1
II. STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. K
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SD
Penghasilan/bulan : Rp 700.000,00 Rp 1.000.000,00
Alamat : Desa Pernasidi RT 3/5, Kecamatan Cilongok
Pengantar (Pasien) : Pasien datang diantar istri
Tanggal Periksa : Rabu, 2 November 2016
1. Keluhan Utama
Diare (BAB cair) lebih dari 10 kali dalam sehari
2. Keluhan Tambahan
Mual, muntah berulang, pusing, lemas, tidak mau makan, pasien merasa
haus, BAK berkurang.
2
Selain keluhan diare, pasien juga mengeluh mual, muntah, pusing, lemas,
tidak mau makan, merasa haus dan BAK berkurang. Pasien sudah
mengonsumsi obat diare dan penurun panas yang dibeli di Apotek, namun
tidak kunjung membaik. Asupan makanan dan minuman yang terbatas
karena setiap kali pasien makan maupun minum, pasien selalu mual dan
muntah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
3
b. Home
Rumah Tn. K luasnya berukuran kurang lebih 72 m2,
memiliki ventilasi udara seperti lubang angin, cahaya matahari
yang masuk ke rumah minimal, lantai rumah terbuat dari keramik,
dinding terbuat batu bata yang sudah diplester, Rumah Tn. K tidak
berplafon, sehingga debu dari atap sering jatuh ke dalam rumah.
Jendela terdapat di setiap ruangan namun jarang dibuka.
Pencahayaan kurang baik, dimana sulit membaca di dalam ruangan
tanpa penerangan tambahan, kebersihan rumah cukup dijaga dengan
baik. Atap rumah terbuat dari genteng. Tingkat kelembapan rumah
dikatakan tidak terlalu lembab. Rumah terdiri dari ruang tamu,
ruang keluarga yang menyatu dengan tempat makan. Terdapat tiga
kamar tidur dan dapur. Terdapat kandang ayam tepat di luar rumah,
bersebelahan dengan pintu dapur. Pasien memasak dengan
menggunakan tungku kayu bakar. Sumber air bersih berasal dari
air sumur. Kamar mandi dan toilet menyatu dengan sumur. Septic
tank terletak 6 meter dari sumur. Antara rumah pasien dan rumah
tetangga cukup berdekatan. Jarak antar rumah sekitar 4-6 meter.
Tempat sampah keluarga diletakkan di belakang rumah, terbuka,
yang biasanya dibakar setiap sore hari.
c. Hobby
Pasien tidak mempunyai hobi tertentu. Hanya sesekali
memancing di sungai jika tidak sedang bekerja.
d. Occupational
Pasien adalah seorang pedagang kayu yang sering pergi
keluar kota (hampir setiap minggu). Kebersihan di lingkungan
rumah cukup baik. Sumber air yang digunakan berasal dari sumur.
e. Diet
Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk tempe, tahu,
telur sayur. Dalam satu bulan hanya beberapa kali saja
mengkonsumsi ikan, daging ayam dan daging sapi. Hampir setiap
hari pasien mengkonsumsi goreng-gorengan. Sehari-hari pasien
4
jarang mengkonsumsi buah. Pasien memiliki kebiasaan
mengonsumsi kopi hitam terutama saat pagi hari, dalam sehari bisa
mencapai 3 kali. Selain itu pasien masih sering merokok dalam
sehari pasien bisa menghabiskan setengah bungkus rokok.
f. Drug
Pasien sebelumnya sudah mengonsumsi obat diare dan
penurun panas yang dibeli di apotek namun keluhan tidak kunjung
membaik. Biasanya jika sakit pasien akan meminum obat yag
dibelinya di apotek atau meminum obat herbal (jamu) sebelum
memeriksakan diri ke dokter.
7. Riwayat Gizi
Pasien makan dua sampai tiga kali dalam sehari. Setiap pagi hari
pasien makan di rumah, namun sering kali pasien melewatkan sarapan.
Lauk pauk yang biasa dikonsumsi adalah sayur, tempe, tahu, telur, dan
sesekali mengkonsumsi daging dan ikan. Pasien tidak mengkonsumsi susu.
Pasien jarang mengkonsumsi buah hanya sesekali saja mengkonsumsi
buah seperti pisang, jeruk, atau mangga. Pasien mengaku sering konsumsi
gorengan baik di dalam maupun di luar rumah. Pasien cukup menggemari
makanan-makanan pedas. Tidak ada riwayat gizi kurang ataupun gizi
buruk pada pasien dan keluarga.
8. Riwayat Psikologi :
Pasien hidup dengan istri dan kedua anaknya, sebelum memiliki
rumah sendiri keluarga ini menumpang di rumah kedua orangtuanya.
Pasien merupakan kepala keluarga sekaligus sebagai tulang punggung
keluarga. Dalam kehidupan di keluarganya ada sedikit masalah yang
mengganggu pikiran pasien, yaitu ketika penyakitnya kambuh pasien
seringkali tidak berangkat bekerja, sehingga pemasukan tidak ada. Pasien
dan istri, serta kedua anaknya sering menghabiskan waktu bersama. Setiap
masalah yang dihadapi pasien dan anggota keluarganya selalu
didiskusikan bersama-sama.
5
9. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah.
Pekerjaan pasien adalah pedagang dengan penghasilan cukup rendah dan
tidak tetap (Rp 700.000,00 - Rp1.000.000,00/bulan). Istri pasien seorang
ibu rumah tangga. Biaya perawatan sepenuhnya dengan biaya pribadi.
1. Keadaan umum/kesadaran
Tampak lemas, kesadaran compos mentis.
2. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 84 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. Pernafasan : 20 x/menit, costoabdominal, reguler
d. Suhu : 38,4 oC
3. Status gizi
a. BB : 58 kg
b. TB : 165 cm
c. IMT : 21,3
d. Kesan status gizi : Baik (dalam rentang 13,2-21,4 menurut WHO)
4. Kulit
Turgor kulit kembali < 2detik.
5. Kepala
Kepala dalam batas normal.
6. Mata
Konjungtiva , sklera , kornea, pupil, iris, lensaa, air mata dalam batas normal,
mata sedikit nampak cekung.
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
massa (-)
8. Mulut
Mukosa bukkal nampak sedikit kering.
9. Telinga
Telinga luar, tengah, dalam dalam batas normal
10. Tenggorokan
Tonsil , dan pharing dalam batas normal. Hiperemis (-).
11. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-), distensi vena jugularis (-).
7
12. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo :
1) Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
2) Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
13. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada
A : bising usus (+) meningkat
Per : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Pal : supel, nyeri tekan (-) , hepar dan lien tak teraba
14. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Pal : nyeri tekan (-)
8
15. Ektremitas: palmar eritema (-/-) capilarry refill 1 detik.
akral dingin + + oedem - -
+ + - -
Articulatio genue dextra et sinistra :
I : oedem (-), eritema (-), hambatan dalam berjalan (-).
P : nyeri (-), hangat (-), krepitasi (-).
16. Sistem genitalia: dalam batas normal
17. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Keluhan utama : Diare (BAB cair) lebih dari 10 kali dalam sehari
Keluhan penyerta : Mual, muntah berulang, pusing, lemas, tidak mau
makan, pasien merasa haus, BAK berkurang.
Idea : Pasien datang untuk berobat karena diare
Concern : Pasien merasa badannya tidak nyaman dan
lemas, istri pasien khawatir kondisi pasien
semakin memburuk.
Expectacy : Pasien dan istri pasien mempunyai harapan agar
penyakit pasien dapat segera sembuh dan dapat
segera bekerja kembali.
Anxiety : Pasien dan istri pasien khawatir penyakit pasien
tidak sembuh-sembuh dan jatuh ke kondisi
dehidrasi.
2. Aspek Klinis
Diagnosis : Gastroenteritis akut e.c. suspek infeksi
10
virus dengan dehidrasi ringan-sedang
Gejala klinis yang muncul : diare >10x/hari, mual, muntah, pusing,
lemas, tidak mau makan, merasa haus
Diagnosa banding : Shigellosis, cholera, amoebiasis.
H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Aspek kuratif
1) Medikamentosa
a) IVFD RL 1547 ml selama 2 jam
11
Rehidrasi dihitung berdasarkan skor daldiyono. Pada pasien
didapatkan skor daldiyono yaitu 4. Oleh karena itu perhitungan
rehidrasi cairan pasien adalah sebagai berikut :
Kebutuhan cairan = (Skor Daldiyono/15) x 100 x BB
= (4/15) x 100 x 58
= 1547 ml dalam 2 jam pertama = 258 tpm
b) Injeksi ceftriaxone per 12 jam
c) PO Zinc 20 mg 1x1tablet
d) PO paracetamol 3x1 tablet
e) PO Ranitidin 2x1 tablet
f) PO Domperidon 3x1 tablet
2) Non Medika mentosa
a) Bed rest atau cukup istirahat.
b) Pengaturan cara dan pola makan berupa makanan bergizi, lunak,
tidak pedas, tidak mentah, bersih, teratur serta tidak telat makan.
c) Dianjurkan untuk minum 1,5-2 gelas tiap kali BAB
3) KIE (konseling, informasi dan edukasi)
Pasien dan keluarganya perlu diedukasi mengenai:
a) Penjelasan keluarga pasien tentang penyakit gastroenteritis
serta edukasi.
b) Mulai membiasakan diri tidak memakan makanan yang pedas
dan makanan yang tidak terjamin kebersihannya.
b. Aspek Promotif dan Preventif,
1) Menjelaskan mengenai higienitas makanan dan minuman
2) Menjelaskan mengenai kriteria rumah sehat serta memberi saran-
saran yang dapat diterapkan dan tepat guna
3) Memberikan anjuran pola hidup bersih dan sehat
4) Menjelaskan mengenai bagaimana penanganan diare yang tepat
5) Selalu mencuci tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi dan
sebelum makan
12
6) Hanya makan/minum yang terjamin kebersihan dan
kematangannya, hindari beli makanan/jajanan yang tidak terjamin
kebersihan bahan dan proses pengolahannya
7) Buah dan sayuran yang dikonsumsi harus dicuci dengan bersih
8) Harus menjaga kesehatan peralatan makanan/minuman dengan cara
mencucinya menggunakan air bersih dan sabun cuci piring
antibakteri
9) Menjelaskan mengenai syarat-syarat rumah sehat secara lengkap,
beberapa contohnya antara lain mengenai adanya kandang ayam di
dekat dapur dan toilet yang tidak higienis.
10) Menjelaskan pentingnya menjaga nutrisi melalui makanan yang
bersih, sehat dan bergizi, memenuhi kebutuhan karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral.
11) Menjelaskan cara membuang sampah yang baik
12) Menyarankan untuk mendaftarkan diri di badan penyelenggara
jaminan kesehatan (BPJS) melalui perangkat desa/kecamatan
setempat.
e. Aspek Rehabilitatif
Monitoring terhadap keluhan pasien, keadaan umum, tanda vital, serta
tanda tanda dehidrasi pada pasien GEA (gastroenteritis).
2. Family Care
13
e. Menjelaskan mengenai syarat-syarat rumah sehat secara lengkap,
beberapa contohnya antara lain mengenai adanya kandang ayam di
dekat dapur dan toilet yang tidak higienis.
f. Menyarankan keluarga pasien untuk memberi pembatas antara toilet
dan sumur di kamar mandi serta memberi jarak antara sumur dan
septic tank supaya lebih dari 10 meter, juga menyarankan keluarga
pasien untuk memindah kandang ayam ke kebun belakang rumah.
g. Menyarankan untuk mendaftarkan diri di badan penyelenggara
jaminan kesehatan (BPJS) melalui perangkat desa/kecamatan setempat.
3. Community Care
a. Memotivasi lingkungan untuk menjaga lingkungan yang sehat dan
bersih, karena lingkungan yang tidak sehat akan memicu faktor risiko
terjadinya GEA.
b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit
GEA, baik tanda gejala penyakit tersebut dan perjalanan alamiahnya
serta bagaimana penanganannya melalui penyuluhan terhadap
masyarakat langsung maupun melalui kader.
c. Memotivasi komunitas untuk memberikan dukungan psikologis
terhadap pasien mengenai penyakitnya.
I. Flow Sheet
14
ringan-sedang protein
(+) PO Zinc 20 mg
1x1tablet
PO paracetamol
3x1 tablet
PO Molagit 2
tablet tiap kali
BAB
2 Kamis Diare 6x N :80 x/menit IVFD RL 30 Diare
berhenti,
3/11/2016 semalam, mual RR :20 x/menit tpm (rumatan)
status hidrasi
16.00 dan muntah S :370 C Diet lunak tinggi membaik,
berkurang, kalori tinggi asupan
nutrisi dan
pusing protein cairan
berkurang, Inj. teratasi
15
makan dan 1x1tablet
minum. Ranitidin 3x1
tablet
16
III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
2. Fungsi Psikologis
3. Fungsi Sosial
17
pelayanan kesehatan menggunakan biaya sendiri. Dapat disimpulkan bahwa
bentuk keluarga Tn. K adalah nuclear family. Keluarga Tn. K adalah
keluarga yang cukup harmonis, dan merupakan keluarga dengan
perekonomian kelas menengah kebawah.
ADAPTATION
PARTNERSHIP
GROWTH
AFFECTION
Dalam keluarga ini hubungan kasih sayang dan interaksi antara ayah, ibu,
dan anak berjalan dengan lancar. Dalam hal mengekspresikan perasaan atau
emosi, antar anggota keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal
yang tidak berkenan di hati, maka anggota keluarga akan mencoba untuk
segera menyampaikan tanpa dipendam, sehingga permasalahan dapat segera
selesai. Keluarga saling menyayangi tampak dari percakapan mereka yang
luwes dan sering bercanda saat peneliti melakukan wawancara.
18
RESOLVE
Keluarga ini merasa senang apabila anggota keluarga berkumpul di rumah
walaupun hanya untuk menonton televisi atau makan bersama. Untuk menilai
fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score dengan nilai hampir
selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R Score dilakukan
pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk
menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4
= jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian A.P.G.A.R.
TOTAL 9 7
Rerata nilai skor APGAR keluarga Tn. K adalah (9+7)/2 = 8. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada dalam keadaan baik.
19
B. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Cultural Adanya mitos yang kurang baik adalah adanya anggapan saat +
diare sebaiknya dipuasakan agar tidak mencret dan muntah-
muntah
Religion Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat -
dilihat dari pasien dan keluarga rutin menjalankan sholat lima
waktu di rumahnya.
Keterangan :
1. Culture (+) artinya keluarga Tn. K masih memiliki budaya yang kurang
mendukung kesehatan.
2. Economic (+) artinya keluarga Tn. K tergolong ekonomi menengah
kebawah dengan pendapatan Rp 700.000,00 Rp 1.000.000,00/bulan.
3. Education (+) artinya pendidikan anggota keluarga kurang. Latar belakang
pendidikan pasien adalah SD dan istri pasien adalah SD
4. Medical (+) artinya masih terdapat masalah dalam akses pelayanan
kesehatan khususnya akibat belum adanya asuransi kesehatan.
20
Kesimpulan :
Terdapat masalah pada fungsi culture, economic, education, dan medical.
C. Family Genogram
70 40 65
70
50 40 55 50
48
19 43
42
50 46
22 10
Keterangan:
: Perempuan
: Meninggal dunia
: Pasien
: Perempuan
21
D. Pola Interaksi Keluarga
Sdr. MJ
Tn. K Ny.S
An.
MP
Kesimpulan :
22
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
1. Faktor Perilaku
23
pasien dan istrinya hanya berpendidikan sampai SD, sedangkan anak pasien
yang pertama berpendidikan SMK dan yang kedua masih duduk di bangku
SD. Hal tersebut mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman pasien
mengenai kesehatan. Keluarga ini juga belum memiliki jaminan
kesehatan.
24
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Pasien tinggal di Desa Pernasidi RT 03 RW 05, Kecamatan Cilongok,
Kabupaten Banyumas. Pasien tinggal di sebuah rumah dengan bangunan
permanen. Luas rumahnya yaitu sekitar 72 m2. Jumlah penghuni rumah 4 orang.
Lantai rumah pasien seluruhnya menggunakan keramik. Dinding rumah
menggunakan batu bata yang telah diplester, sedangkan atap menggunakan
genting tanpa langit-langit (plafon). Rumah pasien memiliki 3 kamar tidur, 1
ruang tamu dan ruang keluarga, dapur serta dibelakang rumah terdapat kandang
ayam dan kamar mandi yang terpisah dari bangunan utama. Kesan pencahayaan
kurang karena jendela jarang dibuka. Sumber air dengan menggunakan sumur
dan terdapat jamban kloset jongkok yang berbentuk leher angsa berjarak 6
meter dari sumber air. Sumber air yang didapat berasal dari sumur timba
dengan tangan. Tempat sampah rumah ini dibiarkan terbuka di belakang rumah
untuk nantinya dibakar jika sudah penuh. Rumah yang dihuni keluarga ini
memiliki ventilasi cukup, sirkulasi udara cukup, tetapi pencahayaan dan kebersihan
dari rumah ini juga kurang terjaga.
2. Denah Rumah
Keterangan:
25
V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah medis :
B. Masalah nonmedis :
Tn. K, 46 tahun
I R Jumla
No. Daftar Masalah P S SB T Mn Mo Ma h
IxTxR
Pengetahuan pasien dan
1 keluarga tentang penyakit 5 5 5 4 5 4 5 93,33
rendah
Tidak memiliki asuransi
2 4 5 5 3 4 5 5 65,38
kesehatan
Kondisi rumah dan
3 lingkungan sekitar yang 5 5 4 3 2 1 1 18,67
tidak sehat
Kondisi ekonomi keluarga
adalah kelas menengah
4 4 5 5 1 1 1 1 4,67
kebawah
Keterangan:
Kriteria penilaian:
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
27
E. Prioritas Masalah
28
VI. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
1. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
2. Cara Pembinaan
3. Materi Pembinaan
Materi utama pada penyuluhan dan edukasi yang diberikan kepada pasien
dan keluarga adalah mengenai pengertian, penyebab, cara penularan, tanda
dan gejala, serta penanganan dan pencegahan gastroenteritis. Materi
selanjutnya adalah mengenali tanda-tanda dehidrasi.
4. Sasaran Pembinaan
29
5. Evaluasi Pembinaan
C. Hasil Evaluasi
5. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 4 orang yang terdiri dari,
pasien Tn. K, istri pasien Ny. S, anak pasien yaitu Sdr. MJ dan An. MP.
Metode yang digunakan berupa konseling edukasi tentang penyakit
gastroenteritis mulai dari pengertian, penyebab, faktor resiko, penularan,
penanganan, serta komplikasinya yaitu dehidrasi.
6. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 4 orang yaitu, pasien, istri pasien dan
kedua anak pasien. Waktu pelaksanaan kegiatan pada Rabu 2 November
2016 dan Jumat 4 November 2016 di Puskesmas 1 Cilongok dan di rumah
pasien. Konseling berjalan dengan lancar dan pasien serta keluarga merasa
puas karena merasa lebih diperhatikan dengan adanya kunjungan ke
rumahnya untuk memberikan edukasi tentang penyakit yang sedang
diderita oleh Tn. K.
7. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling pasien dan keluarga mengaku belum
memahami penyakit yang diderita Tn. K sehingga dengan adanya
konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih paham
tentang penyakitnya. Sebelum konseling dilakukan tanya jawab, dari
empat pertanyaan, istri pasien merupakan anggota keluarga yang paling
aktif menjawab dan mampu menjawab dua pertanyaan dengan cukup
benar yaitu pengertian diare dan penyebab diare. Setelah konseling
dilakukan tanya jawab, narasumber memberikan empat pertanyaan yang
sama, pasien beserta keluarga dapat menjawab keempat pertanyaan.
31
Walaupun jawaban yang diberikan belum maksimal namun sudah mampu
menjelaskan poin penting dari masing-masing materi, sehingga tingkat
pengetahuan pasien meningkat menjadi 90% dari sebelumnya yang hanya
50%.
32
VII. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi dari membran mukosasaluran
pencernaan yaitu di lambung, usus halus dan usus besar. Gastroenteritis yang
populer dengan istilah diare merupakan penyakit infeksi saluran cerna.
Penyakit ini masih menjadi masalah utama di negara maju maupun negara
berkembang, karena sebanyak 3-4x kejadian gastroenteritis akan dialami oleh
balita setiap tahunnya. Gastroenteritis akut adalah kondisi perubahan
frekuensi defekasi berupa buang air besar lebih dari tiga kali dalam 24 jam
disertai perubahan konsistensi feses, yang berlangsung kurang dari seminggu.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, gastroenteritis merupakan
penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% anak berusia 1-4 tahun
(Pudjiadi et al., 2009; WHO, 2009).
B. Epidemiologi
Pada penelitian gastroenteritis akut pada 123 pasien di Rs Persahabatan,
Hendarwanto, Setiawan B dkk mendapatkan etiologi infeksi seperti tabel 7.1
Tabel 7.1 etiologi gastroenteritis akut di RS. Persahabatan Jakarta
Etiologi Frekuensi (%)
E. coli 38,29
Vibrio cholerae ogawa 18,29
Aeromonas sp 14,29
Shigella flexneri 6,29
Salmonella sp 5,71
Entamoeba histolytica 5,14
Ascaris lumbricoides 3,43
Rotavirus 2,86
Candida sp 1,71
Vibrio NAG 1,14
Trichuris trichiura 1,14
Plesiomonas shigelloides 0,57
Ancylostoma duodenalis 0,57
Blastocytis hominis 0,57
C. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, antara lain
(Mansjoer, 2000):
1. Infeksi
Beberapa mikroorganisme penyebab infeksi yang memunculkan tanda
klinis berupa diare antara lain:
a. Virus, antara lain Rotavirus, Adenovirus, Virus Norwalk, Astrovirus,
Calicivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
34
b. Bakteri, antara lain Shigella spp., Salmonella spp., Escherecia coli,
Vibrio cholera, Vibrio parahaemoliticus, Aeromonas hidrophilia,
Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium difficile,
Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus, Yersinia
enterocolitica.
c. Parasit, antara lain protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Balantidium coli), cacing perut (Ascariasis, Trichuris
truchiura, Strongiloides stercoralis) dan jamur seperti Candida sp.
2. Malabsorpsi zat makanan seperti karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak
terutama trigliserida rantai panjang, atau protein seperti beta-
laktoglobulin.
3. Intoksikasi (keracunan makanan) akibat makanan yang mengandung zat
kimia beracun atau makanan mengandung mikroorganisme yang
mengeluarkan toksin, antara lain Clostridium perfringens dan
Staphylococcus.
4. Alergi makanan terutama disebabkan oleh Cows milk protein sensitive
enteropathy (CMPSE), dan juga dapat disebabkan oleh makanan lainnya.
5. Imunodefisiensi, sering terjadi pada penderita HIV/AIDS.
6. Psikologis : rasa takut dan cemas.
D. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang berpengaruh pada mekanisme diare (Daldiyono et
al., 2009):
1. Faktor Host
a. keasaman lambung
b. motilitas usus
c. imunitas
d. mikroflora usus
2. Faktor Agent
a. daya penetrasi untuk merusak mukosa sel epitel usus
b. daya produksi toksin
c. daya lekat kuman pada mukosa sel epitel usus
35
d. daya reproduksi kuman
Adapun faktor risiko diare pada balita (Daldiyono et a;., 2009).
1. Faktor Gizi
Suharyono (1998) menjelaskan bahwa interaksi diare dan gizi
kurang merupakan lingkaran setan. Diare menyebabkan kekurangan
dan akan memperberat diare. Oleh karena itu, pengobatan dengan
makanan yang tepat dan cukup merupakan komponen utama
pengelolaan klinis diare dan juga pengelolaan di rumah. Berat dan
lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi panderita dan diare
yang diderita oleh anak dengan kekurangan gizi lebih berat jika
dibandingkan dengan anak yang status gizinya baik karena anak
dengan status gizi kurang keluaran cairan dan tinja lebih banyak
sehingga anak akan menderita dehidrasi berat. Bayi dan balita yang
kekurangan gizi, sebagian besarnya meninggal karena diare. Hal ini
dapat disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi (Suharyono, 1998).
2. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung
terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah
menderita diare berasal dari keluarga yang besar dengan daya beli
yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai sediaan air
bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang
tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak
menguntungkan. Karena itu edukasi dan perbaikan ekonomi sangat
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare (Suharyono,
1991).
3. Faktor Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta
rata-rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah
dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan
umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi
ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain,
sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar dengan
36
penyakit diare (Adisasmito, 2007).
4. Faktor Sumber Air
Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air
baku tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada
pula yang langsung digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada
umumnya tergantung dari mana sumber air tersebut didapat. Ada
beberapa macam sumber air misalnya : air hujan, air tanah (sumur gali,
sumur pompa), air permukaan (sungai, danau) dan mata air. Apabila
kualitas air dari sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, dapat langsung dipergunakan
tetapi apabila belum memenuhi syarat, harus melalui proses
pengolahan air terlebih dahulu. Berdasarkan data survei demografi dan
kesehatan tahun 1997, kelompok anak-anak di bawah lima tahun yang
keluarganya menggunakan sarana sumur gali mempunyai resiko
terkena diare 1,2 kali dibandingkan dengan kelompok anak yang
keluarganya menggunakan sumber sumur pompa (Adisasmito, 2007).
E. Sumber Penularan
Cara penularan diare pada umumnya adalah secara oro-fecal melalui
1) makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen, 2)
kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita, atau tidak langsung melalui lalat. Di dalam bahasa
Inggris maka terdapat 4 F di dalam cara penularan diare ini
yaitu food(makanan), feces (tinja), finger (jari tangan), and fly (lalat)
(Thomas et al., 2003; Juckett and Trivedi, 2011).
F. Patomekanisme
Patofisiologi diare dapat dijelaskan sesuai dengan klasifikasinya
masing-masing, sebagai berikut.
1. Diare osmotik
Secara fisiologis, osmolalitas feses sama dengan osmolalitas serum
(290 mOsm/kg) yang dipengaruhi oleh kadar natrium, kalium, klorida, dan
37
bikarbonat. Terjadinya peningkatan osmotic gap lebih dari 125 mOsm/kg
menandakan bahwa diare disebabkan malabsorpsi bahan yang bersifat
osmotik aktif. Etiologi dari diare osmotik antara lain defisiensi laktase,
penggunaan laksatif berlebih, malabsorpsi karbohidrat, dan sindroma
malabsorpsi. Malabsorpsi karbohidrat disertai distensi abdomen, kembung,
dan flatus karena akumulasi gas intralumen. Diare ini akan membaik
dengan puasa (Thomas et al., 2003; Juckett and Trivedi, 2011).
2. Diare sekretorik
Diare dengan volume lebih dari satu liter perhari disebabkan
peningkatan sekresi usus atau penurunan absorpsi, dimana osmotic gap
dalam batas normal (kurang dari 50 mOsm/kg). Etiologi dari diare
sekretorik antara lain tumor endokrin yang menstimulasi motilitas
usus/sekresi pankreas, malabsorpsi garam empedu, dan penyalahgunaan
laksatif. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan parasit
maupun serologis untuk identifikasi Giardia lamblia, Entamoeba
histolytica, Yersinia, glukosa darah puasa, tes fungsi thyroid, dan ujicoba
kolestiramin (Thomas et al., 2003; Juckett and Trivedi, 2011).
3. Diare inflamatorik
Diare ini dijumpai pada pasien dengan radang usus (inflammatory
bowel disease) seperti infeksi virus/bakteri, kolitis ulseratif, penyakit
Crohn, dengan gejala penyerta seperti hematokezia, demam, penurunan
berat badan, dan nyeri abdomen (Thomas et al., 2003; Juckett and Trivedi,
2011). Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus, selain adenovirus,
enterovirus, calicivirus, dan sebagainya. Garis besar patogenesisnya
sebagai berikut (Meyer, 2003):
Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan atau
minuman.
Virus berkembang biak di dalam usus.
Virus masuk ke dalam epitel usus halus dan menyebabkan kerusakan
bagian apical vili usus halus.
38
Sel-sel epitel usus halus bagian apical akan diganti oleh sel sel dari bagian
kripta yang belum matang, berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel-
sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan.
Sebagai akibat lebih lanjut akan terjadi diare osmotic.
Vili usus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk
menyerap dan mencerna makanan pun akan berkurang. Pada saat inilah
biasanya diare mulai timbul.
Sel-sel reticulum akan melebar, terjadi infiltrasi sel-sel limfoid dari lamina
propria, untuk mengatasi infeksi sampai terjadi penyembuhan.
G. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis, informasi mengenai lama diare dan frekuensi diare
selama satu hari harus diperoleh. Pasien atau keluarga pasien juga harus
mampu mendeskripsikan warna dan konsistensi tinja serta ada/tidaknya
lendir dan darah di dalam tinja. Selain itu, perlu ditanyakan keluhan
penyerta antara lain muntah, rasa haus, rewel, lemas, kesadaran menurun,
buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, dan kembung. Sebelum
diare, perlu diketahui jenis makanan dan minuman yang sebelumnya
dikonsumsi, dan berapa jumlah cairan yang telah dikonsumsi selama
diare. Informasi mengenai adanya penderita diare di sekitarnya serta
kualitas sumber air minum juga perlu digali lebih lanjut dari pasien
dan/atau keluarganya (Pudjiadi et al., 2009). Adapun gejala spesifik
gastroenteritis sesuai etiologi masing-masing adalah sebagai berikut
Tabel 7. Gejala spesifik infeksi virus, bakteri, dan parasit (Muscari,
2005)
Infeksi Virus Infeksi Bakteri Infeksi Parasit
Inkubasi 17-72 jam Diare cair dengan Diare sedikit-
Demam + ampas cukup sedikit ( + 5 ml)
39
Mual muntah banyak sehingga Terdiri lendir &
sering konsistensi darah
Nyeri perut cenderung lembek Frekuensi sangat
tenesmus Volume rata-rata sering (> 20 x/hr)
Nyeri kepala jarang banyak Tenesmus nyata /
ditemui Frekuensi jarang berat
Lamanya sakit 5-7 (rata-rata< 6 x/hr) Kadang disertai
hari Bau busuk spasme / seperti
Anorexia Ciri feses Sering berlendir, kejang
antara lain volume jarang berdarah
sedang, frekuensi Tenesmus (+) /
5-10x/hari dengan ringan sedang
konsistensi cair. Jarang disertai
Tidak dijumpai muntah
lendir maupun Kadang panas
darah. Warna feses tinggi seperti
biasanya kuning- kejang
hijau berbau langu.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital perlu diperiksa pada setiap
pasien diare. Tanda-tanda utama yang harus dicari adalah keadaan umum
yang gelisah/cengen atau justru lemah/ketargi/koma disertai adanya rasa
haus dan penurunan turgor kulit abdomen. Tanda tambahan antara lain
adanya perubahan pada ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata,
mukosa bibir, mulut, dan lidah. Berat badan pasien perlu diketahui
sebagai dasar pemberian obat dan cairan rehidrasi. Tanda gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit juga perlu dideteksi, antara lain
nafas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), dan
kejang (hipo atau hipernatremia) (Pudjiadi et al., 2009).
40
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan feses tidak rutin dilakukan pada gastroenteritis akut, kecuali
terdapat tanda dan gejala yang mengarah pada kecurigaan adanya
intoleransi laktosa dan amoebiasis. Pemeriksaan feses akan menilai
kondisi makroskopis (konsistensi, warna, lendir, darah, bau),
mikroskopis (leukosit, eritrosit, parasit, dan bakteri), serta kimia (pH,
clinitest, elektrolit Na K HCO3). Jika secara klinis terdapat
asidosis/alkalosis dapat dilakukan analisis gas darah dan elektrolit.
Adapun kultur dan uji sensitivitas tidak rutin dilakukan pada
gastroenteritis akut (Pudjiadi et al., 2009).
H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Obat-obatan yang diberikan pada pasien gastroenteritis termasuk dalam
program LINTAS dari Dinas Kesehatan, antara lain cairan, zinc,
antibiotik sesuai indikasi, makanan dan/atau ASI, serta nasihati ibu.
a. Tablet Zinc
Zinc (seng) secara ilmiah telah terbukti mampu menurunkan
frekuensi dan volume feses, sehingga menurunkan risiko terjadinya
dehidrasi. Tablet zinc diberikan selama 10-14 hari walaupun pasien
sudah tidak diare, dengan dosis 10 mg/hari (dibawah 6 bulan) atau
20 mg/hari (diatas 6 bulan) (Pudjiadi et al., 2009).
b. Antibiotik sesuai indikasi
Antibiotik hanya diberikan pada pasien dengan gastroenteritis akibat
Entamoeba histolytica, Cholera, maupun Shigellosis. Pemberian
antibiotik yang tidak rasional justru akan membunuh flora normal
usus sehingga memperpanjang durasi diare pada pasien. Flora
normal yang berkurang akan mempermudah kolonisasi bakteri
Clostridium difficile yang semakin mudah tumbuh, dan sulit
disembuhkan.Antibiotik bagi infeksi bakteri antara lain
cotrimoxazole sebagai lini pertama, selanjutnya ada cefixime dan
metronidazole 50 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis (khusus infeksi
41
amoeba). Obat diare sama sekali tidak boleh diberikan kepada anak
mengingat saluran cernanya yang belum sepenuhnya matang dan
siap dan justru meningkatkan risiko ileus (Pudjiadi et al., 2009).
2. Nonmedikamentosa
a. Cairan
Terapi cairan ditujukan untuk memperbaiki status hidrasi dan
mencegah pasien menjadi dehidrasi ringan-sedang hingga berat.
Cairan dapat diberikan secara peroral menggunakan New Oralit 5-10
ml/kgBB setiap mencret. Cairan juga dapat diberikan secara
intravena pada pasien yang terus menerus muntah atau tidak mau
minum sama sekali, yaitu diberikan cairan kristaloid (RL, NaCl
0,9%, KaEN 3B) dengan tetesan yang disesuaikan dengan status
dehidrasinya (Pudjiadi et al., 2009).
b. Nutrisi dan ASI
ASI dan makanan dengan menu yang sama seperti biasanya harus
tetap diberikan, untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai
pengganti nutrisi yang hilang melalui diare. Nafsu makan yang
kembali meningkat merupakan indikator fase kesembuhan. Jangan
puasakan anak, namun lebih baik memberikan makanan jumlahs
sedikit dengan frekuensi sering (sekitar enam kali sehari). Beri
makanan lunak rendah serat, buah-buahan seperti pisang juga dapat
diberikan kepada pasien (Pudjiadi et al., 2009).
I. Komplikasi : Dehidrasi
Dehidrasi merupakan kondisi kehilangan cairan dari tubuh yang dapat
membahayakan pasien karena dapat menyebabkan kondisi syok hipovolemik.
1. Tanpa dehidrasi (<5% berat badan)
Jika pada pasien sama sekali tidak ditemukan tanda utama maupun tanda
tambahan dehidrasi. Pasien tampak baik dan sadar penuh, ubun-ubun
besar dan mata tidak cekung, air mata dan mukosa masih basah, turgor
kulit abdomen baik, bising usus normal, akral teraba hangat. Pasien
42
cukup diberi oralit per oral dengan jumlah cairan 50 ml/kgBB selama 4-6
jam (Pudjiadi et al., 2009).
2. Dehidrasi ringan-sedang (5-10% berat badan)
Didapatkan minimal 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan, dengan keadaan umum tampak gelisah/cengeng. Ubun-ubun
besar dan mata sedikit cekung, air mata dan mukosa kering, turgor
berkurang, akral masih teraba hangat. Pasien diberi oralit per oral dengan
dosis 50-100 ml/kgBB selama 4-6 jam. Jika rehidrasi per oral gagal,
dapat dilanjutkan rehidrasi intravena dengan cairan kristaloid (RL)
(Pudjiadi et al., 2009).
3. Dehidrasi berat (>10% berat badan)
Didapatkan minimal 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan, dengan keadaan umum tampak lemas/letargi. Ubun-ubun
besar dan mata sangat cekung, air mata dan mukosa kering, turgor sangat
berkurang, akral teraba dingin. Pasien langsung mendapatkan rehidrasi
intravena dengan cairan kristaloid (RL) dengan dua tahapan pemberian,
yaitu 30 ml/kgBB dalam tahap pertama dilanjut 70 ml/kgBB dalam tahap
kedua. Pasien berusia kurang dari satu tahun akan menjalani 1 jam tahap
pertama dan 5 jam tahap kedua, namun pasien yang lebih dewasa (diatas
setahun) menjalai tahap pertama selama 30 menit dilanjut 2,5 jam tahap
kedua (Pudjiadi et al., 2009).
43
IX. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Aspek Personal
Keluhan utama : Diare (BAB cair) lebih dari 10 kali dalam sehari
Keluhan penyerta : Mual, muntah berulang, pusing, lemas, tidak mau
makan, pasien merasa haus, BAK berkurang.
Idea : Pasien datang untuk berobat karena diare
Concern : Pasien tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
Expectacy : Pasien dan istri pasien mempunyai harapan agar
penyakit pasien dapat segera sembuh dan pasien
dapat segera bersekolah kembali.
Anxiety : Pasien dan istri pasien khawatir penyakit pasien
tidak sembuh-sembuh dan jatuh ke kondisi
dehidrasi.
2. Aspek Klinis
Diagnosis : Gastroenteritis akut e.c. suspek infeksi
virus dengan dehidrasi ringan-sedang
Gejala klinis yang muncul : diare >10x/hari, mual, muntah, pusing,
lemas, tidak mau makan, haus
Diagnosa banding : Shigellosis, cholera, amoebiasis.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Kebiasaan pasien mengonsumsi kopi hitam lebih dari 3x dalam sehari.
b. Riwayat gastritis sebelumnya.
c. Sering makan gorengan yang kebersihannya tidak terjamin.
d. Merokok dan menyukai makanan pedas.
44
e. Sering terlambat makan padahal pasien memiliki riwayat gastritis
sebelumnya.
f. Kepercayaan bahwa jika diare, sebaiknya dipuasakan agar mencret berhenti
dan tidak mual-muntah.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Status sosial ekonomi keluarga pasien yang rendah, menyebabkan
kondisi hunian tidak memenuhi kriteria rumah sehat dan kurang
baiknya lingkungan rumah pasien, antara lain pencahayaan, ventilasi,
dinding dan plafon, kebersihan dan keadaan lingkungan rumah secara
umum yang kurang sehat.
b. Adanya sumur yang tergabung dalam toilet sehingga memudahkan
kontaminasi air.
c. Dapur yang bersebelahan dengan kandang ayam juga memudahkan
tercemarnya makanan oleh kotoran ayam kering yang kadang
berterbangan.
d. Latar belakang pendidikan yang kurang.
e. Keluarga ini juga belum memiliki jaminan kesehatan.
B. Saran
1. Personal Care
a. Aspek kuratif
1) Medikamentosa
a) PO Zinc 20 mg 1x1tablet
b) PO paracetamol syrup 3x1 cth
c) PO metoclopramid 3x1/2 tablet
d) PO Ranitidin 2x1 tablet
e) PO Domperidon 3x1 tablet
45
2) Non Medikamentosa
a) Karena pasien muntah saat diberi minum maka rehidrasi
dilakukan secara intravena IVFD RL 1547 cc dalam 4-6 jam
(rehidrasi) lanjut 30 tpm (rumatan)
b) Diet lunak tinggi kalori tinggi protein
3) KIE (konseling, informasi dan edukasi)
Pasien dan keluarganya perlu diedukasi mengenai penyebab dan
cara penularan mikroorganisme penyebab diare (gastroenteritis
akut/GEA), pencegahan, penanganan, serta komplikasi GEA
secara mudah dan komprehensif.
b. Aspek Promotif dan Preventif,
1) Menjelaskan mengenai higienitas makanan dan minuman
2) Menjelaskan mengenai kriteria rumah sehat serta memberi saran-
saran yang dapat diterapkan dan tepat guna
3) Memberikan anjuran pola hidup bersih dan sehat
4) Menjelaskan mengenai bagaimana penanganan diare yang tepat
5) Selalu mencuci tangan dengan sabun setelah dari kamar mandi dan
sebelum makan
6) Hanya makan/minum yang terjamin kebersihan dan
kematangannya, hindari beli makanan/jajanan yang tidak terjamin
kebersihan bahan dan proses pengolahannya
7) Buah dan sayuran yang dikonsumsi harus dicuci dengan bersih
8) Harus menjaga kesehatan peralatan makanan/minuman dengan cara
mencucinya menggunakan air bersih dan sabun cuci piring
antibakteri
9) Menjelaskan mengenai syarat-syarat rumah sehat secara lengkap,
beberapa contohnya antara lain mengenai adanya kandang ayam di
dekat dapur dan toilet yang tidak higienis.
10) Menjelaskan pentingnya menjaga nutrisi melalui makanan yang
bersih, sehat dan bergizi, memenuhi kebutuhan karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral.
11) Menjelaskan cara membuang sampah yang baik
46
12) Menyarankan untuk mendaftarkan diri di badan penyelenggara
jaminan kesehatan (BPJS) melalui perangkat desa/kecamatan
setempat.
c. Aspek Rehabilitatif
Monitoring terhadap keluhan pasien, keadaan umum, tanda vital, serta
tanda tanda dehidrasi pada pasien GEA (gastroenteritis).
2. Family Care
3. Community Care
a. Memotivasi lingkungan untuk menjaga lingkungan yang sehat dan
bersih, karena lingkungan yang tidak sehat akan memicu faktor risiko
terjadinya GEA.
47
b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit GEA,
baik tanda gejala penyakit tersebut dan perjalanan alamiahnya serta
bagaimana penanganannya melalui penyuluhan terhadap masyarakat
langsung maupun melalui kader.
c. Memotivasi komunitas untuk memberikan dukungan psikologis
terhadap pasien mengenai penyakitnya.
48
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito W. 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia. Makara
Kesehatan, 11(1): 1-10.
Daldiyono dan Simadibrata M. 2009. Diare Akut. dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi, Simadibrata M, dan Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. 2009.
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI
Suharyono. 1991. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Thomas PD, Forbes A, Green J, Howdle P, Long R, et al. 2003. Guidelines for the
investigation of chronic diarrhoea, 2nd edition. Gut; 52(Suppl V):v1v15
World Health Organization. 2005. The Treatment of Diarrhea : A Manual for Physicians
and Other Senior Health Workers 4th Review. Geneva : Who Library
Cataloguing.
49
DOKUMENTASI KEGIATAN
50
Dapur keluarga pasien
51
Kandang ayam yang terletak persis di samping pintu dapur
52
Peneliti saat mewawancarai pasien Tn. K
53