Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kalimat dapat diamati penggunaannya baik dalam bahasa lisan maupun tulisan.
Secara lisan, kalimat merupakan bagian terkecil ujaran yang mengungkapkan
pikirang yang utuh secara ketatabahasaan. Ciri-cirinya adalah:
1. Diiringi oleh alunan titinada
2. Disela oleh jeda
3. Diakhiri oleh intonasi selesai
4. Diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi
bunyi.
Secara tulisan, kalimat merupakan bagian terkecil teks atau wacana yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dilihat dari segi
penulisannya, kalimat selalu diakhiri dengan tanda titik (.) atau tanda tanya (?) atau
tanda seru (!), dengan menyertakan tanda-tanda baca lainnya dan spasi kosong pada
bentuk tertentu.
Kalimat haruslah tunduk pada dua sistem: sistem bahasa dan sistem dunia nyata
atau dunia yang dikhayalkan oleh penutur kalimat. Dalam hubungannya dalam
sistem bahasa itu, orang dapat berkata apakah suatu tuturan tergolong kalimat
tertentu atau tidak dan apakah tuturan tersebut gramatikal atau tidak. Dalam
hubungannya dengan sistem dunia nyata atau khayalan itu orang dapat berkata
apakah suatu tuturan benar atau salah, apakah tuturan itu bermakna atau tidak, dan
apakah tuturan itu memberikan aspek dunia nyata atau dunia khayalan.
Bila kita sudah mampu mengembangkan kalimat dengan penuh kesadaran
(kesadaran akan unsur-unsurnya, akan bahan-bahan pembentuknya, dan akan
konstruksi-konstruksinya) kita sudah cukup maju dalam penguasaan bahasa. Akan
tetapi, kalimat panjang yang kita susun mungkin kurang efektif. Mampu menyusun
kalimat efektif lebih tinggi nilainya dari pada sekedar dapat menyusun kalimat
panjang. Entah panjang entah pendek, kalimat yang kita susun harus selalu efektif.
Sebagai alat penyampai pengalaman batin, pesan, amanat, berita, dan
sebagainya, dalam proses komunikasi antarmanusia, bahasa tulis memang banyak
kekurangannya. Seringkali, kita tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Dan masih sering ditemukan kalimat-kalimat yang kurang efektif. Hal itu
disebabkan karena masih kurangnya kesadaran dimasyarakat Indonesia untuk lebih
memahami bagaimana menggunakan kalimat secara efektif.
Dibanding bahasa tulis, bahasa lisan dapat didukung oleh lagu kalimat dan
gerak-gerik badan serta perubahan air muka dalam menyampaikan amanat,
sedangkan bahasa tulis tidak. Bahasa tulis hanya kelihatan sebagai baris-baris atau
lautan huruf dan tanda baca. Pemakaian huruf besar, huruf miring, huruf tebal,
membantu menghilangkan kemonotonan, tetapi hanya sedikit. Begitu pula
pemakaian bermacam-macam huruf dan tanda baca tidak banyak membantu
mempermudah komunikasi. Dalam komunikasi tulis, huruf-huruf dan tanda-tanda
baca harus kita gunakan sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin). Akan

1
tetapi, hal yang paling menentukan dalam komunikasi tulis ialah cara
membingkiskan gagasan, sedang huruf dan tanda baca hanya bahan pembungkus.

B. MASALAH

1. Apa sajakah jenis-jenis kalimat itu?


2. Bagaimanakah bentuk kalimat efektif?
3. Bagaimanakah ciri-ciri kalimat efektif?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui jenis-jenis kalimat


2. Untuk mengetahui bentuk kalimat efektif
3. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat efektif

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. JENIS-JENIS KALIMAT

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang
mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa. Dalam wujud lisan
kalimat dapat didukung oleh lagu kalimat dan gerak-gerik badan serta perubahan air
muka. Dalam wujud tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan selalu diakhiri
dengan tanda titik (.) atau tanda tanya (?) atau tanda seru (!), dengan menyertakan
tanda baca lainnya dan spasi kosong pada bentuk tertentu.
Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar
2. Struktur internal klausa utama
3. Jenis reponsi yang diharapkan
4. Sifat hubungan aktor-aksi
5. Ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verba utama
6. Kesederhanaan dan kelengkapan dasar (Cook, 1971 : 40 47)
7. Posisinya dalam percakapan
8. Konteks dan jawaban yang diberikan (Francis, 1958 : 426 : Stryker, 1969 : 3).

Berikut adalah penjelasan tentang klasifikasi kalimat tersebut.


1. Kalimat dipandang dari segi jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada
dasar.
Dipandang dari segi jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar, maka
dapatlah dibeda-bedakan :
a. Kalimat tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa
klausa terikat. Kalimat tunggal dibentuk oleh unsur subjek (S), satu predikat
(P), objek (O) dan keterangan (K). Oleh karena unsur (P)-nya satu, maka
kalimat tunggal dapat berpola: S+P, S+P+O, S+P+K, atau S+P+O+K.
Kaidah pembentukan kalimat tunggal yang berpola S+P adalah:
1) Unsur S selalu mendahului unsur P,
2) Unsur P dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata majemuk, kata
ulang atau frasa.
Kaidah pembentukan kalimat tunggal yang berpola S+P+O adalah:
1) Unsur S terletak di depan P, dan P terletak di depan O
2) Unsur P yang diikuti O adalah jenis predikat yang transitif dan aktif.
Kaidah pembentukan kalimat tunggal yang berpola S+P+K adalah:
1) Unsur S berada di depan P, dan P terletak di depan K

3
2) Unsur K merupakan keterangan tambahan kepada unsur P. Unsur K dapat
berupa: kata keterangan tempat, alat, waktu, tujuan, penyerta, cara,
similatif, penyebaban, kesalingan.
Kaidah pembentukan kalimat tunggal yang berpola S+P+O+K adalah
mengikuti S+P+O sebagaimana dijelaskan di atas, dengan penambahan unsur
K.

Contoh:
a) Diana menang.
b) Mahasiswa mempelajari filsafat ilmu.
c) Sigit mengupas dengan pisau.
d) Sania mengupas apel dengan pisau.

b. Kalimat bersusun

Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas atau
klausa utama dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat di dalamnya. Namun
ada sedikit perbedaan antara klausa utama yang dimasukkan klausa terikat di
dalamnya, apakah sebagai subjek pelengkap, keterangan ataukah sebagai
pewatas misalnya, sesudah saya makan, ia datang atau ia datang sesudah
saya makan.
Contoh:
Dia pergi sebelum kami bangun

c. Kalimat majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas.
Kalimat majemuk dibentuk oleh dua kalimat tunggal dengan perluasan
seperlunya. Dengan demikian, kalimat majemuk mempunyai dua predikat atau
dua klausa dengan penambahan unsur kata penghubung seperti: sesudah,
sebelum, dan, tetapi, sementara itu, dan sebagainya.
Kalimat majemuk dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni:
1) Kalimat majemuk setara, dan
2) Kalimat majemuk bertingkat.
Patokan yang perlu dilihat ialah berdasarkan hubungan antar klausanya.
Apabila hubungan antarklausa dalam kalimat menyatakan hubungan
koordinatif, maka kalimat tersebut dinamakan kalimat majemuk setara.
Namun, jika hubungan antarklausa dalam kalimat menyatakan subordinatif
yaitu yang satu merupakan induk dan yang lain merupakan keterangan
tambahan maka kalimat tersebut dinamakan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
Saya menjual sebidang sawah, lantas saya membeli sebuah rumah.

4
2. Kalimat dipandang dari segi struktur internal klausa utama
Dipandang dari segi struktur internal klausa utama,dapat di bedakan menjadi:
a. Kalimat sempurna

Kalimat senpurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa
bebas. (cook, 1971 :47). Oleh karena yang mendasari suatu kalimat sempurna
adalah suatu klausa bebas,maka kalimat sempurna ini mencakup kalimat
tunggal,kalimat bersusun dan kalimat majemuk.
Contoh:
Ayah meninggal dunia waktu saya studi di Negeri Belanda.

b. Kalimat tak sempurna

Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya hanya terdiri dari
sebuah klausa. (cook, 1971;47).
Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat-kalimat urutan,
sampingan,elips, tambahan,jawaban,seruan dan minor.
Contoh:
(Mau ke mana kamu nanti sore?)
Ke Bandung

3. Kalimat dipandang dari segi jenis responsi yang diharapkan.


Dipandang dari segi jenis responsi yang dharapkan, mka kita mengenal :
a. Kalimat pernyataan ( Deklaratif )

Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk menyiarkan informasi


tanpa menghrapkan responsi tertentu.
Kaliamat deklaratif dapat berupa bentuk apa saja, asalkan isinya
merupakan pemberitahuan atau pernyataan. Dalam bentuk tulisan kalimat
deklaratif diakhiri dengan tanda titik, sedangkan dalam bentuk lisan akhir
kalimat ini diucapkan dengan nada turun.
Contoh:
Ayah membaca koran.

b. Kalimat pertanyaan ( Introgatif )

Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing


reponsi yang berupa jawaban. Kalimat pertanyaan merupakan kalimat yang
berisi tentang sesuatu atau seseorang. Dalam bahasa lisan, kalimat pertanyaan
berakhir dengan nada suara agak naik. Sedangkan dalam bahasa tulis, kalimat
pertanyaan diakhiri dengan tanda baca tanya (?).

5
Pembentukan kalimat ini dapat dilakukan dengan cara :
1) Menambahkan kata-kata tanya
2) Dengan membalikan urutan
3) Dengan memakai kata buka atau tidak
4) Dengan mengubah intonasi kalimat (dalam bahasa lisan).
Contoh:
Mengapa dia tidak datang tadi pagi?

c. Kalimat perintah (Imperatif)

Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi


yang berupa tindakan. Jika kita menginginkan orang lain melakukan suatu
perbuatan kita dapat menggunakan kalimat imperatif (kalimat suruhan atau
kalimat perintah). Pada bahasa tulis, kalimat ini di akhiri dengan tanda seru (!)
jika perintah tersebut bersifat lemah, tanda seru boleh tidak digunakan.
Kalimat perintah merupakan kalimat yang berisi memberikan perintah
untuk melakukan sesuatu. Dalam bahasa lisan, kalimat perintah nadanya agak
naik sedikit.
Rahardi (2000: 77) mengemukakan bahwa kalimat imperatif adalah
kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur
melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur.
Contoh:
Tutup pintu itu, Ali!

4. Kalimat dipandang dari segi sifat hubungan aktor-aksi.


Dipandang dari segi sifat hubungan aktor-aksi, dapat dibeda-bedakan:
a. Kalimat aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subyeknya berperanan sebagai pelaku


atau aktor. Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya aktif melakukan
tindakan atau pekerjaan.
Contoh:
Saya menulis surat.

b. Kalimat pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya berperanan sebagai


penderita. Kalimat pasif merupakan kalimat yang subyeknya dikenai atau
menderita suatu perbuatan atau tindakan.
Contoh:

6
Surat itu telah kutulis.

c. Kalimat medial

Kalimat medial adalah kalimat yang subyeknya berperanan baik sebagai


pelaku maupun sebagai penderita.
Contoh:
Aku menenangkan diriku.

d. Kalimat resiprokal.

Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subyeknya dan obyeknya


melakukan sesuatu perbuatan yang berbalas-balasan.
Contoh:
Kita harus tolong-menolong dengan tetangga kita.

5. Kalimat dipandang dari segi ada atau tidaknya unsur negatif pada frase
verba utama.
Dipandang dari segi ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verba
utamanya, maka dapatlah dibedakan :
a. Kalimat afirmatif

Kalimat afirmatif atau kalimat pengesahan adalah kalimat yang pada frase
verba utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur penindakan, ataupun
unsur penyangkalan.
Contoh:
Mereka memancing ikan.

b. Kalimat negatif

Kalimat negatif atau kalimat penyangkalan adalah kalimat yang pada frase
verbal utamanya terdapat unsur negatif atau penyangkalan.
Contoh:
Mereka tidak memancing ikan.

6. Kalimat dipandang dari segi kesederhanaan dan kelengkapan dasar.


Dipandang dari segi kesederhanaan serta kelengkapan yang terdapat pada
dasar, maka dapatlah dibedakan :

7
a. Kalimat formata

Kalimat formata atau kalimat tersusun rapi adalah kalimat tunggal dan
sempurna, yang terdiri dari satu dan hanya satu klausa bebas suatu klausa
yang menurut kriteria formal dapat berdiri sendiri dalam bahasa tertentu,
sebagai suatu kalimat sempurna. Rangkaian atau perangkat kalimat yang
tersusun rapi ini mengandung inti sebagai suatu anak perangkat.
Kalimat inti atau kernel sentence adalah yang sekaligus memenuhi lima ciri
yaitu :
1) Tunggal (simple)
2) Sempurna (complete)
3) Pernyataan (statement; declarative)
4) Aktif ( active)
5) Afirmatif (affirmative)
Setiap kalimat yang sekaligus memenuhi kelima ciri distingtif ini adalah
kalimat inti; setiap kalimat yang tidak memenuhi persyaratan tersebut disebut
kalimat turunan atau derived sentences.
Kalimat inti dan kalimat turunan dapat dikontraskan sebagai berikut ini :
Kalimat inti : Kalimat turunan :
Tunggal(sederhana) bersusun, majemuk
Sempurna tak sempurna,elips
Pernyataan pertanyaan, perintah
Aktif medial, pasif
Afirmatif negatif

b. Kalimat transformata

Kalimat transformata atau kalimat transformasi adalah kalimat lengkap


tetapi bukan kalimat tunggal. Kalimat transformata ini mencakup kalimat
bersusun dan kalimat majemuk.
Kalimat-kalimat itu adalah kalimat lengkap karena terdiri sekurang-
kurangnya dari satu klausa bebas, tetapi bukan merupakan bagian dari kalimat
inti sebab bukan kalimat tunggal. Kalimat-kalimat ini dapat diturunkan dari
kalimat-kalimat tunggal dengan penerapan proses perangkaian dan
penggabungan.

c. Kalimat deformata

Kalimat deformata atau kalimat tak sempurna (incomplete sentences)


adalah kalimat tunggal yang tak sempurna, tidak lengkap.

8
Kalimat-kalimat ini meliputi baik struktur-struktur klausa terikat maupun
struktur-struktur non klausa yang terjadi dalam sesuatu bahasa, sebagai
kalimat-kalimat tipe minor.
Kalau struktur klausa itu hanya partial saja, maka kalimat-kalimat ini dapat
diturunkan dari kalimat-kalimat tunggal dan sempurna dengan proses
pengguguran (deletion).
Yang termasuk ke dalam golongan kalimat deformata ini adalah :
1) Kalimat urutan
Kalimat urutan adalah kalimat sempurna yang mengandung konjungsi
(yang menyatakan bahwa kalimat itu merupakan bagian dari kalimat lain)
seperti maka, jadi,tetapi,sedangkan,dan sebagainya.

2) Kalimat sampingan
Kalimat sampingan adalah kalimat tak sempurna yang terdiri dari
klausa terkait, dan diturunkan dari kalimat tersusun ( serta dapat
digabunggkan dengan kalimat tunggal yang mendahuluinya untuk
membentuk sebuah kalimat bersusun.

3) Kalimat elips
Kalimat elips adalah kalimat yang tidak sempurna yang terjadi karena
penyelapan beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat
tunggal.

4) Kalimat tambahan
Kalimat tambahan adalah kalimat tak sempurna yang terdapat dalam
wacana sebagai tambahan pada pernyataan-pernyataan yang telah
dikemukakan.

5) Kalimat jawaban
Kalimat jawaban adalah kalimat tak sempurna yang bertindak sebagai
jawaban pertanyaan-pertanyaan.kalimat jawaban merupakan kalimat
yang menyambung suatu percakapan dengan pergantian pembicara.

6) Kalimat seruan
Kalimat tambahan dan kalimat jawaban yang telah diperbincangkan di
muka merupakan kalimat tak sempurna tipe kompletif atau tipe
penyempurna, sebab tugasnya menyempurnakan pernyataan atau
pertanyaan yang telah dikemukakan sebelumnya. Kalimat-kalimat
tersebut dipertentangkan dengan kalimat seruan yang secara sintaksis
berdiri sendiri.
Kalimat seruan ini dapat digabungkan dengan setiap kalimat, tetapi
kalau dipakai tersendiri secara terpisah dengan intonasi akhir sendiri,
maka kalimat tersebut merupakan kalimat tak sempurna.
Kalimat seruan umumnya terbatas pada kelompok-kelompok kata dan
frase yang sederhana saja, tanpa struktur klausa yang mendasarinya sama
sekali, ketiadaan struktur klausa tersebut disebabkan oleh ketiadaan unsur
predikat di dalamnya.
Kalimat-kalimat seruan ini meliputi :
a) struktur non-klausa

9
b) struktur non- tipe atau struktur istimewa.

7. Kalimat dipandang dari segi posisinya dalam percakapan


Dipandang dari segi posisinya dalam percakapan, dapatlah dibeda-bedakan:
a. Kalimat situasi

Kalimat situasi adalah kalimat yang memulai suatu percakapan. Kalimat


situasi ini dapat juga mengikuti panggilan, salam, atau jawaban yang
berbentuk tetap terhadap salah satu dari ketiganya itu.
Contoh:
Apa kabar?

b. Kalimat urutan

Kalimat urutan adalah kalumat yang menyambung atau meneruskan suatu


pembicaraan tanpa mengganti pembicara. Serangkaian kalimat urutan
menjelmakan wacana yang hidup.
Contoh:
Kemarin saya pergi mengunjungi nenek. (kalimat situasi)
Dia sangat bergembira melihat saya. (kalimat urutan)

c. Kalimat jawaban

Kalimat jawaban adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu


pembicaraan dengan pergantian pembicara.
Contoh:
Apa kabar? (kalimat pertanyaan)
Kabar baik. (kalimat jawaban)

8. Kalimat dipandang dari segi konteks dan jawaban yang diberikan


Dipandang dari segi konteks atau hubungan kalimat dan jawaban yang
diberikan, mak dapat dibeda-bedakan:
a. Kalimat salam

Kalimat salam adalah suatu formula tetap yang dipergunakan pada


pertemuan atau perpisahan, menimbulkan suatu balasan atau jawaban yang
tetap yang sering merupakan ulangan dari salam tersebut.
Contoh:
Selamat pagi ! ............................ Selamat pagi !

10
b. Kalimat panggilan

Kalimat panggilan adalah kalimat pendek yang ditujukan untuk mendapat


perhatian, dan menimbulkan jawaban yang beraneka ragam, umumnya
pertanyaan-pertanyaan singkat.
Contoh:
Ibu ! ....................................... Ada apa ?

c. Kalimat seruan

Kalimat seruan adalah kalimat pendek yang biasanya berpola tetap dengan
intonasi tertentu, timbul dari beberapa kejadian yang tak diduga dalam
konteks linguistik atau non linguistik. Kalimat ini mungkin tidak menuntut
jawaban sama sekali, ataupun suatu jawaban yang berupa seruan atau suatu
penguatan ulangan.
Contoh:
Aduhai ! aduhai ! . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (tiada jawaban)

d. Kalimat pertanyaan

Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang menimbulakan suatu jawaban


linguistik selain dari pada jawaban-jawaban yang telah tetap bagi kalimat-
kalimat salam, panggilan dan seruan tadi. Pertanyaan-pertanyaan ditandai oleh
prosodik serta pola susunan kata tertentu, dan oleh kata tugas yang disebut
kata tanya.
Contoh:
Siapa nama anak itu? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Ali.

e. Kalimat permohonan

Kalimat permohonan adalah kalimat yang menagih responsi perrbuatan


selain daripada gerakan-gerakan tangan yang biasa dilakukan untuk
mengiringi salam dan panggilan. Responsi perbuatan tersebut dapat pula
dibarengi oleh responsi linguistik tertentu.
Contoh:
Silahkan duduk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Terima kasih. (dan bergerak untuk
duduk).

11
f. Kalimat pernyataan

Kalimat pernyataan adalah kalimat yang menuntut responsi linguistik atau


nonlinguistik yang disebut tanda perhatian. Kalimat-kalimat pernyataan inilah
yang biasanya membangun bagian terbesar sesuatu wacana.
Contoh:
Saya bertemu dengan teman lama . . . . . . . . . . . . . . . . . O, ya!

B. KALIMAT EFEKTIF

Menurut Gorys Keraf, kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi
syarat-syarat berikut:
a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar
atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Bila kedua syarat ini dipenuhi maka tidak mungkin akan terjadi salah paham
antara mereka yang terlibat dalam komunikasi.
Berikut kita akan mengupas ciri-ciri kalimat efektif :
1. Kalimat Efektif Mengandung Kesatuan Gagasan

Untuk menjaga kesatuan gagasan, hendaknya dicamkan asas tiap kalimat


harus mengandung satu ide pokok. Selanjutnya, penulis hendaknya selalu
mengupayakan:
a. Subjek dan/atau predikat kalimat eksplisit.
b. Subjek dan predikat kalimat hendaknya tidak terpisah terlalu jauh agar
kesatuan gagasan tetap terjamin.
c. Keterangan harus ditempatkan setepat-tepatnya dan seterang-terangnya
dalam kalimat sehingga sama sekali tidak mengganggu pemahaman.
Keterangan yang dimaksudkan di sini mencakup atributif, aposisi, adverbial.
Kalimat yang efektif harus bersih dari:
1) Keterangan menjuling
2) Keterangan tak berkait
3) Keterangan salah letak
4) Keterangan yang tak idiomatis
5) Keterangan mendadak
6) Keterangan yang berkaitan terpisah secara tak logis
7) Kalimat tak lengkap
d. Tanda baca harus dapat digunakan sebaik-baiknya. Kalimat efektif harus
bersih dari kesalahan-kesalahan berikut ini:
1) Kalimat bertumpukan
2) Kesalahan pemakaian koma dalam kalimat
e. Kalimat efektif hendaknya bersih juga dari:
1) Kontaminasi (perancuan)
2) Pleonasme dan Tautologi (penambahan yang tak perlu)
3) Hiperkorek (membetulkan apa yang sudah betul sehingga salah)

12
2. Kalimat Efektif Mewujudkan Koherensi yang Baik dan Kompak

Koherensi ialah pertautan antara unsur-unsur yang membangun kalimat dan


alinea. Tiap kata atau frase dalam kalimat harus bergayutan, ke dalam maupun
ke luar. Untuk menjaga koherensi itu, hendaknya penulis:
a. Kritis terhadap pemakaian kata ganti dalam kalimat. Ada kemungkinan
bahwa kata ganti tersebut menyebabkan kalimat tidak efektif.
b. Kritis terhadap pemakaian kata depan. Adakalanya, terpakai kata depan
yang sebenarnya tidak diperlukan. Atau sebaliknya, terhapus kata depan
yang sebenarnya harus dipakai.
c. Memanfaatkan kata-kata peralihan atau transisi untuk mengeksplisitkan
dan memperjelas hubungan gagasan antara kalimat yang satu dan kalimat
yang lain dalam alinea, antara alinea yang satu dan alinea yang lain dalam
karangan.
1) Hubungan pertentangan dinyatakan dengan kata peralihan: akan
tetapi, meskipun demikian, dsb.
2) Hubungan penambahan dinyatakan dengan kata peralihan: tambahan
pula, lagi pula, selain itu, kecuali itu, dsb.
3) Hubungan penjelasan dinyatakan dengan kata peralihan: misalnya,
sebagai contoh, dsb.
4) Hubungan pemilihan dinyatakan dengan kata peralihan: kalau tidak
demikian, kalau tidak, atau.
5) Hubungan perurutan dinyatakan dengan kata peralihan: pertama,
kedua, selanjutnya, kemudian, akhirnya, dsb.

3. Kalimat Efektif Merupakan Komunikasi yang Berharkat

Harkat berarti daya, tenaga, kekuatan. Bila penulis ingin agar komunikasinya
sampai dan mengesan, kalimat yang ditulisnya harus berharkat, bertenaga.
Cara-cara untuk mengharkatkan kalimat, antara lain, ialah:
a. Bagian kalimat yang hendak dipentingkan atau diutamakan diletakkan pada
awal kalimat. Dalam hal ini, yang dapat terwujud ialah inversi atau
prolepsis atau gabungan inversi dan prolepsis.
1) Inversi : Predikat diletakkan di depan subjek.
2) Prolepsis : Keterangan atau objek diletakkan di depan subjek.
Prolepsis keterangan lebih banyak terjadi daripada prolepsis objek.
3) Gabungan inversi dan prolepsis.
b. Bila penulis menyebutkan serangkaian hal (peristiwa), hendaknya
diperhatikan dan diusahakan agar urutan hal (peristiwa) itu logis,
kronologis, atau berklimaks.
c. Kata kunci diulang
d. Kata atau frase yang hendak dipentingkan dapat ditambah partikel
pementing lah, pun, kah.
e. Serangkaian hal yang disebutkan dapat menjadi lebih kuat dengan
paralelisme.
4. Kalimat Efektif Memperhatikan Paralelisme

Paralelisme (kesejajaran) ialah penggunaan bentuk gramatikal yang sama


untuk unsur-unsur kalimat yang sama fungsinya. Jika sebuah pikiran dinyatakan
dengan frase, maka pikiran-pikiran lain yang sejajar harus dinyatakan pula

13
dengan frase. Jika satu gagasan dinyatakan denga kata benda verbal atau kata
kerja bentuk me-, di-, dan sebagainya, maka gagasan lain yang sejajar harus
dinyatakan pula dengan kata benda verbal atau kata kerja bentuk me-, di-, dan
sebagainya.

5. Kalimat Efektif Diwarnai Kehematan

Yang dipantangkan dalam kalimat efektif ialah pemborosan kata. Tetapi


tidaklah tiap pemakaian bentuk yang luas itu pemborosan kata. Kerap kali
pemakaian bentuk luas disengaja untuk mempertinggi efek atau memperbesar
harkat penuturan. Jadi, pemborosanlah yang harus dijauhi, sedang harkat
penuturan harus selalu diupayakan. Ada beberapa corak pemborosan kata yang
dikemukakan oleh Poerwadarminta:
a. Tautologi: Pengulangan gagasan yang sama dengan kata atau perkataan
yang berlainan.
b. Pleonasme: Menggunakan kata atau perkataan yang maknanya telah
termasuk dalam kata (perkataan) yang terdahulu. Atau: menambah dengan
kata (perkataan) yang sebenarnya bukan merupakan barang baru meskipun
artinya tidak termasuk dalam kata (perkataan) yang terdahulu.
c. Prolixe: Bertutur panjang lanjut. Ini sebenarnya bukan masalah terlampau
banyak menggunakan kata, melainkan terlampau banyak mengutarakan
perkara yang kecil-kecil sehingga mengaburkan pokok pembicaraan.
Upaya-upaya untuk berhemat kata antara lain ialah:
a. Menghilangkan subjek yang tidak diperlukan
b. Menghindarkan pemakaian superordinat dan hiponim bersama-sama
c. Menjauhkan pemakaian kata depan dari dan daripada yang tidak perlu
d. Menghindarkan penguraian kata yang tak perlu
e. Menghindarkan bentuk klausa-BAHWA bila bentuk frase sudah memadai
f. Menghilangkan kata-kata pembalut seperti fakta, faktor, unsur yang
sebenarnya tak perlu
g. Menghilangkan pleonasme

6. Kalimat Efektif Didukung Variasi

Yang dimaksudkan dengan variasi kalimat di sini ialah variasi kalimat-


kalimat yang membangun paragraf atau alinea. Sebuah alinea terasa hidup dan
menarik bila kalimat-kalimatnya bervariasi dalam hal panjang-pendeknya,
jenisnya, aktif-pasifnya, polanya, atau gayanya.

7. Kalimat Efektif Dibantu Pemakaian EYD

Yang dimaksudkan dengan dibantu pemakaian EYD di sini ialah penulis


harus memperhatikan:
a. Pemakaian dan penulisan huruf
b. Penulisan kata
c. Pemakaian tanda baca

14
8. Kalimat Efektif Berdasarkan Pilihan Kata yang Baik

Komunikasi gagasan secara tertulis terbingkis dalam bentuk kalimat demi


kalimat (serangkaian kalimat membentuk alinea, dan serangkaian alinea
membentuk karangan). Akan tetapi, harus dicamkan bahwa dasar pembentukan
kalimat adalah kata. Ide kita pertama-tama tertulis berupa katakesatuan
bahasa terkecil dan bermakna penuh. Kata merupakan batu bata untuk
membangun frase, klausa, kalimat, alinea, karangan. Kekokohan bangunan
tergantung dari batu batanya dan hubungan antara batu-batu bata itu. Itulah
sebabnya, komunikasi berbahasa harus didasari oleh konsientisasi kata:
kesadaran akan seluk-beluk kata dan kemahiran pilih-memilih kata.
Menurut Poerwadarminta, pada umumnya pilihan selalu diarahkan kepada
kata-kata yang TEPAT, SEKSAMA, dan LAZIM. Ketiga-tiganya menjadi
pedoman untuk memilih kata. TEPAT, mengenai arti dan tempatnya. Kata yang
tepat di tempat yang tepat. Itulah yang patut digunakan. SEKSAMA, ialah
serasi benar dengan apa yang hendak dituturkan. Jika maksudnya diminta
datang, jangan dikatakan diharapkan datang. LAZIM, ialah sudah jadi kata
umum, kata yang dikenal dan dipakai dalam bahasa indonesia umum.
a. Pemakaian kata tutur dan kata setempat kurang kena jika terdapat dalam
bahasa umu, terkecuali yang sudah menjadi kata umum.
b. Kata-kata yang telah usang atau mati akan terasa mati atau ganjil bila
dipakai dalam karangan dewasa ini. Demikian juga kata-kata sastra.
c. Kata-kata bernilai rasa hendaknya dipakai dengan cermat, sesuai dengan
suasana dan tempatnya.
d. Pemakaian kata-kata sinonim memerlukan kecermatan juga. Kata-kata
sinonim tidak selamanya sama benar arti dan pemakaiannya.
e. Pemakaian kata-kata asing yang belum lazim baik dibatasi: bilamana perlu
benar, baru dipakai. Jika telah ada kata Indonesianya atau terjemahannya
yang telah lazim, tak ada gunanya memakai kata asing. Penggunaan kata
asing yang hanya karena hendak megah sangat merugikan perkembangan
bahasa kita dan menyusutkan daya guna.
f. Untuk memperkecil banyaknya kata kembar dan kata bersaingan, baik kita
berpedoman kepada kelaziman dan ketentuan ejaan. Mana yang lebih
lazim, itulah yang kita pakai. Mengenai hiperkorek dan ejaan yang tak
seragam, baik kita patuhi ejaan yang resmi, yang disahkan oleh
pemerintah.
1) Kata-kata bersaingan, misalnya: adpertensi/iklan, badminton/bulu
tangkis, drama/sandiwara, korespondensi/surat-menyurat,
efek/akibat/dampak.
2) Kata-kata kembar, misalnya: topan/taufan, tobat/taubat, pihak/fihak,
berjuang/berjoang, berubah/berobah, insaf/insyaf, saraf/syaraf,
syarat/sarat, himbauan/imbauan, subyek/subjek, kordinasi/koordinasi.

15
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang
mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa
Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar
a. Kalimat tunggal
b. Kalimat bersusun
c. Kalimat majemuk
2. Struktur internal klausa utama
a. Kalimat sempurna
b. Kalimat tak sempurna
3. Jenis reponsi yang diharapkan
a. Kalimat pernyataan (Deklaratif)
b. Kalimat pertanyaan (Introgatif)
c. Kalimat perintah (Imperatif)
4. Sifat hubungan aktor-aksi
a. Kalimat aktif
b. Kalimat pasif
c. Kalimat medial
d. Kalimat respirokal
5. Ada atau tidaknya unsur negatif pada frase verba utama
a. Kalimat afirmatif
b. Kalimat negatif
6. Kesederhanaan dan kelengkapan dasar
a. Kalimat formata
b. Kalimat transformata
c. Kalimat deformata
7. Posisinya dalam percakapan
a. Kalimat situasi
b. Kalimat urutan
c. Kalimat jawaban
8. Konteks dan jawaban yang diberikan
a. Kalimat salam
b. Kalimat panggilan
c. Kalimat seruan
d. Kalimat pertanyaan
e. Kalimat permohonan
f. Kalimat pernyataan
Selain kita harus mengenal jenis-jenis kalimat, kita juga harus memahami tentang
kalimat efektif. Berikut adalah ciri-cirinya :
1. Kalimat efektif mengandung kesatuan gagasan
2. Kalimat efektif mewujudkan koherensi yang baik dan kompak

16
3. Kalimat efektif merupakan komunikasi yang berharkat
4. Kalimat efektif memperhatikan paralelisme
5. Kalimat efektif diwarnai kehematan
6. Kalimat efektif didukung variasi
7. Kalimat efektif dibantu pemakaian EYD
8. Kalimat efektif berdasarkan pilihan kata yang baik

B. SARAN

Bila kita sudah mampu mengembangkan kalimat dengan penuh kesadaran


(kesadaran akan unsur-unsurnya, akan bahan-bahan pembentuknya, dan akan
konstruksi-konstruksinya) kita sudah cukup maju dalam penguasaan bahasa. Akan
tetapi, kalimat panjang yang kita susun mungkin kurang efektif. Mampu menyusun
kalimat efektif lebih tinggi nilainya dari pada sekedar dapat menyusun kalimat
panjang. Entah panjang entah pendek, kalimat yang kita susun harus selalu efektif.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal. (1968). Berbahasa Indonesialah Dengan Benar. Jakarta: PT.


Mediyatama Sarana Perkasa.
Lapoliwa, Hans. (1990). Klausa Pemerlengkapan Dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).
Tarigan, Prof. DR. Henry Guntur. (1983). Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Widyamartaya, A. (1993). Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
(Anggota IKAPI).
Wedhawati, Dra. dkk. (1990). Yang Penting Buat Anda. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Yamilah, Dra. M dan Drs. Slamet Samsoerizal. (1994). Bahasa Indonesia untuk
Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai