FARINGITIS AKUT
Disusun Oleh :
Nama : Yuni Purwati
NIM : G4A014085
HALAMAN PENGESAHAN
FARINGITIS AKUT
Disusun Oleh :
Nama : Yuni Purwati
NIM : G4A014085
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. WF
Usia : 14 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Kewargenegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Belum/Tidak bekerja
Pendidikan Terakhir : Tidak/Belum Sekolah
Alamat : Pageraji RT. 002 RW. 002, Kecamatan Cilongok,
Kab.Banyumas
Pengantar : Orangtua
B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
1. Keluhan Utama
Nyeri saat menelan
2. Keluhan tambahan
Demam, pusing, batuk, lemas, nafsu makan dan minum menurun
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas I Cilongok bersama orang tuanya
dengan keluhan utama nyeri saat menelan sejak 2 hari sebelum masuk
puskesmas. Keluhan dirasakan pasien semakin memberat dari hari ke
hari terutama saat makan dan minum. Pasien merasa penyakitnya
mengganggu aktivitas sehingga orang tua pasien memberi pasien obat
yang di beli di warung terdekat. Selain demam, pasien juga
mengeluhkan pusing, lemas, nafsu makan menurun dan batuk. Pasien
5
8. Riwayat Psikologi
Pasien mendapat kasih sayang dan perhatian yang besar dari bapak,
ibu dan anggota keluarga lainnya. Bapak pasien merupakan buruh tani
yang selalu merawat dan menjaga pasien ketika pasien sehat, begitu
pula dengan ibu pasien. Ibu pasien menyiapkan kebutuhan sehari-hari
pasien. Pasien juga selalu mendapat perhatian yang sangat dari orang
tua dan saudaranya ketika pasien sakit termasuk dalam menjalani
pengobatan ini.
9. Riwayat Ekonomi
Pasien dirawat oleh keluarga dengan status ekonomi menengah ke
bawah. Pasien merupakan siswa SMP yang belum berpenghasilan
sehingga masih tergantung kepada kedua orang tuanya. Biaya
perawatan sepenuhnya ditanggung oleh JAMKESMAS.
10. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis. Hal
tersebut dapat dilihat dari keluarga pasien yang selalu menemani dan
merawat pasien saat dirawat inap.
11. Riwayat Sosial
Penyakit yang diderita pasien mengganggu aktivitas pasien dan
keluarganya. Pasien menjalani kegiatan di sekolah bersama dengan
teman-temannya ketika sehat namun karena sakit pasien harus
istirahat.
12. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan utama : nyeri saat menelan
b. Keluhan tambahan : Demam, pusing, batuk, lemas, nafsu
makan dan minum menurun
c. Kulit : sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)
d. Kepala : simetris,ukuran normal, pusing (+)
e. Mata : gatal (-), bengkak (-)
f. Hidung : keluar cairan (-)
g. Telinga : pendengaran jelas, keluar cairan (-)
h. Mulut : kebiruan (-)
8
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum/kesadaran
Sedang / compos mentis
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 100/60 mmHg
b. Nadi : x /menit
c. RR : x /menit
d. Suhu : 38,80 C per axiller
3. Status gizi
BB : 40 kg
TB : cm
BMI : kg/m2
Status gizi :
4. Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak
mudah dicabut
5. Kulit : Sianosis (-), ikterik (-), keriput, tugor kulit menurun
6. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
7. Telinga : Bentuk dan ukuran normal, cairan sekret (-/-)
8. Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), discharge (-/-)
9. Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa mulut basah (+)
10. Tenggorokan : Faring hiperemis (+), pembesaran tonsil (-)
9
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 jari medial LMCS, kuat
angkat (-)
Perkusi : Batas jantung kanan atas SIC II LPSD
Batas jantung kiri atas SIC II LPSS
Batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD
Batas jantung kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallop (-)
13. Punggung : Skoliosis (-)
14. Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-), sikatrik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak hipocondriaca dextra
Palpasi : Nyeri tekan (-), abdomen supel, pekak sisi (-), pekak
alih (-) , tes undulasi (-), hepar teraba 3 jari BACD
konsistensi kenyal, tepi tajam, tidak bernodul, dan lien
tidak teraba.
15. Genitalia : Tidak diperiksa
16. Anorektal : Tidak diperiksa
10
17. Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
D. RESUME
Anamnesis
Keluhan utama : demam
Keluhan tambahan : pusing, lemas, nafsu makan menurun, batuk
Riwayat sosial :
Penderita An. N usia 14 tahun dengan bentuk keluarga nuclear family.
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien penderita demam tifoid.
Faktor risiko dari pasien ini adalah perilaku pola makan pasien yang gemar
jajan sembarangan dan jarang mencuci tangan sebelum makan yang
memudahkan penyebaran kuman.
Selain itu, higienitas keluarga pasien yang kurang dilihat dari rumah yang
lembab, tidak cukup cahaya, rumah dibersihkan namun tidak dipel sedangkan
debu di jalan depan rumah terus bertebaran. Kondisi psikologi keluarga
cukup baik yang terlihat dari dukungan keluarga dalam merawat pasien ketika
sakit. Status ekonomi pasien menengah ke bawah.
Pemeriksaan Fisik
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 60x/menit regular
RR : 20x/menit
Suhu : 36,70 C
Mulut : lidah tampak kotor (+),tepi lidah hiperemis (+)
Abdomen : nyeri tekan (+), hepar teraba 3 jari BACD konsistensi kenyal,
tepi tajam, tidak bernodul.
11
E. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek personal
An. N, usia 14 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari bapak,
ibu, dan kakak sehingga bentuk keluarga nuclear family. An. N menderita
demam tifoid.
a) Idea : pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakitnya
yang diderita pasien bisa sembuh total
2) Concern : pasien merasa karena penyakit tersebut, pasien
menjadi tidak bisa beraktivitas seperti biasa.
3) Expectacy : pasien mempunyai harapan penyakitnya segera
sembuh agar dapat kembali dalam keadaan seperti
biasa.
4) Anxiety : pasien khawatir jika penyakitnya menjadi lebih parah
2. Aspek klinis
Diagnosis kerja : demam tifoid
Diagnosis defferensial : Malaria, Demam Dengue
3. Aspek faktor intrinsik
Aspek faktor risiko intrinsik individu adalah usia pasien karena
demam tifoid umumnya menyerang usia 5-30 tahun. Perilaku pasien juga
mendukung penyebaran kuman karena pasien mempunyai kebiasaan
makan tidak teratur (makan harus diingatkan oleh ibunya) sehingga status
gizi pasien underweight dan pasien memiliki kebiasaan jajan di luar rumah
saat sekolah maupun ketika bermain dengan teman-temannya. Pasien
jarang mencuci tangan sebelum makan.
4. Aspek faktor ekstrinsik
Aspek faktor risiko eksternal individu meliputi :
a. Lingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang
cukup padat dan cenderung kotor terlihat dari rumah pasien yang
lembab dan berdebu di bagian depan rumah.
b. Sumber air yang kadang masih menggunakan sumur sekaligus sebagai
tempat mandi umum padahal penularan penyakit dapat melalui air
12
tercemar atau tinja. Jarak antara sumber air dan kamar mandi lebih dari
10 meter.
c. Ventilasi dan jendela rumah yang masih kurang sehingga pencahayaan
dan pertukaran udara menjadi kurang
d. Perilaku keluarga yang tidak mengajarkan pasien untuk mencuci tangan
sebelum makan.
e. Makanan yang kurang bersih yang dikonsumsi setiap hari bila sedang
bermain bersama teman.
F. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
1. Personal care
a. Initial Plain
Usulan Pemeriksaan Penunjang:
1) Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb, Ht, leukosit, trombosit, eritrosit,
LED
2) Pemeriksaan serologik tes widal
3) Kultur darah pada minggu pertama, feses pada minggu kedua, atau
urin pada minggu ketiga
b. Non Medikamentosa
1) Bed rest atau cukup istirahat.
2) Pengaturan cara dan pola makan berupa makanan bergizi, lunak,
tidak pedas, tidak mentah, bersih, teratur serta tidak telat makan.
3) Mencuci tangan sebelum makan
4) Diet tinggi kalori tinggi protein dan rendah serat
c. Medikamentosa
1) IVFD RL 20 tpm
2) P.O. Cloramphenicol 4 x 500 mg
3) P.O. Paracetamol 3 x 500 mg
13
H. Follow Up
Jumat, 2 Mei 2014 jam 19.00
S : lemas, batuk
O : Keadaan umum/kesadaran: baik/compos mentis
Tanda vital :
T : 120/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 60 x/menit S : 370C per axiler
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa mulut basah (+),Lidah tampak
kotor dan pucat, tepi lidah hiperemis
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-), sikatrik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak hipocondriaca dextra
Palpasi : Nyeri tekan (+), abdomen supel, pekak sisi (-), pekak
alih (-) , tes undulasi (-), hepar teraba 3 jari BACD
konsistensi kenyal, tepi tajam, tidak bernodul, dan lien
tidak teraba.
A : Demam tifoid
P : Terapi medikamentosa, non medikamentosa. Selain itu juga dilakukan
dukungan psikologis, penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien
kepada keluarga dan edukasi pasien.
I. FLOW SHEET
No Tanggal Problem TD RR N t Planning Target
1 2/05/2014 Lemas, 120 20 60 37 a. IVFD RL 20 Gejala
Jam batuk /70 tpm membaik
19.00 b. PO
Cloramphenicol
4x500mg
c. PO Parasetamol
3x500mg
d. PO Ambroxol
3x1 cth
b. PO
Cloramphenicol
4x500mg
c. PO Parasetamol
3x500mg
d. PO Ambroxol
3x1 cth
16
J. FLOW CHART
PROBLEMS
Demam, Pusing, Lemas, nafsu makan menurun, batuk
2/05/2014 (16.00) 2/05/2014 (19.00) 3/05/2014 (08/00)
N 60 60 64
RR 20 20 20
S 36,7 37 36,6
Hidun Lidah tampak kotor Lidah tampak kotor Lidah tampak kotor
dan
mulut
Abdome Supel, nyeri tekan (+), Supel, nyeri tekan (+), Supel, nyeri tekan (+),
n hepatomegali hepatomegali hepatomegali
17
BAB III
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari penderita (An. N) berusia 14 tahun yang
merupakan anak dari Tn. R (48 tahun) dan Ny. M (48 tahun). An. N
adalah anak terakhir dari empat bersaudara. Fasilitas pelayanan
kesehatan yang dipakai adalah puskesmas.
2. Fungsi Psikologis
An. N tinggal dengan bapak dan ibunya. Kakak pertama dan
keduanya sudah berkeluarga dan tinggal terpisah sedangkan kakak ketiga
tinggal di Jakarta karena sedang bekerja. Keluarga An.N sangat
menyayangi anggota keluarganya. Mereka saling memberi perhatian satu
dengan yang lainnya sehingga terjalin hubungan harmonis antar anggota
keluarga. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka segera dicari
pengobatan dan memeriksakan diri ke puskesmas.
3. Fungsi Sosial
An. N mempunyai sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitar.
Dalam lingkungan masyarakat cukup aktif dalam bergaul dengan teman-
teman dan tetangganya. Kedudukan keluarga ditengah lingkungan social
cukup baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan kepala keluarga yaitu
Bp.R yang bekerja sebagai buruh tani. Pemenuhan kebutuhan primer cukup
terpenuhi dari penghasilan tersebut. Untuk membiayai perawatan anggota
keluarga yang sakit menggunakan JAMKESMAS.
Kesimpulan :
Penderita merupakan seorang anak dari Tn. R dan Ny. M. Keluarga
An. N tidak mempunyai riwayat penyakit demam tifoid. Keluarga An. N
sangat menyayangi anggota keluarganya. Di lingkungan masyarakat
18
Keterangan :
1. Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien tergolong menengah ke
bawah, penghasilan Tn.R mencukupi kebutuhan sehari-hari.
2. Education (+) artinya pengetahuan pasien tentang kesehatan terutama
tentang penyakitnya masih kurang.
23
Kesimpulan :
Keluarga An. N, fungsi patologis yang ditemukan antara lain fungsi ekonomi
dan fungsi pendidikan.
D. GENOGRAM
Ny. M Tn. R
48 thn 48 thn
Nn. S An. N
Ny. K Ny. D 19 thn 14 thn
29 thn 24 thn
Keterangan :
: laki- laki
: meninggal
: perempuan
: pasien
An. N
14 th
Kesimpulan :
Hubungan anggota keluarga Sdr. N baik dan harmonis serta saling
mendukung.
25
BAB IV
Perilaku:
Keluarga pasien rutin Lingkungan:
makan - makanan yang Lingkungan rumah
bergizi, namun pasien berada pada lingkungan
sering jajan makanan yang padat penduduk
yang cenderung kotor dengan ventilasi yang
dan tidak mencuci masih kurang di beberapa
tangan menggunakan ruangan
air bersih
Pengetahuan :
Tindakan: Keluarga pasien
Pengobatan demam mempunyai
tifoid hanya mengatasi Sdr. N
pengetahuan agak
demam saja Demam Tifoid
kurang mengenai
demam tifoid
Keterangan:
: Faktor Perilaku
Keterangan:
: Pintu
: Jendela
: jalan setapak
: tempat padi
: ruang kosong
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah Medis
1. An. N menderita demam tifoid
Pengetahuan :
An. N Keluarga
Tindakan: Demam pasien
Pengobatan demam Tifoid mempunyai
tifoid hanya pengetahuan
membeli obat kurang
demam di warung mengenai
demam tifoid
30
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996)
Tabel 5.1 Matrikulasi masalah
I R Jumlah
No Daftar Masalah T
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1. Keluarga pasien jarang 5 5 4 4 5 5 5 50000
membersihkan rumah
dan perilaku pasien
yang jarang cuci tangan
sebelum pasien makan
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
31
4 : penting
5 : sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga An. N adalah sebagai berikut :
1. Keluarga pasien mempunyai pengetahuan kurang mengenai demam tifoid
2. Keluarga pasien jarang membersihkan rumah dan perilaku pasien yang
jarang cuci tangan sebelum pasien makan
3. Pengobatan demam tifoid hanya membeli obat demam di warung
4. Lingkungan rumah berada pada lingkungan persawahan yang cenderung
kotor.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah keluarga pasien mempunyai
pengetahuan kurang mengenai demam tifoid. Pengetahuan tentang demam
tifoid yang kurang ini tentu saja berpengaruh terhadap segala aspek, misalnya
cara mencegah agar tidak terjadi kekambuhan, cara pengobatan demam tifoid,
dan lain sebagainya.
BAB VI
RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA
4. Sasaran individu
Pasien dan anggota keluarga pasien (bapak dan ibu)
5. Target Waktu
Hari / Tanggal : Selasa, 13 Mei 2014
Tempat : Desa Gebangsari, Tambak
Waktu : 16.00 WIB
6. Cara Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan metode tanya-jawab secara lisan
a. Apa itu demam tifoid? Biasanya dikenal dengan nama apa?
b. Apa penyebab demam tifoid?
c. Apa gejala jika terkena penyakit demam tifoid?
d. Apa saja media penularan demam tifoid?
e. Bagaimana cara mencegah agar tidak terkena penyakit demam tifoid?
f. Apa pengobatan jika terkena penyakit demam tifoid?
7. Hasil Pembinaan
Tabel 6.1. Tabel pembinaan
Rabu, 7 Mei 2014 Selasa, 13 Mei 2014
Kegiatan Memberikan Edukasi : DEGP3, Mengevaluasi hasil
yang meliputi : dengan metode
dilakukan a. Mengenal apa itu demam tifoid Tanya jawab secara
(definisi) lisan
Pasien bisa
b. Mengenal penyebab gejala-gejala menjawab 5 dari 6
khas demam tifoid (etiologi dan pertanyaan (83%).
gejala) Ibu dan bapak bisa
menjawab 4 dari 6
c. Mengenal melalui media apa saja bisa
pertanyaan (67%)
tertular (penularan)
d. Mengatasi penyakit demam tifoid
dengan tepat (penatalaksanaan)
e. Mengubah perilaku (pencegahan)
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, khususnya
sore hingga malam hari yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi (Darmowandowo, 2002).
B. Epidemiologi
Demam tifoid dan demam paratifoid endemik di Indonesia. Penyakit ini
termasuk penyakit menular. Demam tifoid pada umumnya menyerang
penderita kelompok umur 5-30 tahun, laki-laki sama dengan wanita resikonya
terinfeksi. Jarang pada umur di bawah 2 tahun maupun di atas 60 tahun.
Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan
menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah (Parry, 2002;
Widodo, 2006).
Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara
e p i d e m i k , t e t a p i l e b i h s e r i n g bersifat sporadik, terpencar-pencar
disuatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada
orang-orang serumah. Sumber penularannya biasanya tidak dapat ditemukan
(Parry, 2002; Widodo, 2006).
Ada dua sumber penularan S. Typhi yaitu pasien dengan demam
tifoid dan yang lebih sering adalah pasien karier (pasien karier adalah
orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus mengekskresi S. typhi
dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu
t a h u n ) . Di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. D i
derah nonendemik penyebaran terjadi melalui tinja
(Parry, 2002; Widodo, 2006).
36
E. Diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bias
diberikan terapi yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan
gambaran klinis penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi
39
F. Manifestasi klinis
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala
klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari
asimptomatik hingga gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi hingga
kematian (Widodo, 2006; Lifshitz, 1996).
Secara umum gejala klinis penyakit ini pada minggu pertama ditemukan
keluhan dan g e j a l a s e r u p a d e n g a n p e n y a k i t i n f e k s i a k u t p a d a
u m u m n ya , ya i t u d e m a m , n ye r i k e p a l a , pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di
perut, batuk dan epistaksis.
Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat
demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hari hingga
malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
demam, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1oC tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8 kali permenit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi, dan
ujung lidah merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meterorismus,
gangguan mental berupa sombolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis
(Widodo, 2006; Lifshitz, 1996).
Sekitar 10-15% pasien menjadi demam tifoid berat. Faktor yang
mempengaruhi keparahan meliputi durasi penyakit sebelum terapi, pilihan
terapi antimikroba, tingkat virulensi, ukuran inokulum, paparan
sebelumnya atau vaksinasi, dan factor host lain seperti jenis HLA, AIDS
atau penekanan kekebalan lain, atau konsumsi antasida (WHO, 2003).
40
Pada pengidap tifoid (karier) tidak menimbulkan gejala klinis dan 25%
kasus menyangkal bahwa pernah ada riwayat sakit demam tifoid. Pada
beberapa penelitian menyebutkan bahwa tifoid karier disertai dengan infeksi
kronik traktus urinarius serta terdapat peningkatan terjadinya karsinoma
kandung empedu, karsinoma kolorektal dan lain-lain. Sedangkan patofisiologi
tifoid karier belum sepenuhnya diketahui (Widodo, 2006).
G. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam
tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : (1) pemeriksaan darah perifer; (2)
pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; (3) uji serologis;
dan (4) pemeriksaan kuman secara molekuler.
1. Pemeriksaan darah perifer
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap dapat ditemukan
leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain
itu dapat pula ditemukan anemia ringan dan trombositopenia.
P a d a pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia
maupun limfepenia. Laju endap darah pada demam tifoid dapat meningkat.
Pemeriksaan SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali
menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak
memerlukan penanganan khusus (Widodo, 2006).
2. Pemeriksaan bakteriologis
Kultur darah
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri
S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan
duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit,
maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum
tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam
urine dan feses (Widodo, 2006).
41
TES TUBEX
Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif
yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan
partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas
ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik
yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat
dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi
IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit
(Frankie, 2008).
PEMERIKSAAN DIPSTIK
Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di
Belanda dimana dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen
LPS S. typhi dengan menggunakan membran nitroselulosa yang
mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM
anti-human immobilized sebagai reagen kontrol. Pemeriksaan ini
menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak memerlukan alat
yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai
fasilitas laboratorium yang lengkap. Pemeriksaan ini juga sangat
dipengaruhi hasilnya oleh penggunaan antibiotik (WHO, 2003).
Komplikasi ekstra-intestinal
1. Kardiovaskular : miokarditis
2. Hepatitis tifosa: dapat terjadi pada pasien dengan system imun yang
kuarang dan malnutrisi. Biasanya pada demam tifoid kenaikanenzim
tranaminasse tidak relevan dengan kenaikan serum bilirubin (untuk
membandaingkan dengan hepatitis akibat virus)
3. Tifoid toksik
menurunnya keadaan umumdan gizi penderita akan semakin turun dan proses
penyembuhan akan menjadi lama (Widodo, 2006).
Pemberian antimikroba
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam
tifoid adalah (Widodo, 2006; Setiabudy, 2007) :
1. Kloramfenikol
Dosis diberikan 4 x 500 mg per hari dapat diberikan secara per oral atau
intravena. Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. Penyuntikan
intramuskular tidak di anjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat
diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri.
2. Tiamfenikol
Dosis dan efektifitas tiamfenikol pada demam tifoid hampir
sama dengan kloramfenikol,akan tetapi komplikasi hematologi
seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah
dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol adalah 4
x 500 mg, demamrata-rata menurun pada hari ke 5 sampai hari ke 6.
3. K o t r i m o k s a z o l
Efektivitas obat ini dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis
untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung
sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg trimetoprin) diberikan selama 2
minggu.
4 . Ampisilin dan amoksisilin
Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah bila
dibandingakan dengan kloramfenikol, dosis yang dianjurkan antara 50-150
mg/kgBB dan digunakan selama 2 minggu.
5. S e f a l o s p o r i n g e n e r a s i k e t i g a
Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ke 3 yang tebukti efektif
untuk demam tifoida dalah seftriakson, dosis yang dianjurkan antara 3-4
gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama jam per infus sekali
sehari, diberikan selama 3 hingga 5 hari.
6. Golongan fluorokuinolon
49
Vaksinasi
Indikasi vaksinasi (Widodo, 2006) :
1. Hendak mengunjungi daerah endemik, resiko terserang demam
tifoid semakin tinggiuntuk daerah berkembang ( amerika latin, asia,
afrika )
2. Orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid
3. Petugas laboratorium / mikrobiologi kesehatan
Jenis vaksin :
1. Vaksin oral Ty21a (vivotif Berna), belum beredar di Indonesia
2. Vaksin parenteral VICPS (Typhim Vi / Pasteur Merieux), vaksin
kapsul polisakarida
Kontraindikasi :
Vaksin hidup oral Ty21a secara teoritis dikontraindikasikan pada sasaran
alergi atau reaksi efek samping berat, penurunan imunitas, dan kehamilan
(karena sedikitnya data). Bila diberikan bersamaan dengan obat antimalarial
dianjurkan minimal setelah 24 jam pemberian obat baru dilakukan vaksinasi.
Dianjurkan tidak memberikan vaksinasi bersamaan dengan obat sulfonamide
atau antimikroba lainnya.
Efeksamping :
Pada vaksin oral Ty21a : demam dan sakit kepala. Pada vaksin
parenteral ViCPS : demam, malaise, sakit kepala, rush , nyeri lokal.
Efek samping terbesar pada parenteral adalah heatphenol inactivated, yaitu
demam, nyeri kepala, dan reaksi local nyeri dan edema bahkan reaksi berat
termasuk hipotensi, nyeri dada, dan syok.
Efektivitas :
Serokonversi (peningkatan titer antibodi 4 kali) setelah vaksinasi dengan
ViCPS terjadi secara cepat yaitu sekitar 15 hari 3 minggu dan 90% bertahan
51
L. Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat
kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella serta cepat dan tepatnya
pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa
7,4%, rata-rata 5,7%.
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DIAGNOSTIK HOLISTIK
1. Aspek personal
An. N, 14 tahun hidup dalam satu keluarga yang terdiri dari istri dan
anaknya, sehingga bentuk keluarga nuclear family. An. N menderita
demam tifoid.
a) Idea : pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakitnya
yang diderita pasien bisa sembuh total
2. Aspek klinis
Diagnosis kerja : demam tifoid
Diagnosis defferensial : Malaria, Demam Berdarah Dengue
B. SARAN
1. Personal care
a. Initial Plan
Usulan Pemeriksaan Penunjang:
1) Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb, Ht, leukosit, trombosit,
eritrosit, LED
2) Pemeriksaan serologik tes widal
3) Kultur darah pada minggu pertama, feses pada minggu kedua,
atau urin pada minggu ketiga
b. Non Medikamentosa (Kuratif)
1) Bed rest atau cukup istirahat.
2) Pengaturan cara dan pola makan berupa makanan bergizi, lunak,
tidak pedas, tidak mentah, bersih, teratur serta tidak telat makan.
3) Mencuci tangan sebelum makan
54
DAFTAR PUSTAKA
Baker. 2010. Searching For The Elusive Typhoid Diagnostic. BMC Infectious
Diseases. 10: 45.
Frankie, et al. 2008. The TUBEX test detects not only typhoid-specific antibodies
but also soluble antigens and whole bacteria. Journal of Medical
Microbiology. 57, 316323.
Lifshitz, Edward I. 1996. Travel trouble: Typhoid fever--a case presentation and
review. Journal of American College Health, 07448481, Vol. 45, Issue 3
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Widodo, Djoko. 2006. Demam Tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Jilid III. Jakarta : IPD FKUI
57
LAMPIRAN
Gambar 6. Dapur
60
Gambar 7. Jamban