Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Transportasi yang terdapat pada industri merupakan salah satu bagian yang
amat penting bagi industri tersebut. Segala proses yang berjalan dalam suatu
pabrik membutuhkan bahan baku atau produk dipindahkan dari satu alat ke alat
yang lain sehingga dalam memudahkan proses transportasi tersebut,
kebanyakan penanganan bahan baku dalam bentuk fluida. Hal ini karena sifat
fluida yang mengalir sehingga tidak membutuhkan terlalu banyak energi
mekanik untuk memindahkannya.
Pada umumnya, transportasi fluida pada industri menggunakan pipa karena
lebih mudah dan aman. Setiap pengangkutan dalam industri yang berupa cairan,
larutan ataupun suspensi akan sering dijumpai dalam transportasi fluida baik
secara "closed duct" atau "open chanel". Untuk pengangkutan zat padat pula
dilakukan secara fluidized yaitu zat padat tersebut dimasukan ke dalam fluida
sehingga menjadi campuran 2 fase dan ini membuat zat padat tersebut dapat
ditransport dengan mudah. Aliran fluida terjadi karena adanya perbedaan
tekanan dan elevasi (pengaruh gravitasi).
Oleh karena itu, aliran fluida sangat penting untuk dipelajari karena banyak
digunakan dalam industri. Di samping itu, karakteristik fluida juga harus
dipelajari agar fluida dapat dikelaskan dalam cara penanganannya misalkan
jenis pipa, pompa dan alat-alat lainnya yang akan digunakan. Sifat atau
karakteristik fluida yang berbeda membutuhkan cara penanganan yang berbeda
pula. Misalkan fluida yang bersifat korosiv membutuhkan pipa yang tidak
mudah korosiv.
Aliran fluida (cairan atau gas) didalam sebuah saluran tertutup atau pipa
sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa komponen dasar yang
berkaitan dari suatu sistem perpipaan adalah meliputi pipa-pipa itu sendiri,
sambungan pipa (fitting) yang digunakan untuk menyambung masing-masing
pipa guna membentuk sistem yang diinginkan, peralatan pengatur laju aliran
dan pompa-pompa yang menambahkan energi atau mengambil energi dari
fluida.
Umumnya suatu aliran dalam pipa mempunyai penampang sirkular dan
digunakan untuk mengalirkan fluida melalui tekanan pompa atau kipas angin.
Bila pipa mengalir dengan terisi penuh maka itu disebabkan oleh adanya
tekanan yang menyebabkan mengalir.Untuk mengalirkan fluida dari tempat
yang satu ke tempat yang lain diperlukan suatu peralatan. Selain peralatan
utama yang digunakan, ada bagian-bagian yang tidak kalah penting dimana
dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-peristiwa yang dapat mengurangi
efisiensi kerja yang diinginkan.
Bagian dari peralatan ini dapat berupa pipa-pipa yang dihubungkan. Apabila
fluida dilewatkan ke dalam pipa maka akan terjadi gesekan antara pipa dengan
fluida tersebut. Besarnya gesekan yang terjadi tergantung pada kecepatan,
kekerasan pipa, diameter dan viskositas fluida yang digunakan.

2.1.Rumusan Masalah
1. Sebutkan Klasifikasi Aliran Fluida?
2. Sebutkan macam-macam Jenis- Jenis Aliran Fluida?
3. Apa saja Persamaan-Persamaan Aliran Fluida ?
4. Bagaimana Pengukuran Aliran Fluida ?
5. Jelaskan Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida ?

5.1.Tujuan
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Sebutkan Klasifikasi Aliran Fluida?
2. Sebutkan macam-macam Jenis- Jenis Aliran Fluida?
3. Apa saja Persamaan-Persamaan Aliran Fluida ?
4. Bagaimana Pengukuran Aliran Fluida ?
5. Jelaskan Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.2. Definisi Fluida


Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat
karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan
molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat,
akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada perubahan bentuk
karena gesekan. Zat padat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap,
sekalipun suatu gaya yang besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak
mudah berubah bentuk maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair
tidak mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya dan
volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat besar. Gas
tidak mempunyai bentuk maupun volume yang tetap,gas akan berkembang mengisi
seluruh wadah. Karena fase cair dan gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang
tetap, keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian kedua
duanya sering secara kolektif disebut sebagai fluida (Olson, 1990).

2.2.Sifat-Sifat Fluida
Untuk mengerti aliran fluida maka harus mengetahui beberapa sifat dasar
fluida. Adapun sifat sifat dasar fluida yaitu: kerapatan (density) , (specific
gravity) (s.g), tekanan (pressure) P, kekentalan (viscosity) .
1. Kerapatan (Density)
Kerapatan (density) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut dan
dinyatakan dalam massa per satuan volume. Sifat ini ditentukan dengan cara
menghitung perbandingan massa zat yang terkandung dalam suatu bagian
tertentu terhadap volume bagian tersebut.

=

Dimana: =
V = volume fluida (m3)
m = massa fluida (kg)
= rapat massa (kg/m3)
Volume jenis (v) adalah volume yang ditempati oleh sebuah satuan massa
zat dan karena itu merupakan kebalikan dari kerapatan:
1
=

berat jenis adalah gaya gravitasi terhadap massa yang terkandung dalam
sebuah satuan volume zat, maka:
= .g

Dimana: = rapat massa (kg/m3)


g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
Spesific grafity (s.g) adalah sifat yang digunakan untuk memperbandingkan
kerapatan suatu zat dengan kerapatan air. Karena kerapatan semua zat cair
bergantung pada temperatur serta tekanan, maka temperatur zat cair yang
dipertanyakan, serta temperatur air yang dijadikan acuan, harus dinyatakan
untuk mendapatkan harga-harga gravitasi jenis yang tepat (Olson, 1990).
. w
. =

Dimana: s.g = spesifik grafity
= rapat massa (kg/m3)
w = kerapatan air (kg/m3)
2. Laju Aliran Massa

Laju aliran massa yang mengalir dapat diketahui dengan persamaan


dibawah ini:

Dimana: = laju aliran massa (kg/s)


V = kecepatan aliran fluida (m/s)
v = volume jenis (m3/kg)
A = luas penampang pipa (m2)
Laju aliran adalah volume fluida yang dikeluarkan tiap detiknya. Laju aliran
dapat diketahui dengan menggunakan persamaan berikut:

Dimana: Q = debit aliran (m3/s)


V = kecepatan aliran (m/s)
A = Luas Penampang (m2)
D = diameter pipa (m)
laju aliran melalui A1 dan A2 harus sama, dengan demikian:
1 . A1 . V1 = 2 . A2 . V2
disebut persamaan kontinuitas. Jika 1 = 2, maka persamaan kontinuitas menjadi:

Gambar 1. Kontinuitas

3. Viskositas
Viskositas adalah ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau
perubahan-perubahan bentuk. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan
seiring bertambahnya kenaikan temperatur, hal ini disebabkan gaya-gaya
kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan
semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan
berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Viskositas dibagi menjadi dua
yaitu:

a. Viskositas dinamik atau viskositas mutlak atau absolute viscosity.


Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan geser
dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik tampaknya sama dengan ratio
tegangan geser terhadap gradien kecepatan.
Dimana:
= viskositas dinamik (kg/m.s)
= tegangan geser (N/m2)
du/dy= gradien kecepatan ((m/s)/m)

b. Viskositas kinematik
Viskositas kinematik adalah perbandingan antara viskositas dinamik dengan
kerapatan fluida.

Dimana:
= viskositas kinematik (m2/s)
= viskositas dinamik (kg/m.s)
= kerapatan fluida (kg/m3)

4. Tekanan
Tekanan (pressure) Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas,
dengan gaya F dianggap bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan A,
maka :
P = [ kg/m2 ]
Dimana :
P = tekanan (kg/m2)
F = gaya (kg)
A = luas permukaan (m2)
Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2. Satuan ini mempunyai nama resmi
Pascal (Pa), untuk penghormatan terhadap Blaise Pascal dipakai 1 Pa = 1 N/m2.
Namun untuk penyederhanaan, sering menggunakan N/m2. Satuan lain yang
digunakan adalah dyne/cm2, lb/in2, (kadang disingkat dengan psi), dan
kg/cm2 (apabila kilogram adalah gaya : yaitu, 1 kg/cm2 = 10 N/cm2).
Sebagai contoh perhitungan tekanan, seorang dengan berat 60 kg yang
kedua kakinya menutupi luasan 500 cm2 akan menggunakan tekanan sebesar :
F/A = m.g/A
= (60 kg 9,8 m/det2) / 0,050 m2 = 11760 kg/m2 = 12 104 N/m2.terhadap
tanah.
Jika orang tersebut berdiri dengan satu kaki atau dua kaki dengan luasan
yang lebih kecil, gayanya akan sama tetapi karena luasannya menjadi 12 maka
tekanannya akan menjadi dua kali yaitu 24 104 N/m2.
Konsep tekanan sangat berguna terutama dalam berurusan dengan fluida.
Sebuah fakta eksperimental menunjukkan bahwa fluida menggunakan tekanan
ke semua arah. Hal ini sangat dikenal oleh para perenang dan juga penyelam
yang secara langsung merasakan tekanan air pada seluruh bagian tubuhnya.
Pada titik tertentu dalam fluida diam, tekanan sama untuk semua arah. Ini
diilustrasikan dalam II-1. Bayangan fluida dalam sebuah kubus kecil sehingga
kita dapat mengabaikan gaya gravitasi yang bekerja padanya. Tekanan pada
suatu sisi harus sama dengan tekanan pada sisi yang berlawanan. Jika hal ini
tidak benar, gaya netto yang bekerja pada kubus ini tidak akan sama dengan nol,
dan kubus ini akan bergerak hingga tekanan yang bekerja menjadi sama.

Gambar 2 : tekanan dalam suatu fluida

Tekanan dalam cairan yang mempunyai kerapatan seragam akan bervariasi


terhadap kedalaman. P = [ kg/m2 ] (2-6) P = .g.h [ kg/m2 ]
Dengan demikian, tekanan berbanding lurus dengan kerapatan cairan, dan
kedalaman cairan tersebut. Secara umum, tekanan pada kedalaman yang sama
dalam cairan yang seragam sama. Persamaan diatas berlaku untuk fluida yang
kerapatannya konstan dan tidak berubah terhadap kedalaman yaitu, jika fluida
tersebut tak dapat dimampatkan (incompressible). Ini biasanya merupakan
pendekatan yang baik untuk fluida (meskipun pada kedalaman yang sangat
dalam didalam lautan, kerapatan air naik terutama akibat pemampatan yang
disebabkan oleh berat air dalam jumlah besar diatasnya ). Dilain pihak, gas
dapat mampat, dan kerapatannya dapat bervariasi cukup besar terhadap
perubahan kedalaman. Jika kerapatannya hanya bervariasi sangat kecil,
persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan p
pada ketinggian yang berbeda dengan adalah kerapatan rata-rata
p = g h [ mmHg ]
dimana :
p = perbedaan tekanan ( mmHg )
= kerapatan ( kg/m3 )
g = gravitasi ( m/det2)
h = pertambahan kedalaman ( m )
BAB III
PEMBAHASAN

1.3. Klasifikasi Aliran Fluida


Untuk aliran fluida dalam pipa khususnya untuk air terdapat kondisi yang harus
diperhatikan dan menjadi prinsip utama, kondisi fluida tersebut adalah fluida
merupakan fluida inkompresibel, fluida dalam keadaan steady dan seragam.
Q=v x A
dimana:
Q = laju aliran (m3/s)
A = luas penampang aliran ( m2)
v = kecepatan aliran ( m/s )
Untuk aliran steady dalam pipa dengan diameter pipa konstan pada waktu yang
sama berlaku :
A1 x v1= A2 x v2

Gambar 3. Aliran Steady dan Seragam

Secara garis besar jenis aliran dapat dibedakan atau dikelompokkan sebagai
berikut (Olson, 1990):
Aliran Tunak (steady)
Suatu aliran dimana kecepatannya tidak terpengaruh oleh perubahan waktu
sehingga kecepatan konstan pada setiap titik (tidak mempunyai percepatan).
Aliran Tidak Tunak (unsteady)
Suatu aliran dimana terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu.
Fluida diklasifikasikan berdasarkan variasi rapat massa fluida tersebut selama
mengalir.
Kompresibel
Inkompresibel
Dimana perbedaan dalam massa jenis dapat diabaikan disebut inkompresibel.
Ketika perbedaan massa jenis aliran yang tidak dapat diabaikan, aliran ini disebut
kompresibel. Pada kenyataannya tidak ada fluida yang massa jenisnya konstan,
tetapi ada beberapa masalah aliran fluida yang dapat disederhanakan dengan
menganggap massa jenisnya konstan. Hal ini tidak mengurangi keakuratan solusi
yang didapat. Parameter yang menjadi acuan utama untuk menentukan suatu aliran
kompresibel atau tidak, dilihat dari nilai Mach Number (M), yang didefinisikan
sebagai rasio antara kecepatan aliran lokal terhadap kecepatan suara lokal.

=

M = bilangan Mach
v = kecepatan aliran (m/s)
c = kecepatan suara (m/s)

Pada saat M < 0,3 aliran tersebut dianggap aliran inkompresibel

2.3. Jenis- Jenis Aliran Fluida


Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar , aliran transisi dan
aliran turbulen. Jenis aliran ini didapatkan dari hasil eksperiman yang dilakukan oleh
Osborne Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan aliran 3 jenis. Jika air mengalir
melalui sebuah pipa berdiameter d dengan kecepatan rata-rata V maka dapat diketahui
jenis aliran yang terjadi. Berdasarka eksperimen tersebut maka didapatkan bilangan
reynold dimana bilangan ini tergantung pada kecepatan fluida, kerapatan, viskositas,
dan diameter. Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang bergerak
teratur mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama.
Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil atau kekentalan besar. Aliran disebut turbulen
jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan
hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa. Aliran ini terjadi apabila
kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil. Bilangan Reynolds merupakan
bilangan yang tak berdimensi yang dapat membedakan suatu aliran dinamakan
laminer, transisi dan turbulen.

=

Dimana:
V = kecepatan fluida (m/s)
D = diameter dalam pipa (m)
= rapat massa fluida (kg/m3)
= viskositas dinamik fluida (kg/ms) atau (N.s/m2)

Gambar 4. Jenis-jenis aliran

a. Aliran Laminar
Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak
dalam lapisanlapisan atau laminalamina dengan satu lapisan meluncur
secara lancar. Aliran laminar ini mempunyai nilai bilangan Reynoldsnya
kurang dari 2300 (Re < 2300).

Gambar 5. aliran laminer


b. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran
turbulen. Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida, kecepatan
dan lain-lain yang menyangkut geometri aliran dimana nilai bilangan
Reynoldsnya antara 2300 sampai dengan 4000 (2300<Re<4000) .

Gambar 6. Aliran Transisi

c. Aliran Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan dari
partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami
percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan
saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain
dalam skala yang besar. Dimana nilai bilangan Renoldsnya lebih besar dari
4000 (Re>4000).

Gambar 7. Aliran Turbulen

Aliran juga dibedakan berdasarkan salurannya. Jenis aliran berdasarkan


salurannya yaitu:
1) Aliran terbuka
Aliran terbuka adalah aliran air dalam saluran yang memiliki
permukaan bebas. Aliran terbuka meliputi aliran yang bersifat alami,
misalkan aliran sungai.
2) Aliran tertutup
Aliran tertutup adalah aliran dalam saluran yang alirannya tidak
dipengaruhi oleh tekanan udara secara langsung kecuali oleh tekanan
hydraulic.

3.3. Persamaan-Persamaan Aliran Fluida


Untuk aliran fluida adapun beberapa persaman-persaman yang digunakan yaitu
:
Persamaan Kontinuitas
Persamaan Energi
Persamaan Momentum
Persamaan Bernoulli

1) Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas digunakan untuk menyeimbangkan kapasitas aliran dan
volume untuk sebuah jaringan distribusi. Dengan asumsi fluida merupakan fluida
inkompresibel dengan massa jenis () konstan

=

dimana :
= massa jenis ( kg/m3)
m= massa ( kg)
v = vomume ( m3 )


=

dimana :
V= perubahan volume (m3)
t = interval waktu

2) Persamaan Energi
Persamaan energi menunjukkan keseimbangan energi yaitu energy masuk sama
dengan energi keluar dan dinyatakan dalam persamaan :
1 = 2

3) Persamaan Momentum
Persamaan momentum mengganbarkan tahan pipa terhadap beban dinamik yang
disebabakan oleh aliran bertekanan. untuk fluida inkompresibel momentum M (N)
dirumuskan:
= Qv
Dimana:
= massa jenis (kg/m3)
Q= kapasitas aliran (m3/s)
v = kecepatan fluida (m/s)

4) Persamaan Bernoulli
Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus didasarkan
pada hokum Newton II. Persamaan ini diturunkan dengan anggapan bahwa:
Zat cair adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan (kehilangan
energi akibat gesekan adalah nol).

Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair
adalah konstan).

Aliran adalah kontiniu dan sepanjang garis arus.


Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.

Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan.

Energi yang ditunjukkan dari persamaan energi total di atas, atau dikenal
sebagai head pada suatu titik dalam aliran steady adalah sama dengan total energi
pada titik lain sepanjang aliran fluida tersebut. Hal ini berlaku selama tidak ada
energi yang ditambahkan ke fluida atau yang diambil dari fluida.
Konsep ini dinyatakan ke dalam bentuk persamaan yang disebut dengan
persamaan Bernoulli, yaitu:
p1 v1 p2 v2
+ + z1 = + + z2
2g 2g
dimana:
p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2
v1 dan v2 = kecepatan aliran pada titik 1 dan 2
z1 dan z2 = perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2
= berat jenis fluida
g = percepatan gravitasi = 9,806 m/s2
dimana:
p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2
v1 dan v2 = kecepatan aliran pada titik 1 dan 2
z1 dan z2 = perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2
= berat jenis fluida
g = percepatan gravitasi = 9,806 m/s2

4.3. Pengukuran Aliran Fluida

Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju aliran,
volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan
pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan alat ukur
tersebut.
Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan tekanan, kecepatan, debit,
gradien kecepatan, turbulensi dan viskositas. Terdapat banyak cara melaksanakan
pengukuran-pengukuran, misalnya : langsung, tak langsung, gravimetrik,
volumetrik, elektronik, elektromagnetik dan optik. Pengukuran debit secara
langsung terdiri dari atas penentuan volume atau berat fluida yang melalui suatu
penampang dalam suatu selang waktu tertentu. Metoda tak langsung bagi
pengukuran debit memerlukan penentuan tinggi tekanan, perbedaan tekanan atau
kecepatan dibeberapa dititik pada suatu penampang dan dengan besaran
perhitungan debit. Metode pengukuran aliran yang paling teliti adalah penentuan
gravimerik atau penentuan volumetrik dengan berat atau volume diukur atau
penentuan dengan mempergunakan tangki yang dikalibrasikan untuk selang waktu
yang diukur. Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui :
Kecepatan (velocity)
Berat (massanya)
Luas bidang yang dilaluinya
Volumenya

Pengenalan Alat Ukur Laju Aliran Fluida


Dalam pabrik-pabrik pengolahan diperlengkapi dengan berbagai macam
alat pengoperasian setiap peralatan saling mendukung antar satu peralatan dengan
peralatan yang lainnya. Untuk mencapai hasil yang diinginkan maka diperlukan
peralatan pendukung. Salah satu pendukung yang penting dalam suatu pabrik
adalah peralatan instrument pabrik. Peralatan instrument merupakan bagian dari
kelengkapan keterpasangan peralatan yang dapat digunakan untuk mengetahui dan
memperoleh sesuatu yang dikehendaki dari suatu kegiatan kerja peralatan mekanik.
Salah satu peralatan instrument yang penting adalah alat ukur. Penggunaan alat
ukur dalam pabrik sangat banyak digunakan, ini bertujuan untuk menjaga hasil
yang dibutuhkan, sehingga perlu adanya pemeliharan dari alat-alat ukur tersebut.
Alat-alat ukur instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan
menunjukkan besaran suatu fluida disebut dengan alat ukur fluida. Alat ukur aliran
fluida dari dua bagian pokok yaitu :
1. Alat Ukur Primer
Yang dimaksud alat ukur primer adalah bagian alat ukur yang berfungsi sebagai
alat perasa (sensor).
2. Alat Ukur Sekunder
Sedangkan alat ukur sekunder adalah bagian yang mengubah dan menunjukkan
besaran aliran yang dirasakan alat perasa supaya dapat dibaca.

Alat ukur yang sering dijumpai dalam pabrik dibagi menurut fungsinya yaitu:
1. Alat Pengukur Aliran
Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran dari fluida yang mengalir.
2. Alat Pengukuran Tekanan
Alat yang digunakan untuk mengukur dan menunjukan besaran tekanan dari suatu
fluida.
3. Alat Pengukur Tinggi Permukaan Cairan
Alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian dari permukaan suatu cairan
4. Alat Pengukur Temperatur
Alat yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukkan besaran temperatur.
Tujuan dari pada pengukuran aliran fluida adalah untuk mencegah kerusakan
peralatan, untuk mendapatkan mutu produksi yang diinginkan dan mengontrol
jalannya proses.

Jenis Alat Ukur Aliran Fluida


Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantaranya alat
ukur lainnya adalah alat ukur fluida jenis laju aliran. Hal ini dikarenakan oleh
konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya yang mudah. Alat ukur aliran
fluida jenis ini dibagi empat jenis yaitu :
Venturi meter
Nozzle
Pitot tubes
Flat orifice

Pada dasarnya prinsip kerja dari keempat alat ukur ini adalah sama yaitu
bila aliran fluida yang mengalir melalui alat ukur ini mengalir maka akan terjadi
perbedaan tekanan sebelum sesudah alat ini. Beda tekanan menjadi besar bila laju
aliran yang diberikan kepada alat ini bertambah.
Venturi Meter

Gambar 8. Venturimeter

Venturi Meter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk menunjukan
besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah manometer pipa U.
Venturi Meter memiliki kerugian karena harganya mahal, memerlukan ruangan
yang besar dan rasio diameter throatnya dengan diameter pipa tidak dapat diubah.

Untuk sebuah venturi meter tertentu dan sistem manometer tertentu,


kecepatan aliran yang dapat diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan aliran
berubah maka diameter throatnya dapat diperbesar untuk memberikan pembacaan
yang akurat atau diperkecil untuk mengakomodasi kecepatan aliran maksimum
yang baru.

Untuk Venturi Meter ini dapat dibagi 3 bagian utama yaitu :


Bagian Inlet
Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter
pipa atau cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan pada bagian
ini.

Inlet Cone
Bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang berfungsi untuk menaikkan
tekanan fluida.
Throat (leher)
Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian ini berbentuk bulat
datar. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah
kecepatan dari aliran yang keluar dari inlet cone.

Pada Venturi meter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke
bagian outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan
awal. Pada bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang
disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil
kebagian throat. Kemudian fluida masuk kebagian throat inilah tempat-tempat

pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Lalu
fluida akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu outlet cone. Outlet cone
ini berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat, dan pada Outlet cone
ini tekanan kembali normal.
Jika aliran melalui venturi meter itu benar-benar tanpa gesekan, maka
tekanan fluida yang meninggalkan meter tentulah sama persis dengan fluida yang
memasuki meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan
menyebabkan kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada
outlet cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang
permanen dalam sebuah meteran yang dirancangan dengan tepat

Flow Nozzle

Gambar 9. Flow Nozzle


Flow Nozzle sama halnya dengan plat orifice yaitu terpasang diantara dua flensa.
Flow Nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Karena flow nozzle
mempunyai lubang lebih besar dan kehilangan tekanan lebih kecil daripada plat
orifice sehinga flow nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi pada temperatur
tinggi dan untuk penyediaan air ketel. Flow nozzle ini merupakan alat primer dari
pengukuran aliran yang berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya. Sedangkan
alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya
adalah berupa manometer. Pada flow nozzle kecepatan bertambah dan tekanan
semakin berkurang seperti dalam venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar
secara bebas setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti pada plat orifice.
Flow nozzle terdiri dari dua bagian utama yang melengkung pada silinder.

Pitot Tubes

Gambar 10. Pitot Tubes

Nama pitot tubes datang dari konsensip Henry de Pitot pada tahun 1732. Pitot tubes
mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan beda tekanan yang
diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri dapat dilihat pada gambar Sama halnya
seperti plate orifice, pitot tubes membutuhkan dua lubang pengukuran tekanan
untuk menghasilkan suatu beda tekanan. Pada pitot tubes ini biasanya fluida yang
digunakan adalah jenis cairan dan gas. Pitot tubes terbuat dari stainless steel dan
kuningan.
Flat Orifice

Gambar 11. Flat Orifice


Agar dapat melakukan pengendalian atau proses-proses industri, kuantitas
bahan yang masuk dan keluar dari proses perlu diketahui. Kebanyakan bahan
ditransportasikan diusahakan dalam bentuk fluida, maka penting sekali mengukur
kecepatan aliran fluida dalam pipa. Berbagai jenis meteran digunakan untuk
mengukur laju arus seperti Flat orifice.
Untuk plat orifice ini, fluida yang digunakan adalah jenis cair dan gas. Pada
Flat orifice ini piringan harus bentuk plat dan tegak lurus pada sumbu pipa. Piringan
tersebut harus bersih dan diletakkan pada perpipaan yang lurus untuk memastikan
pola aliran yang normal dan tidak terganggu oleh fitting, kran atau peralatan
lainnya.
Prinsip dasar pengukuran Flat orifice dari suatu penyempitan yang
menyebabkan timbulnya suatu perbedaan tekanan pada fluida yang mengalir.

Debit aliran
Untuk mengukur debit aliran dapat diketahi dengan rumus sebagai berikut
:
Dimana :
Q = Debit aliran (l/jam)
K = Koofisien Gesekan ( 0. 8251 )
A = Luas penampang ( m 2 )
P = Perbedaan tekanan ( mm HG )
g = Gravitasi bumi ( m/sec2)
= density ( kg/cm 3 )
Luas penampang :
A= xd2
Dimana :
A = Luas penampang ( m 2 )
= 3, 14 (radian/m)
d = diameter plat orifice ( m )

Maka kecepatan atau laju aliran dapat dihitung :


Q=VxA
Dimana :
Q = debit aliran ( m 3/ sec )
V = kecepatan atau laju aliran ( m/sec)
A = Luas penampang ( m 2 )

5.3. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida

Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang


memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran
sehingga pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam
menganalisa suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan
pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu partikel yang dikenali untuk
bergerak sepanjang jarak yang telah ditentukan. Besarnya kecepatan aliran
fluida pada suatu pipa mendekati nol pada dinding pipa dan mencapai
maksimum pada tengah-tengah pipa. Kecepatan biasanya sudah cukup untuk
menempatkan kekeliruan yang tidak serius dalam masalah aliran fluida
sehingga penggunaan kecepatan sesungguhnya adalah pada penampang aliran.
Bentuk kecepatan yang digunakan pada aliran fluida umumnya menunjukkan
kecepatan yang sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang disebutkan.

Gambar 12. Profil Kecepatan pada saluran tertutup


Gambar 13. Profil kecepatan pada saluran terbuka
Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalir dalam
suatu pipa. Jumlah dari aliran fluida mungkin dinyatakan sebagai volume, berat
atau massa fluida dengan masing-masing laju aliran ditunjukkan sebagai laju
aliran volume (m3/s), laju aliran berat (N/s) dan laju aliran massa (kg/s).
Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang incompressible, yaitu :
Q=A.v
Dimana :
Q = laju aliran fluida (m3/s)
A = luas penampang aliran (m2)
v = kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)

Laju aliran berat fluida (W), dirumuskan sebagai :


W=.A.v
Dimana :
W = laju aliran berat fluida (N/s)

Laju aliran fluida massa (M), dinyatakan sebagai :


M=.A.v
Dimana :
M = laju aliran massa fluida (kg/s)

2.4 Pipa dan Sambungan


2.4.1 Pipa
Sistem perpipaan adalah suatu sistem yang banyak digunakan untuk
memindahkan fluida, baik cair, gas, maupun campuran cair dan gas dari
suatu tempat ke tempat yang lain.
Sistem perpipaan yang lengkap terdiri atas :
Pipa
Sambungan-Sambungan (fitting)
Peralatan lainnya

2.4.2 Gesekan dalam Pipa


Gesekan pada pipa dapat menyebabkan hilangnya energi mekanik
fluida. Gesekan inilah yang menetukan aliran fluida dalam pipa, apakah
laminar atau turbulen. Gesekan juga dapat menimbulkan panas pada pipa
sehingga merubah energi mekanik menjadi energi panas (kalor).
Dalam aplikasi kesehariannya, ada banyak sekali bentuk dan
model pipa, seperti pipa bentuk elbow, mitter, tee, reducer, cross, dan
lainnya. Bentuk serta model yang beraneka ragam tersebut sangat
membantu dalam desain layout sistem perpipaan didunia industri. Pada
saat operasi, bentuk dan model pipa yang bermacam-macam tersebut
akan memiliki karakteristik tegangan yang berbeda-beda sebagai akibat
dari pembebanan yang diterimanya. Akumulasi dari berat pipa itu sendiri
dan tekanan fluida yang mengalir didalamnya, akan menyebabkan
tegangan pada pipa yang dikenal sebagai beban static. Namun efek dari
pembebanan seperti ini dapat diminimalisasi dengan memilih jenis
penyangga (support) yang sesuai, dan menggunakan penyangga tersebut
dalam jumlah cukup. Secara umum, beban dinamik dan beban termal
pada pipa merupakan dua hal yang lebih penting, dan lebih sulit untuk
ditangani. Pembebanan dinamik terjadi pada pipa yang berhubungan
langsung dengan peralatan bergetar seperti pompa atau kompresor.
Beban dinamik juga terjadi pada pipa yang mengalami beban termal,
sehingga beberapa bagian pipa berekspansi dan menimbulkan tegangan
pada pipa. Oleh sebab itu, perlu digunakan beberapa alat atau mekanisme
yang didesain untuk memperkecil tegangan pada system perpipaan
tersebut, agar kelebihan beban yang bisa mengakibatkan kegagalan pada
bagian pipa, atau kerusakan pada alat yang terhubung dengannya dapat
dihindari.
Salah satu komponen penyambungan dalam sistem perpipaan
adalah pipe bend (pipa lengkung) atau elbow. Pipe bend berfungsi untuk
membelokkan arah aliran fluida didalam pipa. Namun pipe bend lebih
sulit untuk dianalisa karena permukaannya menjadi oval dibawah
pembebanan momen bending. Hal ini menyebabkan pipe bend memiliki
fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan pipa lurus yang sama
ukuran dan jenis materialnya. Lebihnya fleksibilitas ini menjadikan pipe
bend berfungsi sebagai penyerap ekspansi thermal. Dengan berbagai
karakteristik tersebut, pipe bend menjadi komponen yang sangat penting
di dalam sistem perpipaan dan memerlukan berbagai macam
pertimbangan dalam proses perancangannya.

2.4.3 Sambungan
Pada suatu instalasi pipa (baik air bersih maupun air kotor) banyak
dijumpai sambungan, belokan, perubahan ukuran diameter atau
hubungan lainnya. Untuk keperluan tersebut telah diproduksi bermacam-
macam alat sambung dari berbagai ukuran maupun jenis bahan yang
sesuai dengan bahan pipanya.
Bentuk-bentuk sambungan pada sistem perpipaan:
Sambungan lurus
Sambungan belok
Sambungan cabang
Sambungan dengan perubahan ukuran saluran
Persamaan matematis kerugian akibat sambungan (kerugian minor)
dalam sistem pemipaan:

Dimana :
hm = Perubahan heat minor (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
g = Gravitasi (m/s2)
atau

Dimana :
pm = Kerugian Tekanan (pa)
K = Koefisien hambatan minor
= Densitas (kg/m3)
V = Kecepatan aliran (m/s)

Tabel nilai koefisien hambatan minor dari macam-macam alat


sambung adalah sebagai berikut :
1. Socket
Digunakan untuk memperpanjang pipa (menyambung pipa
lurus)
Diameter pipa yang disambung sama dengan penyambungan
Memakai ulir dalam

2. Elbow
Digunakan untuk membelokkan aliran
Menggunakan ulir dalam
3. Bend
Digunakan untuk membelokkan arah aliran beradius besar
Menggunakan ulir dalam F dan M
4. Tee Stuck
Digunakan untuk membagi aliran menjadi dua arah
5. Reducer Elbow
Digunakan untuk memperkecil aliran yang dibelokkan
6. Reducer Socket
Digunakan untuk memperkecil aliran
7. Cross
Digunakan untuk membagi aliran menjadi 3 arah
8. Barrel Union
Digunakan untuk menyambung pipa permanent ( mati ) yang
terdiri dari 3 bagian
9. Dop ( F )
Digunakan untuk menutup aliran pada ujung pipa
10. Plug
Digunakan untuk menutup pipa pada sambungan

11. Stop Kran ( Gate Valve )


Digunakan untuk mengatur aliran
Dipasang sebelum meteran
Dapat menutup / menghentikan aliran pada saat perbaikan
12. Kran
Digunakan untuk penutupan atau pengeluaran air
13. Bushis
Digunakan untuk menyambung 2 buah pipa yang berlainan
ukuran diameternya
Mempunyai ulir luar pada sisi luar dan ulir dalam pada sisi
dalam
14. Hexagonal Nipple
Digunakan untuk mengencangkan sambungann pipa, bentuk
sambungan ini segi enam, ditengah alat ini digunakan untuk
mengencangkan sambungan dengan bantuan kunci pipa.

2.5 Aliran Gas

Gas mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volume berubah-ubah.


Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat gas berjauhan,
tersusun tidak teratur, gaya tarik antar partikel sangat lemah. Volumenya
berubah-ubah dikarenakan partikel pada zat gas dapat bergerak bebas
meninggalkan kelompoknya.

Benda berwujud gas mempunyai ciri-ciri, yaitu :

1. Bentuk dan volumenya berubah sesuai dengan tempatnya. Misalnya,


udara dimasukkan ke dalam balon, maka bentuknya seperti balon. Jika
dimasukkan ke dalam ban sepeda, maka bentuknya seperti ban sepeda.
2. Letak antarmolekulnya sangat berjauhan
3. Gaya tank antarmolekulnya sangat lemah.
4. Selalu memenuhi ruangan karena gerak molekulnya sangat bebas.
Pemanfaatan gas oleh manusia sangat beragam mulai dari untuk
menyalakan kompor yang berbahan bakar gas elpiji, membuat balon terbang,
untuk bahan bakar kendaraan, mengisi ban dalam kendaraan serta yang paling
utama adalah untuk bernafas ( gas oksigen ). Sedangkan pada tumbuhan gas
karbondioksida membantu mereka dalam proses fotosintesis.
Aliran fluida gas dalam pipa sama halnya dengan fluida cair. Hanya
saja untuk dapat mengalirakan fluida gas dengan kecepatan dan tekanan
tertentu maka fluida gas perlu dikompressi untuk memampatkan gas.
Sistem perpipaan gas terdiri dari jaringan pipa yang digunakan untuk
mentrasportasikan fluida berkompresibel seperti natural gas dan hidrokarbon
lainnya. Massa gas mengandung volume 500 ft pada temperatur 60F dan
tekanan 100 lb/in atau psi. jika temperatur dinaikkan ke 100F pada tekanan
yang sama, tetapi volume yang akan berubah sesuai dengan hukum Charless.
Massa akan tetap konstan selama gas juga tidak ditambahkan atau dikurangi
dari system.
Volume didefenisikan sebagai ruang yang berisi massa gas pada
temperatur dan tekanan yang spesifik. Saat gas diekspansikan untuk memenuhi
ruang pada tekanan dan temperatur yang bervariasi. Jadi volume membesar
akibat massa gas pada tekanan rendah, dan temperatur dapat dikompresikan ke
volume yg kecil pada tekanan dan temperatur yg tinggi. Kepadatan dari gas di
defenisikan sebagai massa per unit volume

Dimana:
= kepadatan gas (kg/m3)
m = massa gas (kg)
V = volume gas (m3)
Pressure Drop
Pressure drop menunjukkan penurunan tekanan dari titik 1 ke titik 2
dalam suatu sistem aliran fluida. Penurunan tekanan, biasa dinyatakan juga
dengan P saja. Adapun persamaan matematis kerugian tekanan di dalam
saluran sirkuler, yaitu :

l V 2
P f
d 2
Dimana :
P = Perubahan tekanan (Pa)
f = friksi
d = diameter pipa (m)
= densitas (kg/m3)
V = kecepatan airan fluida (m/s)

Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


penurunan tekanan dari satu titik di dalam pipa atau aliran air. "Penurunan
Tekanan" adalah hasil dari gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir
melalui tabung. Gaya gesek disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Faktor
utama yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran fluida adalah kecepatan
fluida melalui pipa dan viskositas fluida. Aliran cairan atau gas selalu akan
mengalir ke arah perlawanan sedikit (kurang tekanan). Pada aliran satu fase,
pressure drop dipengaruhi oleh Reynold number yang merupakan fungsi dari
viskositas, densitas fluida dan diameter pipa. Selain itu, besarnya pressure drop
dapat bergantung pada :
* Kecepatan aliran
* Kekasaran permukaan
* Panjang pipa
* Diameter pipa

Selain pressure drop, kerugian yang terdapat dalam aliran fluida adalah
kerugian head ( head loss). Hubungan antara head dan tekanan dapat dituliskan
sebagai berikut :

P = . .
Dimana :
P = Tekanan air (Pa)
= Densitas (kg/m3)
g = Gravitasi (m/s2)
h = Ketinggian cairan (m)

Kerugian head (head loss) :

l V
2
h f
d 2 g

Dimana :
h = Head (m)
d = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
f = Faktor friksi
l = Panjang pipa (m)
g = Gravitasi (m/s2)

BAB III
PENUTUP

Fluida dapat bagi menjadi 2 bagian, yaitu : Fluida Statis, dimana fluida ini
berada dalam fase tidak bergerak (diam), sedangkan Fluida dinamis merupakan
fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak. Ada 3 tipe aliran fluida didalam
pipa, yaitu : aliran laminer, aliran turbulen, dan aliran transisi. Berdasarkan
salurannya, aliran fluida dibagi menjadi 2, yaitu : aliran terbuka dan aliran tertutup.
Persamaan yang terkait dengan aliran fluida didalam pipa yaitu, persamaan

kontinyuitas (Q=A.v) dan persamaan Bernouli


Sistem perpipaan adalah suatu sistem yang banyak digunakan untuk
memindahkan fluida, baik cair, gas, maupun campuran cair dan gas dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Sistem perpipaan yang lengkap terdiri atas : pipa,
sambungan-sambungan (fitting), dan peralatan pipa lainnya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Aliran Fluida (online), http://repository.usu.ac.id.pdf. Diakses
tanggal 29 April 2016.
Qonita, Salamah Auliya. 2016. Rangkuman Fluida Dasar, contoh soal dan
pembahasan (online), tanya-tanya.com/rangkuman-fluida-dinamis-contoh-
soal-pembahasan/. Diakses tanggal 29 April 2016.
Setiawan,Toni. 2015. Fluida Dinamis (online), http://tonisetiawan.wordpress.com.
Diakses tanggal 29 April 2016.
Putri, Desy Qoraima. 2013. Paper Aliran dalam Fluida (online),
http://desyqoraimaputri77.blogspot.co.id/2013/06/v-behaviorurldefaultvm
lo.html. Diakses tanggal 29 April 2016.
Anonim. 2014. Macam-macam Aliran Fluida (online), https://mechanicals.word
press.com/2014/03/23/macam-macam-aliran-fluida/. Diakses tanggal 29
April 2016.
Anonim. 2014. Jenis, Sifat dan Ciri-Ciri Fluida Gas (online),
http://informasiana.com/jenis-sifat-dan-ciri-ciri-zat-berdasarkan-
wujudnya-serta-contohnya-masing-masing/. Diakses tanggal 18 Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai