Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulaunya sejumlah

17.000 buah dan panjang garis pantainya mencapai 81 ribu km yang merupakan

aset bangsa yang cukup besar untuk mengembangkan budidaya laut demikian pula

untuk kondisi lingkungan laut yang masih bersih, keanekaragaman hayati yang

cukup besar dan kondisi iklim tropis yang memungkinkan kelangsungan kegiatan

budidaya sepanjang tahun, dipandang sangat menguntungkan untuk

perkembangan usaha budidaya laut (Afrianto, 1993).

Salah satu hasil komoditas budidaya laut yang diandalkan dan memiliki

prospek yang besar adalah rumput laut. Tujuan strategis pengembangan budidaya

rumput laut di Indonesia diantaranya adalah mengupayakan untuk menghasilkan

produk-produk rumput laut yang berkualitas dan berdaya saing tinggi melalui

peningkatan tekhnologi budidaya dan pengolahan (Anggadiredja, dkk, 1996).

Dalam rangka mendukung program peningkatan ekspor hasil perikanan

diperlukan upaya peningkatan produktivitas melalui pemanfaatan luas lahan

perairan. Salah satu usaha untuk memanfaatkan lahan perairan yaitu dengan

melakukan pembudidayaan rumput laut, yang merupakan komoditi perairan non

ikan yang terbukti mampu memberikan kesejahteraan petani dan nelayan.

Rumput laut dinilai ekonomis karena bahan yang terkandung didalamnya dapat
2

dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan industri, selain itu rumput laut juga

merupakan komoditi yang teknologi produksi relatif murah mudah dan cepat

dalam pelaksanaan pemeliharaan maupun pasca panennya. Rumput laut jenis

Kappapycus alvarezii. Adalah salah satu dari jenis rumput laut yang paling

banyak diusahakan karena jenis ini mengandung keraginan yang tinggi yang

banyak mendukung industri makanan, parmasi dan kosmetik (BBL, 2001).

Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh

melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati.

Tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut tumbuh di

alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu, dan benda

keras lainnya. Selain benda mati, rumput lautpun dapat melekat pada tumbuhan

lain secara epifitik (Anggadiredja dkk, 2006).

Mengingat perairan indonesia berpotensi besar untuk budidaya rumput

laut yang disertai tekhnik yang mudah, penanganan pasca panen yang sederhana,

dan modalnya yang kecil, pemanfaatan rumput laut yang terbesar adalah sebagai

bahan ekspor dalam bentuk rumput laut kering. Sejak tahun 1985-1989, volume

ekspor rumput laut kering indonesia masih tetap saja kecil, yaitu 30,6%, 38,9%,

9,6%, dan 5,4%. kg/tahun. Kenyataan ini menunjukan prospek ekspor rumput

laut Indonesia dimasa akan datang semakin cerah (Departemen Pertanian

Direktorat Jenderal Perikanan, 1996).

Menurut Anonim (2007), salah satu jenis rumput laut yang kini telah

digalakkan budidayanya adalah rumput laut Kappaphycus alvarezii, bahkan sejak

berdirinya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) sepuluh tahun yang lalu,
3

komoditas ini langsung didorong untuk menjadi salah satu komoditas ekspor

utama sector perikanan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Prakerin ini adalah untuk mengetahui dan mengikuti secara

langsung kegiatan tekhnis dalam kegiatan budidaya rumput laut dengan metode

long line mulai dari persiapan hingga panen dan pasca panen khususnya jenis

rumput laut Kappaphycus alvarezii.

1.3 Kegunaan

Kegunaanya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

dalam pengelolaan usaha perikanan, khususnya tekhnik budidaya rumput laut

dengan metode long line dan bahan perbandingan antara teori dengan kondisi di

lapangan.
4

BAB II

PELAKSANAAN

2.1 Waktu dan Tempat

Praktek kerja industri ini dilaksanakan pada tanggal 16 Februari s/d 12 Mei

2015 di Lokasi budidaya rumput laut kelompok binaan Balai Budidaya Air Payau

(BPBAP) Takalar, Desa Mappakalompo, Kecamatan Galesong, Kabupaten

Takalar, Sulawesi Selatan.


5

2.2 Struktur Organisasi Balai Budidaya Air Payau Takalar

STURKTUR ORGANISASI
BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU (BPBAP) TAKALAR TAHUN
2014

KEPALA
BALAI

KASUBAG
KASIE UJI TERAP
TATA USAHA
TEKNIK DAN
KERJASAMA

KASIE PENGUJIAN DAN


DUKUNGAN TEKNIS

KOORDINATOR
FUNGSIONAL

FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL


PEREKAYASA LITKAYASA PENGAWAS PHPI HUMAS

Gambar 1. Struktur organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Payau

(BPBAP) Takalar
6

Dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai Unit Pelaksana Teknis

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Takalar

dalam kegiatannya berpedoman pada SK Menteri Kelautan dan Perikanan

NO.KEP.26 D/MEN/2001.

Berikut ini adalah uraian tugas masing-masing bagian dalam struktur

organisasi Balai Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.

1. Kepala Balai Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar

Kepala BPBAP Takalar selaku penanggung jawab fungsional melaksanakan

fungsi dalam bidang pelaksanaan administrasi, perencanaan dan pengendalian.

Untuk melaksanakan fungsi tersebut, Kepala Balai melaksanakan koordinasi

ke pusat, di dalam unit organisasi Balai dan antara instansi terkait. Dalam

rangka pengendalian dan pengawasan, Kepala Balai mengadakan rapat

mingguan, bulanan dan tahunan.

2. Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi

keuangan, kepegawaian, perlengkapan rumah tangga dan pelaporan.

3. Seksi Standarisasi dan Informasi

Seksi Standarisasi dan Informasi mempunyai tugas menyediakan bahan

standar teknis dan pengawasan pembenihan , budidaya ikan air payau,

pengendalian hama dan penyakit ikan, lingkungan, sumber induk dan benih

serta pengelolaan jaringan dan perpustakaan.


7

4. Seksi Pelayanan Teknis

Seksi pelayanan teknis mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis

kegiatan pengembangan,penerapan serta pengawasan teknik pembenihan dan

pembudidayaan.

5. Kelompok jabatan fungsional

Kelompok jabatan fungsional di BPBAP Takalar mempunyai tugas

melaksanakan kegiatan perekayasaan, pengujian, penerapan standarisasi

pembenihan, pembudidayaan ikan air payau, pengendalian hama dan penyakit

ikan, pengawasan benih, pengawasan budidaya, penyuluhan serta kegiatan

lain yang sesuai dengan tugas masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.


8

2.3 Letak Geografis BPBAP Takalar

Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar merupakan salah

satu Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dirjen Perikanan Budidaya, Kementerian

Kelautan dan Perikanan RI. BPBAP Takalar terletak di Desa Mappakalompo,

Kecamatan Galesong kota, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Secara geografis, BPBAP Takalar berada di wilayah pesisir pantai Selat

Makassar dengan struktur dasar perairan landai dengan kondisi fisik perairan

bersalinitas 30 35 ppt, suhu perairan sekitar lokasi 24 27 C dan pH 7 8,5.

Sebagai salah satu UPT di wilayah Indonesia Timur, BPBAP Takalar berdiri di

atas tanah seluas 2,5 Ha dan terbagi dalam 3 lokasi. Lokasi tersebut terdiri dari

unit pembenihan ikan maupun udang, laboratorium uji, laboratorium pakan alami,

laboratorium rumput laut, laboratorium pakan buatan, lokasi pertambakan,

perkantoran, perpustakaan, aula, asrama, koperasi, pos jaga, sarana olahraga, serta

kompleks perumahan pegawai.


9

2.4 Denah Ruangan Balai Budidaya Air Payau Takalar

Gambar 2. Denah lokasi 1 Balai Perikanan Budidaya Air Payau

BPBAP Takalar
10

Gambar 3. Denah lokasi 2 Balai Perikanan Budidaya Air Payau

BPBAP Takalar
11

2.5 Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No:KEP.26 D/MEN 2001,

tugas Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar adalah: melaksanakan

penetapan teknik pembenihan dan pembudidayaan ikan air payau serta pelestarian

sumber daya induk/benih ikan dan lingkungan, meliputi wilayah perairan payau di

Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Dalam menyelenggarakan tugasnya, BPBAP Takalar menyelenggarakan

fungsi:

1. Pengkajian, pengujian dan bimbingan penerapan standar pembenihan dan

pembudidayaan ikan air payau.

2. Pengkajian standar dan pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan sertifikasi

personil pembenihan serta pembudidayaan ikan air payau.

3. Pengkajian sistem dan tata laksana produksi dan pengelolaan induk jenis

dan induk dasar ikan air payau.

4. Pelaksanaan pengujian teknik pembenihan dan pembudidayaan ikan air

payau.

5. Pengkajian standar pengawasan benih, pembudidayaan serta pengendalian

hama penyakit ikan air payau.

6. Pengkajian standar pengendalian lingkungan dan sumber daya induk /

benih ikan air payau.


12

7. Pelaksanaan sistem jaringan laboratorim pengujian, pengawasan benih dan

pembudidayaan ikan air payau.

8. Pengelolaan dan pelayanan informasi dan publikasi pembenihan

pembudidayaan air payau.

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tanggal

2.5 Sejarah Singkat

Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar merupakan instansi

pemerintah yang didirikan pada tahun 1981 dan berada dibawah naungan

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

BBAP Takalar pada awalnya merupakan Sub Senter Udang (SSU), kemudian

pada tahun 1983 berubah nama menjadi Loka Budidaya Air Payau Takalar, oleh

Pemerintah menganggap penting untuk membentuk suatu struktur yang dapat

melaksanakan pengembangan teknologi perikanan payau dan perikanan laut untuk

kawasan Indonesia Timur, dan merupakan salah satu sarana pengembangan

penelitian perikanan yang diharapkan dapat melakukan rekayasa teknik secara

bertahap dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan daya dukung dan

kemampuan yang ada sehingga pada tahun 2001 berubah status menjadi Balai

Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar. Pada tahun 2014, untuk lebih

memaksimalkan Tujuan Pokok dan Fungsi Balai, maka seluruh UPT Teknis

ditingkat Eselon Satu, dirubah namanya menjadi Balai Perikanan Budidaya Air

Payau (BPBAP) Takalar.


13

Dalam pengembangan tugas, BPBAP Takalar telah menetapkan program

kerja yang bertujuan menghasilkan rekayasa melalui percobaan dan penelitian

pada setiap kelompok fungsional yang ada, baik dalam pembenihan, budidaya,

maupun alih teknologi. Dengan hasil rekayasa tersebut diharapkan akan

memberikan manfaat dan sumber informasi bagi peningkatan produksi dan

selanjutnya disebarluaskan kepada masyarakat.


14

BAB III

RUANG LINGKUP KEGIATAN PRAKERIN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktek kerja industri ini dilaksanakan pada tanggal 16 Februari s/d 12 Mei

2015 di Lokasi budidaya rumput laut kelompok binaan Balai Budidaya Air Payau

(BPBAP) Takalar, Desa Mappakalompo, Kecamatan Galesong, Kabupaten

Takalar, Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan Budidaya rumput laut akan disajikan

pada tabel berikut :

Tabel 1.Alat yang digunakan selama kegiatan praktek meliputi :

No Alat Kegunaan

1 Parang Alat untuk memotong alat-alat yang akan digunakan

2 Pisau Untuk memotong bibit rumput laut

3 Timbangan Untuk menentukan berat rumput laut

4 Pelampung Agar lokasi rumput laut tidak tenggelam

5 Waring Untuk penjemuran rumput laut

6 Perahu/sampan Alat transportasi

7 Gunting Memotong bahan


15

Untuk proses panen, pengikatan dan penjemuran rumput


8 Terpal
laut

9 Alat kualitas air Untuk mengukur parameter kualitas air

10 Para-para Untuk penjemuran rumput laut

11 Karung Tempat pasir sebagai jangkar

12 Tali-temali Untuk kontruksi dan pengikatan rumput laut

Sedangkan bahan- bahan yang digunakan antara lain :

1. Bibit rumput laut

2. Pasir (Bahan untuk pembuatan jangkar)

3.3 Metode Pengambilan Data

Kegiatan Prakerind ini dilaksanakan secara partisipasi langsung dengan

mengikuti beberapa prosedur sebagai berikut :

1. Observasi langsung berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh teknisi dan

karyawan BPBAP Takalar secara menyeluruh dan sistematik.

2. Koasistensi bersama dengan teknisi dan karyawan, tentang pelaksanaan

berbagai kegiatan lapangan yang telah terprogram guna meningkatkan

kegiatan produksi.

3. Wawancara dan tanya jawab antara peserta Prakerind dengan para

karyawan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih

banyak tentang pengelolaan pembenihan ikan kerapu dan sebagai bahan

informasi yang cukup penting, agar nantinya dapat mencari solusi apabila

mendapatkan masalah dilapangan.

4. Pengambilan Data
16

1. Data Primer
Mencatat datayang diperoleh dalam kegiatan Prakerind di
BPBAP Takalar.
2. Data Sekunder
Mencatat setiap data yang diperoleh baik dari instansi terkait,

literatur dan lain-lain yang berguna sebagai bahan penyusunan

laporan.

3.4 Tekhnik budidaya

Konstruksi metode ini semuanya terbuat dari tali PE. Adapun tekhnik

pembuatan konstruksinya sebagai berikut : menyiapkan tali PE 0,10 cm

sepanjang 260 m. kedua ujung tali tersebut dihubungkan kemudian dirancang

sehingga berbentuk persegi panjang berukuran 100 X 25 m. Pada keempat sudut

dilengkapi dengan empat buah pelampung yang berfungsi mempertahankan

konstruksi agar tetap berada pada permukaan air. Agar konstruksi tersebut tetap

pada posisi yang diharapkan maka pada keempat sudut yang sama dilengkapi

dengan enam buah jangkar

3. METODE LONG LINE


25 m

100 m

Gambar 4. metode long Line


17

Pelampung Pelampung botol plastik


utama

0-15 cm
20 cm

50 100 mtr

Jangkar

Pelampung botol plastik

Rumpun
Eucheuma Tali
nilon
Tali bibit
bibpengikat

Gambar 5. metode long line tampak dari samping

3.4 Bibit

Setelah selesai menyiapkan konstruksi maka tahap berikutnya adalah

menyiapkan tali jalur yang terbuat dari tali PE 0,5 cm. tali tersebut dipotong

masing-masing 25 m sesuai dengan panjang konstruksi. Pada satu tali jalur

dipasang pada 120 tali cincin (tali titik) berjarak 25 cm yang berfungsi sebagai

tempat mengikat bibit yang akan digunakan.

Bibit yang digunakan adalah tanaman muda dari hasil budidaya.

Sebelum diikat bibit tersebut dipotong agar ukurannya sesuai dengan bobot yang
18

dikehendaki. Untuk mengetahui perkembangan tanaman, ditentukan beberapa

sample dengan berat rata-rata 100 gram.

Gambar 6. ciri-ciri bibit yang baik dan sehat

Dalam satuan unit usaha budidaya rumput laut diperlukan perhatian

khusus tentang bibit yang digunakan. Disarankan, untuk setiap kegiatan usaha

budidaya rumput laut harus memiliki rakit khusus sebagai penyuplai bibit.

Karena dengan rakit khusus ini bibit yang digunakan dapat tersedia setiap saat dan

dapat memenuhi kriteria bibit yang baik. Kriteria bibit yang baik :

a. bercabang banyak dan rimbun

b. tidak terdapat bercak dan terkelupas

c. warna spesifik (cerah).

d. umur 25-35 hari,

e. berat bibit 50-100 gram.


19

3.5 Penanaman

Kegiatan penanaman untuk semua metode relatif sama, penanaman

diawali dengan mengikat rumput laut (bibit) ketali jalur yang telah dilengkapi

dengan tali pengikat rumput laut. Pengikatan bibit rumput laut harus dilakukan di

lokasi yang terlindung dari sinar matahari langsung, umumnya dilakukan ditepi

pantai di bawah pohon atau pondok yang disiapkan khusus. Berat bibit yang

ditanam berkisar antara 50 sampai 100 gram per ikatan, jarak tanam berkisar

antara 50-100 cm. setelah selesai mengikat rumput laut maka tali jalur yang berisi

rumput laut tersebut diikatkan pada kerangka yang telah tersedia. Botol aqua

diikatkan pada tali bentangan sebagai pelampung serta seminggu sekali dilakukan

pembersihan.

Gambar 7. Persiapan penanaman rumput laut dan proses penebaran rumput

laut menggunakan metode long-line


20

3.6 Sampling

Untuk mengahui pertumbuhan rumput laut yang ditanam maka selama satu

periode penanaman perlu dilakukan selama tujuh kali sampling. Sampling

pertama dilakukan pada saat bibit akan ditanam untuk mengetahui berat awal.

Sampling kedua dilakukan setelah tanaman berumur satu minggu (7 hari).

Sedangkan sampling ketiga berumur tujuh hari dan begitu selanjutnya, sampai

pada saat panen. Suatu kegiatan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii

dikatakan baik apabila laju pertumbuhan rata-rata per hari minimal 3 %.

Gambar 8. Sampling untuk mengetahui pertumbuhan setiap minggu.


21

3.7 Manajemen budidaya rumput laut

Keberhasilan suatu usaha budidaya rumput laut sangat tergantung dari

manajemen budidaya rumput laut. Kegiatan pengontrolan merupakan kegiatan

rutin yang dilakukan sesering mungkin untuk membersihkan tanaman dari

tanaman pengganggu dan juga untuk melakukan penyulaman terhadap tanaman

yang terlepas. Khusus untuk kegiatan penyulaman hanya dilakukan pada minggu

pertama setelah rumput laut ditanam.

Gambar 9. Pengontrolan rumput laut

3.8 Penanganan hama dan penyakit

Hama rumput laut yang biasa dijumpai adalah larva bulu babi

(Tripneustes) dan larva teripang (Holothuria sp.). Hama lainnya antara lain ikan

baronang (Siganus sp.), bintang laut (Protoneustes nodulus), bulu babi (Diadema
22

dan Tripneustes sp.), dan penyu hijau (Chelonia midas). Serangan ikan beronang

umumnya bersifat musiman sehingga setiap daerah memiliki serangan waktu yang

berbeda. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hama tersebut adalah

dengan cara memperbaiki/memodifikasi tekhnik budidaya, sehingga tanaman

budidaya berada pada posisi permukaan air. Selain itu, diterapkan pola tanam

yang serentak pada lokasi yang luas serta terlindung areal budidaya dengan

memasang pagar dan jaring.

Gambar 10. Ikan Baronang (siganus sp) sebagai hama rumput laut

Sedangkan penyakit yang dapat menyerang rumput laut adalah penyakit

bakterial, jamur dan ice-ice. Penyakit bakterial yang disebabkan oleh Macrocytis

pyrifera dan Micrococus umumnya menyerang budidaya Laminaria sp.,

sedangkan penyakit jamur yang disebabkan oleh Hydra thalassiiae menyerang

bagian gelembung Sargassum sp. Penyakit ice-ice (sebagian orang menyebutnya

sebagai white spot) merupakan kendala utama bagi budidaya rumput laut

Kappaphycus alvarezii. Gejala yang diperlihatkan pada rumput laut yang


23

terserang penyakit tersebut adalah antara lain : pertumbuhan yang lambat,

terjadinya perubahan warna thallus menjadi pucat atau warna tidak cerah, dan

sebagian atau seluruh thallus pada beberapa cabang putih dan membusuk.

Penyakit tersebut terutama disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti

arus, suhu dan kecerahan. Kecerahan air yang sangat tinggi dan rendahnya

kelarutan unsur hara nitrat dalam perairan juga merupakan penyebab munculnya

penyakit tersebut.

Gambar 11. Rumput laut yang mempunyai penyakit ice-ice

3.9 Panen dan pasca panen

Akhir dari kegiatan proses produksi budidaya rumput laut adalah

pemanenan, oleh sebab itu kegiatan pemanenan hingga penanganan pasca panen
24

harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang akan berpengaruh terhadap

kualitas produk yang akan dihasilkan. Secara umum kebutuhan akan rumput laut

Eucheuma cottonii (Kappaphucus alvarezii) adalah untuk mendapatkan bahan

karagenan yang terkandung dalam rumput laut tersebut.

Untuk mendapatkan rumput laut yang memiliki kandungan karagenan

sesuai dengan kebutuhan industri maka beberapa hal yang perlu mendapat

perhatian untuk dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Umur

Umur rumput laut akan sangat mempengaruhi kualitas dari rumput laut

tersebut. Jika rumput laut tersebut akan digunakan sebagai bibit maka pemanenan

dilakukan setelah rumput laut berumur 25-35 hari karena pada saat itu tanaman

belum terlalu tua. Sedangkan jika rumput laut tersebut dipanen untuk dikeringkan

maka pemanenan dilakukan pada saat rumput laut tersebut berumur 1,5 bulan atau

lebih karena pada umur tersebut kandungan karaginan cukup tersedia.

b. Cuaca

Hal kedua yang sangat penting pada saat panen adalah cuaca. Jika

pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca cerah maka mutu dari rumput

laut tersebut dapat terjamin. Sebaliknya jika pemanenan dan penjemuran

dilakukan pada cuaca mendung akan terjadi proses fermentasi pada rumput laut

tersebut yang menyebabkan mutunya tidak terjamin.

c. Cara Panen

Pemanenan rumput laut yang dilakukan adalah sebagai berikut:


25

1). Bersihkan rumput laut dari kotoran atau tanaman lain yang melekat

sebelum dilakukan panen.

2). Lepaskan tali bentangan yang penuh dengan ikatan rumput laut dari

tali induk.

3). Letakan gulungan tali bentangan yang berisi rumput laut tersebut di

dalam perahu/sampan.

4). Bawa rumput laut ke daratan, dan lepaskan rumput laut dari tali

bentangan (panen keseluruhan).

5). Panen juga dapat dilakukan masa pemeliharaan, bila ada tanaman

yang tumbuh tidak merata, tanaman kurus atau lambat

pertumbuhannya langsung dipanen kemudian dijemur. Pemanenan

tidak dilakukan pada semua tanaman, namun hanya sebagian saja

untuk memenuhi kebutuhan ataupun permintaan yang datang

sewaktu-waktu
26

Gambar 12. Pengangkatan rumput laut dari hasil panen

Pembudidaya yang memiliki usaha dalam jumlah besar hendaknya

melakukan kegiatan pemanenan dengan cara melepaskan tali jalur yang berisikan

rumput laut siap panen. Rumput laut tersebut diangkut ketepi pantai kemudian

dirontokan dengan jalan memasang dua patok kayu dalam satu lubang kemudian

kedua ujung patok kayu atas direntangkan sehingga membentuk huruf Y. Setelah

itu dua sampai tiga ujung dari tali jalur yang berisikan rumput laut hasil panen

tersebut dimasukan ke antara kedua patok tersebut dan ditarik sehingga rumput

laut rontok dan siap untuk dijemur. Hal ini akan menimbulkan luka yang cukup

banyak pada rumput laut tersebut. Oleh sebab itu pemanenan yang baik adalah

meminimalkan luka pada rumput laut dari setiap hasil panen tersebut.

1. Pengeringan

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam proses pengeringan

hasil panen adalah :


27

1). Sesudah ditimbang, kemudian disebar untuk dikeringkan di atas

wadah (para-para).

2). Setelah 2-3 hari, rumput laut yang sudah cukup kering lantas

dicuci.

3). Pencucian dilakukan dengan air laut selama lima menit,

dengan cara memasukan rumput laut kedalam keranjang

rotan, kemudian digosok- gosok dengan tangan

4). Setelah pencucian selama lima menit, kemudian disebarkan

kembali ke tempat penjemuran selama 0,5-1 hari sampai

tidak kelihatan artikel air garamnya dipermukaan rumput laut

yang dikeringkan.

5). Untuk memudahkan pengontrolan kualitas`serta lama

pengeringan,

harus dipisahkan antara rumput laut yang sudah dijemur selama

2 hari dengan yang baru dijemur sehari.

6). Selalu ditutup dengan terpal pada malam hari/saat hujan.

7). Setelah dicuci dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam

karun.
28

Gambar 13. penjemuran rumput laut dengan menggunakan para-para


29

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktek kerja lapangan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

1). Agar usaha budidaya rumput laut yang dilakukan memberikan

penghasilan

yang baik maka penentuan lokasi budidaya harus dilakukan dengan

serius

serta memperhatikan faktor resiko dan faktor pencapaian.

2). Penentuan metode budidaya yang akan digunakan harus disesuaikan

dengan kondisi lokasi budidaya dan kebiasan masyarakat setempat

serta

memperhatikan asaz lingkungan.

3). Agar mutu rumput laut hasil panen dapat memenuhi kualitas ekspor,

maka

kegiatan panen dan penanganan pasca panen harus memperhatikan hal-

hal

sebagai berikut :
30

a. Panen harus dilakukan setelah tanaman berumur 45 hari.

b. Kurangi luka pada rumput laut (thallus) saat panen.

c. Penjemuran harus dilakukan di atas para-para atau media yang

disiapkan khusus sebagai tempat penjemuran.

d. Distribusi rumput laut baik bibit maupun hasil pengolahan pasca

panen hendaknya dilakukan dengan baik agar mutu rumput laut

tetap dapat dipertahankan.

4.2 Saran

Untuk mengurangi kerusakan rumput laut serendah mungkin perlu

dilakukan pengkajian tekhnologi yang lebih sederhana agar mudah

diaplikasikan kepada masyarakat dan sepulangnya dari PRAKERIND di

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar sekiranya pihak sekolah

memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat mengaplikasikan

ilmu yang kami peroleh selama melaksanakanPRAKERIND di BPBAP

Takalar.
31
32

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan Evi L,.1993.Budidaya Rumput Laut. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Akmal, 2008. Makalah Tekhnik Pembibitan Budidaya dan Panen

Rumput Laut (Kappaphycus alvareii) Disampaikan Pada

Acara Bintek

Pembedayaan Tenaga Kerja Pengolahan Dan Pemasaran

Rumput

Laut Di Makassar. Departemen Kelautan Dan Perikanan

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air

Payau. Takalar

Anggadiredja, dkk, 2006. Rumput Laut (pembudidayaan, pengolahan,

dan

pemasaran komoditas perikanan potensial). Penebar

Swadaya.

Bogor.

Anggadiredja, dkk, 1996. Potensi Dan Manfaat Rumput Laut Indonesia

Dalam Bidang Farmasi, Prosiding Seminar Nasional Rumput

Laut, APBIRI. Jakarta.


33

Balai Budidaya Laut Lampung (BBL), 2001. Pendahuluan. Tekhnologi

Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvareii). DITJEN

KANBUD BBL Lampung.

Murdjani, 2008. Makalah Peningkatan Mutu Rumput Laut Hasil

Budidaya.

Disampaikan Pada Seminar Peningkatan Rumput Laut Hasil

Budidaya Di Makassar. Balai Besar Pengembangan

Budidaya Laut (BBPBL). Lampung.

Sulistijo, 1996. Perkembangan Budidaya Rumput Laut Di Indonesia.

Puslitbang Oseanologi LIPI Jakarata.


34

LAPORAN KEGIATAN SELAMA PREKERIND

Hari/ Kagiatan Siswa Selama Prakerind Paraf

Tanggal

Selasa Pengenalan dengan para pembimbing

17-02-2015 lapangan

Rabu Pengenalan lingkungan BPBAP Takalar

18-02-2015

Rabu Penerimaan materi budidaya rumput laut

25-02-2015 Kappaphycus alvarezii

Sanin Pengangkutan bibit rumput laut

02-03-2015 Penimbangan bibit rumput laut

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit pada tali bentangan

Pembuatan tali ris (cincin) dan tali

bentangan yang baru

Selasa Penerimaan materi budidaya rumput

03-03-2015 laut Kappaphycus alvarezii

Penyiraman bibit rumput laut

Rabu Penebaran bibit rumput laut mengunakan

04-03-2015 metode long-line

Kamis Membersihkan tali bentangan rumput

05-03-2015 laut
35

Pengikatan bibit rumput laut

Penyiraman bibit rumput laut

Jumat Pengikatan bibit rumput laut

06-03-2015 Menggandakan tali bentangan

Penyoraman bibit

Sabtu Pembersihan tali bentangan

07-03-2015 Pembuatan tali ris (cincin)

Minggu Pembersihan tali bentangan

08-03-2015 Pembuatan tali ris (cincin)

Senin Pembersihan tali bentangan

09-03-2015 Pembuatan tali ris (cincin)

Selasa Pembersihan tali bentangan

10-03-2015

Rabu Pembersihan tali bentangan

11-03-2015

Kamis Pembersihan tali bentangan

12-03-2015 Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan

Penyiraman bibit rumput laut

Jumat Pemilihan bibit rumput laut

13-03-2015 Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan

Penebaran rumput laut menggunakan


36

metode long-line

Sabtu Pembersihan tali bentangan

14-03-2015

Senin Pengangkutan bibit rumput laut

16-03-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput

laut

Selasa Pengangkutan bibit rumput laut

17-03-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput

laut

Rabu Pengangkutan bibit rumput laut

18-03-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput


37

laut

Kamis Pelepasan bibit dari tali bentangan

19-03-2015 Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan rumput

laut

Penjemuran bibit yang kualitasnya

tidak baik

Jumat Pembuatan tali ris (cincin)

20-03-2015

Sabtu Pembuatan tali ris (cincin)

21-03-2015

Minggu Pembuatan tali ris (cincin)

22-03-2015 Perbaikan tali pelampung rumput laut

Senin Pembuatan tali ris (cincin)

23-03-2015 Pembersihan tali bentangan

Selasa Pengangkutan bibit rumput laut

24-03-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput

laut

Pembersihan tali bentangan


38

Pembuatan tali ris (cicin)

Rabu Pengangkutan bibit rumput laut

25-03-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput

laut

Pelepasan pelampung dari tali

bentangan

Kamis Pengangkutan bibit rumput laut

26-03-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput

laut

Jumat Pengukuran tali bentangan

27-03-2015

Sabtu Pembuatan tali bentangan

28-03-2015 Pembuatan tali pelampung

Minggu Pembuatan tali bentangan

29-03-2015 Pembuatan tali pelampung


39

Senin Pembuatan tali bentangan

30-03-2015

Selasa Pembuatan tali bentangan

31-03-2015

Rabu Pelepasan pelampung dari tali

01-04-2015 bentangan

Pembuatan tali pelampung rumput laut

Pembuatan tali bentangan

Kamis Pembuatan tali bentangan

02-04-2015 Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit rumput laut

Penimbangan bibit rumput laut

Pembuatan jaring rumput laut

Pemasangan jaring rumput laut

Jumat Pembuatan tali pelampung rumput laut

03-04-2015 Pembuatan tali ris (cincin) rumput laut

Sabtu Pengangkutan bibit rumput laut

04-04-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput

laut
40

Pembuatan tali ris (cincin) rumput laut

Minggu Pembuatan tali ris (cincin) rumput laut

05-04-2015 Pembersihan tali bentangan rumput

laut

Senin Pengangkutan bibit rumput laut

06-04-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput

laut

Selasa Pemotongan bibit rumput laut

07-04-2015 Pengikatan bibit rumput laut

Rabu Pengangkutan bibit rumput laut

08-04-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pngikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput

laut

Pembersihan tali bentangan rumput

laut

Kamis Pembuatan tali ris (cincin) rumput laut


41

09-04-2015

Jumat Pemasangan pelampung pada tali

10-04-2015 bentangan rumput laut

Pembuatan tali ris (cincin) rumput laut

Sabtu Pembuatan tali ris (cincin) rumput laut

11-04-2015

Minggu Pembersihan tali bentangan rumput

12-04-2015 laut

Pembuatan tali ris (cincin) rumput laut

Senin Pembuatan tali ris (cincin) rumput laut

13-04-2015

Selasa Pengangkutan bibit rumput laut

14-04-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pngikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput

laut

Rabu Pengangkutan bibit rumput laut

15-04-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pengikatan bibit rumput laut


42

Menggandakan tali bentangan runput

laut

Kamis Pengangkutan bibit rumput laut

16-04-2015 Pelepasan bibi dari tali bentangan

Pemilihan bibit rumput laut

Pemotongan bibit rumput laut

Pngikatan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan runput

laut

Pelepasan pelampung dari tali

bentangan

Sabtu Pelepasan tali ris (cincin) dari tali bentangan,

18-04-2015 guna untuk membuat tali pelampung

Senin Pembuatan tali ris (cincin)

20-04-2015 Pembuatan para-para

Jumat Tanya jawab tentang budidaya rumput

24-04-2015 laut

Pengambilan nilai selama

PRAKERIND

Senin Panen rumput laut

27-04-2015 Pngangkatan rumput laut ddari

sampan/perahu

Pelepasan rumput laut dari tali


43

bentangan

Penjemuran rumput laut

Pelepasan pelampung dari tali

bentangan

Pembuatan para-para

Selasa Panen rumput laut

28-04-2015 Pngangkatan rumput laut ddari

sampan/perahu

Pelepasan rumput laut dari tali

bentangan

Penjemuran rumput laut

Pelepasan pelampung dari tali

bentangan

Rabu Pembersihan tali bentangan rumput aut

29-04-2015

Kamis Pelepasan bibit rumput laut dari tali

30-04-2015 bentangan

Pemotongan bibit rumput laut

Menggandakan tali bentangan

Pelepasan pelampung dari tali

bentangan

Sabtu Pembersihan tali bentangan

02-05-2015 Pengukuran kualitas air


44

DAFTAR HADIR SELAMA KEGIATAN PRAKERIND

Kehadiran

No. Hari/Tanggal Jam Masuk Paraf Jam keluar Paraf Ket

1. Senin 08.00 16.00

23-02-2015

2. Salasa 08.00 10.00

24-02-2015

3. Rabu 08.00 16.00

25-02-2015

4. Kamis 08.00 16.30

26-02-2015

5. Jumat 08.00 16.00

27-02-2015

6. Senin 10.30 16.30

02-03-2015

7. Selasa 09.00 15.00

03-03-2015

8. Rabu 10.00 16.00

04-03-2015

9. Kamis 11.30 17.30

05-03-2015

10. Jumat 09.00 17.00

06-03-2015
45

11. Sabtu 08.30 22.00

07-03-2015

12. Minggu 08.00 22.00

08-03-2015

13. Senin 08.00 16.00

09-03-2015

14. Selasa 08.00 16.30

10-03-2015

15. Rabu 08.00 13.45

11-03-2015

16. Kamis 08.00 17.45

12-03-2015

17. Jumat 08.00 16.00

13-03-2015

18. Sabtu 09.30 11.30

14-03-2015

19. Senin 16.30 17.30

16-03-2015

20. Selasa 11.20 17.30

17-03-2015

21. Rabu 07.40 18.15

18-03-2015

22. Kamis 07.40 17.45

19-03-2015
46

23. Jumat 16.30 22.30

20-03-2015

24. Sabtu 07.00 22.30

21-03-2015

25. Minggu 07.00 20.00

22-03-2015

26. Senin 07.00 22.00

23-03-2015

27. Selasa 08.00 16.30

24-03-2015

28. Rabu 07.30 17.00

25-03-2015

29. Kamis 07.30 14.00

26-03-2015

30. Jumat 14.00 16.30

27-03-2015

31. Sabtu 07.00 20.00

28-03-2015

32. Minggu 07.00 20.00

29-03-2015

33. Senin 07.00 20.00

30-03-2015

34. Selasa 07.00 20.00

31-03-2015
47

35. Rabu 07.00 20.00

01-04-2015

36. Kamis 07.00 17.30

02-04-2015

37. Jumat 07.30 17.30

03-04-2015

38. Sabtu 09.30 16.30

04-04-2015

39. Minggu 07.00 16.30

05-04-2015

40. Senin 08.30 16.30

06-04-2015

41. Selasa 08.30 13.00

07-04-2015

42. Rabu 07.30 16.30

08-04-2015

43. Kamis 08.00 22.00

09-04-2015

44. Jumat 08.00 17.00

10-04-2015

45. Sabtu 08.00 19.00

11-04-2015

46. Minggu 08.15 20.00

12-04-2015
48

47. Senin 09.15 20.00

13-04-2015

48. Selasa 08.30 20.00

14-04-2015

49. Rabu 08.30 17.00

15-04-2015

50. Kamis 08.00 16.30

16-04-2015

51. Sabtu 13.00 14.30

18-04-2015

52. Senin 08.30 14.00

20-04-2015

53. Jumat 08.30 16.00

24-04-2015

54. Senin 07.30 17.30

27-04-2015

55. Selasa 07.30 17.30

28-04-2015

56. Rabu 08.30 16.30

29-04-2015

57. Kamis 08.30 16.30

30-04-2015

58. Sabtu 08.30 17.00

02-05-2015
49

DAFTAR PENILAIAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

NAMA SISWA : MAMAN HERMAWAN

NOMOR INDUK : 9991686959

Nilai

No. Uraian Kompetensi Dengan Angka Dengan Nilai

A. Kemampuan Pekerjaan Utama

Ketelitian 88 Delapan puluh

delapan

Kualitas Kerja 91 Sembilan puluh

satu

Kerapihan 90 Sembilan puluh

Ketepatan Waktu 88 Delapan puluh

delapan

B. Sikap

Tanggung Jawab 90 Sembilan puluh

Kejujuran 90 Sembilan puluh

Kerjasama 90 Sembilan puluh

Kemauan Kerja dan 91 Sembilan puluh

Motivasi satu

Inisiatif dan Kreativitas 89 Delapan puluh

sembilan

Jumlah 89,16 A (baik)


50

Daftar Lampiran

1. Bibit rumput laut Kappaphycus alvarezii

2. Alat-alat ukur kualitas air

Current meter sebagai alat untuk mengukur kecepatan arus


51

Handrefraktometer sebagai alat untuk mengukur salinitas atau


kadar garam

Termometer sebagai alat untuk mengukur suhu


52

Dissolvet oksigen sebagai alat untuk mangukur kadar oksigen


terlarut pada air

Potensial Hidrogen (pH) sebagai alat untuk mengukur asam


dan basa pada air
53

Secchi disk sebagai alat untuk mengukur kecerahan

3. Proses pembuatan tali bentangan rumput laut


54

4. Melakukan budidaya rumput laut

Pengangkutan bibit rumput laut dari atas perahu atau


sampan

Penimbangan bibit rumput laut


55

Pemilihan bibit rumput laut yang baik untuk di


budidayakan

Pengikatan bibit rumput laut pada tali bentangan


56

Menggandakan tali bentangan yang telah berisi bibit


rumput laut

Menyimpan rumput laut yang telah digulung dengan


tali bentangan sebelum di tebar di laut
57

Mengangkat rumput laut ke pinggir pantai sebelum di


tebar ke laut menggunakan metode long-line

Penebaran rumput laut menggunakan metode long-line


58

Pemasangan pelampung pada tali bentangan

Hasil dari penebaran rumput laut secara keseluruhan


menggunakan metode long-line dan hasil pemasangan
pelampung secara keseluruhan pada tali bentangan
59

Pengontrolan rumput laut yang telah di tebar

Pengukuran kualitas air

Pengukuran kecepatan arus


60

Pengukuran suhu

Pengukuran kadar oksigen terlarut dalam air


61

Pengukuran tingkat kecerahan pada air

Pengangkatan rumput laut hasil panen


62

Penjemuran rumput laut hasil panen menggunakan


para-para

Anda mungkin juga menyukai