Anda di halaman 1dari 7

Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No.

2: 128-134
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2016

Pengaruh Pemberian Mineral Terhadap Lingkar Dada, Panjang dan


Tinggi Tubuh Sapi Bali Jantan
(THE EFFECTS OF MINERALS ON THE CHEST CIRCUMFERENCE, BODY LENGTH
AND BODY HEIGHT OF MALE BALI CATTLE)

I Wayan Gunawan1, Ni Ketut Suwiti2, Putu Sampurna3


1
Praktisi dokter hewan di Kabupaten Karangasem,
2
Laboratorium Histologi Veteriner, Universitas Udayana,
3
Laboratorium Biostastistika Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana,
PB. Sudirman St, Denpasar-Bali, Email: wayangunawan30@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mineral tambahan pada
ransum terhadap lingkar dada, panjang dan tinggi tubuh sapi bali jantan. Sebanyak 48 sampel sapi
bali jantan umur 10-12 bulan, masing-masing diberikan empat jenis ransum mineral yang berbeda.
Pengukuran lingkar dada, panjang dan tinggi tubuh sapi bali dilakukan pada awal perlakuan, 1, 2
dan 3 bulan setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian mineral pada pakan
berpengaruh sangat nyata terhadap lingkar dada namun tidak berpengaruh terhadap panjang dan
tinggi tubuh sapi bali jantan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian mineral dapat
meningkatkan lingkar dada, tetapi tidak berpengaruh terhadap panjang dan tinggi tubuh.
Kata kunci: sapi bali, mineral, lingkar dada, panjang tubuh, tinggi tubuh

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of adding minerals on the feed to the chest
circumference, body length and height of male Bali cattle. A total of 48 of 10-12 months male bali
cattle from four different places used in this study, consist of 12 male Bali cattle from each place.
The chest circumference, body length and height of bali cattle were measured before treatment
(base line), 1, 2 and 3 months respectively after treatment. The results showed that mineral
administration in the feed was significantly increasing the chest circumference, but did not affect to
body length and height of male bali cattle.
Keywords: bali cattle, minerals, chest circumference, body length, body height

PENDAHULUAN masyarakat karena memiliki keunggulan


yang cocok dengan kondisi lahan
Sapi bali merupakan sapi asli maupun pola peternakan yang ada di
Indonesia, yang diduga hasil domestikasi Indonesia (Batan, 2006).
dari banteng (Bibos banteng) (Chamdi, Keunggulan sapi bali yang paling
2004), dan memiliki potensi yang sangat menonjol yaitu, daya adaptasi terhadap
besar untuk dikembangkan di Indonesia. lingkungan yang sangat bagus, dapat
Sapi bali ini memiliki hubungan yang memanfaatkan pakan dengan kwalitas
erat dengan masyarakat bali dan tidak yang rendah (Talib, 2002), tahan
hanya dijadikan sebagai ternak untuk terhadap parasit internal maupun
tujuan komersial, namun memiliki fungsi eksternal, namun peternak cenderung
lain yaitu sebagai pekerja dan memberikan pakan dengan kualitas yang
dipergunakan untuk upacara adat. Sapi kurang baik, dan rendah akan unsur
bali sangat diminati untuk dipelihara oleh
128
Buletin Veteriner Udayana Gunawan et al.

mineral sehingga menimbulkan kejadian ternak, sehingga menyebabkan gangguan


defisiensi mineral pada ternak (Sukariada pertumbuhan pada sapi bali. Oleh karena
et al., 2014). Kejadian defisiensi tersebut itu, diperlukan pemberian mineral pada
sangat merugikan peternak karena sapi bali untuk menghindarkan sapi bali
keberadaannya tidak menimbulkan gejala terserang penyakit defisiensi mineral.
patognomonis/ khas seperti kejadian Penelitian ini bertujuan untuk
penyakit yang disebabkan agen infeksius. mengetahui pengaruh mineral terhadap
Kejadian ini terjadi baik yang pertumbuhan sapi bali ditinjau dari
menunjukkan gejala klinis maupun sub lingkar dada, panjang dan tinggi tubuh
klinis (McDonald et al., 2010). sapi bali jantan.
Unsur mineral sangat dibutuhkan
untuk proses fisiologis ternak, terutama METODE PENELITIAN
pada ruminansia yang sumber pakannya
berupa hijauan (Darmono, 2007). Materi Penelitian
Kecendrungan peternak dalam Sampel penelitian menggunakan 48
memelihara sapi bali, memberikan pakan ekor sapi bali jantan, dengan bobot badan
kepada ternaknya, dengan sumber pakan antara 150-200 kg, dengan umur berkisar
yang ada di lingkungannya dan sapi bali antara 10-12 bulan dan sehat. Sampel
menyukai pakan tersebut tanpa penelitian diambil dari empat lokasi
memberikan tambahan mineral, sehingga (desa) yang ada di Bali, masing-masing
sangat mungkin sapi bali tersebut 12 sampel di setiap Desa.
kekurangan satu atau lebih bahan nutrisi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan Metode Penelitian
perkembangan Sujani et al., 2014). Salah Penelitian menggunakan Rancangan
satu indikator untuk menilai Acak Kelompok (RAK Sub Sampling),
pertumbuhan dan perkembangan tersebut yaitu pemberian empat jenis ransum
adalah dengan mengukur peningkatan (ransum kontrol, tambahan mineral
ukuran tubuh dengan indikator lingkar premix 2,5 g, 5 g, dan 7,5 g) pada
dada, panjang dan tinggi tubuhnya masing-masing 12 ekor sapi, sehingga
(Sampurna, 2013). Sapi bali di Bali jumlah sapi yang dipakai sebanyak 48
secara alami, mendapat mineral yang ada ekor. Sapi tersebut dipelihara pada 4
dalam tanaman atau pakan hijauan, Desa yang berbeda .
namun kandungan mineral dalam pakan
Perlakuan Sampel
rendah dan sangat bervariasi tergantung
kadar mineral tanah, iklim, spesies Sebanyak 12 ekor sapi pada
tanaman, pengelolaan tanaman, umur perlakuan pertama diberikan ransum
pemotongan dan produksi hijauan tempat basal yaitu rumput 15,71 kg, leguminosa
sapi dipelihara, kejadian ini dapat 8,13 kg, jagung kuning 0,5 kg, dedak
menyebabkan penyakit defisiensi mineral padi 0,5 kg. Perlakuan ke dua, sebanyak
pada sapi bali (Aminuddin, 1999). 12 ekor sapi diberikan ransum basal
Kejadian defisiensi tersebut telah yang ditambahkan mineral premix
dilaporkan oleh Suwiti et al. (2012). dengan konsentrasi 2,5 g. Perlakuan ke
Dalam hal ini, sapi bali di Bali tiga , 12 ekor sapi diberikan ransum basal
mengalami penyakit defisensi mineral yang ditambahkan mineral premix
Zn, Mn, dan Cl. Beberapa sapi ini juga dengan konsentrasi 5 g. Perlakuan ke
mengalami defisensi mineral P, K, dan empat, sebanyak 12 ekor sapi diberikan
Cu. Adanya kekurangan satu atau ransum basal yang ditambahkan mineral
beberapa mineral dapat berpengaruh premix konsentrasi 7.5 g.
terhadap fisiologis dan metabolisme

129
Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No. 2: 128-134
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2016

Seminggu sebelum memberikan Analisis Data


perlakuan terhadap seluruh sapi Data dianalisis dengan sidik ragam,
dievaluasi dan diperiksa kesehatannya. bila berbeda nyata (P<0,05) dilanjutkan
Pemeriksaan disertai dengan pemberian dengan uji BNT. Untuk mengetahui
vitamin, dan penyemprotan antihama. hubungan antara pemberian mineral pada
Selama penelitian dilakukan pemantauan pakan dengan pertumbuhan lingkar
terhadap status kesehatan sampel. dadanya dilakukan analisis regresi-
Sapi yang dijadikan sampel korelasi (Sampurna dan Nindhia, 2008).
diberikan perlakuan selama 3 bulan untuk
melihat peningkatan lingkar dada, HASIL DAN PEMBAHASAN
panjang dan tinggi tubuh sapi bali jantan.
Selama perlakuan sapi bali diukur lingkar Hasil penelitian berupa peningkatan
dada, panjang dan tinggi tubuhnya lingkar dad sapi bali jantan setelah
sebanyak 4 kali, yaitu pada hari pertama pemberian mineral dapat dilihat pada
perlakuan, 1 bulan setelah perlakuan, 2 Tabel 1.
bulan setelah perlakuan, dan 3 bulan
setelah perlakuan. Tabel 1. Rerata peningkatan lingkar dada,
panjang dan tinggi tubuh sapi bali jantan
Metode Pengukuran pada tiap konsentrasi mineral.
Pengukuran lingkar dada dilakukan Peningkatan ukuran Tubuh
dengan melingkari dada dibelakang sendi Konsentrasi (cm/hari)
siku, tegak lurus vertikal bidang median mineral (g) Lingkar Panjang Tinggi
tubuh menggunakan meteran. Dada Tubuh Tubuh
Pengukuran panjang tubuh diukur dari 0,0 0,121 a 0,127 a 0,064 a
garis tegak Tuberositas lateralis dari Os 2,5 0,133 b 0,146 a 0,067 a
humerus (depan sendi bahu) sampai 5,0 0,224 bc 0,140 a 0,057 a
dengan Tuber ischii (tepi belakang 7,5 0,257 c 0,176 a 0,060 a
bungkul tulang duduk) menggunakan
laser extech. Pengukuran tinggi tubuh Keterangan :
diukur dari titik tertinggi pundak sampai Nilai dengan huruf yang ada sama
ke lantai pada kaki depan menggunakan menunjukkan tidak ada perbedaan yang
tongkat ukur. Ilustrasi pengukuran nyata (P>0,05) antara penambahan
ditunjukkan pada Gambar 1. mineral pada pakan dengan peningkatan
lingkar dada sapi bali jantan, sebaliknya
nilai dengan huruf yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata.
Tabel 1. menunjukkan rerata
peningkatan lingkar dada sapi bali jantan
tanpa pemberian mineral 0,121 cm/hari,
pemberian mineral 2.5 gram 0,133
cm/hari, pemberian mineral 5 gram 0,224
cm/hari dan pemberian mineral 7.5 gram
0,257 cm/hari. Rerata peningkatan
panjang tubuh sapi bali jantan tanpa
Gambar 1. Cara pengukuran lingkar
pemberian mineral 0,127 cm/hari,
dada, panjang dan tinggi tubuh sapi bali
jantan (A. lingkar dada, B. panjang pemberian mineral 2,5 gram 0,146
tubuh, C. tinggi tubuh) cm/hari, pemberian mineral 5 gram 0,140
130
Buletin Veteriner Udayana Gunawan et al.

cm/hari dan pemberian mineral 7,5 gram dengan koifisien korelasi (r = 0,683).
0,176 cm/hari. Rerata peningkatan tinggi Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian
tubuh sapi bali jantan tanpa pemberian mineral bisa ditingkatkan lebih dari 7,5
mineral 0,064 cm/hari, pemberian gram, dengan menggunakan persamaan
mineral 2,5 gram 0,067 cm/hari, garis regresi pemberian mineral masih
pemberian mineral 5 gram 0,57 cm/hari efektip hingga mencapai 11,25 gram.
dan pemberian mineral 7,5 gram 0,60
cm/hari.
Analisis varian menunjukkan bahwa
penambahan mineral pada pakan tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
peningkatan panjang dan tinggi tubuh
sapi bali jantan. Pemberian mineral
hingga 7,5 gram tidak dapat
meningkatkan panjang dan tinggi tubuh Y= 121 + 0.0274K 0.0012K2

sapi bali jantan secara nyata. Tempat


pengambilan sampel (kelompok) tidak
berpengaruh nyata (P>0,05), sehingga
dimanapun tempat sampel diambil akan
menghasilkan hasil yang sama. Namun Gambar 2. Grafik hubungan antara
penambahan mineral pada pakan konsentrasi mineral dengan rataan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tambahan lingkar dada.
peningkatan lingkar dada sapi bali jantan
Gambar 2 menunjukkan semakin
dan tempat pengambilan sampel
tinggi konsentrasi mineral yang
(kelompok) tidak berpengaruh nyata
diberikan, semakin besar lingkar
(P>0.05), sehingga dimanapun tempat
dadanya. Pemberian tambahan mineral
sampel diambil akan menghasilkan hasil
dalam ransum pakan sapi bali jantan
yang sama. Galat sampling tidak nyata
tidak berpengaruh terhadap panjang dan
(P>0,05), sehingga dapat diartikan bahwa
tinggi tubuh. Hal ini disebabkan oleh
sampel dalam kelompok seragam.
kebutuhan kalsium dan magnesium yang
Peningkatan lingkar dada pada sapi diperlukan oleh tubuh sapi telah
bali jantan kontrol (0 gram) berbeda terpenuhi. Hal ini didukung oleh hasil
nyata (P<0,05) dengan pemberian penelitian dari Suwiti et al. (2012) yang
mineral konsentrasi 2,5 gram, berbeda melaporkan bahwa, sapi bali di Bali tidak
sangat nyata (P<0,01) dengan pemberian mengalami defisiensi kalsium dan
mineral 5 gram dan 7,5 gram. Pada magnesium. Kalsium dan magnesium
pemberian mineral dengan konsentrasi yang dibutuhkan oleh ternak telah
7,5 gram sangat nyata (P<0,01) lebih terpenuhi sehingga pertumbuhan tulang
tinggi peningkatan lingkar dadanya (Os vertebrae dan Extremitas cranialis)
dibandingkan pemberian mineral 2,5 yang menggambarkan peningkatan
gram, namun tidak berbeda nyata panjang dan tinggi tubuh sudah optimal.
(P>0,05) dengan pemberian mineral 5 Tulang mengandung 360 g/kg kalsium,
gram, demikian pula pemberian mineral 170 g/kg fosfor dan 10 g/kg magnesium
konsentrasi 2,5 gram tidak berbeda nyata (McDonald et al., 2010). Kalsium
(P>0,05) dengan konsentrasi 5 gram. merupakan mineral utama penyusun
Hasil analisis regresi korelasi antara tulang dan 90 % kalsium dalam tubuh
konsentrasi mineral (K) dengan berada pada tulang (Aminuddin, 1999).
tambahan lingkar dada (Y) diperoleh 80-85 % fosfor berada pada tulang dan
persamaan Y=0,0121+0,0274K-0,0012K2
131
Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No. 2: 128-134
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2016

70% magnesium berada pada tulang fisiologis dan biokimiawi di dalam tubuh.
(McDonald et al., 2010). Sampurna Mangan memiliki peranan dalam
(2013) menyatakan bahwa peningkatan aktivitas glycotransferase dalam sintesis
panjang dan tinggi tubuh sapi bali pada mukopolisakarida untuk pembentukan
umur 10-12 bulan sudah memasuki fase matriks dan berperan dalam metabolisme
pertumbuhan lambat. karbohidrat dan lipid (Peterson dan
Pemberian tambahan mineral dalam Engle, 2005). Tembaga memiliki fungsi
ransum berpengaruh sangat nyata dalam proses metabolisme energi dalam
(P<0.01) terhadap lingkar dada sapi bali sel, sistem metabolisme tubuh, sistem
jantan. Pertambahan lingkar dada pada transmisi inpuls saraf, kardiovaskular dan
sapi bali digambarkan dari pertumbuhan sistem kekebalan tubuh (Darmono,
otot dan lemak (Sampurna dan Suatha, 2007).
2010), semakin baik pertumbuhan otot Pertumbuhan ternak secara langsung
dan lemak semakin tinggi pula dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
peningkatan lingkar dadanya. Suwiti et lain faktor eksternal dan faktor intenal,
al. (2012), menyatakan bahwa sapi bali fakor eksternal yang dominan dalam
di Bali mengalami defisiensi mineral P, mempengaruhi pertumbuhan adalah
K, Cl, Zn, Mn dan Cu. Mineral tersebut pakan dan lingkungan sedangkan faktor
memiliki peranan yang sangat penting internal yang paling mempengaruhi
dalam proses pertumbuhan dan pertumbuhan adalah genetik dan
perkembangan pada ternak. endokrin (Herd, 1986). Sapi bali dikenal
Fosfor memiliki peran dalam proses sebagai sapi yang memiliki tingkat
metabolisme, komponen adenosine adaptasi tinggi terhadap lingkungan dan
trifosfat (ATP) dan asam nukleat (Soetan pakan yang diberikan. Faktor lingkungan
et al., 2010). Dalam proses pencernaan, dan pakan tidak terlalu berpengaruh
fosfor terdapat pada air liur, berperan terhadap pertumbuhannya
untuk membantu proses mencerna (Handiwirawan dan Subandryo, 2004).
makanan. Kalium merupakan mineral Pola pertumbuhan pada sapi secara
yang berperan pada otot dan saraf terlibat umum berpola sigmoid, yaitu
dalam metabolisme karbohidrat dan pertumbuhan dari awal sapi dilahirkan
kofaktor pada sintesis protein, Kalium kemudian pase percepatan pertumbuhan
berfungsi sebagai kation sel, pengatur sampai mencapai titik infleksi atau
osmotik cairan dan keseimbangan asam sampai mencapai umur pubertas,
basa. Klorin memiliki fungsi penting selanjutnya ternak mencapai dewasa
dalam sekresi lambung (McDonald et al., tubuh. Pada pase ini mulai terjadi
2010), jika defisiensi dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan sampai
muntah yang mengganggu proses pertumbuhan relatif konstan (Taskia dan
pencernaan (Soetan et al., 2010). Anggraeni, 2009).
Seng (Zn) memiliki fungsi biokimia Kelompok (tempat pengambilan
sebagai pengaktif dan komponen dalam sampel) tidak berpengaruh nyata
metabolisme asam nukleat, sintesis (P>0,05) terhadap peningkatan lingkar
protein dan metabolisme karbohidrat dada, panjang dan tinggi tubuh sapi bali
(Aminuddin, 1999). Marsetyo (1995) jantan. Hal ini disebabkan karena sampel
yang disitasi oleh Pujiastari et al. (2015) sapi bali yang dipakai penelitian pada
menyatakan bahwa kalsium dalam tubuh empat tempat yang berbeda memiliki
memiliki peranan yang penting jenis kelamin sama, umur yang hampir
sehubungan dengan peranannya dalam sama dan diberikan pakan berupa dedak
pembentukan tulang dan gigi, proses padi, jagung kuning, rumput dan legume
132
Buletin Veteriner Udayana Gunawan et al.

dengan konsentrasi yang sama. Kondisi DAFTAR PUSTAKA


ini berarti kandungan nutrisi berupa
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, Aminuddin P. 1999. Ilmu Nutrisi dan
mineral dan air dalam pakan yang Makanan Ternak Ruminansia. UI
diberikan hampir sama. Kondisi yang Press. Jakarta.
sama menyebabkan pertumbuhan sapi Batan IW. 2006. Sapi Bali dan
relatif sama. Apabila kebutuhan hidup Penyakitnya. Fakultas Kedokteran
pokok tidak terpenuhi dari pakan, maka Hewan. Universitas Udayana.
kebutuhan tersebut akan dipenuhi dari
degradasi jaringan (Tillman et al., 1991), Chamdi AN. 2004. Karakteristik
sehingga akan berpengaruh terhadap Sumberdaya Genetik Ternak Sapi
lingkar dada. Bali (Bos-bibos banteng) dan
Alternatif Pola Konservasinya.
SIMPULAN DAN SARAN Jurnal Biodiversitas, 6(1): 70-75.
Darmono. 2007. Penyakit Defisiensi
Simpulan Mineral Pada Ternak Ruminansia
Dari hasil penelitian dapat ditarik dan Upaya Pencegahannya. Jurnal
simpulan bahwa pemberian mineral Litbang Pertanian, 26(3): 104-108.
berpengaruh sangat nyata meningkatkan Handiwirawan E, Subandriyo. 2004.
lingkar dada sapi bali jantan, tetapi tidak Potensi Dan Keragaman
berpengaruh terhadap panjang dan tinggi Sumberdaya Genetik Sapi Bali.
tubuh sapi bali jantan. Pemberian Wartazoa, 14 (3): 50-60.
mineral masih bisa ditingkatkan hingga
11,25 g pada pakan untuk mendapatkan Herd DB, Sprott LR. 1986. Body
peningkatan lingkar dadanya. Condition, Nutrien, and
Reproduction of Beef Cows. Texas
Saran Agric Ext Ser Bull, B1526.
Perlu dilakukan penambahan McDonald P, Edward RA, Greenhalgh
mineral pada pakan dengan konsentrasi JFD, Morgan CA, Sinclair LA,
7,5 gram untuk mendapatkan Wilkinson RG. 2010. Animal
peningkatan lingkar dada yang optimal Nutrition. Seventh Edition. Pearson
pada sapi bali jantan serta perlu Publishers, England.
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh mineral terhadap metabolisme Peterson JA, Engle TE. 2005. Trace
sapi bali. Mineral Nutrition in Beef Cattle.
Presented at the 2005 Nutrition
UCAPAN TERIMAKASIH Conference sponsored by
Department of Animal Science, UT
Kami mengucapkan terimakasih Extension and University
kepada pemerintah melalui Menteri Professional and Personal
Pendidikan dan Kebudayaan Cq. Dirjen Development The University of
Pendidikan Tinggi Atas dana yg Tennessee.
diberikan melalui hibah penelitian
kompetitif nasional (PENPRINAS Pujiastari NNT, Suastika P, Suwiti NK.
MP3EI 2011/2025) dan para peternak 2015. Kadar Mineral Kalsium dan
yang dipakai dalam penelitian, serta Besi pada Sapi Bali yang Dipelihara
kepada semua pihak yang telah di Lahan Persawahan. Buletin
membantu penelitian ini. Veteriner Udayana, 7(1): 67-72.

133
Buletin Veteriner Udayana Volume 8 No. 2: 128-134
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2016

Sampurna IP, Nindhia. 2008. Analisis (Na) dan Mikro Mineral Seng (Zn)
Data Dengan SPSS : Dalam Serum Sapi Bali yang Dipelihara di
Rancangan Percobaan. Udayana Lahan Hutan. Bul Vet Udayana,
University Press. Denpasar. 6(1): 43-47.
Sampurna IP, Suatha IK. 2010. Suwiti NK, Sentana P, Puja N,
Pertumbuhan Alometri Dimensi Watiniasih NL. 2012. Peningkatan
Panjang dan Lingkar Tubuh Sapi Produksi Sapi Bali Unggul Melalui
Bali Jantan. Jurnal Veteriner, 9(1): Pengembangan Model Peternakan
46-51. Terintegrasi. Laporan Penelitian
Sampurna IP. 2013. Pola Pertumbuhan Prioritas Nasional (MP3EI) Pusat
dan Kedekatan Hubungan Dimensi Kajian Sapi Bali Universitas
Tubuh Sapi Bali. Program Doktor, Udayana
Program Studi Ilmu Peternakan, Talib C. 2002. Sapi Bali di Daerah
Program Pascasarjana, Universitas Sumber Bibit dan Peluang
Udayana. Pengembangannya. Bogor.
Soetan KO, Olaiya CO, Oyewole OE. Wartazoa, 12(3): 100-107.
2010. The Importance of Mineral Tazkia R, Anggraeni A. 2009. Pola dan
Elements for Humans, Domestic Estimasi Kurva Pertumbuhan Sapi
Animals and Plants : A Review. Friesian-Holstein di Wilayah Kerja
African J Food Sci, 4 (5): 200-222. Bagian Timur Kpsbu Lembang.
Sujani NKD, Piraksa IW, Suwiti NK. Departemen Ilmu Produksi dan
2014. Profil Mineral Magnesium dan Tekologi Peternakan, Fakultas
Tembaga Serum Darah Sapi Bali Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
yang Dipelihara di Lahan Tegalan. Tillman ADH, Hartadi S, Reksohadiprojo
Buletin Vet Udayana, 6(2):119- S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo.
122. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Sukariada IPJ, Suwiti NK, Suarsana IN. Jogjakarta. Fakultas Peternakan
2014. Profil Makro Mineral Natrium Universitas Gadjah Mada.

134

Anda mungkin juga menyukai