Anda di halaman 1dari 17

Tugas Referat

MIOMA UTERI
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah BPK RSU Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh

Oleh:
Putri Febryanti

Pembimbing:
dr. Hasanuddin, Sp.OG (K)

BAGIAN/SMFOBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BPK RUMAH SAKIT UMUM DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, tugas referat ini telah dapat diselesaikan. Selanjutnya
shalawat dan salam penulis haturkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Adapun judul referat ini adalah Mioma uteri. Tugas ini diajukan sebagai salah
satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian SMF/Obstetry
Gynekologi Fakultas Kedokteran Unsyiah /RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi tingginya
kepada pembimbing dr.Hasanuddin, Sp.OG (K)yang telah meluangkan waktunya
untuk memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari
dosen pembimbing dan teman teman agar tercapai hasil yang lebih baik kelak.

Banda Aceh, Agustus 2014


Wassalam,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ..................................................................... 3
2.1 Anatomi uterus .................................................................................................... 3
2.1.1 Bagian-bagian uterus .................................................................................... 3
2.1.2 lapisan dinding uterus ................................................................................... 4
2.2 Mioma uteri ......................................................................................................... 5
2.2.1 Definisi ......................................................................................................... 5
2.2.2 Epidemiologi ................................................................................................ 5
2.2.3 Etiologi ......................................................................................................... 6
2.2.4 Klasifikasi ..................................................................................................... 7
2.2.5 Perubahan sekunder ...................................................................................... 8
2.2.6 Tanda dan gejala ........................................................................................... 9
2.2.7 Diagnosa ..................................................................................................... 10
2.2.8 Tatalaksana ................................................................................................. 12
2.2.9 Pencegahan ................................................................................................. 13
2.2.10 Komplikasi................................................................................................ 14
2.2.11 Prognosis .................................................................................................. 15
BAB III KESIMPULAN........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17
BAB 1
PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak pada daerah otot rahim yang terdiri dari
sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri
merupakan tumor pelvis yang paling umum terjadi pada organ reproduksi wanita. (1)
Angka kejadian mioma uteri sebesar 20-40% pada wanita usia reproduksi.
Tumor ini sering terjadi pada wanita yang berusia 35-45 tahun. Di Indonesia, mioma
uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Mioma
lebih sering terjadi pada nullipara atau wanita yang hanya memiliki satu anak. Faktor
keturunan memegang peran dalam angka kejadian mioma uteri. Wanita dari garis
keturunan tingkat pertama seorang penderita mioma uteri mempunyai risiko 2,5 kali
lebih besar menderita mioma uteri. (2)
Penyebab pasti dari mioma uteri belum diketahui. Penelitian lebih lanjut terus
dikembangkan untuk meneliti faktor hormonal, faktor genetik, faktor pertumbuhan,
dan biologi molekuler dari tumor jinak ini. Mioma uteri jarang menyebabkan
mortalitas, tetapi morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri cukup tinggi karena
mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, pembesaran
uterus, serta diperkirakan dapat menyebabkan masalah yang berkaitan dengan
kehamilan, seperti infertilitas. (3)
Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering
terjadi. Wanita dengan mioma uteri dapat mengalami siklus perdarahan haid yang
teratur dan juga tidak teratur. Menorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri.
Selain itu mioma juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius, sehingga
dapat menimbulkan gangguan berkemih. (4)
Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan
(medisinalis) maupun secara operatif. Pemberian GnRH analog merupakan terapi
medisinal yang bertujuan untuk mengurangi gejala perdarahan yang terjadi, serta
memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri. Tindakan
operatif yang dapat dilakukan adalah miomektomi atau histerektomi. Mioma uteri
merupakan indikasi yang paling sering untuk pembedahan histerektomi. Di Amerika
serikat, diperkirakan 600.000 tindakan histerektomi dilakukan tiap tahunnya. (4)
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Anatomi Uterus


Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,
yangsedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum
dibelakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam
danmempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Berat
uterus normal lebih kurang 57gram. Letak uterus normal adalah anteversiofleksio. (5)
Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran
ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabut-
serabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen
sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. (5)
2.1.1 Bagian-bagian Uterus
Uterus terdiri atas (5) :
1. Fundus uteri
Fundus uteri adalah bagian uterus yang proksimal yang terletak antara kedua
pangkal saluran telur (tuba Falloppi).
2. Korpus uteri
Korpus uteri adalah bagian uterus yang membesar pada kehamilan.Korpus
uterimempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.Rongga
yangterdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3. Serviks uteri
Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis servivis uteri yang dinamakan porsio,
dan pars supravaginalis servivis uteri, yaitu bagian serviks yang berada di atas
vagina.

2.1.2Lapisan Dinding Uterus


Secara histologik dari dalam keluar, uterus terdiri atas (5) :
1. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.
Endometriumterdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan
banyakpembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa
haidendometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian
tumbuhmenebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh
darahbertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada janin
2. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler,
dandisebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini
terdapatlapisan otot oblik, berbentuk anyaman.
3. Lapisan serosa, yakni peritoneum viserale.

Gambar 2.1 Anatomi uterus

Uterus difiksasi oleh beberapa ligamentum, yaitu (5):


1. Ligamentum cardinal kiri dan kanan, yaitu ligamentum yang mencegah uterus
tidak turun. Berjalan dari serviks dan puncak vagina ke lateral dinding pelvis.
Didalamnya terdapat banyak pembuluh darah.
2. Ligamentum sakro uterine kiri dan kanan, yaitu ligamentum yang menahan
uterus agar tidak banyak bergerak. Berjalan dari serviks belakang ke arah os
sacrum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum kiri dan kanan, yaitu ligamentum yang menahan uterus
dalam posisi antefleksi. Berjalan dari sudut fundus uteri ke daerah inguinal.
4. Ligamentum latum kiri dan kanan, yaitu ligamentum yang meliputi tuba.
Berjalan dari uterus ke arah lateral.
5. Ligamentum infundibulo pelvikum kiri dan kanan, yaitu ligamentum yang
menahan tuba Falloppi. Berjalan dari infundibulum ke dinding pelvis.

2.2 Mioma Uteri


2.2.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yangmenumpanginya. Nama lain dari mioma uteri adalah leiomioma uteri,
fibromioma uteri, atau uterin fibroid. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling
umum terjadi pada organ reproduksi wanita. (6)
Mioma uteri biasanya multipel dengan diameter berkisar antara 1 mm sampai
>20 cm, dan dikelilingi oleh pseudokapsul yang terdirir dari serabut otot polos yang
terkompresi. Mioma uteri biasanya berkembang setelah menarke dan berkurang
setelah menopause, yang memperlihatkan peran estrogen sebagai promotor
pertumbuhannya. ( 7)
2.2.2 Epidemiologi

Prevalensi mioma uteri sebesar 20-40% pada wanita usia reproduksi. Mioma
uteri jarang ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak terjadi pada
wanita yang berumur 35-45 tahun. Setelah menopause, hanya 10% kasus mioma uteri
yang akan terjadi. Di Amerika, menurut Medical Surveilance Monthly Report, Armed
Force melaporkan bahwa sepanjang tahun 2001-2010 terdapat 11.931 kasus mioma
uteri yang terjadi pada wanita usia reproduktif. Mioma uteri dapat menimbulkan
keganasan (sarcoma) walaupun kasusnya jarang ditemukan pada 1,7 per 100.000
(4,8)
wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan
2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. (5)
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang hanya
memiliki satu anak. Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya
untuk terjadinya perkembangan mioma uteri dibandingkan wanita yang tidak pernah
hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada
wanita nullipara atau hanya satu kali hamil. Tumor jinak ini tumbuh dengan lambat
dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada kehidupan dekade keempat. Faktor
keturunan memegang peran dalan angka kejadian mioma uteri. wanita dari garis
keturunan tingkat pertama seorang penderita mioma uteri mempunyai resiko 2,5 kali
lebih besar menderita mioma uteri. (9)
2.2.3 Etiologi
Etiologi pasti mioma uteri tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal dari sel
otot yang normal, dari otot imatur yang ada dalam miometrium atau dari sel
embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Tumor mulai dari benih- benih
multipel yang sangat kecil dan teratur pada miometrium. Benih-benih ini tumbuh
sangat lambat tetapi progresif di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak
terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih. Mula-
mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai
arah. Setelah menopouse, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yang
banyak, mioma cenderung mengalami atrofi. (10)
Hormon estrogen dan progesteron memiliki pengaruh dalam pertumbuhan
mioma uteri. Terdapat kolerasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan
reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor
predisposisi yang bersifat herediter. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dari miometrium. Estrogen berperan
dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraselular.
Hormone progesterone meningkatkan aktifitas mitotic dari mioma pada wanita muda
namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.
Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation
apoptosis dari tumor. (4,11)

2.2.4Klasifikasi
Mioma dapat tumbuh disetiap bagian dari dinding uterus. (5) Menurut letaknya,
mioma uteri dapat di klasifikasikan sebagai :
1. Mioma submukosum, yaitu mioma berada di bawah endometrium
danmenonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat
tumbuhbertangkai, kemudian dilahirkan melalui saluran servik (mioma
geburt).
2. Mioma intramural, yaitu mioma yang terdapat di dinding uterus di antara
serabutmiometrium.
3. Mioma subresosum, yaitu mioma yang terletak terletak dipermukaan serosa
dari uterus dan menonjol keluar dari miometrium. Bila mioma subserosum
tumbuh kearah lateral dan meluas diantara 2 lapisan peritoneal dari
ligamentum latum akan menjadi mioma intraligamenter.

Gambar 2.2 Jenis mioma uteri


2.2.5 Perubahan sekunder
1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uterimenjadi
kecil.
2. Degenerasi hialin : Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi
homogen.Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil
daripadanya seolah olah memisahkan satu kelompok serabut otot dengan
serabut ototlainnya.
3. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimanasebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruanganyang tak teratur
berisi seperti agar-agar. Dengan konsistensi lunak initumor sukar dibedakan
dengan kista ovarium ataupun kehamilan.
4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama pada wanitausia
lanjut oleh gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapangaram
kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras danmemberikan
bayangan pada foto Rontgen.
5. Degenerasi merah (carneous degeneration): biasanya terjadi padakehamilan
atau nifas.
6. Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan dari
degenerasihialin.(5)

2.2.6 Tanda dan gejala klinis


Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 35-50% pasien. Gejala
yang disebabkan oleh mioma uteri tergantung pada lokasi, ukuran, dan jumlah mioma.
(4)
Gejala tersebut meliputi :
1. Perdarahan uterus yang abnormal
Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling
sering terjadi.gejala ini terjadi pad 30% pasien mioma uteri. Wanita dengan
mioma uteri mungkain akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur
dan ada pula yang tidak teratur. Menorrhagia atau metrorrhagia sering terjadi
pada penderita mioma uteri.perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan
anemia.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan yaitu :
a. Peningkatan ukuran permukaan endometrium.
b. Peningkatan vaskularisasi alirn vaskuler ke uterus.
c. Gangguan kontraktilitas uterus.
d. Atrofi endometrium pada mioma submukosum.
e. Kompresi pada pleksus venosus didalam miometrium.
2. Rasa nyeri
Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah
padasarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
3. Gejala dan tanda penekanan
Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap
organ sekitarnya. Penekanan ini tergantung dari besar dan tempat miomauteri
berada, seperti :
a. Penekanan pada kandung kemih menyebabkan poliuria.
b. Penekanan pada uretra menyebabkan retensio urin.
c. Penekanan pada ureter menyebabkan hidoureter dan hidronefrosis.
d. Penekanan pada rektum menyebabkan obstipasi.
e. Penekanan pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul menyebabkan
edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan
masih belum jelas.Dilaporkan sebesar 27-40%wanita dengan mioma uteri
mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang
mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma
submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga
uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat
menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implasntasi embrio dapat
terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium
dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.

Tabel 2.1 Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri(12)

Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri

1. Gangguan transportasi gamet ke embrio


2. Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus.
3. Perubahan alirn darah vasluker.
4. Perubahan histologi endometrium.

2.2.7 Diagnosa
1. Anamnesis
Dalam anamnesis, dicari keluhan utama serta gejala-gejala mioma uteri
lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi pada
penderita yang hamil. Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan
adanya benjolan pada perut bagian bawah.(4)
Faktor faktor resiko terjadinya mioma uteri yaitu (13)
1) Umur : kebanyakan wanita didiagnosis mioma uteri pada usia diatas 40
tahun.
2) Menarche dini (kurang dari 10 tahun) : dapat meningkatkan resiko
kejadian mioma uteri 1,24 kali.
3) Ras : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-
Amerika memiliki resiko 2,9 kali lebih besar untuk menderita
miomauteri dibandingkan dengan wanita Caucasian.
4) Riwayat keluarga: jika memiliki riwayat keturunan yang
menderitamioma uteri, akan meningkatkan resiko 2,5 kali lebih besar.
5) Kehamilan: semakin besar jumlah paritas, maka akan
menurunkanangka kejadian mioma uteri.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan abdomen dan
pemeriksaan pelvis. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat
dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap,
areaperlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif.Pada
pemeriksaan pelvis, serviks biasanya normal.Namun pada keadaan tertentu
miomasubmukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan
terlihatpada ostium servikalis.Uterus cenderung membesar, tidak beraturan,
dan noduler.(4)
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah anemia.Hal ini
akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Namun,
pada kebanyakan pasien akan terjadi mekanisme eritrositosis. Pada kasus
dengan komplikasi menjadi degenerasi akut atau infeksi akan ditemukan
leukositosis. (4)

b. Imaging.
1) Pemeriksaan dengan USG akan didapatkan gambaran massa padat dan
homogen pada uterus.Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis, dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh
kearah kavum uteri pada pasien infertil.
3) Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus
tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem
urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah ureter dan ginjal.
4) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan menjadi lebih mahal.

2.2.8 Tatalaksana
Tatalaksana mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
1. Terapi konservatif (13)
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
b. Monitor keadaan Hb
c. Pemberian zat besi
d. Penggunaan agonis GnRH. Penggunaan hormon ini dapat
menyusutkan mioma secara efektif dan meredakan gejala dengan
menginduksi keadaan hipoestrogenik.
2. Terapi operatif (13)
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah:
a. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
b. Nyeri pelvis yang hebat
c. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya
karenamioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju
dewasa)
d. Gangguan buang air kecil (retensi urin)
e. Pertumbuhan mioma setelah menopause
f. Infertilifitas
g. Peningkatan pertumbuhan mioma.
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
1) Miomektomi, yaitu pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim .
2) Histerektomi, adalah tindakan yang dilakukan bila kesuburan tidak lagi perlu
dipertahankan, yaitu berupa pengangkatan uterus. Tindakan ini terbaik untuk
wanita yang berumur lebih dari 40 tahun dan tidak menghendaki anak lagi
atau untuk tumor yang lebih besar dan disertai adanya gangguan penekanan
terhadap organ lain. Histerektomi dapat dilaksananan perabdomen ataupun
pervaginam. Adanya prolapsus uteri akan memudahkan prosedur pembedahan.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya
karsinoma serviks uteri. histerektomi supra vaginal hanya dilakukan apabila
terdapat kesukaran teknis dalam pengankatan uterus secara keseluruhan. (14)
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut (14) :
a. Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia
akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering.

2.2.9 Pencegahan
1. Pencegahan primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau
sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.(4)
2. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorangmenderita
mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhanmengenai
faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko yaituwanita
pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon
estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung
estrogendan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah
dibanding pilsekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan
dengan kadarestrogen.(4)
3. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma
uteri,tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan
pengobatan yang tepat.(4)

2.2.10Komplikasi
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan ditemukan hanya 0,32-
0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang
telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. (5)
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak
terjadi.hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat
banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakankarena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada
mioma yangmenyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan
gangguan-gangguanyang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.(5)

2.2.11Prognosis
Prognosis umumnya adalah baik. Histerektomi dengan menggangkat seluruh
mioma adalah kuratif. Miomektomi yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan
miometrium atau menembus endometrium, maka diharuskan SC (sectio caesaria)
pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah miomektomi dapat
terjadi pada 15-40% pasien dan dua pertiganya memerlukan tindakan lebih lanjut.(11)
BAB III
KESIMPULAN

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yangmenumpanginya dan merupakan tumor pelvis yang paling umum terjadi
pada organ reproduksi wanita. Etiologi pasti mioma uteri tidak diketahui. Mioma uteri
jarang menyebabkan mortalitas, tetapi morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri
cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan
abnormal, pembesaran uterus, serta diperkirakan dapat menyebabkan masalah yang
berkaitan dengan kehamilan, seperti infertilitas. Penatalaksanaan mioma uteri dapat
dilakukan dengan pemberian obat-obatan (medisinalis) maupun secara operatif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chauki M, Marouen N, et al. An Usual Presentation of Uterine Leiomyoma :


Myxoid Leiomyoma. Internasional Journal of Case Reports and Images. 2012;
3(3): p.1-3
2. William H. Uterine Fibroids, Active Component Females. Medical
Surveilance Monthly Report. 2011; 18(12): p.10-13
3. Coronado GD, Marshall LM, Scwartz SM. Complications in Pregnancy,
Labor, and Delivery With Uterine Leiomyoma : A Population Based Study.
Obstet Gynecol. 2000; 95: p.764-769
4. Memarzadeh S, Broder MS, Wexler AS, Pernoll ML. Leiomyoma of the
uterus. In Current Obstetric and Ginecology Diagnostic and Treatment.
Decherney AH, Nathan L, editors. Ninth edition. Large Medical Books;2003
5. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan dan Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina
Pustaka; 2010
6. Shen Y, Xu Q, et al. Enviromental Exposure and Risk of Uterine Leiomyoma.
Eroupean Review for Medical and Pharmacological Sciences. 2013; 17:
p.3249-3256
7. Norwit Z, Schorge J. At a Glace Obstetri dan Ginekologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga; 2008
8. Lefebvre, et al. The Management of Uterine Leiomyomas. Journal Obstetric
Gynecologic Canada. 2009; 128: p. 396-405
9. Derek LJ. Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi Ke-enam. Jakarta :
Hipokkrates; 2011
10. Llewellyn, JD. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokkrates;
2011
11. Taran, Andrei F, et al. Characteritics Indicating Adenomyosis Coexisting With
Leiomyoma. Human Repro Update. 2010; 5(25): p.1177-1182
12. Stoval DW. Clinical Symptomatology of Uterine Leiomyoma. Clinical
Obstetric Ginecologic. 2001; 44: p.364-371
13. Parker, W. Etiology, Symptomatology, and Diagnosis of Uterine Myomas.
Department of Obstetric and Ginecology UCLA School of Medicine. 2007:
87(4): p.725-736
14. Hurst BS, Matthews ML, Marshburn PB. Laparoscopic Myomectomy for
Symptomatic Uterin Myoma. Fertil Steril. 2005; 83(1) : p.1-22

Anda mungkin juga menyukai

  • Gonta Ganti Warna Rambut Sesuka Hati Mu
    Gonta Ganti Warna Rambut Sesuka Hati Mu
    Dokumen2 halaman
    Gonta Ganti Warna Rambut Sesuka Hati Mu
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Amoksisilin
    Amoksisilin
    Dokumen9 halaman
    Amoksisilin
    Maulvi Nazir
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Stikes Vol 2 Stikes1
    Jurnal Stikes Vol 2 Stikes1
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Stikes Vol 2 Stikes1
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Tentang Eft
    Tentang Eft
    Dokumen7 halaman
    Tentang Eft
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal Murottal
    Analisis Jurnal Murottal
    Dokumen10 halaman
    Analisis Jurnal Murottal
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen31 halaman
    Lamp Iran
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Mioma Uteri
    Mioma Uteri
    Dokumen45 halaman
    Mioma Uteri
    Sarah Dewi
    Belum ada peringkat
  • Amoksisilin
    Amoksisilin
    Dokumen9 halaman
    Amoksisilin
    Lia Martina
    Belum ada peringkat
  • Kecemasan Pasien
    Kecemasan Pasien
    Dokumen13 halaman
    Kecemasan Pasien
    Asmawatifitrye Junaidi Sorenggana
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi
    Naskah Publikasi
    Dokumen17 halaman
    Naskah Publikasi
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Kevin Yonathan Yahya - 3210031 - Nonfull Resize
    Kevin Yonathan Yahya - 3210031 - Nonfull Resize
    Dokumen33 halaman
    Kevin Yonathan Yahya - 3210031 - Nonfull Resize
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Seft 2 PDF
    Seft 2 PDF
    Dokumen18 halaman
    Seft 2 PDF
    Yuspika Oktania
    Belum ada peringkat
  • PATHWAY Mioma Kompre
    PATHWAY Mioma Kompre
    Dokumen1 halaman
    PATHWAY Mioma Kompre
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Histerektomi
    Histerektomi
    Dokumen13 halaman
    Histerektomi
    shintarosiana
    Belum ada peringkat
  • Perjalanan Bagi para Pencari Diri
    Perjalanan Bagi para Pencari Diri
    Dokumen2 halaman
    Perjalanan Bagi para Pencari Diri
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kie Gizi
    Tugas Kie Gizi
    Dokumen3 halaman
    Tugas Kie Gizi
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
    MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
    Dokumen80 halaman
    MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    100% (2)
  • BHBJJHUYTFDY
    BHBJJHUYTFDY
    Dokumen21 halaman
    BHBJJHUYTFDY
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Bupepaya
    Jurnal Bupepaya
    Dokumen15 halaman
    Jurnal Bupepaya
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Chapter Ia
    Chapter Ia
    Dokumen6 halaman
    Chapter Ia
    sevens7
    Belum ada peringkat
  • SP
    SP
    Dokumen29 halaman
    SP
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • CESTODA
    CESTODA
    Dokumen20 halaman
    CESTODA
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • SP 2
    SP 2
    Dokumen31 halaman
    SP 2
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Amoksillin
    Amoksillin
    Dokumen5 halaman
    Amoksillin
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Sesi 3
    Sesi 3
    Dokumen1 halaman
    Sesi 3
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Laporan Posyandu Rini
    Laporan Posyandu Rini
    Dokumen7 halaman
    Laporan Posyandu Rini
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Cestoda Usus
    Cestoda Usus
    Dokumen33 halaman
    Cestoda Usus
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Halusinasi
    Leaflet Halusinasi
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Halusinasi
    Tiwie Titian Anaghttanbc
    Belum ada peringkat