PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
1. Menerapkan algoritma sistem OFDM berbasis DWT (Discrete
Wavelength Transform) pada sistem MIMO.
2. Menganalisa kinerja sistem dari hasil simulasi yang berupa kurva BER.
1.5 Metodologi
Pada pelaksanaan proyek akhir ini akan melalui beberapa tahapan yang
meliputi:
1. Pemahaman Materi
Pada tahap pertama, dilakukan pemahaman materi dari beberapa
literature yang digunakan, baik berupa buku tentang modulasi M-PSK,
MIMO-OFDM, Discrete Wavelength Transform (DWT), jurnal,
makalah, danlain-lain yang dapat membantu menyeesaikan proyek
akhir ini.
2. Perencanaan Sistem
Perencanaan sistem yang akan dibuat pada proyek akhir ini adalah
membuat simulasi untuk kinerja sistem MIMO-OFDM menggunakan
Discrete Wavelength Transform (DWT) dengan modulasi M-PSK.
Simulasi dibuat dalam suatu program Matlab sampai menghasilkan nilai
BER dari sistem tersebut yang kemudian akan ditampilkan dalam
bentuk kurva terhadap SNR sesuai dengan perencanaan dan teori yang
sudah dipelajari sebelumnya.
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan, metodologi dan sistematika penulisan
yang di gunakan dalam pembuatan Proyek Akhir.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari penulisan dan pembuatan
Proyek Akhir dan saran-saran yang didapat dari hasil
evaluasinya demi pengembangan dan penyempurnaan di
masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bab ini berisi rferensi-referensi yang digunakan untuk
menyelesaikan proyek akhir ini, sehingga diharapkan dapat memudahkan
pemahaman dalam mempelajari buku laporan.
LAMPIRAN
Pada bab ini berisikan gambar, table, dan listing program yang
digunakan daam pembuatan proyek akhir.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori penunjng yang melandasi
pembuatan proyek akhir ini. Teori penunjang yang akan dijelaskan disini meliputi:
kanal Nirkabel, OFDM, MIMO, DWT, dan Modulasi M-PSK.
Kanal
Sumber Pemancar Penerima Tujuan
Sumber
Noise
Reflection (pemantulan)
Fenomena yang terjadi ketika gelombang elektromagnetik merambat pada
objek dengan dimensi yang sangat besar dibandingkan dengan panjang
gelombang, misalnya permukaan bumi dan bangunan. Hal ini mengakibatkan
kekuatan sinyal transmisi yang akan dipantulkan kembali ke asalnya dengan
tidak melewati semua jalan disepanjang jalur ke penerima.
Diffraction (pembiasan)
Propagasi melewati objek yang cukup besar sehingga seolah-olah
menghasilkan sumber sekunder, seperti puncak bukit dan sebagainya.
Scattering (hamburan)
Propagasi melewati objek yang kecil dan atau kasar yang menyebabkan
banyak pantulan untuk arah-arah yang berbeda.
Gambar 2.7 Penggambaran Delay Spread pada Power Delay Profile (PDP)
Amplitudo
Time
(Ts)
Symbol Time > maks
Ilustrasi diatas menunjukkan apa yang terjadi pada sisi penerima. Setiap
frame yang diterima di sisi penerima mengalami waktu kedatangan yang berbeda
(delay) dan power yang berbeda (bisa dilihat dari tinggi tiap frame yang berbeda).
Asumsi synchronizer pada sisi penerima sempurna mendapatkan awal frame dimulai
dari awal frame merah.
Setiap frame terdiri dari beberapa simbol. Ilustrasi diatas menunjukkan ada 2
simbol dalam 1 frame. Karena semua frame berisikan message yang sama, maka
akumulasi simbol pada waktu yang sama tidak menghilangkan informasi/data pada
simbol tersebut. Garis putus-putus pada ilustrasi diatas menunjukkan batas dari
simbol pertama. Bisa kita lihat adanya akumulasi simbol pertama dan simbol kedua,
dimulai dari frame ungu. Sebagian simbol pertama frame ungu akan terakumulasi
dengan simbol kedua frame merah. Begitu pula pada frame hijau, dan seterusnya.
Kondisi inilah kita sebut dengan inter-symbol interference (ISI) [10].
Gambar 6. Inter-symbol Interference [10]
Teknik FDM
Ch1 Ch2 Ch3 Ch4 Ch5 Ch6 Ch7 Ch8 Ch9 Ch10
Frekuensi
Prinsip kerja dari OFDM dapat dijelaskan sebagai berikut. Deretan data yang
akan dikirim dikonversikan ke dalam bentuk paralel, sehingga jika bit rate semula
adalah K, maka bit rate tiap tiap jalur paralel adalah K/N dimana N adalah jumlah
subcarrier. Setelah itu modulasi dilakukan pada tiap subcarrier bisa berupa PSK,
QAM atau yang lain. Sinyal termodulasi tersebut dirubah ke dalam ranah waktu
menggunakan Invers Fast Fouier Tranform (IFFT) untuk pembuatan simbol OFDM.
Setelah itu simbol OFDM ditambahkan cyclic prefix dan dikonverskan kembali ke
bentuk serial barulah sinyal dikirim (lihat gambar 10). Pada sistem OFDM sinyal
terkirim terdiri dari sejumlah subcarrier yang orthogonal. Sampel baseband dari
sebuah simbol OFDM dapat dituliskan sebagai [11][10]:
1
() = 1
=0
2
,0kN (1)
Dimana:
X(t) = sample baseband
N = jalur subcarrier
k = bit rate semula
Xk = data termodulasi yang dibawa sucaarrier
Dimana N adalah jumlah subcarrier dari sistem OFDM, Xk adalah data termodulasi
yang dibawa oleh subcarrier ke-k. Pada gambar 10 [11] menunjukkan diagram blok
sistem OFDM.
Input CP P
S
IFFT /
Mod / insertion
P S
channel
Output P CP S
/ FFT /
Demod removal
S P
() = , (), () + , , (2)
Dimana:
s(t) = simbol OFDM
k = time location
j = scale index
= simbol wavelet
Dimana:
d(k) = rata-rata sample yang telah diproses DWT
= koefisien wavelet
= simbol wavelet
Dimana k adalah nilai dari sub carrier (0 k N 1), adalah koefisien
wavelet yang merepresentasikan sinyal dalam skala dan posisi dalam sumbu waktu
dan () adalah fungsi wavelet dengan faktor yang dimampatkan m time dan
tergeser n time untuk setiap subcarrier.
Pada sisi penerima, proses dibalikkan. Keluaran dari DWT merupakan
representasi dari persamaan[12]:
= 1
=0 ()2 2 (2 ) (4)
Dimana:
= koefisien wavelet
= simbol wavelet
Fungsi dasar yang continu , , () bersifat sama pada analisa dan sintesa
wavelet dengan sebuah orthonormal dasar. Dengan mendiskretisasi parameter
penskalaan waktu, , s, dan memilih mother wavelet yang benar, (),
memungkinkan untuk memperoleh sebuah orthonormal dasar yang benar. Faktor
22 pada persamaan (5) mengatur setiap wavelet untuk mempertahankan sebuah
norma konstan yang berdiri sendiri pada skala j. Dalam masalah ini, periode
diskretisasi dalam dinormalisasi ke satu dan diasumsikan bahwa itu sama dengan
periode sampling pada sinyal diskrit ( = 2). Semua sistem wavelet berguna
menghilangkan kondisi multiresolusi. Pada kasus ini, koefisien resolusi terendah
dapat dihitung dari koefisien resolusi tertinggi dengan 3 struktur algoritma yang
disebut filter bank
Dekomposisi dari sinyal telah selesai sekaligus dengan menggunakan sebuah
HPF. Outputnya menyajikan detail koefisien-koefisien dari keluaran HPF dan
penaksiran (approximation) koefisien-koefisien dari output LPF. Kedua filter
dihubungkan dengan satu sama lain dan diketahui sebagai Quadratute Mirror Filter
(QMF). Bagaimanapun, sebagian dari frequency sinyal telah dihilangkan, jadi
sebagian dari sample dapat dibuang berdasarkan hukum Nyquist. Keluaran-keluaran
dari filter kemudian di sub-sample menjadi kedua. Resolusi waktu telah dibagi dua
karena setiap dekomposisi sinyal digolongkan hanya setengah dari keluaran filter
lainnya.
Blok diagram untuk implementasi dari wavelet transform level satu
ditunjukkan pada gambar di bawah. Sebab hanya satu pasang dari filter, sebuah HPF
dan sebuah LPF digunakan. Setiap sub-stream dari data kemudian di sub-sample
menjadi dua [12].
Approximation
g[n] coefficients
x[n]
h[n] Detail
coefficients
Gambar 12. Wavelet Decomposition [12]
11
I
10 01
2 2
() = cos [2 + ] (6)
2
0 , = 0, 1, 2, 3
Dimana:
SQPSK (t) = hasil modulasi.
Es = energi simbol.
Ts I Channel
= periode
Fb/2 sinyal (s).
Fc = frekuensi carrierBalance
(Hz).
Logic 1=+1 Modulator
Binary input Logic 0=-1
Data Fb
Sin ct
Reference
Carrier
Linier
Data I Oscillator BPF
Summer
(sin ct)
Buffer Q
90
Phase
2 Shift
Bit
cos ct
Gambar 14. Diagram
Q Channel Fb/2 blok modulasi 4-PSK [14]
Balance
Logic 1=+1 Modulator
Logic 0=-1
Modulasi 8-PSK
Pada modulasi 8-PSK, deretan bit serial masuk sebelum diproses melalui bit
splitter yang bertujuan untuk konversi ke parallel (output channel I (in-phase). Bit
bit yang berada pada channel I dan C masuk ke konventer 2-to-4 level pada channel
I dan bit-bit yang berada pada channel Q dan masuk ke konveter 2-to-4 level pada
channel Q. Converter 2-to-4 level merupakan rangkaian simbol input digitat-to-
analog converter (DAC). Pada gambar 15 menunjukkan diagram konstelasi dari
modulasi 8-PSK.
Cos ct
IQC
010
IQC
000 IQC
011
IQC
001 I
IQc
1 11
IQC
Gambar 15. Diagram konstelasi 8-PSK
I Q C [14]
10 1 11 0
Pada modulasi 8-PSK sinyal yang dikirimkan mempunyai pergeserana phase
untuk setiap tribit (3 bit) yang berbeda sebesar 45. Sehingga pada modulasi ini tiap
3 bit akan dikirim pada 1 simbol. Gambar 16 menunjukkan diagram blok modulasi
8-PSK.
Fb/2 = 1 2 to 4 Sin ct
Balance
Channel I converter Modulator
Sin ct
Reference
Data Oscillator Linier Summer
Input Biner
Q I C
90
Phase
Shift
cos ct
Fb/2 = 1 2 to 4 Balance
converter Modulator cos ct
Channel
Q
Gambar 16. Diagram blok modulasi 8-PSK [13]