Anda di halaman 1dari 12

Akuntansi Belanja

KEBIJAKAN AKUNTANSI
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

AKUNTANSI BELANJA

PENDAHULUAN
Tujuan
1. Tujuan kebijakan akuntansi belanja adalah untuk mengatur perlakuan
akuntansi atas belanja dan informasi lainnya dalam rangka memenuhi tujuan
akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
2. Perlakuan akuntansi belanja mencakup definisi, pengakuan, pengukuran dan
pengungkapan belanja.

Ruang Lingkup
3. Kebijakan ini diterapkan dalam pencatatan akuntansi belanja yang disusun
dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis kas.
4. Pernyataan kebijakan ini berlaku untuk entitas pelaporan pemerintah daerah,
yang memperoleh anggaran berdasarkan APBD, tidak termasuk perusahaan
daerah.

DEFINISI
5. Berikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam kebijakan dengan
pengertian:
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.
Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah
daerah meliputi rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan yang diukur
dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara
sistematis untuk satu periode.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah daerah.
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas
pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.
Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh
penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank
yang ditetapkan.

Lampiran VII - 1
Akuntansi Belanja

PENGAKUAN
6. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah.
7. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
8. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

KLASIFIKASI BELANJA
9. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja),
organisasi, dan fungsi.
10. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada
jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk
pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal,
bunga, hibah, subsidi, hibah, bantuan keuangan/sosial dan belanja tak
terduga.
11. Klasifikasi belanja menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit
organisasi pengguna anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi di
pemerintah daerah antara lain belanja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), Sekretariat Daerah, dinas, dan lembaga teknis daerah.
12. Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-
fungsi utama pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
13. Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
Pasal 27, sebagai berikut:
(a) Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi/urusan,
program, dan kegiatan, serta jenis belanja;
(b) Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
organisasi pemerintahan daerah;
(c) Klasifikasi menurut fungsi/urusan terdiri dari: (1) klasifikasi berdasarkan
urusan pemerintahan untuk tujuan manajerial pemerintahan daerah,
dan (2) klasifikasi berdasarkan fungsi pengelolaan keuangan negara
untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan dalam rangka pengelolaan
keuangan negara.
14. Klasifikasi belanja sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005, lebih lanjut dijabarkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006, yaitu:
(a) Klasifikasi belanja dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang terdiri dari
belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan. Klasifikasi belanja
menurut urusan wajib mencakup: pendidikan, kesehatan, pekerjaan
umum, perumahan rakyat, penataan ruang, perencanaan
pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan,
kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan, keluarga
berencana dan keluarga sejahtera, social, tenaga kerja, koperasi dan
usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda

Lampiran VII - 2
Akuntansi Belanja

(b) dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, pemerintahan
umum, kepegawaian, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik,
arsip, dan komunikasi dan informatika. Klasifikasi belanja menurut
urusan pilihan mencakup: pertanian, kehutanan, energi dan sumber
daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan,
perindustrian, dan transmigrasi.
(c) Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk tujuan keselarasan
dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara yang mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Menurut klasifikasi ini, belanja terdiri atas: pelayanan
umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi, lingkungan hidup,
perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya,
pendidikan dan perlindungan sosial. Berbeda dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
tidak memasukkan fungsi pertahanan dan agama karena kedua
fungsi tersebut adalah urusan pemerintahan yang dilaksanakan
sepenuhnya oleh pemerintah pusat dan tidak didesentralisasikan.
(d) Klasifikasi menurut kelompok belanja terdiri dari belanja langsung dan
belanja tak langsung. Pengklasifikasian belanja ini berdasarkan kriteria
apakah suatu belanja mempunyai kaitan langsung dengan program/
kegiatan atau tidak. Belanja yang berkaitan langsung dengan
program/kegiatan (misalnya belanja honorarium, belanja barang,
belanja modal) diklasifikasikan sebagai belanja langsung, sedangkan
belanja yang tidak secara langsung dengan program/kegiatan (misalnya
gaji dan tunjangan pegawai bulanan, belanja bunga, donasi, belanja
bantuan keuangan, belanja hibah, dan sebagainya) diklasifikasikan
sebagai belanja tidak langsung.
(e) Belanja pegawai dalam kelompok belanja tidak langsung merupakan
belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta
penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Uang
representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan
tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan
penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dianggarkan dalam belanja pegawai. Dalam
belanja pegawai pemerintah daerah dapat memberikan tambahan
penghasilan kepada pegawai negeri sipil berdasarkan pertimbangan
yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah
dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Tambahan penghasilan diberikan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan pegawai berdasarkan beban kerja atau
tempat bertugas atau kondisi kerja atau kelangkaan profesi atau
prestasi kerja.
(f) Belanja bunga dalam kelompok belanja tidak langsung digunakan untuk
menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban
pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Lampiran VII - 3
Akuntansi Belanja

(g) Belanja subsidi dalam kelompok belanja tidak langsung digunakan untuk
menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga
tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau
oleh masyarakat banyak.
(h) Belanja hibah dalam kelompok belanja tidak langsung digunakan untuk
menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau
jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok
masyarakat/ perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya. Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dianggarkan
apabila pemerintah daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja
urusan wajib guna memenuhi standar pelayanan minimum yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Pemberian hibah
dalam bentuk barang dapat dilakukan apabila barang tersebut tidak
mempunyai nilai ekonomis bagi pemerintah daerah yang bersangkutan
tetapi bermanfaat bagi pemerintah atau pemerintah daerah lainnya
dan/atau kelompok masyarakat/perorangan. Pemberian hibah dalam
bentuk jasa dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah
memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi
standar pelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam
bentuk barang atau jasa dapat diberikan kepada pemerintah daerah
tertentu sepanjang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Hibah kepada pemerintah bertujuan untuk menunjang peningkatan
penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah. Hibah kepada
perusahan daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanan
kepada masyarakat. Hibah kepada pemerintah daerah lainnya bertujuan
untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan layanan dasar umum. Hibah kepada badan/lembaga/organisasi
swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan daerah.
Belanja hibah bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus
menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah. Belanja hibah kepada
pemerintah dikelola sesuai dengan mekanisme APBN, serta hibah
kepada pemerintah daerah lainnya dan kepada perusahaan daerah,
badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok
masyarakat/perorangan dikelola dengan mekanisme APBD sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
(i) Bantuan sosial dalam kelompok belanja tidak langsung digunakan untuk
menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau
barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak secara terus
menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki
kejelasan peruntukan penggunaannya. Untuk memenuhi fungsi APBD
sebagai instrumen keadilan dan pemerataan dalam upaya peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, bantuan dalam bentuk uang
dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi seluruh

Lampiran VII - 4
Akuntansi Belanja

kebutuhan belanja urusan wajib guna terpenuhinya standar pelayanan


minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Bantuan kepada partai politik diberikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam bantuan sosial.
(j) Belanja bagi hasil dalam kelompok belanja tidak langsung digunakan
untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota
kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu
kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
(k) Bantuan keuangan dalam kelompok belanja tidak langsung digunakan
untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau
khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan
kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota
kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka
pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. Bantuan
keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya
diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa
penerima bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan
dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah
pemberi bantuan. Pemberi bantuan bersifat khusus dapat mensyaratkan
penyediaan dana pendamping dalam APBD atau anggaran pendapatan
dan belanja desa penerima bantuan.
(l) Belanja tidak terduga dalam kelompok belanja tidak langsung digunakan
merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup. Kegiatan yang bersifat tidak biasa yaitu
untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap
stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan,
ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah. Pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah
ditutup harus didukung dengan bukti-bukti yang sah.
(m) Belanja pegawai dalam kelompok belanja langsung tersebut
dimaksudkan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan
program dan kegiatan pemerintahan daerah. Belanja jenis ini antara lain
untuk menampung honorarium panitia pengadaan dan administrasi
pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang
dianggarkan pada belanja modal sebagaimana dianggarkan pada
belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.
(n) Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/
pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas)
bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah. Belanja barang dan jasa ini mencakup
belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi,
perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa

Lampiran VII - 5
Akuntansi Belanja

rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat,


sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman,
pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-
hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas, dan
pemulangan pegawai.
(o) Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,
dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan
aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya
sebesar harga beli/bangun aset.
15. Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan sebagai dasar untuk
penyusunan anggaran berbasis kinerja. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dalam menggunakan sumber
daya yang terbatas. Oleh karena itu, program dan kegiatan SKPD harus
diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah ditetapkan sesuai
dengan rencana kerja pemerintah daerah. Salah satu upaya yang perlu
dilakukan adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan
program dan kegiatan. Dengan demikian, antara kebijakan, program,
kegiatan, dan rincian kegiatan harus merupakan suatu rangkaian yang
mencerminkan adanya keutuhan konseptual. Adapun hubungan antara
fungsi, program, kegiatan, dan rincian kegiatan dalah sebagai berikut:
(a) Fungsi, adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu
yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
nasional. Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi.
Klasifikasi dan penggunaan fungsi disesuaikan dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing SKPD.
(b) Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya
yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi
yang dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi SKPD
yang bersangkutan. Dengan demikian, rumusan program harus secara
jelas menunjukkan keterkaitan dengan kebijakan yang mendasarinya
dan memiliki sasaran kinerja yang jelas dan terukur untuk mendukung
upaya pencapaian tujuan kebijakan yang bersangkutan. Program
dilaksanakan berdasarkan kerangka acuan yang menjelaskan antara lain
pendekatan dan metodologi pelaksanaan, menguraikan secara ringkas
berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka mendukung
implementasi program yang bersangkutan, indikator-indikator
keberhasilan program, serta penanggungjawabnya.
(c) Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu program, yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan
sumber daya, baik yang berupa sumber daya manusia, barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, maupun kombinasi dari

Lampiran VII - 6
Akuntansi Belanja

beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan


(input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang/jasa.
(d) Rincian kegiatan adalah bagian dari kegiatan yang menunjang usaha
pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan tersebut. Kegiatan dapat dirinci
ke dalam 2 (dua) atau lebih rincian kegiatan, karena kegiatan tersebut
mempunyai dua atau lebih jenis dan satuan keluaran yang berbeda satu
sama lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa rincian kegiatan
yang satu dapat dipisahkan dengan rincian kegiatan lainnya
berdasarkan perbedaan keluaran. Kegiatan/rincian kegiatan harus
dengan jelas 1 menunjukkan keterkaitannya dengan program yang
memayungi, memiliki sasaran keluaran yang jelas dan terukur, untuk
mendukung upaya pencapaian sasaran program yang bersangkutan.
16. Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang
ditetapkan dalam dokumen anggaran.
17. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi
pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja
pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain.
18. Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan
untuk keperluan pengendalian bagi manajemen dengan cara yang
memungkinkan pengukuran kegiatan belanja tersebut.

Lampiran VII - 7
Akuntansi Belanja

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS BELANJA BARANG PAKAI HABIS DAN


BELANJA MODAL/ASET TETAP
19. Suatu pengeluaran belanja akan diperlakukan sebagai belanja modal
(nantinya akan menjadi aset tetap) jika memenuhi seluruh kriteria sebagai
berikut:
(a) Umur pemakaian (manfaat ekonomi) barang yang dibeli lebih dari 12
(dua belas) bulan
(b) Barang yang dibeli merupakan objek pemeliharaan atau barang tersebut
memerlukan biaya/ongkos untuk dipelihara.
(c) Perolehan barang tersebut untuk digunakan dan tidak untuk
dijual/dihibahkan/disumbangkan/diserahkan kepada pihak ketiga.
(d) Nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk
pembelian barang tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap yang telah ditetapkan. Memenuhi kriteria material/batasan
minimal kapitalisasi aset tetap sebagai berikut:

Jumlah Harga
No. Uraian Lusin/Set/Satuan
(Rp)
1 Tanah 1
2 Peralatan dan Mesin, terdiri atas:
2.1 Alat-alat Berat 5.000.000
2.2 Alat-alat Angkutan 1.500.000
2.3 Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur 600.000
2.4 Alat-alat Pertanian/Peternakan 1.000.000
2.5 Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga
- Alat-alat Kantor 500.000
- Alat-alat Rumah Tangga 300.000
2.6 Alat Studio dan Alat Komunikasi 500.000
2.7 Alat-alat Kedokteran 1.600.000
2.8 Alat-alat Laboratorium 1.000.000
2.9 Alat Keamanan 1.000.000
3 Gedung dan Bangunan, yang terdiri atas:
3.1 Bangunan Gedung 10.000.000
3.2 Bangunan Monumen 10.000.000
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan, yg terdiri atas:
4.1 Jalan dan Jembatan 10.000.000
4.2 Bangunan Air/Irigasi 10.000.000
4.3 Instalasi 10.000.000
4.4 Jaringan 10.000.000
5 Aset Tetap Lainnya, yang terdiri atas:
5.1 Buku dan Perpustakaan 100.000
5.2 Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan/Olahraga 200.000
5.3 Hewan/Ternak dan Tumbuhan 200.000
6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 1

Lampiran VII - 8
Akuntansi Belanja

20. Jika barang tidak memenuhi salah satu kriteria sebagaimana dimaksud pada
poin 19 maka dilakukan pencatatan pada daftar barang non aset tetap/pakai
habis (extra comptable).

Contoh Kasus:
Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membeli kalkulator hitung
(alat kantor) dengan harga satuan Rp280.000,- sebanyak 100 unit dengan
total pembelian Rp28.000.000,-. Pembelian kalkulator tersebut apakah masuk
kategori belanja modal atau barang pakai habis?

No. Kriteria Memenuhi Kriteria


1 Manfaat ekonomi barang yang dibeli Ya
lebih dari 12 (dua belas) bulan
2 Barang yang dibeli merupakan objek Ya
pemeliharaan atau barang tersebut (Dalam rangka
memerlukan biaya/ongkos untuk pemeliharaan memerlukan
diperlihara biaya pembelian baterai)
3 Perolehan barang tersebut tidak untuk Ya
dijual
4 Nilai rupiah pembelian barang material Tidak
(termasuk klasifikasi Alat Kantor) (Karena nilai harga
satuannya dibawah
batasan minimal
kapitalisasi aset tetap
sebesar Rp500.000)
Kesimpulan: Pembelian kalkulator tersebut tidak memenuhi kriteria belanja
modal maka diperlakukan sebagai barang pakai habis. Pembelian kalkulator
cukup dicatat dalam daftar inventaris barang.

Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membeli mobil


perpustakaan keliling dengan harga satuan Rp.160.000.000,- sebanyak 2 Unit
dengan total pembelian Rp.320.000.000,-. Pembelian mobil tersebut apakah
masuk kategori belanja modal atau barang pakai habis?

No. Kriteria Memenuhi Kriteria


1 Manfaat ekonomi barang yang dibeli Ya
lebih dari 12 (dua belas) bulan
2 Barang yang dibeli merupakan objek Ya
pemeliharaan atau barang tersebut (Dalam rangka
memerlukan biaya/ongkos untuk pemeliharaan memerlukan
diperlihara biaya oli, accu, ban dll)
3 Perolehan barang tersebut tidak untuk Ya
dijual
4 Nilai rupiah pembelian barang material Ya
(termasuk klasifikasi Alat-alat Angkutan) (Karena nilai harga

Lampiran VII - 9
Akuntansi Belanja

satuannya diatas batasan


minimal kapitalisasi ase
tetap sebesar Rp1.500.000)
Kesimpulan: Pembelian Mobil Perpustakaan Keliling tersebut memenuhi
kriteria belanja modal yang nantinya akan menjadi aset tetap.

21. Batasan minimal nilai rupiah pengadaan/pembangunan/pembelian barang


(batasan minimal kapitalisasi aset tetap) berlaku mulai tahun anggaran 2008.
22. Pengadaan/pembangunan/pembelian barang yang dilakukan sebelum tahun
anggaran 2008, jika tidak memenuhi batasan minimal kapitalisasi aset tetap
tetapi memenuhi kriteria aset tetap (sebagaimana diatur dalam poin 19
kecuali butir d) maka akan diperlakukan (dicatat) sebagai aset tetap.

PERLAKUAN AKUNTANSI BELANJA PEMELIHARAAN (KAPITALISASI


ASET TETAP ATAU BUKAN)
23. Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja
modal (dikapitalisasi menjadi aset tetap) jika memenuhi kedua kriteria
poin (a) dan (b) sebagai berikut:
(a) Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara:
- bertambah ekonomis/efisien, dan/atau
- bertambah umur ekonomis, dan/atau
- bertambah volume, dan/atau
- bertambah kapasitas produksi, dan/atau
- bertambah estetika/keindahan/kenyamanan.
(b) Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan barang/aset tetap
tersebut material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang
telah ditetapkan. Memenuhi kriteria material/batasan minimal
kapitalisasi aset tetap, sebagai berikut:

Jumlah Harga
No. Uraian
Satuan (Rp)
1 Tanah 1
2 Peralatan dan Mesin, terdiri atas:
2.1 Alat-alat Berat 5.000.000
2.2 Alat-alat Angkutan: 1.500.000
2.3 Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur 600.000
2.4 Alat-alat Pertanian/Peternakan 1.000.000
2.5 Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga
- Alat-alat Kantor 500.000
- Alat-alat Rumah Tangga 300.000
2.6 Alat Studio dan Alat Komunikasi 500.000
2.7 Alat-alat Kedokteran 1.600.000
2.8 Alat-alat Laboratorium 1.000.000
2.9 Alat Keamanan 1.000.000
3 Gedung dan Bangunan, yang terdiri atas:
3.1 Bangunan Gedung 10.000.000

Lampiran VII - 10
Akuntansi Belanja

3.2 Bangunan Monumen 10.000.000


4 Jalan, Irigasi dan Jaringan, yg terdiri atas:
4.1 Jalan dan Jembatan 10.000.000
4.2 Bangunan Air/Irigasi 10.000.000
4.3 Instalasi 10.000.000
4.4 Jaringan 10.000.000
5 Aset Tetap Lainnya, yang terdiri atas:
5.1 Buku dan Perpustakaan 100.000
5.2 Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan 200.000
5.3 Hewan/Ternak dan Tumbuhan 200.000

Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan


kegiatan/proyek pemeliharaan atas gedung kantor (ruang kerja) dengan
melakukan penggantian kunci pintu/jendela dan pengecatan ruang kerja
dengan total biaya sebesar Rp.8.500.000,-. Kegiatan/proyek pemeliharaan
tersebut apakah masuk kategori pemeliharaan rutin berkala atau belanja
modal yang dapat dikapitaliasi menjadi aset tetap?
No. Kriteria Memenuhi Kriteria
1 Manfaat ekonomi atas barang yang Tidak
dipeliharaan bertambah: bertambah
ekonomis/efisien, bertambah umur
ekonomis, bertambah volume,
bertambah kapasitas produksi
2 Nilai rupiah pengeluaran atas Tidak
pemeliharaan barang/aset tetap (Karena nilai pemeliharaan
tersebut material/melebihi batasan kurang/tidak melampaui
minimal kapitalisasi aset tetap yang batasan minimal
telah ditetapkan kapitalisasi aset tetap
sebesar Rp10.000.000)
Kesimpulan: Pemeliharaan Gedung Kantor tersebut tidak memenuhi
kriteria kriteria belanja yang dapat kapitalisasi asset tetap/pengeluaran
belanja tidak menambah nilai aset tetap yang dipelihara.

Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan


kegiatan/proyek pemeliharaan/rehabilitasi atas gedung kantor dengan
melakukan pengganti atas seluruh lantai ruang kerja yang semula lantai ubin
menjadi lantai marmer dengan total biaya sebesar Rp150.000.000,-.
Kegiatan/proyek pemeliharaan/rehabilitasi tersebut apakah masuk kategori
pemeliharaan rutin berkala atau belanja modal yang dapat dikapitaliasi
menjadi aset tetap?
No. Kriteria Memenuhi Kriteria
1 Manfaat ekonomi atas barang yang Ya
dipeliharaan bertambah: bertambah
ekonomis/efisien, bertambah umur
ekonomis, bertambah volume,

Lampiran VII - 11
Akuntansi Belanja

bertambah kapasitas produksi,


bertambah estetika/keindahan/
kenyamanan
2 Nilai rupiah pengeluaran atas Ya
pemeliharaan barang/aset tetap (Karena nilai pemeliharaan
tersebut material/melebihi batasan diatas/melampaui batasan
minimal kapitalisasi aset tetap yang minimal kapitalisasi aset
telah ditetapkan tetap Rp20.000.000)
Kesimpulan: Pemeliharaan Gedung Kantor tersebut memenuhi kriteria
kapitalisasi aset tetap / pengeluaran belanja yang nantinya akan menambah
nilai aset tetap. Dalam penganggaran seharusnya belanja pemeliharaan
seperti contoh diatas harus dianggarkan dalam belanja modal.

24. Batasan minimal nilai rupiah belanja pemeliharaan yang akan diperlakukan
sebagai belanja modal (dikapitalisasi menjadi aset tetap) berlaku mulai tahun
anggaran 2008.

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING


25. Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang rupiah
dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs tengah
bank sentral pada tanggal transaksi.

TRANSAKSI BELANJA BERBENTUK BARANG DAN JASA


26. Transaksi belanja dalam bentuk barang dan jasa harus dilaporkan dalam
Laporan Realisasi Anggaran dengan cara menaksir nilai barang dan jasa
tersebut pada tanggal transaksi. Disamping itu, transaksi semacam ini juga
harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan
sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk
dari belanja yang dikeluarkan. Contoh transaksi berwujud barang dan jasa
adalah hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.
Hibah dalam bentuk barang perlakuan akuntansi dengan cara
menghapuskan/mengurangi barang yang dihibahkan tersebut dalam daftar
aset/inventaris dan neraca daerah. Rencana penyerahan hibah bentuk
barang tersebut tidak dianggarkan di APBD tahun Anggaran berkenaan dan
begitu juga dengan realisasinya tidak disajikan di Laporan Realisasi Anggaran
tahun berkenaan.

PENGUNGKAPAN
27. Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan belanja, antara lain:
(a) Pengeluaran belanja tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya
tahun anggaran.
(b) Penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya target realisasi belanja
daerah.
(c) Informasi lainnya yang diangggap perlu.

Lampiran VII - 12

Anda mungkin juga menyukai