PENDAHULUAN
1
baru TB di Indonesia, maka tahapan ke-3 (diagnosis dini dan pengobatan yang cepat) sangat
penting guna memutuskan rantai penularan dari penderita ke orang yang sehat.
Menurut laporan Jumlah TB Paru suspek dan TB Paru BTA Positif Menurut
Puskesmas dalam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 menyebutkan bahwa yang tertinggi
adalah Puskesmas Muaro Kumpeh, dengan umlah TB Paru suspek sebanyak 514 kasus dan
TB Paru positif 38 kasus. Dari hasil laporan Puskesmas pada tahun 2015 dan 2016 yang
terbanyak adalah di Desa Muara Kumpeh yang didapatkan 20 kasus yang diobati dan
sembuh 100%. Oleh karena itu dipilih tempat penelitian ini di Desa Muara Kumpeh.
Kemudian hasil pemantauan di lapangan jumlah penderita penyakit TB paru dalam
Kecamatan Kumpeh Ulu tahun 2016 dari laporan Puskesmas di dapat bahwa tingkat
penyembuhan penyakit TB Paru hampir sebahagian besar telah dapat terlaksana dengan baik
hanya saja ada beberapa Pasien tingkat penyembuhannya masih belum sepenuhnya teratasi,
namun dimungkinkan bahwa ada penemuan penyakit TB Paru yang baru melaksanakan
pengobatan sehingga pencapaian tingkat penyembuhan belum terlaksana sebesar 100 %.
Selain dari itu masih ada perilaku penderita TB Paru yang malas minum obat, namun tidak
dilaporkan jumlah penderita yang malas minum obat tersebut.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru di Desa Muara
Kumpeh.
2
2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Muara Kumpeh untuk berobat
TB Paru
3. Untuk meningkatkan CDR di wilayah kerja Puskesmas Muaro Kumpeh
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai bahan informasi bagi Puskesmas untuk meningkatkan CDR di Wilayah
kerja Puskesmas Rawat Inap Muaro Kumpeh.
1.4.2 Manfaat bagi Pasien
Bagi pasien diharapkan dapat membuka wawasan dan pandangan masyarakat Desa
Muara Kumpeh mengenai TB Paru.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
4
(recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication) diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
5
2.2 Tuberkulosis
2.2.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh basil
aerob yang tahan asam, Mycobacterium tuberculosis atau spesies lain yang dekat seperti M.
bovis dan M. africanum. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru tetapi dapat pula
menyerang susunan saraf pusat, sistem limfatik, sistem pernapasan, sistem genitourinaria,
tulang, persendian, bahkan kulit.
2.2.2 Etiologi
Bakteri utama penyebab penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.
Berikut ini adalah taksonomi dari M. tuberculosis:
M. tuberculosis berbentuk basil atau batang ramping lurus yang berukuran kira-kira
0,2-0,4 x 2-10 m, dan termasuk gram positif. Pada medium kultur, koloni bakteri ini
berbentuk kokus dan filamen. Identifikasi terhadap bakteri ini dapat dilakukan melalui
6
pewarnaan tahan asam metode ziehl-neelsen maupun tanzil, yang mana tampak sebagai basil
berwarna merah di bawah mikroskop.
Pada umumnya, genus mycobacterium kaya akan lipid, mencakup asam mikolat
(asam lemak rantai panjang C78-C90), lilin, dan fosfatida. Lipid dalam batas-batas tertentu
bertanggung jawab terhadap sifat tahan-asam bakteri. Selain lipid, mycobacterium juga
mengandung beberapa protein yang dapat memicu reaksi tuberkulin, dan mengandung
berbagai polisakarida.
Mycobacterium tidak menghasilkan toksin, tetapi termasuk organisme yang virulen
sehingga bila masuk dan menetap dalam jaringan tubuh manusia dapat menimbulkan
penyakit. Bakteri ini terutama akan tinggal secara intrasel dalam monosit, sel
retikuloendotelial, dan sel-sel raksasa.
2.2.3 Epidemiologi
Tabel Insiden, prevalensi, dan mortalitas kasus TB di 22 negara yang termasuk sebagai
high-burden countries
7
negara di benua lainnya. Secara global, pada tahun 2008 tercatat 9,4 juta kasus baru TB,
dengan prevalensi 11,1 juta, dan angka kematian berkisar 1,3 juta pada kasus TB dengan
HIV negatif dan 0,52 juta pada kasus TB dengan HIV positif. Sementara itu, hingga tahun
2007, Indonesia berada di urutan ketiga penyumbang kasus tuberkulosis di dunia, dan
termasuk ke dalam 22 high-burden countries dalam penanggulangan TB. Tabel 2.1 berikut
ini menunjukkan kedudukan Indonesia dalam beban TB yang ditanggung di antara 22 negara
lainnya di tahun 2007.
2.2.4 Patofisiologi
Terdapat 4 stadium infeksi TB saat mikroba tersebut mulai masuk ke dalam alveolus,
antara lain sebagai berikut:
1. Stadium 1
Makrofag akan memfagosit basil tuberkel dan membawanya ke kelenjar limfe regional
(hilus dan mediastinum). Basil ini kemudian akan berkembang biak, dihambat atau
dihancurkan, tergantung tingkat virulensi organisme dan pertahanan alamiah dalam hal
ini kemampuan mikrobisidal makrofag. Makrofag yang terinfeksi mengeluarkan
komplemen C5a, yang memanggil monosit ke area infeksi. Makrofag yang
mengandung basil yang bermultiplikasi dapat mati dan memanggil lebih banyak
monosit.
2. Stadium 2
Terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-21, basil tetap akan memperbanyak diri sementara
sistem imun spesifik belum teraktivasi dan monosit masih terus bermigrasi ke area
infeksi.
3. Stadium 3
Terjadi setelah 3 minggu, ditandai oleh permulaan imunitas selular dan respon Tdth.
Makrofag alveolar, yang pada saat itu telah menjadi limfokin yang diaktivasi oleh
limfosit T, menunjukkan peningkatan kemampuan untuk membunuh basil tuberkel
intraselular. Proses ini menghasilkan kompleks ghon dan nekrosis kaseosa yang dapat
terbentuk.
4. Stadium 4
Menunjukkan reaktivasi (sekunder atau post primer) stadium TB. Pada stadium terakhir
ini, basil akan lebih memperbanyak diri secara ekstraselular. Basil tuberkel akan
menyebar ke peredaran darah secara hematogen. Basil tuberkel biasanya tetap dalam
kondisi stabil sebagai dorman, sepanjang sistem imun penjamu masih intak.
8
Sekitar 10% individu yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit TB pada waktu
tertentu dalam hidupnya, tetapi risiko ini lebih tinggi pada individu dengan penyakit
defisiensi imun seperti HIV/AIDS, sering mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan usia
lanjut. Faktor lainnya seperti kurang gizi, kemiskinan, individu alkoholik, juga dapat
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit TB.
2.2.5 Diagnosis
Secara singkat, alur diagnosis TB paru dapat digambarkan pada skema 2.1 berikut
ini.
9
Diagnosis tuberkulosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisis, radiologi, dan
laboratorium.
1. Anamnesis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala
tersebut dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis,
bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia
saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan
gejala tersebut di atas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam (subfebris), badan kurus atau berat
badan menurun, dan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia. Pada
tuberkulosis paru lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi
otot-otot interkostal.
3. Pemeriksaan radiologi
Radiografi dada merupakan alat yang penting untuk diagnosis dan evaluasi tuberkulosis.
Akan tetapi, tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,
sehingga sering terjadi overdiagnosis. Foto toraks penderita TB dapat memberikan
gambaran berupa kompleks Ghon yang membentuk nodul perifer bersama dengan
kelenjar limfe hilus yang mengalami kalsifikasi. Infiltrasi multinodular pada segmen
apikal posterior lobus atas dan segmen superior lobus bawah merupakan lesi yang paling
khas pada tuberkulosis paru.
4. Pemeriksaan laboratorium:
a. Tes tuberkulin/PPD yang paling sering digunakan adalah tes Mantoux yakni dengan
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purifed Protein Derivative) intrakutan
berkekuatan 5 TU (intermediate strength).
b. Pada pemeriksaan darah saat tuberkulosis baru mulai (aktif) ditemukan jumlah
leukosit sedikit meninggi, limfosit dibawah normal, dan peningkatan laju endap
darah.
c. Pada pemeriksaan sputum, kriteria sputum BTA (Bakteri Tahan Asam) positif adalah
10
bila ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Semua
suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
d. Pemeriksaan biakan sangat berperan dalam mengidentifikasi M.tuberkulosis pada
penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan
masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan
dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam
beberapa situasi: 1) Pasien TB yang masuk tipe pasien kronis, 2) Pasien TB ekstra
paru dan pasien TB anak, dan 3) Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan
kekebalan ganda.
e. Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat mendeteksi DNA bakteri
tuberkulosis dalam waktu yang lebih cepat atau mendeteksi bakteri yang tidak
tumbuh pada sediaan biakan.
2.2.6 Terapi
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip antara lain sebagai
berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan, dan OAT tidak dapat digunakan
secara tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu
2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
11
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT. Jenis, sifat, dan dosis OAT lini-1 dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut
ini.
Jenis dan sifat obat anti tuberkulosis (OAT) dan dosis yang direkomendasikan sesuai
dengan berat badan
Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)
Jenis OAT Sifat
Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)
Rifampisin (R) Bakterisid 10 10
(8-11) (8-12)
Pyrazinamide Bakterisid 25 35
(Z) (20-30) (30-40)
Streptomycin Bakterisid 15 15
(S) (12-15) (12-18)
Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 30
(15-20) (20-35)
12
1. Baru: penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT < 4 minggu.
2. Kambuh (Relaps): penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3. Putus berobat (Default): penderita yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.
4. Gagal (Failure): penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Kronik: penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.
Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR) diobati
dengan paduan obat khusus yang mengandung obat anti-tuberkulosis lini-2, misalnya
golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon. Pengobatan untuk
pasien ini setidaknya menggunakan empat obat yang masih efektif dan pengobatan harus
diberikan paling sedikit 18 bulan. Menurut WHO, pengobatan TB-MDR diberikan selama
18-24 bulan setelah sputum konversi.
Dibandingkan dengan OAT lini-1, OAT lini-2 ini jumlahnya terbatas, efektivitasnya
belum jelas, dan tidak tersedia secara gratis untuk pasien TB-MDR. Sampai saat ini, belum
ada data atau penelitian yang memberikan bukti tentang keberhasilan pengobatan TB-MDR
dengan OAT lini-2. Lebih jauh lagi, rejimen obat, dosis, dan lama pengobatan OAT lini-2
untuk TB-MDR yang tidak sesuai dapat mengakibatkan TB-XDR (extensively drug-
13
resistant TB). TB-XDR ini ditandai dengan resistensi bakteri terhadap isoniazid dan
rifampicin, ditambah dengan resistensi satu obat apapun dari golongan fluoroquinolone, dan
salah satu dari OAT jenis injeksi (amikasin, kanamisin, atau capreomisin).
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
3.4 Etika Penelitian
Etika penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melindungi hak subjek penelitian
dengan menjamin kerahasian responden. Sebelum dilakukan pengumpulan data, terlebih
dahulu peneliti melakukan pendekatan dengan calon responden. Peneliti menjelaskan tujuan
dan manfaat penelitian. Responden dijamin hak dan kerahasiaannya. Partisipasi responden
dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak memaksa sehingga responden diberi
kebebasan untuk mengundurkan diri atau menolak dalam pengisian kuesioner. Peneliti
memberi kebebasan kepada koresponden dalam pengisian kusioner, jika responden tidak
dapat menyelesaikan pengisian kusioner saat ini karena kondisi yang tidak memungkinkan
seperti merasa lelah atau kondisi lainnya, maka pengisian dapat dilanjutkan sesuai dengan
keadaan responden.
Pertanyaan dibuat dalam bentuk skala Gutman yaitu skala yang bersifat tegas dan
konsisten dengan memberikan jawaban tegas pada pertanyaan. Responden harus memilih
salah satu jawaban yang telah disediakan yaitu benar (B) atau Salah (S) dapat memberikan
tanda check list (). Skor penilaiannya jika jawaban benar maka nilainya 1, dan skor jika
16
jawaban salah maka nilainya 0. Penilaian tingkat pengetahuan dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah skor jawaban benar dengan skor yang diharapkan (tertinggi)
kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase. Selanjutnya persentase jawaban
diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Skor Penilaian dan Interpretasi Tingkat Pengetahuan
Skor Penilaian Interpretasi Tingkat Pengetahuan
76-100% atau 15-20 poin jawaban benar Baik
56-75% atau 11-14 poin jawaban benar Cukup
0-55% atau 0-10 poin jawaban benar Kurang
17
Entry adalah memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer
dengan menggunakan program komputer.
4. Tabulasi (tabulation)
Tabulasi adalah mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian
dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan.
Data primer yang diperoleh berupa data kualitatif dari hasil kunjungan ke Desa
Muara Kumpeh melalui penyuluhan, dimana hubungan sebab-akibat dianalisa berdasarkan
tinjauan pustaka dan dideskripsikan secara naratif.
3.9 Intervensi
Bentuk intervensi yang dilakukan dalam mini-project ini berupa penyuluhan/edukasi
langsung kepada masyarakat. Hal penting yang harus disampaikan dalam penyuluhan yaitu
bagaimana gambaran penyakit TB, bagaimana penularan penyakit, bagaimana pengobatan
penyakit dan yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mencegah agar hidup kita
terbebas dari infeksi TB paru. Penjelasan mengenai isi penyuluhan dideskripsikan pada Bab
Pembahasan.
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN
19
Secara administratif Kecamatan Kumpeh Ulu memiliki 18 (delapan belas)
Desa/Kelurahan, termasuk Desa Muara Kumpeh yang menjadi tempat penelitian dilakukan.
Desa yang memiliki luas wilayah paling besar adalah Desa Arang arang (14.120 km2 )
atau 14 % dari luas wilayah Kecamatan Kumpeh Ulu dan Desa yang memiliki luas wilayah
terkecil adalah Kasang Kota Karang (363 km2) atau 2,2 % dari luas wilayah Kecamatan
Kumpeh Ulu. Sedangkan Desa Muara Kumpeh yang menjadi tempat penelitian ini memiliki
luas 820 km2.
Rata Jumlah
Jumlah Kepadatan Rata Rumah
No Kecamatan Luas Wilayah
Penduduk Penduduk/ Km2 Jiwa / Tangga
KK (KK)
1 Muara Kumpeh 820 km2 3.994 Jiwa 1.815 Jiwa / km2 4 Jiwa 891 kk
2 2
2 Pudak 1.800 km 5.105 Jiwa 917 Jiwa / km 4 Jiwa 1.208 KK
3 Kota Karang 663 km2 1.874 Jiwa 899 Jiwa / km2 6 Jiwa 423 KK
4 Lopak Alai 660 km2 5.045 Jiwa 376 Jiwa km2 5 Jiwa 1251 KK
5 Sakean 3.500 km2 1.915 Jiwa 464 Jiwa km2 5 Jiwa 333 KK
2 2
6 Tarikan 4.375 km 1.819 Jiwa 1.156 Jiwa / km 5 Jiwa 492 KK
7 Sungai Terap 4.000 km2 1.053 Jiwa 378 Jiwa / km2 6 Jiwa 224 KK
8 Sumber Jaya 7.500 km2 1.624 Jiwa 186 Jiwa / km2 5 Jiwa 310 KK
9 Arang - Arang 14.120 km2 2.832 Jiwa 271 Jiwa / km2 5 Jiwa 573 KK
10 SipinTeluk Duren 3.200 km2 1.889JIwa 536 Jiwa / km2 6 Jiwa 321 KK
11 Teluk Raya 7.040 km2 2.306 Jiwa 395 Jiwa/ km2 5 Jiwa 476 KK
12 Ramin 3.325 km2 1.714 JIwa 419 Jiwa / km2 5 Jiwa 318 KK
13 Pemunduran 4.500 km2 1.393 Jiwa 385 Jiwa / km2 3 JIwa 428 KK
14 Solok 2.400 km2 1.974 Jiwa 781 Jiwa / km2 4 Jiwa 365 KK
15 Ksg. Kumpeh 76,2 km2 1.277 Jiwa 2.836 Jiwa / km2 4 Jiwa 283 KK
16 Ksg. Kota Karang 1.500 km2 1.884 Jiwa 1.116Jiwa / km2 4 Jiwa 456 KK
17 Ksg. Pudak 450 km2 13.595 Jiwa 3.021 Jiwa / km2 3 JIwa 4000 KK
2 2
18 Ksg. Lopak Alai 3,63 km 2.003 Jiwa 367 Jiwa / km 3 JIwa 595 KK
20
Gambaran tabel di atas dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk di atas 1000
jiwa/ km2 adalah Desa Kasang Pudak (3021 jiwa/ km2), Desa Kasang Kumpeh (2836
jiwa/Km2), Desa Muara Kumpeh (1815 jiwa/Km2), Desa Tarikan (1156 jiwa/Km2) serta
Desa Kasang Kota Karang ( 1116 jiwa/Km2). Desa lainnya tingkat kepadatan penduduk
dibawah 1000 jiwa/ km2 meliputi Desa Pudak (917 jiwa/Km2), Desa Kota Karang (889
jiwa/Km2), Desa Solok (781 jiwa/Km2), Desa Spin Teluk Duren (546 jiwa/Km2), Desa
Sakean (464 jiwa/Km2), Desa Ramin (419 jiwa/Km2), Desa Teluk Raya (395 jiwa/Km2),
Desa Pemunduran (385 jiwa/Km2), Desa Sungai Terap ( 378 Jiwa/ Km2), Desa Kasang
Lopak Alai (368 Jiwa/ Km2), Desa Arang-arang (271 Jiwa/Km2),Desa Sumber Jaya (186
Jiwa/Km2).
Dari kepadatan penduduk ini dapat dianalisa bahwa Desa yang memiliki kepadatan
penduduk di atas 1000 jiwa/ km2 dalam wilayah Kecamatan Kumpeh Ulu tersebut
dikarenakan berdekatan atau berbatasan dengan Kota Jambi yang mengalami peningkatan
penduduk yang cukup signifikan.
TENAGA KESEHATAN
NO UNIT KERJA PERAWAT TEKNISI
MEDIS FARMASI GIZI SANITASI KESMAS JUMLAH
& BIDAN MEDIS
1 Dinas Kesehatan 1 13 3 1 0 4 28 50
2 Puskesmas
1. Sengeti 9 36 1 1 2 2 0 51
2. Sekernan Ilir 4 30 4 0 0 1 0 39
3. Tantan 2 24 0 1 0 1 2 30
4. P.Olak 3 32 3 0 1 2 3 44
5. Sei. Duren 6 57 3 1 3 2 2 74
21
6. Pir II Bajubang 3 30 2 0 4 2 1 42
7. Jambi Kecil 3 48 1 1 1 0 0 54
8. Kmk. Dalam 2 26 0 0 0 0 0 28
9. Tempino 5 38 1 0 2 2 1 49
10. Pondok Meja 5 50 1 0 0 3 0 59
11. Ma. Kumpeh 6 73 3 0 1 1 6 90
12. Tanjung 5 34 0 0 1 1 0 41
13. Puding 3 38 1 1 2 1 1 47
14. Markanding 4 22 0 0 2 2 2 32
15. Sungai Bahar I 0 23 0 0 0 0 0 23
16. Sungai Bahar IV 2 13 0 0 3 0 0 18
17. Sungai Bahar VII 3 23 0 1 0 0 0 27
18. Tangkit 6 57 2 1 2 3 6 77
19. Kebon IX 2 45 1 0 4 5 3 60
3 IFK 0 0 4 0 0 0 0 4
4 Labkesda 0 0 0 0 3 0 1 4
5 RSUD Ahmad Ripin 46 127 19 2 23 8 13 238
6 RS. Sungai Bahar 22 76 5 2 6 2 2 115
7 RS. Sungai Gelam 15 77 3 2 7 1 6 111
JUMLAH 157 992 57 14 67 44 77 1408
RASIO THADAP 100.000 PDDK 41,5 262,35 15,07 3,70 17,72 11,64 20,36 372,37
KEPEMILIKAN/PENGELOLA
5 PUSKESMAS - - 19 - - - 19
6 PUSKESMAS PEMBANTU - - 88 - - - 88
7 PUSKESMAS KELILING - - 27 - - - 27
9 POLINDES - - 85 - - 1 86
10 POSKESDES - - - - - - 114
22
11 RUMAH BERSALIN - - - - - 3 3
12 BALAI PENGOBATAN/KLINIK - - - - - 11 11
13 APOTIK - - 22 - - 10 32
14 TOKO OBAT - - - - - 8 8
15 GFK - - 1 - - - 1
16 LABKESDA - - 1 - - - 1
Berdasarkan data pada tabel di atas sarana pelayanan kesehatan dalam Kabupaten
Muaro Jambi tahun 2014 berdasarkan kepemilikan ternyata diketahui bahwa hampir
keseluruhan sarana pelayanan kesehatan tersebut milik pemerintah dan sebahagian kecil
milik swasta.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden perempuan adalah
35 responden (53,8%) lebih banyak dibandingkan responden laki-laki yaitu 30
responden (46,2%). Berdasarkan jenis kelaminnya, responden dipilih secara acak.
23
1. 21-30 tahun 24 36,9 %
2. 31-40 tahun 35 53,8 %
3 41-50 tahun 6 9,3%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden paling banyak adalah
kelompok umur 31-40 tahun dengan 35 responden (53,8%), diikuti kelompok umur
21-30 tahun dengan 24 responden (36,9%) dan sisanya kelompok umur 41-50 tahun
dengan 6 responden (9,3%). Berdasarkan kelompok umur, responden dipilih secara
acak.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden paling banyak adalah tingkat
pendidikan Sarjana Strata 1 dengan 33 responden (50,%), diikuti adalah tingkat
pendidikan SMA dengan 23 responden (35,4%) dan sisanya adalah tingkat
pendidikan SMP dengan 9 responden (13,8%). Jika digrafikkan, maka persentasenya
akan tampak sebagai berikut:
Tingkat Pendidikan
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
SMP SMA Sarjana Strata 1
4. Warga Desa Muara Kumpeh yang sudah dan yang belum mendapat Informasi
tentang Tubekulosis
Berikut ini adalah tabel responden berdasarkan jenis kelamin:
24
No. Informasi TB Jumlah Responden Persentase
1. Sudah 42 64,6 %
2. Belum 23 35,4 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang sudah mendapat
informasi tentang tuberkulosis adalah 42 responden (64,6%) lebih banyak
dibandingkan responden yang belum mendapat informasi tentang tuberkulosis yaitu
23 responden (35,4%).
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden paling banyak adalah tingkat
pengetahuan tentang tuberculosis kategori cukup dengan 47 responden (72,3%),
diikuti kategori baik dengan 12 responden (18,4%) dan sisanya adalah kategori
kurang dengan 9 responden (9,3%). Jika digrafikkan, maka persentasenya akan
tampak sebagai berikut:
25
Setelah dilakukan pengumpulan data primer, kemudian dilakukan intervensi berupa
penyuluhan baik itu secara menyeluruh maupun personal kepada responden. Namun tidak
dilakukan penelitian ulang kepada responden setelah intervensi. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan waktu dari peneliti maupun dari responden.
BAB V
PEMBAHASAN
26
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, antara lain sebagai
berikut:
1. Tingkat pendidikan warga Desa Muara Kumpeh cukup tinggi meskipun masih ada
beberapa responden yang mendeskripsikan tingkat pendidikan warga Desa Muara
Kumpeh di bawah itu.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan warga Desa Muaro Kumpeh
tentang Tuberkulosis tergolong dalam kategori cukup.
3. Hasil penelitian ini tentunya belum dapat mendeskripsikan pengetahuan warga Desa
Muara Kumpeh secara keseluruhan karena sampel yang diambil jumlahnya sedikit.
Penyebab lain ialah adanya keberagaman informasi tentang Tuberculosis yang
diperoleh oleh siapa, dimana, mengapa, dan bagaimana informasi itu diperoleh
belum diketahui.
6.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, diperlukan penelitian lanjutan dengan
metode yang lebih baik tentunya.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Luralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2001.
2. Guyton, Arthur C dan John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta:
EGC; 2008.
3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: InternaPublishing FKUI; 2009.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th Ed.
Jakarta: EGC; 2012.
5. Amir S. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.
6. Katzung G, Bertram. Basic and Clinical Pharmacology. 10th Ed. United states of
America: McGraw-Hill Companies; 2007.
7. DepKes RI., 2003. Prosedur Kerja Surveilan Faktor Resiko Penyakit Menular dalam
Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Terapdu Berbasis Wilayah, khusus:
Faktor Resiko Lingkungan dan Perilaku, Dirjen PPM & PL, DepKes RI, Jakarta.
8. Achmad H.M., 1997. Praktisi Aplikasi Chi- Square dalam bidang kesehatan, Alfa
Publicing, Semarang.
28
Lampiran
a. Karakteristik Responden
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Status pendidikan :
Status pekerjaan :
Riwayat TB/ Info TB :
b. Pengetahuan
Isilah pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda memberi check list ( ) pada
kotak benar atau salah sesuai pilihan jawaban Anda!
No Pernyataan Benar Salah
1 TBC merupakan penyakit keturunan dari orang tua
2 Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri TBC
3 Penyebaran penyakit TBC dapat melalui pemakaian sabun
yang digunakan bersama-sama penderita penyakit TBC
4 Batuk, nyeri dada dan demam merupakan tanda dan gejala
dari penyakit TBC
5 Anggota keluarga yang tidak tinggal serumah dengan
penderita TBC memiliki resiko yang besar terserang atau
tertular penyakit TBC
29
6 Sering begadang dan kurang istirahat merupakan salah
satu faktor penyebab terjangkit TBC
7 Pencegahan penularan TBC dengan menutup mulut saat
bersin dan batuk
8 TBC bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti otak,
jantung dan ginjal
9 Cahaya yang terang dan sinar matahari yang dapat masuk
ke rumah dapat membunuh kuman TBC
10 TBC dapat disebut juga Paru-paru basah
11 Penderita TBC dapat mengalami kematian akibat kuman
TBC yang ada didalam tubuhnya
12 Supaya tidak tertular penyakit TBC maka sebaiknya anak
balita diberikan imunisasi BCG
13 Membersihkan lingkungan rumah setiap hari merupakan
tindakan efektif dalam pencegahan TBC
14 Perumahan yang terlalu padat dan kumuh merupakan
kondisi yang tidak dapat menyebabkan TBC
15 Lingkungan yang lembab merupakan kondisi yang dapat
menyebabkan TBC
16 Membuka jendela pada siang hari merupakan salah satu
tindakan pencegahan TBC
17 Upaya pencegahan yang lain yaitu dengan membuang
dahak/ludah disembarangan tempat
18 Meminum obat secara tekun dan teratur bagi penderita
TBC merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah
penularan penyakit
19 Tidur dan istirahat yang cukup dapat mencegah
tertularnya TBC
20 Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan menyediakan
makanan dengan gizi seimbang seperti nasi, lauk, sayur,
dan buah
30
Terima Kasih
31