Anda di halaman 1dari 14

TAHAPAN KEGIATAN PERTAMBANGAN TIMAH

(BANGKA BELITUNG)

1. EKSPLORASI
Eksplorasi adalah segala kegiatan sebelum aktivitas penambangan yang dikhususkan untuk
mengetahui, memperkirakan, dan mendapatkan ukuran, bentuk, posisi, kadar rata rata serta
jumlah cadangan suatu endapan mineral agar dapat menentukan kualitas dan kwantitas dari suatu
endapan tersebut diperuntukkan mengetahui nilai ekonomisnya. Kegiatan eksplorasi ini perlu
dilakukan sebelum kegiatan penambangan karena menghindari resiko kerugian yang akan
ditanggung perusahaan.
Seluruh kegiatan eksplorasi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan potensi sumber daya
mineral (resources) yang terdapat dibumi menjadi cadangan terukur yang siap untuk di tambang
(miniable reserve). Tahapan eksplorasi ini mencakup kegiatan untuk mencari dimana
keterdapatan suatu endapan mineral, menghitung berapa banyak dan bagaimana kondisinya, serta
ikut memikirkan bagaimana sistem pendayagunaannya. Kajian ekonomi pada kegiatan eksplorasi
ini perlu dilakukan terutama pada :
- Tahap menuju eksplorasi rinci (analisis ekonomi eksplorasi)
- Tahap sebelum penambangan (analisis ekonomi endapan)
- Mineral / studi kelayakan, (ekonomi makro)
Beberapa ilmu penunjang yang mendukung kegiatan eksplorasi ini antara lain :
- Geologi, mineral, genesa bahan galian
- Teknik eksplorasi, geofisika, geokimia
- Analisis cadangan, geostatistik
- Hidrogeologi, geoteknik
Ekonomi endapan mineral Secara umum aliran kegiatan/eksplorasi endapan bahan galian dimulai
dengan kegiatan prospeksi atau eksplorasi pendahuluan yang meliputi kegiatan persiapan di
kantor (kompilasi foto udara, citra landast, GIS, peta-peta yang sudah ada, atau laporan yang
tersedia) sampai kepada survei geologi awal yang terdiri dari peninjauan lapangan, pemetaan
geologi regional, pengambilan contoh (scout sampling) serta memetakan mineralisasi endapan
untuk mengetahui apakah kegiatan eksplorasi ini bisa dilanjutkan atau tidak.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan eksplorasi detail (rinci) yang meliputi pemetaan geologi
rinci serta pengambilan contoh dengan jarak yang relatif rapat sesuai dengan sifat endapan bahan
galian termaksud. Contoh-contoh yang diperoleh kemudian dianalisis di laboratorium untuk
ditentukan kadar, sifat fisik lain yang menunjang kegiatan penambangan. Perhitungan cadangan
dilakukan dengan berbagai metode perhitungan yang sesuai untuk jenis endapan tertentu, antara
lain dengan cara area of influence, triagular grouping,cara penampang, cara block system dan
lain sebagainya. Secara konvensional sampai kepada cara geostatistik (kriging). Kegiatan
eksplorasi diawali dengan melakukan studi pendahuluan, berupa studi literatur tentang genesa
timah, keterdapatan, studi fisiografis, lithologi dan stratigrafi daerah eksplorasi. Studi ini juga
dilakukan tinjauan kembali terhadap data pemboran yang telah dilakukan. Kemudian dilakukan
penetapan wilayah studi dan dibuat suatu program pemboran.
Eksplorasi merupakan salah satu kegiatan untuk mengetahui :
1. Kadar ( %, gram/ton, kg/m, kalori )
2. Bentuk endapan
3. Kedalaman endapan
4. Penyebaran ( lateral, vertikal )
5. Posisi endapan ( miring, datar, vertikal )
6. Sifat-sifat fisik endapan ( lunak, keras )
7. Sifat-sifat batuan samping
8. Jumlah cadangan
Macam macam metode di dalam teknik eksplorasi :
1. Metode pemetaan geologi
2. Metode geokimia
3. Metode geofisika
4. Metode pit, trench, strip
5. Metode pemetaan tambang
6. Metode pemboran
2. OPERASIONAL PENAMBANGAN ( EKPLOITASI )
Didalam proses penambangan timah dikenal 2 jenis penambangan yang dikenal di
Bangka Belitung :
a. Penambangan Lepas Pantai
Penambangan Timah Lepas Pantai (laut lepas). Pada kegiatan penambangan lepas pantai,
perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksididaerah lepas pantai
(off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7
cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter
sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter
kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah
lebih dari 100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam
sepanjang tahun.
Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk
mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke
Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya selain
bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan yaitu minimal
70-72% Sn.
b. Penambangan Timah Darat - Gravel Pump
Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau Bangka Belitung, tentunya system
operasional yang digunakan tidaklah sama seperti pada wilayah lepas pantai. Proses
penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump).Setiap kontraktor atau
mitra usaha melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh
perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk
mengetahui kekayaan dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau
prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi dari
mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian
Kerja Sama.
(Proses penambangan di Darat )

Pada daerah tertentu, penambangan timah darat menghasilkan wilayah sungai besar yang
disebut dengan kolong/danau. Kolong/danau itulah merupakan inti utama cara kerja
penambangan darat, karena pola kerja penambangan darat sangat tergantung pada pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita lihat dari udara,
penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan ari dalam jumlah besar seperti danau
dan tampak berlobang-lobang besar.
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) perusahaan
dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra usaha dibawah kendali perusahaan.
Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat mulai dari
Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar berkapasitas 100
m3/jam. Produksi penambangan timah menghasilkan bijih pasir timah dengan kadar tertentu.

3. PENGOLAHAN
( Proses Pengolahan Timah )
a. Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian
untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah
mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan
pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah
kandungan timah pada bijih. Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau
mineral timah ( kasiterit SnO2 ). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan
serangkaian proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar
timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan material yang akan dilebur, proses
peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam timah. Pemakaian timah biasanya dalam
bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama timah putih yakni campuran 80% timah, 11 %
antimony dan 9% tembaga serta terkadang ditambah timbal. Timah putih ini terutama dipakai
untuk peralatan logam pelindung dan pipa dalam industri kimia, industri bahan makanan dan
untuk menyimpan bahan makanan. Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan
namanya yaitu meningkatkan kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut
atau lepas pantai dengan penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan dengan
air atau washing dan kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya
mengandung 20 30 % timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar
kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil penambangan darat
biasanya mengandung kadar timah yang sudah cukup tinggi >60%. Adapun Proses pengolahan
mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
b. Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang
berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam
ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
c. Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang mempunyai berat
jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi
sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue
lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke
dalam trapezium Jig Yuba.
d. Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih
tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini
proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat
pengolah ini adalah 60 kg/jam.
e. Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan
memanaskan pipa besi yang ada di tengah tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api
yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
f. Klasifikasi
Bijih bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses proses pemisahan/klasifikasi
lanjutan yakni: klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screeningklasifikasi berdasarkan
sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.klasifikasi berdasarkan sifat
kemagnetannya dengan Magnetic separator.Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan
menggunakan alat seperti shaking table , air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan
terak/tailing).
g. Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi
seperti zircon dan thorium ( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih
timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula - mula bijih diayak dengan vibrator listrik
berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa
cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah
pada air table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting,
sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan. Mineral - mineral tersebut lalu
dipisahkan dengan high tension separator - pemisahan berdasarkan sifat konduktor -
nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan
Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing -
masing dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga
dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.

4. PELEBURAN ( SMELTING )
a. Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu proses
yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi
material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.
b. Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian 24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan
pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur
terdapat bagian bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature recorder,
fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan
combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal
dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke
dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas.Tahap awal peleburan baik peleburan I dan
II adalah proses charging yakni bahan baku bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur
melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 15000C.unsure
unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah
cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut ke
dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas gas lainnya. Setelah peleburan
selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang
berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan
/penurunan temperatur hingga 4000C sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead
dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.

5. PEMURNIAN (REFINING )
- Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material yang
akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities
sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki
impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih
besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk
gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga
terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk
CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92%
(pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina melihat
apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
- Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar
parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses
pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai
pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb-
Sn, pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun
bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya
adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi
dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip
elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit
yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen
utama yaitu dua buah elektroda anoda dan katoda yang tercelup ke dalam bak
elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine
(timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis
sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya
H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju
katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan tidak
terlalu besar.

Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan
secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam.
Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C.
Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan
melting kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya,
aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnya dan permukaan
timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan
timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata
sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
5. Ingot timah yang telah dingin disusun dan ditimbang.

6. DISTRIBUSI DAN PEMASARAN ( MARKETING )


Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam
timah.Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar
negeri atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam
Timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan, Cina dan
Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia serta Amerika
dan Kanada.
Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor sedangkan
untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta. Tipe pembeli
logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user) seperti pabrik atau industri
solder serta industri pelat timah serta pedagang besar (trader). Produk yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar internasional dan terdaftar dalam pasar bursa
logam di London (London Metal Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight and analysis certificate) yang berstandar
internasional dan berpedoman kepada standar produk yang ditetapkan oleh London Metal
Exchange (LME) sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam.
Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah dibedakan atas kualitas dan
bentuknya.
A. Berdasarkan kualitas produk dapat dibedakan atas :
Banka Tin (kadar Sn 99.9%)
Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)
Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka
LL40ppm, Banka LL80ppm, Banka LL200ppm
Tin Alloy, dalam bentuk babbit (kadar Sn 80-88 %) dan Pewter (kadar Sn 91-95 %)
Tin Solder, produk solder (info lebih lanjut dapat dilihat di situs resmi PT.TIMAH.)
B. Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas :
Banka Small Ingot
Banka Tin Shot
Banka Pyramid
Banka Anoda

7. PASCA TAMBANG
Pengelolaan Lingkungan dan Reklamasi
Salah satu pijakan penting di Indonesia dalam upaya membangun kepedulian terhadap
lingkungan adalah pemberlakuan ketentuan tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), sebagai syarat bagi para pelakuk usaha dalam upaya menciptakan kegiatan ekonomi
dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Para pelaku usaha dituntut untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan dan standar dibidang lingkungan. Untuk memastikan
pengelolaan lingkungan yang dijalankan benar-benar berlangsung efektif, PT. Timah melakukan
tindakan pengawasan secara internal maupun pengawasan dengan melibatkan pihak independen,
mengacu pada Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001, yang sejak tahun 1997 telah kami
raih. Dalam melakukan praktek penambangan, kami mengacu pada pedoman good mining
practices serta melakukan reklamasi lahan pasca tambang secara efektif dan bertanggung jawab.
Strategi utama PT Timah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis karyawan dalam menjaga kualitas
lingkungan.
2. Menjadikan etika dan ketentuan mengenai kepedulian pelestarian lingkungan sebagai materi
pokok dalam buku pedoman tata kelola perusahaan yang baik.
3. mewajibkan mitra usaha tambang untuk mematuhi ketentuan praktek penambangan yang baik
dan menjaga keselamatan saat bekerja.
Kegiatan menambang berpotensi mengubah bentang alam dan mengganggu ekosistem. Oleh
sebab itu, sejak kegiatan operasi penambangan direncanakan, PT Timah memberikan perhatian
khusus bagi perbaikan kembali kualitas lingkungan. Terutama pada masa pasca tambang
sehingga kondisi lingkungan diupayakan bisa kembali seperti sedia kala. Kami juga secara tegas
mengatur bahwa kegiatan penambangan hanya boleh dilakukan pada lokasi - lokasi yang
merupakan kuasa pertambangan (KP) Perseroan dan di kawasan yang bukan termasuk hutan
lindung.
PT. Timah juga mengembangkan konsep hutan tanaman industri (HTI) dengan memilih jenis
tanaman produktif seperti karet unggul untuk ditanam masyarakat, dan diharapkan dengan
konsep HTI maka masyarakat lebih menjadi peduli untuk melakukan perawatan dengan bantuan
penyediaan pupuk maupun perangkat lain dari Perseroan. Jenis dari tanaman dalam pelaksanaan
reklamasi adalah tanaman unggul yang dapat dinikmati hasilnya dalam kurun waktu tidak terlalu
lama, antara 5-6 tahun setelah tanam
Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang Timah

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memanfaatkan tailing timah. Penanaman dengan tanaman
hortikultura dan tanaman pangan telah berhasil. Sejumlah area digunakan untuk pemukiman,
sementara areal lain dikonversi menjadi taman rekreasi (Majid et al, 1994). Sekitar 80 % dari
tailing timah merupakan sand dan sisanya slime dan sandy slime. Slime tailing merupakan
hamparan permukaan yang lebih baik dibandingkan sand tailing untuk pertanian karena
drainasenya baik. Sand tailing sangat tidak subur dan tidak cocok untuk budidaya tanaman.

Hanya sebagian kecil dari lahan tidak subur tersebut yang dimanfaatkan untuk peternakan,
penanaman sayuran, dan buah (Ang, 1994). Sujitno (2007) melaporkan sejumlah tanaman sudah
pernah dicoba perusahaan maupun masyarakat untuk memanfaatkan lahan tailing timah di Pulau
Bangka, Belitung dan Singkep. Tanaman tersebut antar lain kelapa, jambu monyet, pisang, ubi,
pepaya, kacang tanah, dan sayuran. Budidaya tanaman tersebut dikombinasikan dengan usaha
peternakan ayam yang merupakan sumber bahan organik bagi lahan ini. Menurut Majid et al.
(1994), produksi pertanian di tailing timah sangat intensif dan membutuhkan masukan modal
yang besar dan tentu saja sulit terjangkau oleh petani umumnya.

Penggunaan pohon, terutama spesies pohon multiguna (multipurpose tree species, MPTS) seperti
Acacia mangium, Acacia auriculiformis dan Leucaena diversifolia telah digunakan untuk
silvikultur di lahan bekas tambang di Semenanjung Malaysia sejak 1987. Luas tailing timah yang
harus di reklamasi di negara tersebut diperkirakan 202.700 ha atau sekitar 1,5% dari total daratan
semenanjung Malaysia ((Awang, 1994).

PT. Timah Tbk selaku perusahaan pertambangan timah utama di Indonesia mulai melakukan
penelitian secara sistematis dan ilmiah untuk revegetasi lahan pasca tambang timah pada tahun
1982 bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian.
Selanjutnya revegetasi dilakukan dengan menggunakan tanaman akasia (A. mangium dan A.
auriculiformis), gamal dan sengon (Sujitno, 2007). Revegetasi selama lebih dari 6 tahun dengan
A. mangium di lahan pasca tambang PT. Timah Tbk dikategorikan berhasil (Latifah, 2000).
Sampai dengan April 2001, PT. Timah Tbk. telah mereklamasi sekitar 5.251. ha di Pulau Bangka
dan Belitung (PT. Timah Tbk., 2002).

Sejak tahun 2001, perusahaan ini untuk sementara menghentikan program reklamasinya karena
lahan-lahan yang telah direklamasi ditambang kembali secara illegal oleh masyarakat setempat.
Program tersebut baru dilaksanakan kembali pada tahun 2007 melalui pencanangan program
Green Babel.

Penanganan Lahan Bekas Tambang

A. KARAKTERISTIK TANAH

1. Tanah didominasi tekstur pasir


2. Miskin Hara
3. Porositas Tinggi
4. Kemampuan Menahan Air Rendah

B. PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN LAHAN

1. Perataan Lahan (Contour Leveling)


2. Pembuatan Sistem Drainase
3. Penggemburan

C. METODE PENANAMAN DENGAN POT SISTEM


1. Pembuatan Lubang Tanam 50 x 50 x 50 cm
2. Media Tanam per lubang berupa :

i. Top soil : 0,125 m3

ii. Kompos : 2 Kg

iii. Pupuk TSP : 250 gram

3. Jarak Tanam 4 x 4 m = 625 lubang/Ha

D. PEMILIHAN VEGETASI

1. Tanaman Perkebunan : Karet, Sawit,


2. Tanaman Kehutanan : Ulin, Meranti
3. Tanaman Pertanian : Lada, Jagung, Jeruk
4. Tanaman Kehutanan lokal yang telah terbukti adaptatif

E. PERAWATAN

1. Pemupukan 3 kali setahun dengan pupuk NPK dan kompos (2 Kg/batang) dengan dosis
pupuk per batang :

Urea : 240 gram

TSP : 180 gram

KCl : 120 gram

2. Penyulaman
3. Pengendalian hama dan penyakit

F. PENGAMATAN PERKEMBANGAN TANAMAN

1. Pengamatan pertumbuhan
2. Pengukuran diameter batang, tajuk dan tinggi tanaman
G. PENGENDALIAN EROSI

1. Pengaturan slope
2. Sistem drainase
3. Cover crops
4. Terasering
5. Pemasangan cerucuk, dll

Anda mungkin juga menyukai