilitas fisik dikurangi biaya
pengoperasian fasilitas fisis. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa variasi pendapatan
merefleksi variasi penyerapan jasa fasilitas fisik.

9.4 Metode Alokasi


Metode yang paling rasional adalah metode yang mendasarkan diri pada aliran penyerapan
kapasitas jasa tersebut yaitu menggunakan metode unit produksi. Kesulitan utama yang dihadapi
metode ini adalah penetuan kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur economic asset
bersangkutan. Dapat juga depresiasi ditentukan dengan cara melakukan taksiran pada tiap periode
atas dasar inspeksi fisis untuk mengukur keausan.

9.5 Hubungan Depresiasi dan Laba


Penetuan laba merupakan akibat suatu upaya untuk mengungkapkan kenytaan objektif yang
ada tanpa memperhatikan akhirnya laba yang terjadi. Hal ini tidak mengisyaratkan bahwa laba
periodic harus sama setiap tahunnya. Jadi, meskipun tetap dituntut untuk depresisasi tahunan secara
seksama, rasional, dan objektif, hendaknya tidak ada fikiran sama sekali untuk mempengaruhi
besarnya laba.

9.6 Koreksi terhadap Kesalahan Taksiran


Mengingat kesulitan dalam meramalkan saat pemberhentian unit fasilitas fisis, program
depresiasi tidak memberikan hasil yang sama persis dengan kenyataannya setelah berjalannya waktu.
Jika program depresiasi yang dijalankan tersebut ditentukan secara seksama dan objektif dengan
mempertimbangkan semua faktor yang ada, perbeaan antara taksiran dan kenyataan merupakan suatu
hal yang tak terhindarkan.

Anda mungkin juga menyukai