Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat melimpah dan
dapat terbarukan. Potensi manfaatnya begitu besar diberbagai bidang. Mulai
dari kebutuhan konsumsi, kebersihan, energi, dan bahkan kelangsungan hidup
semua makhluk hidup. Namun hal ini tak sepenuhnya berlaku pada air tanah.

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Air tanah merupakan sumber
daya alam yang terbatas dan sulit terbarukan. Maka dari itu perlu penanganan
khusus untuk menjaga kualitas dan kuantitas air tanah tetap terjaga.

Penurunan kualitas air tanah saat ini banyak terjadi di beberapa wilayah
dan kota besar, salah satunya Jakarta. Hasil pemantauan air tanah di cekungan
air tanah (CAT) Jakarta oleh Balai Konservasi Air Tanah Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2015 menunjukkan, untuk lapisan
akuifer bebas, dari 85 lokasi sumur yang dipantau, hanya ada 16 lokasi yang
memenuhi baku mutu. Di lokasi akuifer tertekan, dari total 69 lokasi yang
diambil sampelnya, hanya 12 lokasi yang airnya memenuhi baku mutu.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat pada solum/butiran tanah di daerah
aerasi (zona tak jenuh) yang selalu berusaha berada dalam keseimbangan.
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah
yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan
yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan
yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air
tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.
Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.

Air tanah ditampung pada beberapa zona, antara lain:

Zona air tanah. Zona ini berada diantara permukaan tanah sampai zona
perakaran tumbuhan. Zona ini disebut juga zona higroskopis dimana air
dapat dengan mudah terserap dan mudah pula menguap.
Zona pertengahan. Yang termasuk kedalam zona ini adalah zona infiltrasi
antara permukaan tanah dan permukaan air tanah.
Zona kapiler. Zona ini terbentang dari permukaan sampai zona tak tembus
air yang dapat diresapi air.
Zona jenuh. Zona ini terletak diatas lapisan kedap air dan semua pori-pori
tanahnya terisi oleh air.

2.2 Klasifikasi Air Tanah

Air tanah dapat terbentuk dari berbagai peristiwa yang menjadi


penyebabnya. Perbedaan kejadian air tanah tersebut dikelompokkan oleh para
ahli untuk mempermudah mempelajarinya dan mengetahui karakteristik
masing-masing air.

Berdasarkan jenisnya, air tanah dapat dikelompokkan ke dalam tujuh


bagian, yaitu sebagai berikut

a) Meteoric Water (Vadose Water)


Air tanah ini berasal dari air hujan, dan terdapat pada lapisan tanah yang
tidak jenuh.
b) Connate Water (Air Tanah Tubir)
Air tanah ini berasal dari air yang terperangkap dalam rongga-rongga
batuan endapan, sejak pengendapan tersebut terjadi. Termasuk juga air
yang terperangkap pada rongga-rongga batuan beku leleran (lelehan)ketika
magma tersembur ke permukaan bumi. Dapat berasal dari air laut atau air
darat.
c) Fossil Water (Air Fosil)
Air tanah ini berasal dari hasil pengendapan fosil-fosil, baik fosil
tumbuhan maupun fosil binatang.
d) Juvenil Water (Air Magma)
Air ini berasal dari dalam bumi (magma). Air ini bukan dari atmosfer atau
air permukaan.
e) Pelliculkar Water (Air Pelikular)
Air yang tersimpan dalam tanah karena tarikan molekul-molekul tanah.
f) Phreatis Water (Air Freatis)
Air tanah yang berada pada lapisan kulit bumi yang poreus (sarang).
Lapisan air tersebut berada di atas lapisan yang tidak tembus air
(pejal/kedap) atau di antara dua lapisan yang tidak tembus air.
g) Artesian Water (Air Artesis)
Air artesis ini dinamakan juga air tekanan (pressure water). Air tersebut
berada di antara dua lapisan batuan yang kedap (tidak tembus) air
sehingga dapat menyebabkan air tersebut dalam keadaan tertekan. Jika
air tanah ini memeroleh jalan keluar baik secara disengaja atau tidak, akan
keluar dengan kekuatan besar ke permukaan bumi dan terjadilah sumber
air artesis.

2.3 Kualitas Air Tanah

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas air tanah. Kualitasnya tentu


sangat penting untuk diperhatikan terlebih karena sebagian besar kebutuhan
air sehari-hari masyarakat dipenuhi dari air tanah.

Kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan pada umumnya berkaitan


dengan hal-hal sebagai berikut:

Secara alamiah memang air tersebut tidak memenuhi syarat, misalnya


keruh, berwarna, berbau dan mengandung besi atau mangan dalam kadar
yang berlebihan/tinggi.

Lingkungan sekitar sarana air bersih yang dapat mencemari air, misalnya
terdapat jamban, pembuangan sampah, kandang ternak dan genangan air
kotor pada jarak kurang 11 meter.

Konstruksi sarana air bersih yang tidak memenuhi persyaratan teknis


seperti sumur gali tanpa dilengkapi bibir, dinding, lantai dan saluran
pembuangan air bekas yang kedap air

Menurut Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 Kualitas air bersih meliputi
kualitas secara fisika, secara kimia, secara mikrobiologi dan kualitas secara
radioaktivitas. Sedangkan parameter-parameter yang harus terpenuhi meliputi:

1. Parameter fisika meliputi: Bau, Rasa, Warna, Zat padat terlarut dan Suhu.
2. Parameter kimia meliputi: kimia Anorganik seperti Air raksa, Arsen,
Fluorida, Kadmium, Kesadahan (Ca CO3), Khlorida, Kromium-Valensi-6,
Mangan, Nitrat sebgai N, Nitrit sebagai N, pH, Selenium, Seng, Sianida,
Sulfat dan Timbal. Kimia Organik seperti Aldrin dan Dieldrin, Benzene,
Benzo (a) pyrene, Chlordane (total isomer), Chloroform, 2,4 D, DDT,
Detergen, ,2 Dichloroethane, 1,2 Dichloroethane, 1,1 Dichloroethane,
Heptachlor dan heptachlor epoxide, Hexachlorbenzene, Gamma-HCH
(Lindane), Methoxychlor, Pentachlorophenol, Pestisiotalda T, 3,4,6-
Trichlorephenol, Zat Organik (KMnO4).
3. Parameter Mikrobiologi meliputi: Total Caliform (MPN).
4. Parameter Radioaktifitas meliputi: Aktivitas Alpha (Gross Alpha
Activity), Aktivitas Beta (Gross Beta Activity).

Dalam proses analisisnya, terdapat beberapa parameter air yang perlu


ditinjau. Parameter tersebut antara lain:

1) pH

pH air merupakan parameter yang penting karena dapat mengetahui


kemampuan air untuk membentuk kerak (suasana basa) atau menyebabkan
korosi (suasana asam) dan untuk menyokong kehidupan mikroorganisme.
Prinsip dasar pengukuran pH adalah secara elektrometri. Pengukuran pH ini
memanfaatkan hubungan antara konsentrasi ion H+ dengan besarnya potensial
sel.

2) Suhu

Temperature adalah salah satu parameter yang menentukan kelayakan


suatu sumber air dapat dikonsumsi, karena suhu sangat berperan dalam reaksi-
reaksi kimia dan pertumbuha mikroba dalam air. Mikroba yang merugikan
bagi makhluk hidup dapat hidup pada temperature tertentu sehingga jika kita
menaikkan atau menurunkan temperature, maka pertumbuhan mikroba
tersebut terganggu.

3) Phospat (PO43-)

Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam
bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Di
daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam
sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Keberadaan senyawa fosfat
dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila
kadar fosfat dalam air rendah, seperti pada air alam (< 0,01 mg P/L),
pertumbuhan dan ganggang akan terhalang.

4) Ammonia (NH4+)

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia).
Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di
bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan.
Keberadaannya dalam air dapat mempengaruhi perubahan sifat fisik air dan
kesehatan manusia yang mengkonsumsi air tersebut.

5) Besi (Fe3+) Mangan (Mn2+)

Mineral yang sering terkandung dalam air dengan jumlah besar adalah Fe.
Apabila Fe tersebut berada dalam jumlah yang banyak, maka akan muncul
berbagai gangguanlingkungan. Kadar Fe dalam air tanah di wilayah Jakarta
semakin meningkat. Beberapa sumur memiliki kadar Fe yang melebihi standar
baku mutu. Intake Fe dalam dosis besar pada manusia bersifat toksik karena
besi Fe2+ bisa bereaksi dengan peroksida dan menghasilkan radikal bebas.

Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keputihan, memiliki sifat yang
mirip dengan besi (Fe), merupakan logam keras, mudah retak, dan mudah
teroksidasi. Logam Mn merupakan salah satu logam dengan jumlah sangat
besar di dalam tanah, baik dalam bentuk oksida maupun hidroksida. Logam
Mn bereaksi dengan air dan larut dalam larutan asam. Kadar Mn meningkat
sejalan dengan meningkatnya aktivitas manusia dan industri, yaitu berasal
dari pembakaran bahan bakar. Mangan yang bersumber dari aktivitas manusia
dapat masuk kelingkungan air, tanah, udara, dan makanan. Kadar mangan
dalam dosis tinggi bersifat toksik.
Kandungan besi atau mangan dalam air berbahaya bagi kesehatan. Jika zat
tersebut berada dalam air maka dapat menyebabkan rasa tidak enak dan noda.
Kelebihan zat besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah,
kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, mudah marah,
radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, cardiomyopathies, sirosis
ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam hitaman,
sakit kepala, dan gagal hati. ubuh manusia mengandung Mn sekitar 10 mg dan
banyak ditemukan di liver, tulang, dan ginjal. Kelebihan Mn dapat
menimbulkan racun yang lebih kuat dibanding besi. Toksisitas Mn hampir
sama dengan nikel dan tembaga.

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah


sebagai berikut :

Kedalaman Permukaan Air tanah: Kedalaman permukaan air tanah


merupakan permukaan tertinggi dari air yang naik ke atas suatu sumuran
atau tempat yang rendah. Ketiggian air tanah antara lain dipengaruhi oleh
jenis tanah, curah hujan, penguapan, dan kedalaman aliran perkukaan
terbuka (sungai). Kedalaman permukaan air tanah akan berpengaruh pada
penyebaran bakteri coliform secara vertikal.

Curah Hujan: Air hujan yang mengalir di permukaan tanah dapat


menyebabkan bakteri coliform yang ada di permukaan tanah terlarut dalam
air tersebut. Meresapnya air hujan ke dalam lapisan tanah mempengaruhi
bergeraknya bakteri coliform di dalam lapisan tanah. Semakin banyak air
hujan yang meresap ke dalam lapisan tanah semakin besar kemungkinan
terjadinya pencemaran.

Jenis Tanah: Jenis tanah berbeda mempunyai daya kandung air dan daya
melewatkan air yang berbeda pula. Daya kandung atau kemampuan tanah
untuk menyimpan air disebut porositas, yaitu rasio antara pori-pori tanah
dengan volume total tanah dan biasannya dinyatakan dalam satuan persen,
sedangkan kemampuan tanah untuk melewatkan air disebut permeabilitas,
yaitu jumlah air yang dapat dilewatkan oleh tanah dalam satuan waktu per
satuan luas penampang. Porositas dan permeabilitas tanah akan
berpengaruh pada penyebaran bakteri coliform, mengingat air merupakan
alat tranportasi bakteri dalam tanah. Makin besar permeabilitas tanah,
makin besar kemampuan melewatkan air yang berarti jumlah bakteri yang
dapat bergerak mengikuti aliran juga makin besar.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai