Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN

RAWAT JALAN DI PUSKESMAS RAPAK MAHANG KABUPATEN KUTAI


KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh :

Katerin Indah Islami

J500110057

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
ii
HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT
JALAN DI PUSKESMAS RAPAK MAHANG KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Katerin Indah Islami, Moh. Fanani, Erna Herawati

Abstrak : Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara stres dengan hipertensi
pada pasien rawat jalan di Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara
Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
analitik dengan desain penelitian studi potong lintang (cross sectional) yang
dilakukan pada bulan November 2014 dengan 94 responden yang menderita
hipertensi dan tidak menderita hipertensi. Untuk menguji kemaknaan hubungan
antara dua variabel tersebut digunakan uji korelasi koefisien kontingensi. Penelitian
yang dilakukan didapatkan responden yang menderita hipertensi didapatkan 33
responden (70,2%) yang mengalami stres dan 14 responden (29,8%) yang tidak
mengalami stres. Sedangkan responden yang tidak menderita hipertensi didapatkan 8
responden (17%) mengalami stres dan 39 responden (83%) tidak mengalami stres.
Setelah dilakukan uji analisis statistik dengan uji korelasi Koefisien Kontingensi
didapatkan nilai p < 0,001 yang berarti terdapat korelasi yang sangat bermakna
dengan nilai r = 0,473 yang berarti kekuatan korelasi yang diuji adalah sedang,
dengan arah korelasi positif (+) yang berarti searah. Kesimpulan dalam penelitian ini
terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan hipertensi pada pasien rawat
jalan di Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur.
Kata Kunci : stres, hipertensi, pasien rawat jalan

Pendahuluan terdapat 1 orang yang menderita


hipertensi (Riskesdas, 2008). Hasil
Hipertensi adalah keadaan penelitian yang dilakukan oleh
dimana tekanan darah mengalami Riskesdas menemukan prevalensi
peningkatan yang memberikan gejala hipertensi di Indonesia pada tahun
berlanjut pada suatu organ target di 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka
tubuh. Di Indonesia, berdasarkan hasil Belitung menjadi daerah dengan
riset kesehatan tahun 2007 diketahui prevalensi hipertensi yang tertinggi
bahwa prevalensi hipertensi di yaitu sebesar 30,9%, kemudian diikuti
Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata oleh Kalimantan Selatan (30,8%),
3,17% dari total penduduk dewasa,

1
Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Stres dapat memicu timbulnya
Barat (29,4%) (Riskesdas, 2013). hipertensi melalui aktivasi sistem saraf
simpatis yang mengakibatkan naiknya
Tekanan darah tinggi dapat tekanan darah secara intermiten (tidak
disebabkan oleh berbagai macam menentu) (Andria, 2013). Pada saat
faktor, salah satunya adalah stres.. seseorang mengalami stres, hormon
Stres merupakan suatu respon adrenalin akan dilepaskan dan
nonspesifik dari tubuh terhadap setiap kemudian akan meningkatkan tekanan
tekanan atau tuntutan yang mungkin darah melalui kontraksi arteri
muncul, baik dari kondisi yang (vasokontriksi) dan peningkatan
menyenangkan maupun tidak denyut jantung. Apabila stres
menyenangkan (Sadock & Sadock, berlanjut, tekanan darah akan tetap
2003). tinggi sehingga orang tersebut akan
mengalami hipertensi (South, 2014).
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh Riskesdas (2013) Metode
untuk mengetahui prevalensi gangguan
mental emosional (distres psikologis) Penelitian ini menggunakan
di Indonesia diketahui bahwa terdapat desain penelitian observasional analitik
3,2% orang yang memiliki gangguan dengan pendekatan cross sectional.
mental emosional pada provinsi Penelitian dilakukan di Puskesmas
Kalimantan Timur. Pada daerah Rapak Mahang Kabupaten Kutai
kabupaten Kutai Kartanegara sendiri, Kartanegara Provinsi Kalimantan
dari hasil penelitian yang dilakukan Timur. Waktu penelitian dilaksanakan
oleh Riskesdas Provinsi Kalimantan pada bulan November 2014.Sampel
Timur (2009) diketahui prevalensi dalam penelitian ini adalah pasien
gangguan mental emosional adalah rawat jalan pada Puskesmas Rapak
sebesar 4,8 %. Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara
Provinsi Kalimantan Timur yang
Sedangkan berdasarkan pada memenuhi kriteria restriksi. Sedangkan
survei pendahuluan yang telah teknik sampling yang digunakan dalam
dilakukan oleh penulis di Puskesmas penelitian ini adalah dengan
Rapak Mahang Kabupaten Kutai menggunakan teknik quota sampling.
Kartanegara Provinsi Kalimantan Besar sampel yang yang dibutuhkan
Timur diketahui bahwa banyak dalam penelitian ini sebanyak 94
penderita hipertensi yang datang untuk orang.
melakukan pemeriksaan di puskesmas
tersebut yang mengeluhkan adanya Penelitian ini menggunakan
tekanan atau tuntutan pada diri instrumen berupa kuesioner Skala
mereka, seperti misalnya adanya Inventori LMMPI (Lie Scale
tuntutan pekerjaan, tuntutan ekonomi, Minnesota Multiphasic Personality
dan sebagainya yang membuat mereka Inventory) yang merupakan skala
pada akhirnya mengalami stres. untuk menilai kejujuran dalam

2
menjawab instrumen yang diberikan. Tabel 1. Distribusi Responden
Selain itu dalam penelitian ini juga berdasarkan Usia
digunakan Skala DASS (Depression
Usia Hipertensi Tidak Hipertensi
Anxiety Stress Scale) sebagai
Stres Tidak Stres Tidak
instrumen yang digunakan untuk Stres Stres
mengetahui depresi, kecemasan dan 18-27 1 2 - 3
stres. 28-37 2 2 - 10
38-47 7 4 - 13
Untuk mengetahui hubungan 48-57 11 4 4 10
antara stres dengan hipertensi pada >57 12 2 4 3
pasien rawat jalan di Puskesmas Rapak Total 33 14 8 39
Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara 47 100
Provinsi Kalimantan Timur maka data
hasil penelitian di atas dianalisa
Berdasarkan tabel 2 berikut ini
dengan uji korelasi koefisien
diketahui bahwa distribusi responden
kontingensi.
penderita hipertensi dengan kondisi
Hasil stres yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 18 responden (38,2%),
Berdasarkan data pada tabel 1 sedangkan pada perempuan sebanyak
diketahui bahwa penderita hipertensi 15 responden (32%). Sedangkan yang
yang mengalami stres dengan tidak dalam kondisi stres dengan jenis
kelompok usia 18-27 tahun ada kelamin laki-laki adalah sebanyak 7
sebanyak 1 reponden (2,1%). Pada responden (14,9%) dan perempuan
kelompok usia 28-37 tahun terdapat 2 sebanyak 7 responden (14,9%).
reponden (4,2%), sedangkan kelompok
usia 38-47 terdapat 7 responden
(15%). Kelompok usia 48-57 tahun
Tabel 2. Distribusi Responden
didapatkan 11 responden (23,5%) dan
pada kelompok usia >57 tahun ada 12 berdasarkan Jenis Kelamin
responden (25,6%). Distribusi Jenis Hipertensi Tidak
responden yang tidak menderita stres Kelamin Hipertensi
pada kelompok usia 18-27 tahun Stres Tidak Stres Tidak
Stres Stres
sebanyak 2 responden (4,2%),
Laki-Laki 18 7 1 16
kelompok usia 28-37 tahun sebanyak 2 Perempuan 15 7 7 23
responden (4,2%) dan kelompok usia Total 33 14 8 39
38-47 tahun sebanyak 4 responden 47 47
(8,5%). Untuk kelompok usia 48-57
tahun ditemukan 4 responden (8,5%)
dan kelompok usia >57 tahun Distribusi responden pada tabel
sebanyak 2 responden (4,2%). 3 menunjukan penderita hipertensi dan
mengalami stres dengan pekerjaan
sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil)

3
diketahui sebesar 12 responden Tabel 4. Distribusi Responden
(25,5%), pegawai swasta sebanyak 7 berdasarkan hubungan Stres dan
responden (14,9%), pekerjaan sebagai Hipertensi
wirausaha sebanyak 7 responden
(14,9%), IRT (ibu rumah tangga) Hipertensi Tidak
sebanyak 5 responden (10,7%), dan Hipertensi
responden yang telah pensiun Frekuensi % Frekuensi %
Stres 33 70,2 8 17
sebanyak 2 responden (4,2%).
Tidak 14 29,8 39 83
Stres
Total 47 100 47 100
Tabel 3. Distribusi Responden
berdasarkan Pekerjaan
Analisis yang telah dilakukan
Pekerjaan Hipertensi Tidak dengan uji korelasi koefisien
Hipertensi
kontingensi didapatkan nilai p <0,001
Stres Tidak Stres Tidak
Stres Stres
artinya terdapat korelasi diantara dua
PNS 12 2 2 23 variabel yang diuji. Nilai r yang
Pegawai 7 4 2 9 didapat adalah 0,473, hal ini berarti
Swasta 7 3 1 6 kekuatan korelasi dari dua variabel
Wirausaha 5 5 2 1 yang diuji adalah sedang dengan
IRT 2 - 1 -
arah korelasi (+) positif yang berarti
Pensiunan
Total 33 14 8 39
searah.
47 47 Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang sangat bermakna antara stres
Berdasarkan data pada tabel 4 dengan hipertensi pada pasien rawat
berikut ini menunjukan bahwa jalan di Puskesmas Rapak Mahang
responden penelitian yang menderita Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
penyakit hipertensi yang mengalami Kalimantan Timur.
stres sebanyak 33 responden (70,2%)
dan yang tidak mengalami stres Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Koefisien
sebanyak 14 responden (29,8%). Kontingensi
Sedangkan pada responden yang tidak
menderita penyakit hipertensi yang Stres Total r p
mengalami stres sebanyak 8 responden Stres Tidak
Stres
(17%) dan yang tidak mengalami stres Hipertensi 33 14 47 0,473 0,001
sebanyak 39 responden (83%). Tidak 8 39 47
Hipertensi
Total 41 53 94

4
Pembahasan Sedangkan data pada tabel 4
menunjukan bahwa berdasarkan
Berdasarkan data pada tabel 1 hubungan antara stres dan hipertensi,
menunjukkan bahwa berdasarkan usia, stres lebih banyak dialami oleh
hipertensi dengan stres banyak terjadi penderita hipertensi dengan persentase.
pada kelompok usia >57 tahun Hal ini menunjukan bahwa stres
sedangkan hipertensi tanpa stres berpengaruh terhadap hipertensi.
banyak terjadi pada kelompok usia 38- Penelitian yang dilakukan oleh
47 tahun dan 48-57 tahun. Mahmudi (2012) mendukung hasil
Bertambahnya umur menyebabkan penelitian yang telah diperoleh dalam
terjadinya perubahan struktur pada penelitian ini yang dalam
pembuluh darah besar, sehingga penelitiannya mengungkapkan bahwa
membuat lumen menjadi lebih sempit 76,9% pasien hipertensi mengalami
dan dinding pembuluh darah menjadi stres. Stres dapat mempengaruhi
kaku, akibatnya adalah meningkatnya sistem kardiovaskular, khususnya
tekanan darah sistolik (Kaplan, 2010). hipertensi, dan dipercaya sebagai
Data pada tabel 2 menunjukan faktor psikologis yang dapat
bahwa berdasarkan jenis kelamin, laki- meningkatkan tekanan darah
laki lebih banyak menderita hipertensi (Marliani, 2007).
dengan stres dibandingkan dengan Setelah dilakukan uji analisis
perempuan. Hal ini disebabkan karena statistik dengan uji korelasi koefisien
gaya hidup yang dijalani oleh laki-laki kontingensi didapatkan nilai p <0,001
lebih buruk atau tidak sehat bila yang berarti terdapat korelasi yang
bandingkan dengan perempuan (Jaya, sangat bermakna antara dua variabel
2009). yang diuji dengan nilai r = 0,473
Data pada tabel 3 menunjukan artinya kekuatan korelasi dari dua
bahwa berdasarkan pekerjaan, variabel yang diuji sedang. Arah
hipertensi dengan stres lebih banyak korelasi positif (+) yang berarti searah,
dialami oleh responden dengan semakin besar nilai satu variabel maka
pekerjaan sebagai PNS. Stres yang nilai variabel lainnya juga semakin
dialami oleh PNS merupakan suatu besar (Sopiyudin, 2013). Berdasarkan
kondisi psikis dalam menghadapi hasil yang diperoleh melalui uji
rutinitas dan pekerjaan di lokasi analisis statistik dengan tingkat
kerjanya, dengan sejumlah tugas kesalahan 10% bahwa apabila
pokok dan fungsinya yang disebebkan seseorang mengalami stres akan
oleh faktor beban kerja, kondisi fisik berisiko hipertensi 0,541 kali lebih
dan sosial dari lingkungan besar daripada orang yang tidak stres.
pekerjaannya, faktor ketersediaan Selain variabel stres, terdapat variabel
fasilitas yang mendukung lain yang dapat mempengaruhi risiko
pekerjaannya dan masalah-masalah hipertensi yang direpresentasikan oleh
yang timbul yang berkaitan dengan nilai konstanta sebesar 0,264.
pekerjaannya (Kemalahayati, 2008). Menurut Sugiharto (2007)
seseorang dengan stres kejiwaan

5
mengalami hipertensi. kondisi stres tinggi sehingga menyebabkan kondisi
meningkatkan aktivitas saraf simpatis hipertensinya menjadi lebih berat
yang kemudian meningkatkan tekanan (Lawson, 2007).
darah secara bertahap, artinya semakin Pada penelitian ini terdapat
berat kondisi stres seseorang maka beberapa keterbatasan antara lain,
semakin tinggi pula tekanan darahnya. penelitian ini dilakukan dalam satu
Stres merupakan rasa takut dan cemas waktu sehingga sulit untuk
dari perasaan dan tubuh seseorang menentukan mekanisme dari sebab dan
terhadap adanya perubahan dari akibat, selain itu dalam penelitian ini
lingkungan. Apabila ada sesuatu hal digunakan manusia sebagai subjek
yang mengancam secara fisiologis penelitian yang memiliki variabel
kelenjar pituitary otak akan sangat banyak dan kompleks sehingga
mengirimkan hormon kelenjar tidak memungkinkan untuk
endokrin kedalam darah, hormon ini mengendalikan semua faktor yang ada,
berfungsi untuk mengaktifkan hormon sehingga diperlukan adanya penelitian
adrenalin dan hidrokosrtison, sehingga lebih lanjut dengan menggunakan
membuat tubuh dapat menyesuaikan desain penelitian yang lebih baik serta
diri terhadap perubahan yang terjadi. mengendalikan dan memperhitungkan
Secara alamiah dalam kondisi seperti faktor-faktor lain yang dapat
ini seseorang akan merasakan detak mempengaruhi hubungan antara stres
jantung yang lebih cepat dan keringat dengan hipertensi.
dingin yang mengalir di daerah
tengkuk. Selain itu peningkatan aliran Kesimpulan
darah ke otot-otot rangka dan
Terdapat hubungan yang sangat
penurunan aliran darah ke ginjal, kulit,
bermakna antara stres dengan
dan saluran pencernaan juga dapat
hipertensi pada pasien rawat jalan di
terjadi karena stres.
Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten
Kondisi stres yang membuat
Kutai Kartanegara Provinsi
tubuh menghasilkan hormon adrenalin
Kalimantan Timur.
lebih banyak, membuat jantung
berkerja lebih kuat dan cepat. Apabila Daftar Pustaka
terjadi dalam jangka waktu yang lama
maka akan timbul rangkaian reaksi Andria, K.M. 2013. Hubungan antara
dari organ tubuh lain. Perubahan Perilaku Olahraga, Stres dan Pola
fungsional tekanan darah yang Makan dengan Tingkat Hipertensi
disebabkan oleh kondisi stres dapat pada Lanjut Usia di Posyandu
menyebabkan hipertropi Lansia Kelurahan Gebang Putih
kardiovaskuler bila berulang secara Kecamatan Sukokilo Kota
intermiten. Begitupula stres yang Surabaya. Jurnal Promkes, Vol.1,
dialami penderita hipertensi, maka No.2.
akan mempengaruhi peningkatan
tekanan darahnya yang cenderung Beevers, G., Brien, E.O., Lip, G.Y.H.
menetap atau bahkan dapat bertambah 2001. Blood Pressure

6
Measurement Part III Automated Gunawan, Lany. 2012. Hipertensi
Sphygmomanometry Ambulatory Tekanan Darah Tinggi.
Blood Pressure Measurement Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Setting Up An Ambulatory Blood
Pressure Measurement Service Guyton, Arthur C., John, E Hall. 2011.
Measurement Monitor. 323, pp: 1- Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
5. British Medical Journal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Colbert, Don. 2011. Stress : Cara
Mencegah dan Menanggulanginya. Hartono, LA. 2007. Stres dan Stroke.
Denpasar: Udayana University Yogyakarta: Kanisius pp: 9-10
Press.
Hathaway SR, McKinley JC. 2009.
Corwin, Elizabeth. 2007. Buku Saku Minnesota Multiphasic Personality
Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Inventory. Revised edition. New
Buku Kedokteran EGC. York: Psychological Corporation.
PubMed US National Library of
Damanik, Debora Evelina. 2006. Medicine National Institues of
Pengujian Reliabilitas, Validitas, Health.
Analisis Item, dan Pembuatan
Norma Depression, Anxiety and Hawari, D., 2013. Manajemen Stres
Stress Scale (DASS). Cemas dan Depresi. Jakarta:
http://eprints.lib.ui.ac.id/15253/1/9 Badan Penerbit FKUI.
4859%2DPengujian%20reabilitas
Hermida, RC., Avala., DE., Crespo,
%2DFull%20Text%20(T%201789
JJ., Mojon, A., Chayan, L., Fontao,
2).pdf. Diakses: tanggal 5
MJ., Fernandez, JR. 2012.
september 2014. Influence of Age and Hypertension
Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Treatment-Time on Ambulatory
Penemuan dan Tatalaksana Blood Pressure in Hypertensive
Penyakit Hipertensi. Jakarta: Patients. PubMed US National
Departemen Kesehatan Republik Library of Medicine National
Indonesia. Institues of Health.

Fatma, Y. 2010. Pola Konsumsi, Gaya Ikhsan. M., Asdar.Faisal., Suryani. Sri.
Hidup dan Indeks Massa Tubuh 2012. Faktor-Faktor yang
sebagai Faktor Risiko Terrjadinya Berhubungan dengan Terjadinya
Hipertensi pada Nelayan di Peningkatan Tekanan Darah pada
Kabupaten Bintan Propinsi Pasien Pre Operasi Laparatomi di
Kepulauan Riau. Tesis. Universitas Rumah Sakit Umum Islam Faisal
Gadjah Mada. Yogyakarta. Makassar. Makassar: STIKES
Nani Hasanuddin.

7
James, PA., Oparil, S., Carter, BL., Aceh Besar Tahun 2008. USU
Cushman, WC., Himmelfarb, CD., Repository.
Handler, J., Lackland, DT.,
LeFevre, ML., MacKenzie, TD., Kowalski, R. E. 2010. Terapi
Ogedegbe, O., Jr. Sidney CS., Hipertensi Program 8 Minggu
Svetkey, Laura P., Taler, SJ., Menurunkan Tekanan Darah
Townsend, RR., Jr, Jackson TW., Tinggi dan Mengurangi Risiko
Narva, AS., Ortiz, E. 2014. Serangan Jantung dan Stroke
Evidence Based Guideline for the secara Alami. Editor Penerjemah:
Management of High Blood Rani S. Ekawati, Bandung:
Preesure in Adults: Report From Penerbit Mizan, pp: 23-129.
the Panel Members Appointed to
Kurnia, R. 2007. Karakteristik
the Eight Joint National Committee
Penderita Hipertensi yang di Rawat
(JNC 8). JAMA.
Inap d Bagian Penyakit Dalam
Jaya, N. 2009. Faktor-Faktor yang Rumah Sakit Umum Kota Padang
Berhubungan dengan Tingkat Panjang Sumatra Barat Tahun
Kepatuhan Pasien dalam Minum 2002-2006. USU Repository.
Obat Antihipertensi di Puskesmas
Lawson, RW., Arthur, J.,
Pamulang Kota Tangerang Selatan
BarskyVictor, RG., Kaplan, NM.
Propinsi Banten Tahun 2009.
2007. Systemic Hypertension:
Diambil 9 Desember 2014:
Mechanisms and Diagnosis.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_
Philadelphia: Saunders Elsevier.
digital/ Nandang20Tisna.pdf.
Lewa, A.F., Pramantara, I.D.P.,
Kabo, Peter. 2012. Bagaimana
Rahayujati, T.B. 2010. Faktor-
Menggunakan Obat-Obat
Faktor Risiko Hipertensi Sistolik
Kardiovaskular Secara Rasional.
Terisolasi pada Lanjut Usia di
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kalibawang Kabupaten
Kaplan, N.M. 2006. Kaplans Clinical Kulonprogo Provinsi Daerah
Hypertension. 9th Edition. Istimewa Yogyakarta. UGM
Department of Internal Medicine, Jurnal.
University of Texas Southwestern
Lovibond,S.H & Lovibond, P.F.
Medical School, Dallas, Texas.
(2003). Manual for the Depression
Kaplan, N.M. 2010. Clinical Anxiety & Stress Scales (Second
Hypertension. 11th ed. Lippincott: edition). Psychology Foundation.
Williams & Wilkins. PubMed US National Library of
Medicine National Institues of
Kemalahayati,. 2008. Analisis Faktor- Health.
Faktor yang Berhubungan dengan
Stres Kerja pada Pejabat Eselon III Mahmudi, Ali. 2012. Hubungan Stres
Pemerintah Daerah Kabupaten dengan Kejadian Tingkat

8
Hipertensi di Puskesmas Nusa Hipertensi dan Determinannya di
Indah Kota Bengkulu Tahun 2012. Indonesia. Indonesia Digital
Bengkulu: STIKES Dehasen Journals.
Bengkulu.
Riskesdas. 2008. Riset Kesehatan
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Dasar: Laporan Nasional 2007.
Wardhani, W.J.. Setiowulan, W. Jakarta: Badan Penelitian dan
2011, Hipertensi dalam Kapita Pengembangan Kesehatan RI.
Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius. Riskesdas. 2009. Riset Kesehatan
Dasar: Provinsi Kalimantan Timur
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu 2007. Jakarta: Badan Penelitian
Kedokteran. Surabaya: Airlangga dan Pengembangan Kesehatan RI.
University Press.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan
Miswar. 2004. Faktor-Faktor Risiko Dasar. Jakarta: Badan Penelitian
Terjadinya Hipertensi Esensial di dan Pengembangan Kesehatan
Kabupaten Klaten. Tesis. Kementrian Kesehatan RI.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. Russeng, SS., Usman, M., Saleh., LM.
2007. Stres Kerja pada Perawat di
Notoatmodjo S., Metodologi Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Dr. TAdjuddin Chalid Makassar.
Rineka Cipta pp. 120-130. Jurnal Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia UNHAS
Oktaviani, L.W. 2012. Faktor-Faktor Volume 3 No.1.
Risiko Hipertensi Primer pada
Petani di Kecamatan Parakan Sabri, Luknis., Hastono, Sutanto Priyo.
Kabupaten Temanggung. Tesis, 2006. Statistik Kesehatan. Jakarta:
Universitas Gadjah Mada. Rajawali Pres.
Panggabean, Marulam M. 2009. Sadock, B.J. & Sadock, V.A., 2003.
Penyakit Jantung Hipertensi dalam Kaplan & Sadocks Synopsis of
Ilmu Penyakit Dalam : Edisi IV, Psychiatry (9th ed.). Philadelphia:
Jilid II, Jakarta: Pusat Penerbitan Williams & Wilkins.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UI. Saryono. 2008. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine Cendikia Press.
M. 2006. Patofiosiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Sheps, S.G. 2005. Mayo Clinic
Edisi VI, Volume 1. Jakarta: EGC. Hipertensi : Mengatasi Tekanan
Darah. Intisari Mediatama.
Rahajeng, Ekowati., Tuminah,
Sulistyowati. 2009. Prevalensi

9
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp:
(Konsep, Cakupan, dan 135.
Perkembangannya). Yogyakarta:
CV. Andi Offset. WHO. 2001. Pengendalian Hipertensi
Laporan Komisi Pakar WHO.
Siswanto., Susila., Suyanto. 2014. Bandung: Penerbit ITB, pp: 13-29.
Metodologi Penelitian Kesehatan
dan Kedokteran. Yogyakarta: WHO. 2013. Global Health
Bursa Ilmu, pp: 231-232. Obeservatory (GHO) Raised Blood
Sopiyudin, Dahlan.2013. Statistik Pressure Situation and Trends,
untuk Kedokteran dan Kesehatan. <http://who.int/gho/ncd/risk_factor
Jakarta: Salemba Medika. s/blood_pressure_
prevalence_text/en/ Diakses:
Sugiharto, Aris. 2007. Faktor-Faktor tanggal 28 Juni 2014.
Risiko Hipertensi Grade II Pada
Masyarakat di Kabupaten Yogiantoro, M. 2006. Hipertensi
Karanganyar. Tesis, Universitas Esensial dalam Ilmu Penyakit
Diponegoro. Dalam : Edisi IV, Jilid II, Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Suoth, M., Bidjuni, H., Malara, R.T. Penyakit Dalam Fakultas
2014. Hubungan Gaya Hidup Kedokteran UI.
dengan Kejadian Hipertensi di
Puskesma Kolongan Kecamatan
Kalawat Kabupaten Minahasa
Utara. Unsrat ejournal Vol.2 No.1.
Syahrini, Erylna Nur., Susanto, Henry
Setyawan., Udiyono, Ari. 2012
Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
Primer di Puskesmas Tlogosari
Kulon Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol 1,
2012: pp. 315 325.
Tjay, T.K., Rahardja, K. 2007. Obat-
Obat Penting : Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya, Edisi ke Enam.
Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, pp: 724.
Tjokronegoro, Arjatmo., Sudarsono,
Sumedi. 2007. Metodologi
Penelitian Bidang Kedokteran.

10

Anda mungkin juga menyukai