PRAKTIKUM
PEMBUATAN ABON TELUR
Oleh
Nama : Siti Maria Ulfah
Nim : I111 15 525
Kel / Gel : VIII / I
Waktu : Senin, 27 Februari 2017
Asisten : Azmi Mangalisu
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
protein hewani terbesar bagi Indonesia. Telur adalah sumber protein hewani yang
murah dan mudah untuk didapatkan oleh masyarakat Indonesia. Telur ini memiliki
kandungan gizi yang lengkap mulai dari protein, lemak, vitamin dan mineral.
Telur merupakan sebagian produk ternak yang dapat diolah menjadi berbagai
Berbagai produk olahan telur salah satunya adalah abon telur. Bahan
nabati. Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek
daripada bahan pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). Pendeknya
daya simpan ini terkait dengan struktur jaringan hasil hewani dimana bahan
pangan hewani tidak memiliki jaringan pelindung yang kuat dan kokoh
Abon telur merupakan salah satu jenis makanan awetan dari telur yang
bahan pangan sehingga umur simpan bahan pangan dapat lebih lama. Abon dapat
mengetahui cara pengolahan telur menjadi abon, menghasilkan produk abon yang
dapat dijadikan alternatif pengolahan bahan pangan sehingga umur simpan bahan
pangan lebih lama, serta mengetahui kualitas abon yang baik dikonsumsi.
sumber informasi ilmiah bagi masyarakat dan mahasiswa tentang pengolahan telur
pengolahan telur menjadi abon yang merupakan salah satu alternatif pengolahan
bahan pangan sehingga umur simpan lebih lama dan higenis serta melalui
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Telur
Telur merupakan makanan sumber protein hewani yang murah dan mudah
untuk didapatkan oleh masyarakat Indonesia. Telur memiliki kandungan gizi yang
lengkap mulai dari protein, lemak, vitamin, dan mineral. Meskipun demikian telur
mikroba, kerusakan secara fisik, serta penguapan air dan gas-gas seperti
karbondioksida, amonia, nitrogen, dan hidrogen sulfida dari dalam telur (Jazil
dkk, 2013).
dan diolah menjadi produk olahan lain. Kandungan protein telur terdapat pada
putih telur dan kuning telur. Kandungan gizi telur antara lain : air 73,7 %, protein
12,9 %, lemak 11,2%, karbohidrat 0,9%. Hampir semua lemak di dalam telur
terdapat pada kuning telur, yaitu mencapai 32%, sedangkan pada putih telur
kandungan lemaknya sangat sedikit, maka pengamatan lemak dan kolesterol lebih
Telur terdiri dari protein 13%, lemak 12%, serta vitamin, dan mineral.
Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung
asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti besi, fosfor, sedikit
kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak
terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60% dari
seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat (Silalahi,
2014).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (BSNI, 2008), tingkata mutu atau
Telur ayam ras merupakan bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi
dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan
pangan hasil ternak yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat. Telur ayam
ras mengandung gizi yang tinggi, ketersediaan yang kontinyu, dan harga yang
telurayam ras sangat diminati oleh para konsumen. Namun, telur mudah
Sifat fungsional adalah sifat sifat yang terdapat pada telur selain sifat
gizinya yang berperan dalam proses pengolahan. Sifat fisik dan kimia protein
sangat berperan dalam menentukan sifat fungsional telur. Oleh karena itu
terjadinya perubahan terhadap sifat fisik dan kimia protein telur juga akan
adalah pembentuk dan penstabil buih, pemberi warna, pengental, pembentuk gel,
dan pengemulsi. Peran sifat fungsional protein pada telur tergantung pada jenis
produk yang akan dibuat. Sifat fungsional protein pada telur berperan menentukan
Emulsi merupakan suatu dispersi partikel minyak atau lemak dalam air, atau
air dalam minyak. Kuning telur adalah suatu contoh emulsi minyak/lemak dalam air.
Emulsi dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu zat terdispersi, zat pendispersi dan
zat pengemulsi. Pembentukan emulsi dimulai dengan adanya pengocokan yang
memisahkan butir-butir zat terdispersi yang segera diselubungi oleh selaput tipis zat
Penurunan sifat emulsi pada putih telur terjadi setiap minggu karena putih
telur yang encer dan membuat rantai protein membuka. Kemudian dibandingkan
dengan telur yang tidak dipasteurisasi, telur yang dipasteurisas memiliki daya
emulsi dan busa yang lemah, tetapi memiliki kemampuan yang tinggi. Hal ini
2013).
Perubahan warna yang terjadi pada hasi olahan telur antara lain : hitam
kehijauan, coklat atau merah. Warna hitam kehijauan disebabkan oleh pemanasan
Daya buih adalah ukuran kemampuan putih telur untuk membentuk buih
jika dikocok dan biasanya dinyatakan dalam persentase terhadap putih telur. Buih
merupakan dispersi koloid dari fase gas yang terdispersi di dalam fase cair atau
fase padat. Pengocokan putih telur pada suhu ruang (28 30 0C) lebih mudah
menghasilkanbusa daripada yang dilakukan pada suhu rendah. Suhu yang terbaik
yang dihasilkan dari pengocokan yaitu pada suhu 46,110C. Kestabilan buih
merupakan ukuran kemampuan struktur buih untukbertahan kokoh atau tidak
juga berarti perubahan bentuk dari cairan (sol) menjadi bentuk padat atau semi
padat (gel). Koagulasi protein telur dapat terjadi karena panas, garam, asam, basa
2009).
pengolahan dari telur ayam yg diolah secara tradisional dengan cara yang sangat
sederhana namun memiliki kandungan protein yang tinggi yang meliputi proses
2014).
Abon merupakan salah satu produk olahan yang sudah dikenal banyak
meningkatkan cita rasa dan memperpanjang daya simpan (Millah dan Sukesi,
2010).
Bahan utama pembuatan abon telur berupa telur diketahui juga sangat
telur biasanya menggunakan bahan telur segar untuk memberikan kualitas abon
yang baik. Permasalahannya adalah telur segar tidak selamanya selalu tersedia
secara kontinu sehingga perlu upaya mencari bahan baku alternatif yang bisa
berbentuk khas yang dibuat dari daging yang direbus dan disayat-sayat dan diberi
bumbu, digoreng kemudian dipres. Pada prinsipnya abon merupakan suatu proses
2010).
digunakan sebagai penegas cita rasa dan bahan pengawet. Penggunaan garam
(salting out) dan rasa produk menjadi asin. Garam bisa terdapat secara alamiah
Gula merah adalah gula yang berwarna kekuningan atau kecoklatan. Gula
ini terbuat dari cairan nira yang dikumpulkan dari pohon kelapa, aren, tebu dan
lontar. Cairan nira yang dikumpulkan kemudian direbus secara perlahan sehingga
mengental lalu dicetak dan didinginkan. Setelah dingin maka gula merah siap
sukrosa, 11.690% air, 0.763% zat tak larut dalam air, 5.990% gula pereduksi dan
15.370 zat bukan gula yang larut air (Aryanti dkk, 2013).
serta untuk meningkatkan cita rasa produk. Bawang putih merupakan bahan alami
serta untuk meningkatkan daya awet bahan akanan (bersifat fungistotik dan
fungisidal). Bau yangkhas dari bawang putih berasal dari minyak volatile yang
masak setelah cabe. Selain sebagai campuran bumbu masak, bawang merah juga
dijual dalam bentuk olahan seperti ekstrak bawang merah, bubuk, minyak atsiri,
bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol,
lebar tidak saja untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga luar negeri (Irfan, 2013).
sebagai penyedap masakan dan memperpanjang daya awet makanan. Lada sangat
digemari karena memiliki dua sifat penting yaitu rasa pedas dan aroma khas.Rasa
(Afrisanti, 2010).
Asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan salah satu tanaman yang
berkhasiat sebagai obat herbal karena termasuk makanan yang tinggi serat dengan
indeks glikemik rendah. Zat kimia pada daging buah asam jawa yang berperan
sebagai agen antiobesitas dan antidiabetes. Asam jawa juga mengandung protein
dengan asam amino essensial, tinggi karbohidrat untuk persediaan energi, kaya
akan mineral, kalium, kalsium, magnesium, dan sedikit mengandung zat besi dan
Telur dilaksanakan pada hari Senin, 27 Februari 2017 pukul 14.00 WITA sampai
Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan abon telur yaitu kompor,
Bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan abon telur yaitu telur
ayam 5 butir, gula merah 4% (20 gram), garam 1,6% (8 gram), bawang merah
0,8% (4 gram), bawang putih 0,8% (4 gram), penyedap rasa 0,8% (4 gram),
ketumbar 0,4% (2 gram), asam jawa tanpa biji 2% (10 gram), gula merah 4% (20
Prosedur Kerja
merica, penyedap rasa, ketumbar, bawang merah, bawang putih dan dikocok lagi.
Memisahkan asam jawa dari bijinya. Memasukkan lagi gula merah, asam jawa
dan kecap kocok hingga semua bahan tercampur. Menggoreng adonan tersembut
sedikit demi sedikit dengan menggunakan saringan telur dengan api yang kecil
sampai terjadi perubahan warna, angkat dan tiriskan serta memasukkan ke dalam
Uji Organoleptik
Warna
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
Tekstur
Kasar Halus
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
Aroma
Tidak Beraroma Telur Sangat beraroma telur
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
Kesukaan
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
Diagram Alir
Diagram alir pada pembuatan abon telur, dapat diihat sebagai berikut :
delapan dengan menggunakan beberapa parameter diperoleh uji daya seperti tabel
berikut ini.
Hasil praktikum pada tabel. 3 dapat diketahui bahwa indeks warna 3,5
dengan skala 6 menunjukkan warna coklat agak muda dikarenakan adanya proses
penggorengan yang menyebabkan perubahan warna pada suatu produk. Hal ini
sesuai pendapat Mustar (2013) yang menyatakan bahwa pada prinsipnya abon
Hasil praktikum pada tabel. 3 dapat diketahui bahwa indeks tekstur 4,09
mengandung protein yang tinggi dan apabila protein dan lemak semakin banyak
maka tekstur abon semakin renyah dan halus. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hasil praktikum pada tabel. 3 dapat diketahui bahwa indeks aroma 3,27
aroma.
Hasil praktikum pada tabel. 3 dapat diketahui bahwa indeks kesukaan 3,36
garam pada adonan yang berlebih sehingga menimbulkan rasa yang asin. Hal ini
komponen bahan makanan yang ditambahkan dan digunakan sebagai penegas cita
rasa dan bahan pengawet. Penggunaan garam tidak boleh terlalu banyak karena
menjadi asin.
PENUTUP
Kesimpulan
sehingga dihasilkanlah produk abon telur. Kualitas abon telur dapat diketahui
dengan uji organoleptik dari berbagai parameter uji daya seperti warna, tekstur,
Saran
pangan yang dimasukkan kedalam adonan seperti garam, merica dan sebagainya
karena jika berlebihan dapat mengurangi tingkat kesukaan konsumen dan juga
penggorengan yang terlalu lama dapat menurunkan kualitas dari abon itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, N. Thohari, I. dan Rosyidi, D. 2013. Evaluasi sifat putih telur ayam
pasteurisasi ditinjau dari pH, kadar air, sifat emulsi dan daya kembang angel
cake. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan. 23 (2) : 6-13.
Almunifah, M. 2014. Sifat fungsional telur ayam ras dan aplikasinya pada
pembuatan produk sponge cake. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Aryanti, F., Aji, M.B., dan Budiono, N. 2013. Pegaruh pemberian air gula merah
terhaap performans ayam kampung pedaging. Balai Besar Pelatihan
Kesehatan Hewan Cinagara. Bogor. Jurnal Sain Veteriner. 31 (2). ISSN :
0126-0421.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia (BSNI). 2008. Telur ayam konsumsi. SNI
3926 : 2008. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.
Kaunang, J., Fatimawali., dan Fatimah, F. 2010. Identifikasi dan penetapan kadar
pegawet pada saus tomat produksi lokal yang beredar di pasaran kota
manado. Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Koswara, S. 2009. Teknologi pengolahan telur (teori dan praktek). eBook
Pangan.com
Lestari, S., Malaka, R., dan Garantjang, S. 2013. Pengawetan telur dengan
perendaman ekstrak daun melinjo (Gnetum gnemon linn). J. Sains &
Teknologi. 13 (2) : 184 189.
Millah, F dan Sukesi. 2010. Produksi abon ikan pari (Rayfish) penentuan kualitas
gizi abon. Prosiding. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sepuluh November. Surabaya.
Mustar. 2013. Studi pembuatan abon ikan gabus (Ophiocephalusstriatus) sebagai
makanan suplemen (Food Suplement). Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Nigrum, M. E. dan Hatta, W. 2014. Karakteristik organoleptik abon telur ayam
dengan penambahan daging buah semu jambu mete sebagai bahan pengisi.
Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Puspitasari, E.H. 2014. Uji ekstrak etanol 70 % daging buah asam jawa
(Tamarindus indica L) terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus
jantan galur wistar (Rattus Norvegicus) yang diinduksi aloksan. Naskah
Publikasi. Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
Rahayu, S. Tobing, M.C., dan Pangestiningsih, Y. 2013. Pengaruh perangkap
warna berperekat dan aroma untuk mengendalikan hma giudang
Lasioderma serricorne F.(coleoptera:anobiidae) bidang tembakau. Jurnal
Online Agroekteknologi. 1 (4) : 1-9
Rohmawati, N., Sulistiyani., dan Ratnawati, L.Y. Pengaruh penambahan keluwih
(Artocarpus camasi) terhadap mutu fisik, kadar protein, dan kadar air abon
lele dumbo (Claris garieptinus). Jurnal IKESMA. 9 (2) : 127-135.
Saputra, R. Septinova, D. dan Kurtini, T. 2015. Pengaruh lama penyimpangan dan
warna kerabang terhadap kualitas internal telur ayam ras. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. 3 (1) : 75 80.
Siregar, R. F., Hintono, A., dan Mulyani, S. 2012. Perubahan sifat fungsional telur
ayam ras pasca pasteurisasi. Animal Agriculture Journal. 1 (1) : 521-528.
LAMPIRAN
A. Warna
1(0) + 2(5) + 3(5) + 4(3) + 5(8) + 6(1)
22
= 3,5 (Coklat Agak Muda)
B. Tekstur
1(1) + 2(5) + 3(3) + 4(1) +5(6) + 6(6)
22
= 4,09 (Sedikit Halus)
C. Aroma
1(1) + 2(3) + 3(9) + 4(7) + 5(2) + 6(0)
22
= 3,27 (Agak Beraroma Telur)
D. Kesukaan
1(1) + 2(4) + 3(7) + 4(6) + 5(4) + 6(0)
22
= 3,36 (Agak disukai)