MIOMA UTERI
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah BPK RSU Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
Oleh:
Putri Febryanti
Pembimbing:
dr. Hasanuddin, Sp.OG (K)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, tugas referat ini telah dapat diselesaikan. Selanjutnya
shalawat dan salam penulis haturkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Adapun judul referat ini adalah Mioma uteri. Tugas ini diajukan sebagai salah
satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian SMF/Obstetry
Gynekologi Fakultas Kedokteran Unsyiah /RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi tingginya
kepada pembimbing dr.Hasanuddin, Sp.OG (K)yang telah meluangkan waktunya
untuk memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari
dosen pembimbing dan teman teman agar tercapai hasil yang lebih baik kelak.
Penulis
DAFTAR ISI
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak pada daerah otot rahim yang terdiri dari
sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri
merupakan tumor pelvis yang paling umum terjadi pada organ reproduksi wanita. (1)
Angka kejadian mioma uteri sebesar 20-40% pada wanita usia reproduksi.
Tumor ini sering terjadi pada wanita yang berusia 35-45 tahun. Di Indonesia, mioma
uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Mioma
lebih sering terjadi pada nullipara atau wanita yang hanya memiliki satu anak. Faktor
keturunan memegang peran dalam angka kejadian mioma uteri. Wanita dari garis
keturunan tingkat pertama seorang penderita mioma uteri mempunyai risiko 2,5 kali
lebih besar menderita mioma uteri. (2)
Penyebab pasti dari mioma uteri belum diketahui. Penelitian lebih lanjut terus
dikembangkan untuk meneliti faktor hormonal, faktor genetik, faktor pertumbuhan,
dan biologi molekuler dari tumor jinak ini. Mioma uteri jarang menyebabkan
mortalitas, tetapi morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri cukup tinggi karena
mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, pembesaran
uterus, serta diperkirakan dapat menyebabkan masalah yang berkaitan dengan
kehamilan, seperti infertilitas. (3)
Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering
terjadi. Wanita dengan mioma uteri dapat mengalami siklus perdarahan haid yang
teratur dan juga tidak teratur. Menorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri.
Selain itu mioma juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius, sehingga
dapat menimbulkan gangguan berkemih. (4)
Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan
(medisinalis) maupun secara operatif. Pemberian GnRH analog merupakan terapi
medisinal yang bertujuan untuk mengurangi gejala perdarahan yang terjadi, serta
memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri. Tindakan
operatif yang dapat dilakukan adalah miomektomi atau histerektomi. Mioma uteri
merupakan indikasi yang paling sering untuk pembedahan histerektomi. Di Amerika
serikat, diperkirakan 600.000 tindakan histerektomi dilakukan tiap tahunnya. (4)
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Prevalensi mioma uteri sebesar 20-40% pada wanita usia reproduksi. Mioma
uteri jarang ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak terjadi pada
wanita yang berumur 35-45 tahun. Setelah menopause, hanya 10% kasus mioma uteri
yang akan terjadi. Di Amerika, menurut Medical Surveilance Monthly Report, Armed
Force melaporkan bahwa sepanjang tahun 2001-2010 terdapat 11.931 kasus mioma
uteri yang terjadi pada wanita usia reproduktif. Mioma uteri dapat menimbulkan
keganasan (sarcoma) walaupun kasusnya jarang ditemukan pada 1,7 per 100.000
(4,8)
wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan
2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. (5)
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang hanya
memiliki satu anak. Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya
untuk terjadinya perkembangan mioma uteri dibandingkan wanita yang tidak pernah
hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada
wanita nullipara atau hanya satu kali hamil. Tumor jinak ini tumbuh dengan lambat
dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada kehidupan dekade keempat. Faktor
keturunan memegang peran dalan angka kejadian mioma uteri. wanita dari garis
keturunan tingkat pertama seorang penderita mioma uteri mempunyai resiko 2,5 kali
lebih besar menderita mioma uteri. (9)
2.2.3 Etiologi
Etiologi pasti mioma uteri tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal dari sel
otot yang normal, dari otot imatur yang ada dalam miometrium atau dari sel
embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Tumor mulai dari benih- benih
multipel yang sangat kecil dan teratur pada miometrium. Benih-benih ini tumbuh
sangat lambat tetapi progresif di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak
terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih. Mula-
mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai
arah. Setelah menopouse, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yang
banyak, mioma cenderung mengalami atrofi. (10)
Hormon estrogen dan progesteron memiliki pengaruh dalam pertumbuhan
mioma uteri. Terdapat kolerasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan
reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor
predisposisi yang bersifat herediter. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dari miometrium. Estrogen berperan
dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraselular.
Hormone progesterone meningkatkan aktifitas mitotic dari mioma pada wanita muda
namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.
Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation
apoptosis dari tumor. (4,11)
2.2.4Klasifikasi
Mioma dapat tumbuh disetiap bagian dari dinding uterus. (5) Menurut letaknya,
mioma uteri dapat di klasifikasikan sebagai :
1. Mioma submukosum, yaitu mioma berada di bawah endometrium
danmenonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat
tumbuhbertangkai, kemudian dilahirkan melalui saluran servik (mioma
geburt).
2. Mioma intramural, yaitu mioma yang terdapat di dinding uterus di antara
serabutmiometrium.
3. Mioma subresosum, yaitu mioma yang terletak terletak dipermukaan serosa
dari uterus dan menonjol keluar dari miometrium. Bila mioma subserosum
tumbuh kearah lateral dan meluas diantara 2 lapisan peritoneal dari
ligamentum latum akan menjadi mioma intraligamenter.
2.2.7 Diagnosa
1. Anamnesis
Dalam anamnesis, dicari keluhan utama serta gejala-gejala mioma uteri
lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi pada
penderita yang hamil. Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan
adanya benjolan pada perut bagian bawah.(4)
Faktor faktor resiko terjadinya mioma uteri yaitu (13)
1) Umur : kebanyakan wanita didiagnosis mioma uteri pada usia diatas 40
tahun.
2) Menarche dini (kurang dari 10 tahun) : dapat meningkatkan resiko
kejadian mioma uteri 1,24 kali.
3) Ras : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-
Amerika memiliki resiko 2,9 kali lebih besar untuk menderita
miomauteri dibandingkan dengan wanita Caucasian.
4) Riwayat keluarga: jika memiliki riwayat keturunan yang
menderitamioma uteri, akan meningkatkan resiko 2,5 kali lebih besar.
5) Kehamilan: semakin besar jumlah paritas, maka akan
menurunkanangka kejadian mioma uteri.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan abdomen dan
pemeriksaan pelvis. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat
dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap,
areaperlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif.Pada
pemeriksaan pelvis, serviks biasanya normal.Namun pada keadaan tertentu
miomasubmukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan
terlihatpada ostium servikalis.Uterus cenderung membesar, tidak beraturan,
dan noduler.(4)
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah anemia.Hal ini
akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Namun,
pada kebanyakan pasien akan terjadi mekanisme eritrositosis. Pada kasus
dengan komplikasi menjadi degenerasi akut atau infeksi akan ditemukan
leukositosis. (4)
b. Imaging.
1) Pemeriksaan dengan USG akan didapatkan gambaran massa padat dan
homogen pada uterus.Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis, dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh
kearah kavum uteri pada pasien infertil.
3) Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus
tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem
urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah ureter dan ginjal.
4) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan menjadi lebih mahal.
2.2.8 Tatalaksana
Tatalaksana mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
1. Terapi konservatif (13)
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
b. Monitor keadaan Hb
c. Pemberian zat besi
d. Penggunaan agonis GnRH. Penggunaan hormon ini dapat
menyusutkan mioma secara efektif dan meredakan gejala dengan
menginduksi keadaan hipoestrogenik.
2. Terapi operatif (13)
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah:
a. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
b. Nyeri pelvis yang hebat
c. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya
karenamioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju
dewasa)
d. Gangguan buang air kecil (retensi urin)
e. Pertumbuhan mioma setelah menopause
f. Infertilifitas
g. Peningkatan pertumbuhan mioma.
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
1) Miomektomi, yaitu pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim .
2) Histerektomi, adalah tindakan yang dilakukan bila kesuburan tidak lagi perlu
dipertahankan, yaitu berupa pengangkatan uterus. Tindakan ini terbaik untuk
wanita yang berumur lebih dari 40 tahun dan tidak menghendaki anak lagi
atau untuk tumor yang lebih besar dan disertai adanya gangguan penekanan
terhadap organ lain. Histerektomi dapat dilaksananan perabdomen ataupun
pervaginam. Adanya prolapsus uteri akan memudahkan prosedur pembedahan.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya
karsinoma serviks uteri. histerektomi supra vaginal hanya dilakukan apabila
terdapat kesukaran teknis dalam pengankatan uterus secara keseluruhan. (14)
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut (14) :
a. Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia
akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering.
2.2.9 Pencegahan
1. Pencegahan primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau
sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.(4)
2. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorangmenderita
mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhanmengenai
faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko yaituwanita
pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon
estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung
estrogendan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah
dibanding pilsekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan
dengan kadarestrogen.(4)
3. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma
uteri,tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan
pengobatan yang tepat.(4)
2.2.10Komplikasi
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan ditemukan hanya 0,32-
0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang
telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. (5)
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak
terjadi.hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat
banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakankarena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada
mioma yangmenyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan
gangguan-gangguanyang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.(5)
2.2.11Prognosis
Prognosis umumnya adalah baik. Histerektomi dengan menggangkat seluruh
mioma adalah kuratif. Miomektomi yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan
miometrium atau menembus endometrium, maka diharuskan SC (sectio caesaria)
pada persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah miomektomi dapat
terjadi pada 15-40% pasien dan dua pertiganya memerlukan tindakan lebih lanjut.(11)
BAB III
KESIMPULAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yangmenumpanginya dan merupakan tumor pelvis yang paling umum terjadi
pada organ reproduksi wanita. Etiologi pasti mioma uteri tidak diketahui. Mioma uteri
jarang menyebabkan mortalitas, tetapi morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri
cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan
abnormal, pembesaran uterus, serta diperkirakan dapat menyebabkan masalah yang
berkaitan dengan kehamilan, seperti infertilitas. Penatalaksanaan mioma uteri dapat
dilakukan dengan pemberian obat-obatan (medisinalis) maupun secara operatif.
DAFTAR PUSTAKA