PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kalimat dapat diamati penggunaannya baik dalam bahasa lisan maupun tulisan.
Secara lisan, kalimat merupakan bagian terkecil ujaran yang mengungkapkan
pikirang yang utuh secara ketatabahasaan. Ciri-cirinya adalah:
1. Diiringi oleh alunan titinada
2. Disela oleh jeda
3. Diakhiri oleh intonasi selesai
4. Diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi
bunyi.
Secara tulisan, kalimat merupakan bagian terkecil teks atau wacana yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dilihat dari segi
penulisannya, kalimat selalu diakhiri dengan tanda titik (.) atau tanda tanya (?) atau
tanda seru (!), dengan menyertakan tanda-tanda baca lainnya dan spasi kosong pada
bentuk tertentu.
Kalimat haruslah tunduk pada dua sistem: sistem bahasa dan sistem dunia nyata
atau dunia yang dikhayalkan oleh penutur kalimat. Dalam hubungannya dalam
sistem bahasa itu, orang dapat berkata apakah suatu tuturan tergolong kalimat
tertentu atau tidak dan apakah tuturan tersebut gramatikal atau tidak. Dalam
hubungannya dengan sistem dunia nyata atau khayalan itu orang dapat berkata
apakah suatu tuturan benar atau salah, apakah tuturan itu bermakna atau tidak, dan
apakah tuturan itu memberikan aspek dunia nyata atau dunia khayalan.
Bila kita sudah mampu mengembangkan kalimat dengan penuh kesadaran
(kesadaran akan unsur-unsurnya, akan bahan-bahan pembentuknya, dan akan
konstruksi-konstruksinya) kita sudah cukup maju dalam penguasaan bahasa. Akan
tetapi, kalimat panjang yang kita susun mungkin kurang efektif. Mampu menyusun
kalimat efektif lebih tinggi nilainya dari pada sekedar dapat menyusun kalimat
panjang. Entah panjang entah pendek, kalimat yang kita susun harus selalu efektif.
Sebagai alat penyampai pengalaman batin, pesan, amanat, berita, dan
sebagainya, dalam proses komunikasi antarmanusia, bahasa tulis memang banyak
kekurangannya. Seringkali, kita tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Dan masih sering ditemukan kalimat-kalimat yang kurang efektif. Hal itu
disebabkan karena masih kurangnya kesadaran dimasyarakat Indonesia untuk lebih
memahami bagaimana menggunakan kalimat secara efektif.
Dibanding bahasa tulis, bahasa lisan dapat didukung oleh lagu kalimat dan
gerak-gerik badan serta perubahan air muka dalam menyampaikan amanat,
sedangkan bahasa tulis tidak. Bahasa tulis hanya kelihatan sebagai baris-baris atau
lautan huruf dan tanda baca. Pemakaian huruf besar, huruf miring, huruf tebal,
membantu menghilangkan kemonotonan, tetapi hanya sedikit. Begitu pula
pemakaian bermacam-macam huruf dan tanda baca tidak banyak membantu
mempermudah komunikasi. Dalam komunikasi tulis, huruf-huruf dan tanda-tanda
baca harus kita gunakan sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin). Akan
1
tetapi, hal yang paling menentukan dalam komunikasi tulis ialah cara
membingkiskan gagasan, sedang huruf dan tanda baca hanya bahan pembungkus.
B. MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. JENIS-JENIS KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang
mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa. Dalam wujud lisan
kalimat dapat didukung oleh lagu kalimat dan gerak-gerik badan serta perubahan air
muka. Dalam wujud tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan selalu diakhiri
dengan tanda titik (.) atau tanda tanya (?) atau tanda seru (!), dengan menyertakan
tanda baca lainnya dan spasi kosong pada bentuk tertentu.
Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar
2. Struktur internal klausa utama
3. Jenis reponsi yang diharapkan
4. Sifat hubungan aktor-aksi
5. Ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verba utama
6. Kesederhanaan dan kelengkapan dasar (Cook, 1971 : 40 47)
7. Posisinya dalam percakapan
8. Konteks dan jawaban yang diberikan (Francis, 1958 : 426 : Stryker, 1969 : 3).
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa
klausa terikat. Kalimat tunggal dibentuk oleh unsur subjek (S), satu predikat
(P), objek (O) dan keterangan (K). Oleh karena unsur (P)-nya satu, maka
kalimat tunggal dapat berpola: S+P, S+P+O, S+P+K, atau S+P+O+K.
Kaidah pembentukan kalimat tunggal yang berpola S+P adalah:
1) Unsur S selalu mendahului unsur P,
2) Unsur P dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata majemuk, kata
ulang atau frasa.
Kaidah pembentukan kalimat tunggal yang berpola S+P+O adalah:
1) Unsur S terletak di depan P, dan P terletak di depan O
2) Unsur P yang diikuti O adalah jenis predikat yang transitif dan aktif.
Kaidah pembentukan kalimat tunggal yang berpola S+P+K adalah:
1) Unsur S berada di depan P, dan P terletak di depan K
3
2) Unsur K merupakan keterangan tambahan kepada unsur P. Unsur K dapat
berupa: kata keterangan tempat, alat, waktu, tujuan, penyerta, cara,
similatif, penyebaban, kesalingan.
Kaidah pembentukan kalimat tunggal yang berpola S+P+O+K adalah
mengikuti S+P+O sebagaimana dijelaskan di atas, dengan penambahan unsur
K.
Contoh:
a) Diana menang.
b) Mahasiswa mempelajari filsafat ilmu.
c) Sigit mengupas dengan pisau.
d) Sania mengupas apel dengan pisau.
b. Kalimat bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas atau
klausa utama dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat di dalamnya. Namun
ada sedikit perbedaan antara klausa utama yang dimasukkan klausa terikat di
dalamnya, apakah sebagai subjek pelengkap, keterangan ataukah sebagai
pewatas misalnya, sesudah saya makan, ia datang atau ia datang sesudah
saya makan.
Contoh:
Dia pergi sebelum kami bangun
c. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas.
Kalimat majemuk dibentuk oleh dua kalimat tunggal dengan perluasan
seperlunya. Dengan demikian, kalimat majemuk mempunyai dua predikat atau
dua klausa dengan penambahan unsur kata penghubung seperti: sesudah,
sebelum, dan, tetapi, sementara itu, dan sebagainya.
Kalimat majemuk dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni:
1) Kalimat majemuk setara, dan
2) Kalimat majemuk bertingkat.
Patokan yang perlu dilihat ialah berdasarkan hubungan antar klausanya.
Apabila hubungan antarklausa dalam kalimat menyatakan hubungan
koordinatif, maka kalimat tersebut dinamakan kalimat majemuk setara.
Namun, jika hubungan antarklausa dalam kalimat menyatakan subordinatif
yaitu yang satu merupakan induk dan yang lain merupakan keterangan
tambahan maka kalimat tersebut dinamakan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
Saya menjual sebidang sawah, lantas saya membeli sebuah rumah.
4
2. Kalimat dipandang dari segi struktur internal klausa utama
Dipandang dari segi struktur internal klausa utama,dapat di bedakan menjadi:
a. Kalimat sempurna
Kalimat senpurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa
bebas. (cook, 1971 :47). Oleh karena yang mendasari suatu kalimat sempurna
adalah suatu klausa bebas,maka kalimat sempurna ini mencakup kalimat
tunggal,kalimat bersusun dan kalimat majemuk.
Contoh:
Ayah meninggal dunia waktu saya studi di Negeri Belanda.
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya hanya terdiri dari
sebuah klausa. (cook, 1971;47).
Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat-kalimat urutan,
sampingan,elips, tambahan,jawaban,seruan dan minor.
Contoh:
(Mau ke mana kamu nanti sore?)
Ke Bandung
5
Pembentukan kalimat ini dapat dilakukan dengan cara :
1) Menambahkan kata-kata tanya
2) Dengan membalikan urutan
3) Dengan memakai kata buka atau tidak
4) Dengan mengubah intonasi kalimat (dalam bahasa lisan).
Contoh:
Mengapa dia tidak datang tadi pagi?
b. Kalimat pasif
6
Surat itu telah kutulis.
c. Kalimat medial
d. Kalimat resiprokal.
5. Kalimat dipandang dari segi ada atau tidaknya unsur negatif pada frase
verba utama.
Dipandang dari segi ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verba
utamanya, maka dapatlah dibedakan :
a. Kalimat afirmatif
Kalimat afirmatif atau kalimat pengesahan adalah kalimat yang pada frase
verba utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur penindakan, ataupun
unsur penyangkalan.
Contoh:
Mereka memancing ikan.
b. Kalimat negatif
Kalimat negatif atau kalimat penyangkalan adalah kalimat yang pada frase
verbal utamanya terdapat unsur negatif atau penyangkalan.
Contoh:
Mereka tidak memancing ikan.
7
a. Kalimat formata
Kalimat formata atau kalimat tersusun rapi adalah kalimat tunggal dan
sempurna, yang terdiri dari satu dan hanya satu klausa bebas suatu klausa
yang menurut kriteria formal dapat berdiri sendiri dalam bahasa tertentu,
sebagai suatu kalimat sempurna. Rangkaian atau perangkat kalimat yang
tersusun rapi ini mengandung inti sebagai suatu anak perangkat.
Kalimat inti atau kernel sentence adalah yang sekaligus memenuhi lima ciri
yaitu :
1) Tunggal (simple)
2) Sempurna (complete)
3) Pernyataan (statement; declarative)
4) Aktif ( active)
5) Afirmatif (affirmative)
Setiap kalimat yang sekaligus memenuhi kelima ciri distingtif ini adalah
kalimat inti; setiap kalimat yang tidak memenuhi persyaratan tersebut disebut
kalimat turunan atau derived sentences.
Kalimat inti dan kalimat turunan dapat dikontraskan sebagai berikut ini :
Kalimat inti : Kalimat turunan :
Tunggal(sederhana) bersusun, majemuk
Sempurna tak sempurna,elips
Pernyataan pertanyaan, perintah
Aktif medial, pasif
Afirmatif negatif
b. Kalimat transformata
c. Kalimat deformata
8
Kalimat-kalimat ini meliputi baik struktur-struktur klausa terikat maupun
struktur-struktur non klausa yang terjadi dalam sesuatu bahasa, sebagai
kalimat-kalimat tipe minor.
Kalau struktur klausa itu hanya partial saja, maka kalimat-kalimat ini dapat
diturunkan dari kalimat-kalimat tunggal dan sempurna dengan proses
pengguguran (deletion).
Yang termasuk ke dalam golongan kalimat deformata ini adalah :
1) Kalimat urutan
Kalimat urutan adalah kalimat sempurna yang mengandung konjungsi
(yang menyatakan bahwa kalimat itu merupakan bagian dari kalimat lain)
seperti maka, jadi,tetapi,sedangkan,dan sebagainya.
2) Kalimat sampingan
Kalimat sampingan adalah kalimat tak sempurna yang terdiri dari
klausa terkait, dan diturunkan dari kalimat tersusun ( serta dapat
digabunggkan dengan kalimat tunggal yang mendahuluinya untuk
membentuk sebuah kalimat bersusun.
3) Kalimat elips
Kalimat elips adalah kalimat yang tidak sempurna yang terjadi karena
penyelapan beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat
tunggal.
4) Kalimat tambahan
Kalimat tambahan adalah kalimat tak sempurna yang terdapat dalam
wacana sebagai tambahan pada pernyataan-pernyataan yang telah
dikemukakan.
5) Kalimat jawaban
Kalimat jawaban adalah kalimat tak sempurna yang bertindak sebagai
jawaban pertanyaan-pertanyaan.kalimat jawaban merupakan kalimat
yang menyambung suatu percakapan dengan pergantian pembicara.
6) Kalimat seruan
Kalimat tambahan dan kalimat jawaban yang telah diperbincangkan di
muka merupakan kalimat tak sempurna tipe kompletif atau tipe
penyempurna, sebab tugasnya menyempurnakan pernyataan atau
pertanyaan yang telah dikemukakan sebelumnya. Kalimat-kalimat
tersebut dipertentangkan dengan kalimat seruan yang secara sintaksis
berdiri sendiri.
Kalimat seruan ini dapat digabungkan dengan setiap kalimat, tetapi
kalau dipakai tersendiri secara terpisah dengan intonasi akhir sendiri,
maka kalimat tersebut merupakan kalimat tak sempurna.
Kalimat seruan umumnya terbatas pada kelompok-kelompok kata dan
frase yang sederhana saja, tanpa struktur klausa yang mendasarinya sama
sekali, ketiadaan struktur klausa tersebut disebabkan oleh ketiadaan unsur
predikat di dalamnya.
Kalimat-kalimat seruan ini meliputi :
a) struktur non-klausa
9
b) struktur non- tipe atau struktur istimewa.
b. Kalimat urutan
c. Kalimat jawaban
10
b. Kalimat panggilan
c. Kalimat seruan
Kalimat seruan adalah kalimat pendek yang biasanya berpola tetap dengan
intonasi tertentu, timbul dari beberapa kejadian yang tak diduga dalam
konteks linguistik atau non linguistik. Kalimat ini mungkin tidak menuntut
jawaban sama sekali, ataupun suatu jawaban yang berupa seruan atau suatu
penguatan ulangan.
Contoh:
Aduhai ! aduhai ! . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (tiada jawaban)
d. Kalimat pertanyaan
e. Kalimat permohonan
11
f. Kalimat pernyataan
B. KALIMAT EFEKTIF
Menurut Gorys Keraf, kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi
syarat-syarat berikut:
a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar
atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Bila kedua syarat ini dipenuhi maka tidak mungkin akan terjadi salah paham
antara mereka yang terlibat dalam komunikasi.
Berikut kita akan mengupas ciri-ciri kalimat efektif :
1. Kalimat Efektif Mengandung Kesatuan Gagasan
12
2. Kalimat Efektif Mewujudkan Koherensi yang Baik dan Kompak
Harkat berarti daya, tenaga, kekuatan. Bila penulis ingin agar komunikasinya
sampai dan mengesan, kalimat yang ditulisnya harus berharkat, bertenaga.
Cara-cara untuk mengharkatkan kalimat, antara lain, ialah:
a. Bagian kalimat yang hendak dipentingkan atau diutamakan diletakkan pada
awal kalimat. Dalam hal ini, yang dapat terwujud ialah inversi atau
prolepsis atau gabungan inversi dan prolepsis.
1) Inversi : Predikat diletakkan di depan subjek.
2) Prolepsis : Keterangan atau objek diletakkan di depan subjek.
Prolepsis keterangan lebih banyak terjadi daripada prolepsis objek.
3) Gabungan inversi dan prolepsis.
b. Bila penulis menyebutkan serangkaian hal (peristiwa), hendaknya
diperhatikan dan diusahakan agar urutan hal (peristiwa) itu logis,
kronologis, atau berklimaks.
c. Kata kunci diulang
d. Kata atau frase yang hendak dipentingkan dapat ditambah partikel
pementing lah, pun, kah.
e. Serangkaian hal yang disebutkan dapat menjadi lebih kuat dengan
paralelisme.
4. Kalimat Efektif Memperhatikan Paralelisme
13
dengan frase. Jika satu gagasan dinyatakan denga kata benda verbal atau kata
kerja bentuk me-, di-, dan sebagainya, maka gagasan lain yang sejajar harus
dinyatakan pula dengan kata benda verbal atau kata kerja bentuk me-, di-, dan
sebagainya.
14
8. Kalimat Efektif Berdasarkan Pilihan Kata yang Baik
15
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang
mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa
Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar
a. Kalimat tunggal
b. Kalimat bersusun
c. Kalimat majemuk
2. Struktur internal klausa utama
a. Kalimat sempurna
b. Kalimat tak sempurna
3. Jenis reponsi yang diharapkan
a. Kalimat pernyataan (Deklaratif)
b. Kalimat pertanyaan (Introgatif)
c. Kalimat perintah (Imperatif)
4. Sifat hubungan aktor-aksi
a. Kalimat aktif
b. Kalimat pasif
c. Kalimat medial
d. Kalimat respirokal
5. Ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verba utama
a. Kalimat afirmatif
b. Kalimat negatif
6. Kesederhanaan dan kelengkapan dasar
a. Kalimat formata
b. Kalimat transformata
c. Kalimat deformata
7. Posisinya dalam percakapan
a. Kalimat situasi
b. Kalimat urutan
c. Kalimat jawaban
8. Konteks dan jawaban yang diberikan
a. Kalimat salam
b. Kalimat panggilan
c. Kalimat seruan
d. Kalimat pertanyaan
e. Kalimat permohonan
f. Kalimat pernyataan
Selain kita harus mengenal jenis-jenis kalimat, kita juga harus memahami tentang
kalimat efektif. Berikut adalah ciri-cirinya :
1. Kalimat efektif mengandung kesatuan gagasan
2. Kalimat efektif mewujudkan koherensi yang baik dan kompak
16
3. Kalimat efektif merupakan komunikasi yang berharkat
4. Kalimat efektif memperhatikan paralelisme
5. Kalimat efektif diwarnai kehematan
6. Kalimat efektif didukung variasi
7. Kalimat efektif dibantu pemakaian EYD
8. Kalimat efektif berdasarkan pilihan kata yang baik
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18