Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi komunikasi, khususnya komunikasi wireless
saat ini menuntut akses berkecepatan tinggi dengan kualitas sinyal yang baik
serta tahan terhadap gangguan dan interferensi. Gangguan yang biasa terjadi
pada komunikasi wireless adalah multipath fading. Multipath fading
menyebabkan sinyal yang diterima oleh penerima tidak sama dengan sinyal
yang dikirim, karena adanya sinyal-sinyal pantul dari lapisan ionosfer dan
objek terestrial. Maka dari itu dibutuhkan sistem komunikasi wireless yang
mendukung aktivitas mobile user yang dapat menyediakan layanan data
berkecepatan tinggi. OFDM adalah salah satu teknik multicarrier yang bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena utilitas spektralnya
yang efisien dan juga kebal terhadap frekuensi selective fading. Selain sistem
OFDM yang menggunakan algorithma IFFT dan FFT, terdapat sistem
multicarrier berbasis transformasi wavelet dan dikenal dengan Orthogonal
Wavelet Division Multiflexing (OWDM) [1][2]. Pada sistem OWDM,
Inverse Fast Fourrier Transform dan Fast Fourrier Transform digantikan
dengan Inverse Discrete Wavelet Transform dan Discrete Wavelet Transform
(DWT). Penggabungan OFDM dengan MIMO menghasilkan efisiensi
spectrum yang lebih baik, menaikkan diversity gain dan throughput yang
tinggi dengan kualitas layanan yang baik [3]. Dalam skema konvensional
MIMO OFDM ini, blok bangunan dasar yang digunakan untuk modulasi
OFDM adalah FFT dan untuk demodulasi FFT. Dalam beberapa kali telah
ditetapkan bahwa dengan mengganti blok IFFT/FFT dengan blok
IDWT/DWT cukup banyak peningkatan kinerja yang dicapai [4].
Pada Tugas Akhir ini, akan dibuat sistem MIMO-OFDM berbasis
Discrete Wavelength Transform (DWT) dengan modulasi M-PSK, dan
menganalisa kinerjanya dengan kurva BER sebagai fungsi SNR.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana membuat program simulasi algoritma MIMO OFDM
berbasis DWT.
2. Bagaimana menghasilkan kurva BER sebagai kinerja sistem di atas.
3. Bagaimana menganalisa kinerja sistem.

1.3 Batasan Masalah


1. Jumlah subcarrier OFDM sebanyak 512
2. Jumlah antenna MIMO 2 dan 4, 4 dan 4, 4 dan 2.
3. Modulasi yang digunakan adalah modulasi M-PSK, M=4,8.
4. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah MATLAB

1.4 Tujuan
1. Menerapkan algoritma sistem OFDM berbasis DWT (Discrete
Wavelength Transform) pada sistem MIMO.
2. Menganalisa kinerja sistem dari hasil simulasi yang berupa kurva BER.
1.5 Metodologi
Pada pelaksanaan proyek akhir ini akan melalui beberapa tahapan yang
meliputi:
1. Pemahaman Materi
Pada tahap pertama, dilakukan pemahaman materi dari beberapa
literature yang digunakan, baik berupa buku tentang modulasi M-PSK,
MIMO-OFDM, Discrete Wavelength Transform (DWT), jurnal,
makalah, danlain-lain yang dapat membantu menyeesaikan proyek
akhir ini.

2. Perencanaan Sistem
Perencanaan sistem yang akan dibuat pada proyek akhir ini adalah
membuat simulasi untuk kinerja sistem MIMO-OFDM menggunakan
Discrete Wavelength Transform (DWT) dengan modulasi M-PSK.
Simulasi dibuat dalam suatu program Matlab sampai menghasilkan nilai
BER dari sistem tersebut yang kemudian akan ditampilkan dalam
bentuk kurva terhadap SNR sesuai dengan perencanaan dan teori yang
sudah dipelajari sebelumnya.

3. Pengujian Sistem dan Pembahasan


Pada tujuan proyek akhir ini, akan dilakukan analisa dengan melihat
kurva BER terhadap algorithma DWT pada MIMO-OFDM. Beberapa
pengujian yang akan dilakukan sebagai berikut:
a. Pengujian dengan jumlah subcarrier sebanyak 512
b. Pengujian dengan variasi antenna MIMO
Antenna yang akan digunakan yaitu 2 dan 4, 4 dan 4, 2 dan 4, 4
dan 2.
Dengan beberapa pengujian diatas, akan ditampilkan dalam bentuk
kurva BER untuk melihat mana kurva yang menghasilkan SNR paling
kecil untuk beberapa modulasi M-PSK
4. Kesimpulan
Tahap akhir dari penelitian ini adalah menganalisa kinerja MIMO-
OFDM menggunakan DWT dengan teknik modulasi M-PSK.
Performasi yang dianalisa adalah kurva BER. Dengan mengetahui
kurva BER maka dapat diketahui perbandingan kinerja DWT pada
MIMO-OFDM dengan beberapa modulasi PSK.

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk memberikan gambaran Tugas Akhir, secara singkat dapat di uraikan
sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan, metodologi dan sistematika penulisan
yang di gunakan dalam pembuatan Proyek Akhir.

BAB II : DASAR TEORI


Pada bab ini akan menjelaskan teori yang menunjang
penyelesaian masalah dalam proyek akhir ini dan membahas
secara garis besarmengenai MIMO, OFDM, DWT, dan
modulasi MPSK yang digunakan.

BAB III : PERENCANAAN SISTEM


Pada bab ini membahas mengenai perencanaan sistem
kinerja sistem MIMO-OFDM menggunakan discrete
wavelength transform (DWT) dengan modulasi M-PSK.

BAB IV : HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan membahas mengenai analisa dan
pembahasan mengenai hasil simulasi yang telah dlakukan.
Hasil yang dibahas berupa kurva BER dengan parameter
indeks modulasi dan jumlah antenna

BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari penulisan dan pembuatan
Proyek Akhir dan saran-saran yang didapat dari hasil
evaluasinya demi pengembangan dan penyempurnaan di
masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bab ini berisi rferensi-referensi yang digunakan untuk
menyelesaikan proyek akhir ini, sehingga diharapkan dapat memudahkan
pemahaman dalam mempelajari buku laporan.

LAMPIRAN
Pada bab ini berisikan gambar, table, dan listing program yang
digunakan daam pembuatan proyek akhir.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


tentang biografi penulis, disertai identitas diri sehingga memudahkan
pembaca jika ingin berkonsultasi atau berdiskusi tentang isi buku maupun
ilmu pengetahuan yang berhubungan.
BAB 1I
DASAR TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori penunjng yang melandasi
pembuatan proyek akhir ini. Teori penunjang yang akan dijelaskan disini meliputi:
kanal Nirkabel, OFDM, MIMO, DWT, dan Modulasi M-PSK.

2.1 Kanal Nirkabel (Wireless)


Kanal wireless merupakan faktor pokok yang membatasi kinerja sistem
komunikasi wireless. Dalam sistem komunikasi wireless, sinyal merambat melalui
pemantulan oleh berbagai objek dalam beragam lintasan sebelum sampai ke
penerima (multiple reflective paths). Fenomena ini biasa disebut sebagai multipath
fading. Efek dari multipath fading adalah fluktuasi dari amplitudo, fasa, dan sudut
dari sinyal yang masuk ke penerima.
Arsitektur klasik dari sistem komunikasi pada umumnya dapat dilihat pada
gambar 2.1.

Kanal
Sumber Pemancar Penerima Tujuan

Sumber
Noise

Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Komunikasi

Sumber informasi (suara manusia, kamera video, computer) mengirimkan


informasi ke tujuan (pendengaran manusia, layar monitor, computer). Data
informasi diubah menjadi sinyal yang sesuai untuk dikirimkan oleh pemancar dan
pemancar mengirimkannya melalui kanal. Pada kanal informasi yang dikirim akan
mengalami sedikit perubahan yang mungkin tidak dapat diprediksi oleh penerima.
Jadi dalam hal ini penerima harus didesain untuk mengatasi perubahan tersebut =
dengan meminimalisir terjadinya kesalahan (distorsi) dalam meneruskan informasi
ke tujuan.
2.1.1 Karakteristik Kanal Nirkabel
Terdapat tiga mekanisme dasar yang dapat mempengaruhi sinyal propagasi
pada sistem komunikasi mobile adalah [10]:

Reflection (pemantulan)
Fenomena yang terjadi ketika gelombang elektromagnetik merambat pada
objek dengan dimensi yang sangat besar dibandingkan dengan panjang
gelombang, misalnya permukaan bumi dan bangunan. Hal ini mengakibatkan
kekuatan sinyal transmisi yang akan dipantulkan kembali ke asalnya dengan
tidak melewati semua jalan disepanjang jalur ke penerima.

Diffraction (pembiasan)
Propagasi melewati objek yang cukup besar sehingga seolah-olah
menghasilkan sumber sekunder, seperti puncak bukit dan sebagainya.

Scattering (hamburan)
Propagasi melewati objek yang kecil dan atau kasar yang menyebabkan
banyak pantulan untuk arah-arah yang berbeda.

Gambar 2.2. Prinsip Kanal Multipath Fading [10]

Multipath adalah fenomena propogasi yang mengakibatkan sinyal yang


dipancarkan sampai pada antenna penerima dengan dua atau lebih pola. Hal ini
disebabkan karena adanya pantulan dan difraksi dari lapisan ionosfer, juga pantulan
dari objek terrestrial, seperti gunung, pohon , dan bangunan. Sedangkan fading
merupakan karakteristik utama dalam propagasi radio bergerak. Fading dapat
didefenisikan sebagai perubahan fase, polarisasi dan level dari suatu sinyal terhadap
waktu. Karakteristik kanal wireless dapat dikelompokan menjadi dua kelompok
besar, yaitu fading skala besar/large scale fading dan fading skala kecil/small scale
fading. Fading skala besar merepresentasikan redaman/path loss karena pergerakan
sinyal melalui area yang besar. Besar dari atenuasi oleh fading skala besar akan
sebanding dengan jarak antara pengirim dengan penerima. Fading skala kecil
merupakan perubahan yang sangat cepat pada amplitudo sinyal yang diterima di
sekitar tingkat rata-rata sinyal. Fading skala kecil terbagi menjadi dua mekanisme,
time spreading dari sinyal dan time variance dari kanal.

Gambar 2.3. Large Scale Fading dan Small Scale Fading

2.1.1.1 Large-Scale Fading


Large-scale fading disebabkan akibat keberadaan obyek-obyek pemantul
serta penghalang pada kanal propagasi serta pengaruh kontur bumi, kemudian
menghasilkan perubahan sinyal dalam hal energi, fasa, dan delay waktu yang bersifat
random. Sesuai namanya, large scale fading memberikan representasi rata-rata daya
sinyal terima suatu daerah yang luas. Statistik dari large scale fading memberikan
cara perhitungan untuk estimasi path loss sebagai fungsi jarak. Estimasi path loss
sebagai fungsi dari jarak hanya menghasilkan nilai rata-rata dan hal tersebut tidak
cukup untuk menggambarkan sinyal propagasi karena perbedaan kondisi lingkungan
antara pengirim dan penerima [10].
Gambar 2.4. Large-Scale Fading [11]

2.1.1.2 Small-Scale Fading


Small Scale Fading, merupakan fluktuasi redaman propagasi pada daerah
yang sempit dan interval waktu yang singkat. Small-scale fading atau disebut juga
dengan multipath fading dihasilkan oleh dua macam mekanisme, yaitu time
spreading sinyal sebagai akibat dari multipath dan time varying channel yang
disebabkan oleh pergerakan [12][13].
Ada dua macam perwujudan/manifestasi propagasi multipath:
1. Time Variying Kanal
Disebabkan oleh pergerakan antara pemancar dan penerima (jarak MS dan
BS yang sedang berubah). Pada fluktuasi ini dikenal istilah waktu
koheren yang didefinisikan sebagai durasi waktu ketika respon kanal tidak
bergantung pada waktu. Jika waktu koheren kanal jauh lebih kecil
dibandingkan waktu durasi simbol, disebut sebagai kanal fast fading. Jika
waktu koheren kanal lebih besar dibandingkan waktu durasi simbol, disebut
sebagai kanal slow fading.

2. Time Spreading Sinyal


Berbedanya waktu sampai semua komponen multipath di penerima akan
mengkibatkan timbulnya multipath delay spread yang didefinisikan sebagai
perbedaan delay waktu antara kedatangan komponen pertama sinyal dan
komponen terakhir sinyal. Time spreading sinyal juga dapat dilihat dari
bandwidth koheren kanal. Bandwidth koheren kanal merupakan pengukuran
secara statistik dari suatu range frekuensi di mana kanal dapat dianggap
flat, yaitu kanal melewatkan semua komponen spektral dengan gain yang
rata-rata tetap dan memiliki fasa linear. Bandwidth koheren berbanding
terbalik dengan delay spread.
Karakteristik small-scale fading (multipath fading) dapat dipetakan baik
pada domain waktu maupun frekuensi seperti yang terlihat pada gambar di bawah.

Gambar 2.5. Small-Scale Fading [13]

2.1.1.3 Delay Spread


Panjang lintasan dan perlakuan perlambatan gelombang yang berbeda-beda
mengakibatkan sinyal-sinyal multipath sampai pada penerima dengan variasi waktu
tunda. Sebuah impuls yang dikirimkan oleh pemancar akan diterima oleh penerima
bukan lagi sebuah impuls melainkan sebuah pulsa dengan lebar penyebaran yang
disebut delay spread. Delay spread ini dapat menimbulkan interferensi antar simbol,
karena setiap simbol akan saling bertumbukan dengan simbol sebelum dan
sesudahnya. Level interferensi antar simbol ini ditentukan oleh kecepatan transmisi
bit. Jadi kecepatan transmisi bit atau simbol pada sistem komunikasi bergerak digital
dibatasi oleh delay spread.

Gambar 2.6 Fenomena Delay Spread


Biasanya delay spread digambarkan dengan power delay profile (PDP),
dimana sinyal utama dan sinyal delay digambarkan dengan beberapa sinyal pulsa
dengan delay dan daya yang berbeda-beda.

Gambar 2.7 Penggambaran Delay Spread pada Power Delay Profile (PDP)

Efek-efek yang ditimbulkan oleh delay spread adalah:


Flat fading
Jika kanal memiliki gain yang konstan dan respon fasa yang linier terhadap
bandwidth yang lebih besar daripada bandwidth sinyal transmisi atau nilai
maksimum excess delay lebih kecil dibandingkan dengan durasi simbol
( > atau < ). Jenis fading ini mengakibatkan berkurangnya daya
sinyal dan dapat diatasi dengan teknik diversitas, error control, dan power
control.
Frequency selective fading
Jika knal memiliki gain yang konstan dan respon fasa yang linier terhadap
bandwidth yang lebih kecil daripada bendwidth sinyal transmisi atau nilai
maksimum excess delay lebih besar dibandingkan dengan durasi simbol
( < atau > ). Jenis fading ini mengakibatkan berkurangnya daya
sinyal dan inter-symbol interference (ISI) dan dapt diatasi dengan proses
ekualisasi.
2.1.2 Inter-symbol Interference (ISI)
Dalam telekomunikasi, gangguan intersymbol interference (ISI) merupakan
bentuk distorsi sinyal dimana satu simbol mengganggu simbol berikutnya.
Intersymbol Interferense (ISI) adalah permasalahan yang tidak dapat dihindari
dalam sistem komunikasi wireless. Setiap sinyal yang ditransmit akan mengalami
multipath, sehingga receiver akan menerima sinyal yang notabene merupakan hasil
akumulasi dari message yang sama yang ter-delay dan dengan power yang
bervariasi. Pada gambar 2.8 ditunjukkan terjadinya ISI dimana pada gambar 2.8(a)
menunjukkan ilustrasidata yang dikirimkan, gambar 2.8(b) menunjukkan power
delay profile (PDP) pada Multipath, dan pada gambar 2.8(c) menunjukkan data yang
diterima. Terlihat bahwa data yang diterima mengalami pelebaran energi akibat
adanya delay dari saluran transmisi. Keberadaaan ISI dapat mengakibatkan
komunikasi kurang baik untuk diandalkan.

Amplitudo

Time
(Ts)
Symbol Time > maks

Gambar . Sinyal dari Base Station ke User


Base station memancarkan satu frame data. Receiver menerima beberapa
sinyal yang datang bersamaan dimana setiap sinyalnya berisikan message yang
sama.

Gambar 5. Ilustrasi sinyal pada sisi penerima [10]

Ilustrasi diatas menunjukkan apa yang terjadi pada sisi penerima. Setiap
frame yang diterima di sisi penerima mengalami waktu kedatangan yang berbeda
(delay) dan power yang berbeda (bisa dilihat dari tinggi tiap frame yang berbeda).
Asumsi synchronizer pada sisi penerima sempurna mendapatkan awal frame dimulai
dari awal frame merah.
Setiap frame terdiri dari beberapa simbol. Ilustrasi diatas menunjukkan ada 2
simbol dalam 1 frame. Karena semua frame berisikan message yang sama, maka
akumulasi simbol pada waktu yang sama tidak menghilangkan informasi/data pada
simbol tersebut. Garis putus-putus pada ilustrasi diatas menunjukkan batas dari
simbol pertama. Bisa kita lihat adanya akumulasi simbol pertama dan simbol kedua,
dimulai dari frame ungu. Sebagian simbol pertama frame ungu akan terakumulasi
dengan simbol kedua frame merah. Begitu pula pada frame hijau, dan seterusnya.
Kondisi inilah kita sebut dengan inter-symbol interference (ISI) [10].
Gambar 6. Inter-symbol Interference [10]

2.2 OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing )


Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) merupakan sebuah
teknik transmisi yang menggunakan beberapa frekuensi multicarrier di dalam satu
saluran, di mana setiap frekuensi carrier saling tegak lurus (orthogonal). OFDM
mengirimkan informasi secara paralel dengan dibagi menjadi paket yang kecil-kecil,
sehingga dapat menghemat penggunaan bandwidth.
Sifat orthogonal juga menyediakan efisiensi spektral yang tinggi dimana
spektrum frekuensi antar subcarrier dapat saling tumpang tindih selama sinyal
subcarrier saling tegak lurus. Pada gambar berikut nampak bahwa spektrum pada
tiap subcarrier memiliki null di pusat subcarrier yang lain, sehingga tidak terjadi
interferensi antar subcarrier.

Gambar 7. Spectrum Sinyal OFDM [11]


Dikarenakan sifatnya yang orthogonal, subcarrier pada sinyal OFDM
diizinkan untuk saling overlapping sehingga dapat menghemat bandwidth kanal
sistem sampai 50% (lihat gambar berikut).

Teknik FDM

Ch1 Ch2 Ch3 Ch4 Ch5 Ch6 Ch7 Ch8 Ch9 Ch10

Teknik OFDM Frekuensi


Ch2 Ch4 Ch6 Ch8 Ch10
Ch1 Ch3 Ch5 Ch7 Ch9

50% hemat Bandwidth

Frekuensi

Gambar 8. Perbandingan bandwidth OFDM dengan multicarrier konvensional


[11]

Prinsip kerja dari OFDM dapat dijelaskan sebagai berikut. Deretan data yang
akan dikirim dikonversikan ke dalam bentuk paralel, sehingga jika bit rate semula
adalah K, maka bit rate tiap tiap jalur paralel adalah K/N dimana N adalah jumlah
subcarrier. Setelah itu modulasi dilakukan pada tiap subcarrier bisa berupa PSK,
QAM atau yang lain. Sinyal termodulasi tersebut dirubah ke dalam ranah waktu
menggunakan Invers Fast Fouier Tranform (IFFT) untuk pembuatan simbol OFDM.
Setelah itu simbol OFDM ditambahkan cyclic prefix dan dikonverskan kembali ke
bentuk serial barulah sinyal dikirim (lihat gambar 10). Pada sistem OFDM sinyal
terkirim terdiri dari sejumlah subcarrier yang orthogonal. Sampel baseband dari
sebuah simbol OFDM dapat dituliskan sebagai [11][10]:
1
() = 1
=0
2
,0kN (1)

Dimana:
X(t) = sample baseband
N = jalur subcarrier
k = bit rate semula
Xk = data termodulasi yang dibawa sucaarrier
Dimana N adalah jumlah subcarrier dari sistem OFDM, Xk adalah data termodulasi
yang dibawa oleh subcarrier ke-k. Pada gambar 10 [11] menunjukkan diagram blok
sistem OFDM.

Input CP P
S
IFFT /
Mod / insertion
P S

channel

Output P CP S
/ FFT /
Demod removal
S P

Gambar 9. Diagram blok sistem OFDM IFFT [14]

2.3 MIMO (Multiple Input Multiple Output)


Multiple Input Multiple Output (MIMO) adalah sistem yang menggunakan
multi antena atau lebih dari satu antena pada pemancar (transmitter) maupun pada
penerima (receiver) dengan tujuan untuk menjadikan sinyal pantulan sebagai
penguat sinyal utama sehingga tidak saling menggagalkan. MIMO digunakan dalam
teknologi komunikasi wireless karena mempunyai kemampuan signifikan dalam
meningkatkan data troughput tanpa adanya tambahan bandwith maupun transmit
power (daya pemancar)[3][6].
Gambar 10. Sistem Antenna MIMO ( Multiple-Input Multiple-Output) [3]

Gambar 11. Perspektif dari Saluran MIMO [3]

MIMO memungkinkan transfer rate yang tinggi karena sinyal dipecah


menjadi multiple lower stream dan masing-masing aliran (stream) dipancarkan
dalam antenna yang berbeda namun tetap dalam satu kanal frequensi. Teknik
transmisi sistem MIMO dapat memanfaatkan keberadaan multipath untuk
menciptakan sejumlah kanal ekuivalen yang seolah-olah terpisah satu sama lain,
dimana pada kondisi normal keberadaan multipath justru merugikan karena
menimbulkan fading[6].

2.4 DWT (Discrete Wavelet Transform)


OFDM berbasis DWT adalah suatu langkah efisiensi untuk mengganti FFT
dalam sistem konvensional OFDM. DWT digunakan dalam program untuk
menghapus penggunaan dari CP yang mana dapat mengurangi penggunaan
bandwidth dan daya transmisi juga menurun dengan menggunakan wavelet
transform. Pengontrolan spectral kanal dalam DWT-OFDM lebih baik dibandingkan
FFT-OFDM. Dalam Wavelet transform, sinyal yang menarik atau bagus dibiarkan
dalam basis waveform, yang dikenal dengan wavelet, yang menyediakan langkah
untuk menganalisa sinyal dengan menyelidiki koefisien-koefisien dari wavelet.
Fungsi dasar dari DWT adalah melokalisir sinyal sumber menjadi dua klasifikasi
yaitu waktu dan frekuensi serta mempengaruhi perbedaan resolusi pada kedua
domain yang menjadikan wavelet transform powerfull dalam berbagai aplikasi.
Resolusi-resolusi yang berbeda cocok untuk menganalisa karakteristik dari proses
dan perubahan daya.
Sistem kerja DWT menggunakan LPF dan HPF yang beroperasi sebagai
QMF (Quadrature Mirror Filters) dan memenuhi rekonstruksi yang sempurna dan
sifat-sifat orthonormal. Dalam wavelet berbasis OFDM, sinyal termodulasi
ditransmisikan menggunakan zero padding dan vector transpossing. DWT diketahui
sebagai sesuatu yang mudah disesuaikan dan metode yang sangat efisien untuk
dekomposisi sinyal [12].
Wavelet merupakan bentuk pengklasifikasian sinyal dalam versi penskalaan
dan pergeseran (scalling and shifting) masing-masing dari sinyal sumber atau
dikenal dengan mother wavelet. Transformasi wavelet hampir menyerupai
transformasi fourier yang merupakan bentuk pengklasifikasian sinyal menjadi
bentuk sinusoidal dengan berbagai macam frekuensi. DWT akan mengubah sinyal
sumber menjadi dua klasifikasi sinyal yaitu frekuensi tinggi dengan resolusi waktu
yang tinggi serta frekuensi rendah dengan resolusi waktu yang rendah. Proses DWT
diawali dengan proses filtering dengan melewatkan sinyal pada seperangkat
highpass filter dan lowpass filter. Kemudian dilanjutkan dengan operasi sub-
sampling dengan mengambil masing-masing setengah dari keluaran filter. Proses
selanjutnya adalah modifikasi sinyal berdasarkan fungsi skala dan waktu, lalu proses
rekronstruksi sinyal pada tiap level koefisiennya. Seluruh proses ini dinamakan
proses dekomposisi dan dapat dilakukan secara berlanjut hingga didapatan tingkat
dekomposisi yang diinginkan [12].
Simbol DWT-OFDM s(t) dapat dipresentasikan sebagai persamaan berikut:

() = , (), () + , , (2)

Dimana:
s(t) = simbol OFDM
k = time location
j = scale index
= simbol wavelet

Data yang telah diproses dalam DWT-OFDM block, outputnya dapat


dinyatakan dalam persamaan berikut [12]:

() =
=0 =0 2 2 (2 2 ) (3)

Dimana:
d(k) = rata-rata sample yang telah diproses DWT

= koefisien wavelet
= simbol wavelet

Dimana k adalah nilai dari sub carrier (0 k N 1), adalah koefisien
wavelet yang merepresentasikan sinyal dalam skala dan posisi dalam sumbu waktu
dan () adalah fungsi wavelet dengan faktor yang dimampatkan m time dan
tergeser n time untuk setiap subcarrier.
Pada sisi penerima, proses dibalikkan. Keluaran dari DWT merupakan
representasi dari persamaan[12]:



= 1
=0 ()2 2 (2 ) (4)

Dimana:

= koefisien wavelet
= simbol wavelet

Transformasi DWT dilakukan dengan menggunakan filter. Satu filter analisa


dipasang LPF, sedangkan satu lainnya HPF. Masing-masing filter terdiri dari sebuah
down-sampler untuk membuat transformasi efisien. Dalam DWT-OFDM,
eksponensial-eksponensial komplek time-windowed digantikan dengan wavelet
carrier, pada skala berbeda (j) dan posisi dalam time-axis (k). Fungsi itu dihasilkan
dengan penerjemah (translation) dan pembesaran (dilation) dari sebuah fungsi unik,
yang disebut wavelets mother dan ditunjukkan dengan () [12].
Output dari filter yang memiliki ciri tersendiri pada simbol DWT-OFDM
telah diperoleh, dengan impulse response dari filter-filter (LPF dan HPF) ditetapkan
oleh wavelet mother () [12].

, () = 22 (2 ) (5)

Fungsi dasar yang continu , , () bersifat sama pada analisa dan sintesa
wavelet dengan sebuah orthonormal dasar. Dengan mendiskretisasi parameter
penskalaan waktu, , s, dan memilih mother wavelet yang benar, (),
memungkinkan untuk memperoleh sebuah orthonormal dasar yang benar. Faktor

22 pada persamaan (5) mengatur setiap wavelet untuk mempertahankan sebuah
norma konstan yang berdiri sendiri pada skala j. Dalam masalah ini, periode
diskretisasi dalam dinormalisasi ke satu dan diasumsikan bahwa itu sama dengan
periode sampling pada sinyal diskrit ( = 2). Semua sistem wavelet berguna
menghilangkan kondisi multiresolusi. Pada kasus ini, koefisien resolusi terendah
dapat dihitung dari koefisien resolusi tertinggi dengan 3 struktur algoritma yang
disebut filter bank
Dekomposisi dari sinyal telah selesai sekaligus dengan menggunakan sebuah
HPF. Outputnya menyajikan detail koefisien-koefisien dari keluaran HPF dan
penaksiran (approximation) koefisien-koefisien dari output LPF. Kedua filter
dihubungkan dengan satu sama lain dan diketahui sebagai Quadratute Mirror Filter
(QMF). Bagaimanapun, sebagian dari frequency sinyal telah dihilangkan, jadi
sebagian dari sample dapat dibuang berdasarkan hukum Nyquist. Keluaran-keluaran
dari filter kemudian di sub-sample menjadi kedua. Resolusi waktu telah dibagi dua
karena setiap dekomposisi sinyal digolongkan hanya setengah dari keluaran filter
lainnya.
Blok diagram untuk implementasi dari wavelet transform level satu
ditunjukkan pada gambar di bawah. Sebab hanya satu pasang dari filter, sebuah HPF
dan sebuah LPF digunakan. Setiap sub-stream dari data kemudian di sub-sample
menjadi dua [12].

Approximation
g[n] coefficients

x[n]

h[n] Detail
coefficients
Gambar 12. Wavelet Decomposition [12]

Contoh ilustrasi dekomposisi dipaparkan pada Gambar 13 dengan


menggunakan dekomposisi tiga tingkat. Pada Gambar 13 y[k] tinggi dan y[k] rendah
yang merupakan hasil dari highpass filter dan lowpass filter, y[k] tinggi disebut
sebagai koefisien DWT. y[k] tinggi merupakan detail dari informasi sinyal,
sedangkan y[k] rendah merupakan taksiran kasar dari fungsi penskalaan. Dengan
menggunakan koefisien DWT ini maka dapat dilakukan proses inverse discrete
wavelet transform (IDWT) untuk merekonstruksi menjadi sinyal asal.

Gambar 13. Dekomposisi Wavelet 3 tingkat [12]

Proses rekonstruksi diawali dengan menggabungkan koefisien DWT dari


yang berada pada akhir dekomposisi dengan sebelumnya meng-upsample oleh 2 ( 2)
melalui highpass filter dan lowpass filter. Proses rekonstruksi ini sepenuhnya
merupakan kebalikan dari proses dekomposisi sesuai dengan tingkatan pada proses
dekomposisi.

2.5 Modulasi M-PSK


Modulasi adalah suatu proses penumpangan gelombang sinyal informasi
dengan gelombang pembawa sehingga sebagian dari karakteristik gelombang
pembawa diubah sesuai dengan nilai sesaat gelombang sinyal. Pada modulasi PSK
sebuah sinyal pembawa sinusoidal diubah ubah phasanya dengan menjaga
amplitudo dan frekuensinya tetap konstan. Secara umum modulasi PSK disebut
sebagai modulasi MPSK (M-ary PSK), dimana M merupakan bilangan yang
menunjukkan jumlah level digital. MPSK adalah jenis variasi modulasi fasa yang
merupakan peningkatan dari modulasi BPSK pada sisi jumlah perubahan fasa sinyal
pembawa. Bila M = 4 level, maka modulasi pulsa yang diterapkan adalah QPSK
(quaternary atau quadrature PSK). Bila M = 2, maka modulasi pulsa yang dihasilkan
adalah BPSK (binary PSK). Nilai M mengikuti bilangan 2v dengan v = 1, 2, 3, dst.
Dengan nilai v yang demikian itu, maka kemungkinan nilai M adalah, 2, 4, 8, 16,
dst.Pada sistem modulasi QPSK terdapat empat fasa berbeda yang dihasilkan untuk
masing-masing bit. Kombinasi bit 00 akan memodulasi sinyal pembawa yang
mempunyai fasa 45 derajat, sedang dibit 01 memodulasi sinyal pembawa yang
mempunyai fasa 135 derajat. Sementara bit 10 dan 11, masing-masing dengan fasa
315 derajat dan 225 derajat. Konstelasi atau penggambaran penyebaran fasa isyarat
QPSK ditunjukkan pada diagram salib sumbu [14].

6.2.7.1 Modulasi QPSK (4-PSK)


Pada QPSK sinyal informasi dibawa dalam bentuk perubahan perubahan
phasa. Istilah quadrature mengartikan terdapat 4 kemungkinan phasa (4-PSK)
yang dimiliki oleh sinyal pembawa pada satu waktu. Empat phasa tersebut masing-
masing berkaitan dengan satu dari {0o, 90o, 180o, 270o}. Modulasi QPSK memiliki
empat buah level sinyal yang merepresentasikan empat kode binary, yaitu 00, 01,
11, 10 yang dinamakan dibit dimana setiap dibit membangkitkan satu dari
kemungkinan phasa.
Q

11

I
10 01

Gambar 14. Diagram konstelasi modulasi QPSK [14]


00
Modulasi QPSK memilki efisiensi bandwidth dua kali lebih
besar dibandingkan dengan BPSK, karena dua bit dikirimkan pada satu simbol sinyal
termodulasi. Sinyal QPSK dapat dirumuskan seperti persmaan berikut [14] :

2 2
() = cos [2 + ] (6)
2
0 , = 0, 1, 2, 3
Dimana:
SQPSK (t) = hasil modulasi.
Es = energi simbol.
Ts I Channel
= periode
Fb/2 sinyal (s).
Fc = frekuensi carrierBalance
(Hz).
Logic 1=+1 Modulator
Binary input Logic 0=-1
Data Fb
Sin ct
Reference
Carrier
Linier
Data I Oscillator BPF
Summer
(sin ct)
Buffer Q

90
Phase
2 Shift
Bit

cos ct
Gambar 14. Diagram
Q Channel Fb/2 blok modulasi 4-PSK [14]
Balance
Logic 1=+1 Modulator
Logic 0=-1
Modulasi 8-PSK
Pada modulasi 8-PSK, deretan bit serial masuk sebelum diproses melalui bit
splitter yang bertujuan untuk konversi ke parallel (output channel I (in-phase). Bit
bit yang berada pada channel I dan C masuk ke konventer 2-to-4 level pada channel
I dan bit-bit yang berada pada channel Q dan masuk ke konveter 2-to-4 level pada
channel Q. Converter 2-to-4 level merupakan rangkaian simbol input digitat-to-
analog converter (DAC). Pada gambar 15 menunjukkan diagram konstelasi dari
modulasi 8-PSK.
Cos ct

IQC
010
IQC
000 IQC
011

IQC
001 I
IQc
1 11

IQC
Gambar 15. Diagram konstelasi 8-PSK
I Q C [14]
10 1 11 0
Pada modulasi 8-PSK sinyal yang dikirimkan mempunyai pergeserana phase
untuk setiap tribit (3 bit) yang berbeda sebesar 45. Sehingga pada modulasi ini tiap
3 bit akan dikirim pada 1 simbol. Gambar 16 menunjukkan diagram blok modulasi
8-PSK.
Fb/2 = 1 2 to 4 Sin ct
Balance
Channel I converter Modulator

Sin ct
Reference
Data Oscillator Linier Summer
Input Biner
Q I C

90
Phase
Shift

cos ct

Fb/2 = 1 2 to 4 Balance
converter Modulator cos ct
Channel
Q
Gambar 16. Diagram blok modulasi 8-PSK [13]

Anda mungkin juga menyukai