Anda di halaman 1dari 16

I.

Judul Percobaan : Sifat Koligatif Larutan


II. Hari/Tanggal Percobaan : Rabu/25 November 2105; 13.00
III. Selesai Percobaan : Rabu/25 November 2015;15.30
IV. Tujuan Percobaan : Mempelajari pengaruh jenis larutan terhadap titik

didihnya

V. Tinjauan Pustaka
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut).Sifat koligatif larutan pertama kali diamati oleh
Francois Marie Raoult (ilmuan Perancis, 1830-1901) pada tahun 1870an.
Adanya partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap dalam larutan dapat
mengurangi kemampuan zat pelarut untuk menguap, sehingga tekanan uap larutan
lebih rendah dari pada tekanan uap pelarut murni. Adanya partikel zat terlarut tersebut
juga akan mengakibatkan kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan.
Menurut hokum Roult, besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik
didih, dan penurunan titik bekularutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah
menguap dan tidak mengalami disosiasi (larutan non elektrolit), sebanding dengan
banyaknya partikel zat terlarut. Besarnya kenaikan titik didih larutan 1 molal disebut
kenaikan titik didih molal, Kb, sedangkan besarnya penurunan titik beku larutan 1
molal disebut penurunan titik beku molal, Kf.
Untuk larutan encer berlaku :
Tb = m x Kb
Tf = m x Kf
Dengan:
Tb = Kenaikan titik ddih larutan
Tf = Penurunan titik beku larutan
Kb = Kenaikan titik didih molal
Kf = Penurunan titik beku molal
m = Molalitas larutan
Besarnya molalitas larutan yang sejenis sebanding dengan masa zat terlarut dan
berbanding terbalik dengan masa molekul zat terlarut. Jika massa zat terlarut dan
massa zat pelarut diketahui, maka massa molekul zat terlarut dapat ditentukan
berdasarkan sifat koligatif larutan.
Untuk larutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan dapat
mengalami disosiasi (larutan elektrolit), besarnya penurunan tekanan uap larutan,
kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku larutan, dipengaruhi oleh derajat
disosiasi larutan.
Ada berbagai macam sifat larutan, antara lain adalah sifat sifat yang ditentukan
oleh konsentrasi atau dengan sebutan sifat koligatif larutan. Ada 4 hal yang termasuk
sifat koligatif larutan, yaitu:
1. Penurunan tekanan uap (P)
Tekanan uap zat padat pada umumnya rendah sehingga kebanyakan zat
padat nonvolatile (tidak mudah menguap). Berbeda dengan zat cair, baik
murni maupun dalam larutan mempunyai tekanan uap tertentu bergantung
pada temperature. Larutan yang konsentrasi partikel terlarutnya lebih banyak
akan menyebabkanmolekul pelarut yang ada di permukaan lebih sedikit
sehingga molekul molekul pada permukaan yang membentuk uap juga sedikit.

P = P0 P

P0> P

Keterangan :

P0 = tekanan uap zat cair murni

P = tekanan uap larutan

P = P0 x Xp

P = P0 x Xt

Keterangan :

P = tekanan uap
jenuh larutan
P0 = tekanan uap
jenuh pelarut murni
Xp = fraksi mol zat
pelarut
Xt = fraksi mol zat
terlarut
2. Kenaikan titik didih (Tb)
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair
mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan
udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di
seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1
atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih
tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya
partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi
peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu,
penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih
besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di
sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (Tb) .
Persamaannya dapat ditulis:

Keterangan :

Tb = kenaikan titik didih

kb = tetapan kenaikan titik didih molal

m = massa zat terlarut

Mr = massa molekul relatif

3. Penurunan titik beku (Tf)


Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku
larutan lebih kecil daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut :

3
Keterangan :

Tf = penurunan titik beku

kf = penurunan titik beku molal

m = massa zat terlarut

Mr = massa molekul relatif

4. Tekanan osmotic ()
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk
mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel
ke dalam larutan. Membran semipermeabel adalah suatu selaput yang
dapat dilalui molekul - molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat
terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan osmotik larutan dirumuskan:

Keterangan :
= tekanan osmotic
M = molaritas larutan
R = tetapan gas ( 0,082 )
T = suhu mutlak
Adanya penurunan tekanan uap larutan mengakibatkan titik
beku larutan menjadi lebih kecil daripada titik beku pelarut murninya.
Pada larutan garam NaCl, misalnya, titik bekunya akan lebih kecil
daripada titik beku air (di bawah 00C). Besarnya penurunan ini
ditentukan oleh beberapa faktor seperti konsentrasi molal larutan dan
banyak partikel zat terlarut.

4
Penggunaan konsentrasi molalitas dikarenakan satuan ini tidak
bergantung pada suhu. Berbeda dengan molaritas, volume larutan
akan berbeda pada suhu yang berbeda.
Besarnya penurunan titik beku suatu larutan dirumuskan
sebagai berikut:

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi


larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non
elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit,
walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit
tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif
larutan elektrolit.

Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit


Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan
Sifat koligatif larutan elektrolit, disebabkan larutan non elektolit tidak
dapat mengurai menjadi ion ion nya. Maka Sifat koligatif larutan
non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung tekanan uap, titik
didih, titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif,
selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan
tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya, berbanding
langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa
memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan
larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.

5
Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif
tidak bergantung pada interaksi antara molekul pelarut dan zat
terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada
suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotic

Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih


besar dari hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif
larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat koligatif
larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan dengan
persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit, menurut Vant
Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i = tetapan atau faktor
Vant Hoff ).

Semakin kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin


besar, yaitu semakin mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu
molekul senyawa elektrolitnya. Untuk larutan encer, yaitu larutan
yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i dianggap sama
dengan jumlah ion.

Faktor vant Hoff


Faktor vant Hoff adalah faktor yang harus dimasukkan dalam
rumus penurunan titik beku, kenaikan titik didih dan tekanan osmotik
untuk menerangkan pengaruh ionisasi pada suatu elektrolit. Faktor ini
dikemukakan oleh Jacobus Henricus vant Hoff.
Raoult belum memahami penyebab berbedanya perhitungan
sifat koligatif untuk larutan non elektrolit dan elektrolit pada
konsentrasi molal yang sama. Baru setelah Svante August Arrhenius
mengemukakan teori ion, barulah diketahui bahwa zat elektrolit

6
(asam, basa dan garam) akan terionisasi dalam larutannya sehingga
memiliki jumlah partikel lebih banyak daripada zat non elektrolit.
Suatu elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi sebesar 1
sehingga nilai i akan sama dengan jumlah ionnya. Sementara untuk
elektrolit lemah nilai derajat ionisasi antara 0 dan 1 sehingga nilai i
tetap dihitung dengan rumus yang ada. Untuk non elektrolit, nilai i
dianggap sama dengan 1.

7
VI. Hasil Pengamatan

No.
Sebelum Pecobaan Sesudah Percobaan
Perc
Warna Aqudes = Tidak Warna Aquades = Tidak Bewarna
Bewarna Tidak ada gelembung
Tidak ada gelembung T2 = 890C
T1 = 310C Warna larutan guka = kuning kecoklatan
Warna larutan gula = sedikit
1. T2 = 900C
keruh
Warna larutan garam = tidak bewarna
T1 = 310C
T2 = 910C
Warna larutan garam = tidak
bewarna
T1 = 310C
2. A. Larutan Gula A. Larutan Gula
Sebelum Dipanaskan Setelah dipanaskan
Warna tidak bewarna Warna Sedikit keruh
T1 = 310C T2 = 870C
T1 = 310C T2 = 880C
T1 = 310C T2 = 890C
T1 = 310C T2 = 89,50C
Setelah dipanaskan dan dicampur
larutan gula
Warna kuning kecoklatan
T3 = 88 0C (+)
T3 = 89,50C (++)
T3 = 92 0C (+++)
T3 = 93 0C (++++)
B. Larutan Garam B. Larutan Garam
Sebelum Dipanaskan Setelah dipanaskan
Warna Tidak bewarna Warna tidak bewarna
T1 = 310C T2 = 890C
T1 = 310C T2 = 900C
T1 = 310C T2 = 900C
T1 = 310C T2 = 910C
Setelah dipanaskan dan dicampur
larutan garam
Warna sedikit keruh
T3 = 90 0C (+)
T3 = 92 0C (++)

8
T3 = 92,50C (+++)
T3 = 94 0C (++++)

9
VII. Perhitungan
Percobaan 1
Kenaikan titik didih larutan gula
1. m = 3,42 gr Mr = 342
Kb= 0,52 1. T2 T1
= (88 87)0C
= gr x 1000 x Kb = 10C
= 3,42 xMr x Px 0,52
1000 2. T2 T1
= (89,5 88)0C
= 0,1040342
C x 50 = 1,50C
2. m = 6,84 gr
3. T2 T1
= gr x 1000 x Kb = (92 89)0C
= 30C
Mr xx 0,52
= 6,84 x 1000 P 4. T2 T1
= 0,2080C 342 x 50 = (93 89,5)0C
3. m = 10,26 gr

= gr x 1000 x Kb

Mr xxP0,52
= 10,26 x 1000

= 0,3120C 342 x 50
4. m = 13,68 gr

= gr x 1000 x Kb

Mr xxP0,52
= 13,68 x 1000

= 0,4160C 342 x 50

Perhitungan

Kenaikan titik didih larutan garam


1. m = 0,58 gr Mr = 58,5
Kb= 0,52 1. T2 T1
= (90 89)0C
= gr x 1000 x Kb x [ 1+(n-1)] = 10C
=Mr x Px 1000 x 0,52 x 1
0,58 2. T2 T1
= (92 90)0C
=58,5 x 050
0,103 C = 20C
2. m = 1,17 gr
3. T2 T1
= (92,5 90)0C
= 2,50C
10
4. T2 T1
= (94 91)0C
= gr x 1000 x Kb x [ 1+(n-1)]

=Mr x Px 1000 x 0,52 x 1


1,17

=58,5 x 050
0,208 C
3. m = 1,75 gr

= gr x 1000 x Kb x [ 1+(n-1)]

=Mr x Px 1000 x 0,52 x 1


1,75

=58,5
0,3110xC50
4. m = 2,35 gr

= gr x 1000 x Kb x [ 1+(n-1)]

=Mr x Px 1000 x 0,52 x1


2,35

=58,5
0,4180xC50

11
VIII. Pembahasan

Berdasarkan teori, massa zat terlarut dapat mempengaruhi besarnya titik


didih larutan. Semakin besar massa zat yang terlarut dalam suatu
larutan, maka semakin besar pula titik didih larutan tersebut. Hal ini
disebabkan karena besarnya zat terlarut dapat menimbulkan partikel-
partikel sebagai penghalang larutan nuntuk melepaskan uap-uapnya
dalam pemanasan. Dengan semakin besarnya penghalang untuk
melepaskan uap-uap tersebut, maka diperlukan titik didih larutan
yang semakin besar pula untuk melepaskan uap-uap tadi. Dengan
demikian maka semakin besar massa zat terlarut semakin besar pula
titik didihnya.

Pada percobaan 1 yang kami lakukan, 3.42 gram gula yang


dilarutkan dalam 50 mL aquades memiliki titik didih sebesar 90 o C.
Dengan jumlah pelarut yang sama, garam dengan massa 3.42 gram
memiliki titik didih sebesar 91 o C. Sedangkan pada pelarut 50 mL
aquades tanpa ada campuran zat terlarutnya memiliki titik didih
sebesar 89 o C. Berdasarkan percobaan ini garam memiliki titik didih
lebih tinggi dibanding larutan gula dan aquades. Hal ini disebabkan
karena di dalam suatu larutan, banyaknya partikel ditentukan oleh konsentrasi
larutan dan sifat larutan itu sendiri. Jumlah partikel yang ada dalam larutan non
elektrolit (Larutan gula) tidak sama dengan jumlah partikel yang ada dalam
larutan elektrolit, walaupun keduanya mempunyai konsentrasi yang sama. Hal
ini dikarenakan larutan elektrolit dapat terurai menjadi ion-ionnya,
sedangkan pada larutan non elektrolit tidak dapat terurai menjadi ion-ion. Titik
didih yang paling rendah dalam percobaan ini yakni larutan aquades. Hal ini
disebabkan aquades bukan merupakan larutan elektrolit maupun non elektrolit.
Aquades merupakan larutan yang netral.

Pada percobaan kedua yang kami lakukan, 3.42 gram gula


yang dilarutkandalam 50 ml aquades, memiliki titik didih sebesar 88 C.
Dengan jumlah pelarut yang sama, gula dengan massa 6.84 gram
memiliki titik didih sebesar 89.5 C, 10.26 gram memiliki titik didih

12
sebesar 92 C, dan 13.68 gram memiliki titik didih sebesar 93 C. Sedangkan
pada garam, 0.58 gram garam yang dilarutkan dalam 50 mL aquades memiliki
titik didih sebesar 90 C. Dengan jumlah pelarut yang sama, garam
dengan massa 1.17 gram memiliki titik didih sebesar 92 C, 1.75
gram memiliki titik didihsebesar 92.5 C, dan 2.35 gram memiliki titik
didih sebesar 94 C. berdasarkan hasil percoban kedua jenis larutan tersebut,
dapat dikatakan bahwa semakin besar massa zat terlarut, maka semakin
besar pula titik didih larutan. Pada percobaan yang telah kami
lakukan ini kenaikan titik didih yang kami peroleh dan titik didih
secara teori berbeda dan akan kami bahas pada lembar diskusi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan titik didih adalah
konsentrasi (molalitas). Hasil eksperimen Roult menujukkan kenaikan titik
didih larutan akan semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari zat terlarut
semakin besar. Titik didih larutan akan lebih tinggi dibanding titik didih pelarut
murni.
Suhu dimana cairan mendidih disebut titik didih. Jadi titik didih adalah
temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Selama
gelembung terbentuk dalam cairan saat mendidih, tekanan uap sama dengan
tekanan atmosfer. Karena tekanan uap adalah konstan maka suhu dan cairan
yang mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang diberikan
pada cairan yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya gelembung uap
air lebih cepat. Cairan akan cepat mendidih tapi suhu didih tidak naik. Titik
didih merupakan suatu sifat yang dapat digunakan untuk memperkirakan
secara tidak langsung berapa kuat gaya tarik sntsr molekul dalam cairan.
Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik didihnya tinggi, dan
sebaliknya bila gaya tarik antar molekul lemah berarti titik didihnya rendah

13
IX. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan sifat koligatif larutan yang kami lakukan dapat
disimpulkan bahwa: larutan garam merupakan larutan elektrolit yang memiliki
titik dididh terbesar dibandingkan larutan gula yang merupakan larutan non
elektrolit dan pelarut mrni (aquades). Urutan titik didih dari yang paling tinggi
ke titikj ididh yang paling rendah adalah Larutan garam (elektrolit), Larutan gula
(non elektroli), dan aquades (pelarut murni).

Massa zat terlarut mempengaruhi titik didih larutan, semakin tinggi zat
terlarut maka kenaikan titik didihnya semakin tinggi pula

14
XI. Diskusi

Perbedaan pengukuran titik didih menurut teori dan berdasarkan


pengamatan sendiri kemungkinan disebabkan oleh proses mendidihnya
masing-masing larutan tidak sama, sehingga dalam pengukuran titik didih
ini tidak diperoleh data yang akurat.
Juga, kurang telitinya dalam menimbang bahan, kebersihan alat
kerja, kemungkinan thermometer yang digunakan belum dalam keadaan
stabil dan ketika mengukur suhu larutan besar kemungkinan terjadi
penambahan dari dimana ketika tabung reaksi dikeluarkan dan terkena suhu
luar atau suhu tangan kita sendiri serta terjadi kekurang telitian dalam
pembacaan skala thermometer.

15
XII.Jawaban Pertanyaan

1. Mengapa titik didih larutan gula lebih tinggi dibandingkan titik didih air?

Jawab :

Karena pada larutan gula terjadi ikatan hidrogen antara O dan H yang
mengakibatkan energi yang dibutuhkan semakin besar untuk melepaskan
ikatan tersebut, sehingga titik didihnya lebih tinggi dari titik didih air.

2. Mengapa sifat koligatif larutan elektrolit lebih besar dibandingkan larutan


non elektrolit?

Jawab :

Karena larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non


elektrolit tidak terurai menjadi ion-ionnya, sehingga sifat koligatif larutan
elektrolit lebih besar dibandingkan non elektrolit.

16

Anda mungkin juga menyukai