Anda di halaman 1dari 11

Nama : Tomi Adi Putra

Kelas : E4

NIM : 31401506144

BAB 1

Filsafat Sebagai Dasar Metodologi Penelitian Akuntansi

Perkembangan penelitian dibidang akuntansi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa artikel yang muncul dibeberapa jurnal ilmiah akuntansi seperti
The Accounting Review, Jurnal of Accounting Research, Accounting, Organization. Nampaknya
ada pergeseran cukup tajam dari pendekatan klasikal atau sering disebut dengan mainstream
aprroach atau positivisme ke pendakatan yang lebih yaitu dengan meminjam berbagai metodologi
ilmu pengetahuan sosial yang lain. Pendekatan yang kedua ini sering disebut dengan pendekatan
alternatif.

1. PERGESERAN ARAH PENELITIAN


Pendekatan klasikal yang lebih menitikberatkan pada pemikiran normative mengalami
kejayaannya pada tahun 1990-an. Dalam tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam
penelitian akuntansi. Alasannya adalah bahwa pendekatan normatif yang telah berjaya selama
satu dekade tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai di dalam praktik
sehari-hari.
Alasan kedua yang mendasari usaha pemahaman akuntansi secara empiris dan mendalam
adalah adanya move dari komuniti peneliti akuntansi yang menitikberatkan pada pendekatan
ekonomi dan perilaku (behavior). Beberapa pemikir akuntansi dari Rochester dan Chiago
mengembangkan Positive Accounting Theory yang menjelaskan why accounting is, what is,
why accountants do what they do, dan apa pengaruh dari fenomena ini terhadap manusia dan
penggunaan sumber daya (Jensen, 1976)
Walaupun pendekatan mainstream masih mendominasi penelitian manajemen dan
akuntansi hingga saat ini, sejak tahun 1980-an telah muncul usaha-usaha baru untuk
menggoyang pendekatan mainstream. Sebagai gantinya, mereka meminjam metodologi dari
ilmu-ilmu sosial yang lain seperti filsafat, sosiologi, antropologi untuk memahami akuntansi.
2. KLASIFIKASI METODOLOGI PENELITIAN
Untuk memudahkan, akan digunakan kerangka pengelompokan yang dikembangkan oleh
Burrel dan Morgan (1979) ini akan dipakai untuk mengelompokan dan merevie penelitian-
penelitian yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial dan organisasi manajemen dan
akuntansi.
Kerangka Burrell dan Morgan disusun dari dua dimensi independen berdasar atas
anggapan-anggapan dari sifat ilmu sosial dan sifat masyarakat. Dimensi ilmu sosial dibagi
menjadi empat elemen yang saling berhubungan yaitu anggapan tentang ontology,
epistomology, aksiologi, sifat manusia, dan metodologi.
- Ontologi ialah apa yang hendak diketahui melalui kegiatan penelaahan itu.
- Epistomologi digunakan untuk menentukan cara-cara yang dipakai untuk memperoleh dan
menvalidasi pengetahuan.
- Aksiologi mengacu kepada nilai-nilai yang dipegang dalam menentukan prioritas bidang
penelitian, dan menerapkan serta memanfaatkan pengetahuan.
- Ontologi berhubungan dengan sifat dari realitas.
- Epistomologi berhubungan dengan sifat dari ilmu pengetahuan apa bentuknya dan
bagaimana mendapatkannya serta menyebarkannya.
- Anggapan tentang sifat manusia menunjukan pada hubungan antara manusia dengan
lingkungannya.

Beberapa anggapan di atas memiliki pengaruh langsung terhadap metodologi yang ingin dipilih.
Jika social word diperlukan seperti dunia fisik, maka metode-metode dari ilmu alam dapat
digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan pola dan keteraturan masyarakat. Sebaliknya, jika
kita menitikberatkan pada pengalaman subyektif individu dan penciptaan social word, maka
metode yang dipilih adalah metode yang bisa mengamati secara langsung individuals inner world.
Contohnya interview secara mendalam.

Pengujian empiris dinyatakan dalam dua cara :

- Dalam pandangan aliran positivis ada teori dan seperangkat pernyataan hasil observasi
independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi kebenaran teori.
- Dalam pandangan Popperian karena pernyataan hasil observasi merupakan teori dependent
dan fallible, maka teori-teori ilmiah tidak dapat dibuktikan kebenarannya tetapi
memungkinkan untuk ditolak (falsified)
A. Interpretive, tujuan pendekatan ini adalah menganalisis realitas sosial semacam ini dan
bagaimana realitas sosial terbentuk.
B. Radical Humanis Dan Strukturalis, pendekatan ini berhubungan dengan pengembangan
pemahaman akan dunia sosial dan ekonomi (social and economic world) dan juga
membentuk kritik terhadap status quo.
3. PENDEKATAN MAINSTREAM ATAU POSITIVIS
Golongan filsuf yang berusaha menggabungkan empirisme dengan rasionalisme adalah
apa yang sering disebut Positivisme. Ada dua epistemologi kaum positivis yaitu :
A. Induktivisme
Wujud interpretasi induktif, logical positivism menganggap bahwa hipotesis harus
dibuktikan (confirmed) dengan penelitian. Atas dasar pendekatan ini, teori dikembangkan
berdasarkan suatu masalah yang harus dipecahkan.
B. Falsifikasionisme (Falsificationism)
Tujuan pendekatan falsifikasi untuk membuktikan kesalahan (falsify) hipotesis,
bukan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut.
4. TEORI SEBAGAI STRUKTUR
Secara empiris, perkembangan sautu teori ternyata sangat komplek dan rumit dan tidak
sesederhana dari pandangan kaum induktifis dan falsifikasionis. Kaum induktifis menarik teori
secara induktif dari hasil observasi, maupun cara kaum falsifikasionis melakukan dugaan dan
falsifikasi, tidak mampu mengkarakterisasi dengan memadai asal mula dan pertumbuhan teori-
teori komplek secara realistis.
Perumusan layak memandang teori sebagai suatu struktur utuh. Dua orang filosof yang
mengajukan teori sebagai suatu struktur utuh ialah Imre Lakatos (1974) dengan teori nya Riset
Program dan Thomas Kuhn (1972) dengan teori terkenal Paradigma dan Revolusi.
A. Riset Program Imre Lakatos
Konsep Lakatos research programme beralih dari teori tunggal. Teori sebagai sebuah
struktur terdiri dari asumsi-asumsi dasar, dan seperangkat hipotesis tambahan (auxilary
hipotheses) untuk melindungi inti teori dan falsifikasi (penolakan). Lakatos dengan teori nya
a new rational reconstruction of science, perkembangan suatu ilmu tidak dapat dinilai oleh
teori terisolasi, tetapi dari berbagai teori. Menurut Lakatos, teori riset program terdiri dari :
hard core dan negative heuristic, a protective belt of auxilary hypotheses, positive heuristic,
dan elemen perkembangan atau kemunduran suatu program.

1) Hard Core dan Negative Heuristic


Hard Core, komponen inti dari riset program yang berisi asumsi dasar. Berisi
definisi karakteristik dari program berupa hipotesis teoritis sebagai dasar perkembangan
program. Kesepakatan anggota anggota riset program tidak mempertanyakan hard core /
disebut negative heuristic, dan tidak boleh ditolak / dimodifikasi selama pengembangan
program berlangsung.
2) Protective Belt of Auxilary Hypotheses
Hard Core dari riset program tidak dapat difalsifikasi dan dilindungi oleh negative
heuristic dikelilingi juga seperangkat asumsi tambahan oleh Lakatos Protective Belt of
Auxilary Hypotheses. Hipotesis tambahan ini perlu mengalami penyesuaian untuk
melindungi hard core.
3) Positive Heuristic
Berlawanan dengan negative heuristic, positive heuristic merupakan bagian
dari riset program yang memberikan arahan dalam ilmuwan bekerja di sekeliling. Positive
heuristic mendefinisikan masalah, pembentukan hipotesis tambahan, dan melihat
anomali.
4) Perkembangan dan Kemunduran Riset Program
Lakatos menetapkan cara untuk menilai suatu program mengalami perkembangan
atau kemunduran. Suatu riset program dianggap ilmiah dan berkembang berdasarkan dua
kondisi. Pertama, memiliki tingkat koherensi untuk memetakan program riset di masa
datang. Kedua, dengan arahan positive heuristic. Jika suatu riset program tidak
memenuhi kedua kriteria, maka riset program dianggap mengalami kemunduran.
B. Paradigma dan Revolusi Thomas Kuhn (1972)
Bahwa pandangan tradisional tentang ilmu, induktivis atau falsifikasionis, semua
nya tidak mampu bertahan dalam sejarah. Satu segi utama dari teori nya adalah penekanan
sifat revolusioner dari suatu kemajuan ilmiah revolusi yang membuang suatu struktur
teori dan mengganti dengan yang lain, dan bertentangan dengan yang semula.
Kuhn mengatakan, bahwa kemajuan pengetahuan bukan merupakan hasil evolusi
(induktivisme dan falsifikasionisme). Kemajuan pengetahuan merupakan kemajuan yang
berakhir terbuka (open-ended progress). Proses dimulai dari pre-science, normal science,
krisis, revolusi, new normal science, krisis baru, dan seterusnya.

5. FILSAFAT ILMU DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI


Walaupun ilmu filsafat awalnya digunakan dalam ilmu alam, tetapi sekarang bisa
digunakan untuk menjelaskan disiplin ilmu lain. Banyak peneliti akuntansi menganggap
bahwa inductivist interpretation merupakan ilmu yang relevan untuk akuntansi.
Paradigma Kuhn sering disinggung dalam literatur akuntansi. Wells (1976) dan Flamholtz
(1979), bahwa revolusi Kuhn sangat tepat digunakan dalam memahami perkembangan
akuntansi saat ini. Kuhn mengatakan bahwa revolusi science terjadi dalam lima tahap :
a) Akumulasi anomali (pre-science)
b) Periode krisis
c) Perkembangan dan perdebatan alternatif ide
d) Identifikasi alternatif dari berbagai pandangan
e) Paradigma baru yang dominan

Akuntansi sumber daya manusia merupakan salah satu research programmes yang
berdasarkan sudut pandang ekonomi berkaitan dengan aktiva. Research programmes
dikembangkan atas dasar keyakinan bahwa :

a) Karyawan adalah salah satu sumber ekonomi yang paling penting bagi entitas
b) Kegagalan akuntansi dalam mengungkapkan aktiva ini, merupakan suatu kelemahan

Dua keyakinan tersebut menunjukkan hard core yaitu negative heuristic dari research
programmes. Hard core tersebut dikelilingi berbagai hipotesis / masalah yang berkaitan
dengan hal sebagai berikut :

a) Cara terbaik untuk mengimplementasikan akuntansi sumber daya manusia


b) Bagaimana sumber daya manusia dinilai
c) Cost untuk mengumpulkan informasi sumber daya manusia
d) Manfaat penyajian informasi sumber daya manusia dalam laporan keuangan, dan lain-
lain.
Berbagai pandangan di atas, bahwa dalam perkembangan akuntansi dapat ditinjau dari
berbagai pendekatan dan melibatkan filsafat ilmu yang selama ini sering digunakan dalam
ilmu alam.
BAB 2

PENGENALAN TEORI

1. BERBAGAI PANDANGAN TERHADAP AKUNTANSI

Tidak ada ukuran yang pasti terhadap kualitas tersebut, karena memang akuntansi bukan
bersifat matematis yang memiliki obyektifitas mutlak. Celakanya, dalam akuntansi banyak
terdapat perbedaan konsep yang diajukan oleh para teoritisi yang sering bersifat tidak saling
menguntungkan. Oleh karena itu sampai sekarang banyak terdapat interpretasi yang berbeda
terhadap teori dan praktik akuntansi.

- Akuntansi sebagai catatan historis, karena akuntansi sebagai kegiatan pencatatan suatu
perusahaan
- Akuntansi sebagai bahasa, auntansi sering dianggap sebagai bahasa karena manajemen harus
mengkomunikasikan informasi yang diolahnya kepada pihak lain, seperti pemegang saham.
- Akuntansi sebagai politik antar perusahaan, bahwa sistem akuntansi merefleksikan dan
mendukung nilai-nilai dan kebutuhan kelompok tertentu, dan informasi akuntansi dirancang
dan kebutuhan kelompok tertentu, dan informasi akuntansi dirancang dan digunakan sebagai
sumber untuk membuat kebijakan perusahaan, khususnya dalam proses pengambilan
keputusan.
- Penentuan standar akuntansi adalah proses politik, manajer seringkali melobi pembuat standar
akuntansi dengan maksud agar standar akuntansi yang dihasilkan dapat melayani dan
menguntungkan kebutuhan mereka.
- Akuntansi sebagai mitologi, sistem akuntansi sebagai sumber yang bersifat sosial untuk
mempertahankan mitos rasionalisasi.
- Akuntansi sebagai informasi komunikasi dan keputusan, akuntansi sebagai sesuatu yang
berorientasi tindakan.
- Akuntansi sebagai barang ekonomi, akuntansi sebagai seperangkat informasi yang memiliki
unsur biaya dan manfaat.
- Akuntansi sebagai komoditi sosial, akuntansi dipandang mempengaruhi kesejahteraan atau
kemakmuran kelompok tertentu dalam masyarakat.
- Akuntansi sebagai ideologi dan eksploitasi, akuntansi sebaggai ideologi masyarakat kapitalis
untuk mengeksploitasi kekayaan demi kepentingan kelompok elit atas beban kerugian
masyarakat luas dan karyawan.
- Akuntasni sebagai klub sosial, menganggap prinsip, standar, dan masyarakat akuntansi untuk
mempromosikan kepentingan suatu kelompok dan tujuan akuntan.
2. APA YANG DIMAKSUD TEORI?
Teori seringkali dinamakan dengan proposisi:
- Proposisi a priori (proposisi analitik) yaitu pernyataan yang nilai kebenarannya
ditentukan dengan penalaran murni (misalnya: 2+2=4; segitiga memiliki 3 sisi)
- Proposisi a posteoriori (proposisi sintetik/empirik) yaitu pernyataan yang nilai
kebenarannya hanya dapat ditentukan setelah diketahui adanya realitas di alam nyata.
Misalnya; lampu lalu lintas menyala merah berarti berhenti.
Teori sebagai argumen logis, sedang pernyataan terhadap keyakinan baik berupa penjelasan,
prediksi, atau preskripsi, merupakan suatu hipotesis. Teori semacam itu terdiri dari seperangkat
premis atau pernyataan yang dihubungkan secara logis untuk menghasilkan suatu hipotesis.
3. PERUMUSAN TEORI
A. Teori Sebagai Bahasa
Teori harus diekspresikan dalam bentuk bahasa baik verbal maupun matematis.
Pengembangan teori itu biasanya berasal dari abstraksi dunia tidak nyata (imajinatif). Teori
dapat dinyatakan dalam bentuk kata, tanda (simbol) atau semiology. Semiology terdiri dari
3 bagian, yaitu :
- Sintaktik
Adalah studi tentang tata bahasa atau hubungan antara simbol dengan simbol.
Pertanyaan utama dalam unsur ini adalah apakah kata-kata atau simbol digunakan
secara konsisten dan logis?. Unsur sintatik dapat dianalisis dengan menggunakan
metodologi analitik yang didasarkan pada silogisme, yang memiliki seperangkat
pernyataan dan konklusi.
- Semantik
Adalah makna atau hubungan antara kata, tanda atau simbol dengan obyek yang ada
didunia nyata. Pertanyaan yang berkaitan adalah apakah arti dari setiap kata atau
simbol yang digunakan dalam teori?. Kebenaran nilai suatu pernyataan ditentukan
oleh keakuratan deskriptif yang ada di dunia nyata.
- Pragmatis
Hubungan pragmatis menunjukan pengaru kata-kata atau simbol terhadap seseorang.
Dalam kaitannya dengan akuntansi, aspek pragmatis berkaitan dengan bagaimana
konsep dan praktik akuntansi mempengaruhi perilaku seseorang.
B. Teori Sebagai Penalaran (Reasoning)
Teori dapat dirumuskan berdasarkan model penalaran yang digunakan.
1) Pendekatan Deduktif
Dalam pendekatan deduktif, tujuan merupakan bagian yang penting. Tujuan yang
berbeda akan memerlukan struktur yang berbeda dan dapat menghasilkan prinsip-
prinsip yang berbeda. Metode yang digunakan adalah metode aksioma dan matematika.
Apabila tujuannya benar, asumsinya benar maka teori yang dihasilkan juga benar.
2) Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif didasarkan pada pembuatan kesimpulan yang berasal dari
generalisasi atas fenomena yang bersifat khusus (spesifik). Pada pendekatan induktif
kebenaran dari suatu teori tidak didasarkan pada alur logikanya tetapi pada pengujian
secara empiris.
C. Teori Sebagai Justifikasi (Pembenaran)
Teori dianggap sebagai resep untuk dijadikan acuan dalam praktik tentang apa yang
seharusnya dilakukan. Teori normatif hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana
sesuatu seharusnya dipraktikan, tanpa menguji hipotesis tersebut. Teori normatif sering
dinamakan teori a priori (bersifat deduktif).
D. Teori Sebagai Penjelasan dan Prediksi
Teori dianggap bebas nilai (netral), teori dirumuskan berdasarkan bukti empiris untuk
menjelaskan.
4. PENGUJIAN TERHADAP TEORI
Fungsi penting dari suatu metodologi ilmiah adalah menguji teori untuk menentukan
apakah teori tersebut dapat diterima. Maka diperlukan kriteria yang jelas untuk menentukan
kebenaran suatu teori.
Dalam menguji suatu teori, perlu dibedakan antara definisi kebenaran dengan kriteria
kebenaran. Definisi kebenaran berkaitan dengan pertanyaan: apakah yang dimaksud dengan
pernyataan yang benar. Sementara kriteria kebenaran berkaitan dengan pertanyaan:
Bagaimana kita mengakui bahwa suatu pernyataan itu benar. Walaupun arti sebenarnya dari
kebenaran sulit untuk disetujui/diterima, kriteria kebenaran masih memungkinkan untuk
diterapkan.
A. Dasar Dogmatis
Dalam akuntansi, dogmatisme merupakan dasar yang sering digunakan oleh akuntan untuk
menerima validitas aturan-aturan tertentu. Kelemahan pendekatan dogmatis adalah unsur
bias yang sering digunakan dalam menentukan apakah suatu pernyataan tersebut benar atau
salah.
B. Terbukti Sendiri (self-Evident)
Apabila self-evident merupakan satu-satunya alat uji, yaitu satu-satunya dasar untuk
menentukan kebenaran suatu teori empiris, maka keandalan (reability) teori tersebut dapat
dipertanyakan. Kriteria self-evident dapat menunjukan sesuatu yang salah dalam
pengetahuan ilmiah.
C. Dasar Ilmiah
1) Sintatik dan Induksi (Syntactics dan Inductions)
Suatu teori dapat dikelompokkan sebagai sintaktik apabila teori tersebut dapat
dipastikan benar atau tidak benar dengan menggunakan logika atau penalaran tertentu.
Induksi. Kelompok kedua adalah pernyataan-pernyataan dimana kebenaran atau
kesalahan hanya dapat diketahui melalui pembuktian empiris.
2) Falsifikasi
Teori menurut pendekatan ini adalah hipotesis yang belum dibuktikan kesalahannya.
Teori bukanlah sesuatu yang benar atau faktual, tetapi sesuatu yang belum terbukti
salah.
3) Paradigma dan Revolusi
Kemajuan pengetahuan merupakan kemajuan yang berakhir terbuka (open-ended
progress). Proses ini dimulai dari pre-science, diikuti normal science, krisis, revolusi,
new normal science. Krisis baru dan seterusnya.
4) Research Programmes
Teori merupakan suatu struktur yang terdiri dari beberapa asumsi dasar yang
dinamakan hard core dan seperangkat hipotesis yang dinamakan protective belt of
auxiliary hypotheses. Hard core dari suatu teori tidak akan diuji oleh peneliti, karena
hal tersebut tidak dapat dibuktikan kesalahannya. Positive heuristic melingkari hard
core yang memungkinkan peneliti melakukan penelitian (berpartisipasi dalam research
programme).

Anda mungkin juga menyukai