Anda di halaman 1dari 6

PENGANTAR INFORMASI GEOGRAFIS

Studi Pemantauan Lingkungan Eksplorasi Geothermal di Kecamatan Sempol


Kabupaten Bondowoso dengan Sistem Informasi Geografis

Destiria Annisa (252015118)


Jovi Dromadon Al Caesar (252015119)
Kevin A W (252015120)
Januaramadhita T (252015121)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN - KELAS C


ABSTRAK

Informasi Geografis adalah informasi yang memiliki kemampuan untuk membangun,


menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang
diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Informasi Geografis dapat digunakan
untuk investigasi limbah, pengelolaansumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan
perencanaan rute.
Overlay yang dilakukan meliputi Peta Tutupan Lahan Daerah Eksplorasi Geothermal,
Peta Kelerengan, Peta Ketinggian, Peta Jenis Tanah, dan Data Curah Hujan dapat diketahui Peta
Daerah Rawan Erosi, kemudian dengan melakukan overlay Peta Aliran Air, Peta Batas Air dan
dengan bantuan data-data sekunder seperti data kejadian bencana data pengelolaan lingkungan.
Permodelan pemantauan lingkungan dibuat berdasarkan matriks pemantauan lingkungan dalam
dokumen UKL-UPL kegiatan eksplorasi geothermal di Kec. Sempol, Kab. Bondowoso dengan
memperhatikan Zona Prioritas Pemantauan.
Kondisi fisik wilayah Kecamatan Sempol memiliki topografi yang dominan curam
sehingga berpotensi terjadi bencana Longsor. Pada daerah Sub-DAS Banyuputih di utara Kec.
Sempol berbatasan dengan hilir DAS Sampean yang memiliki karakteristik menyempit,
sementara arah akumulasi aliran bermuara ke tempat tersebut sehingga memungkinkan terjadi
banjir

PENDAHULUAN

Informasi Geografis adalah informasi yang memiliki kemampuan untuk membangun,


menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang
diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Informasi Geografis dapat digunakan
untuk investigasi limbah, pengelolaansumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan
perencanaan rute.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Informasi Geografis untuk
pengelolaan lingkungan :

Informasi Geografis mempunyai kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsinya yang


membantu dalam pemetaan dan pemodelan data lingkungan

Informasi Geografis menyediakan tool untuk mengintegrasikan data-data yang berbeda

Ada banyak prospek dalam penggunaan Informasi Geografis untuk pengelolaan


lingkungan, terlebih dalam mendeteksi dan memvisualisasi pola (pattern) dan proses
lingkungan

Informasi Geografis akan menjadi inti dalam eksplorasi spasial yang membantu
pembelajaran terhadap pola dan proses lingkungan.
Manfaat khusus pada Bidang Lingkungan yaitu untuk Dinas Pengairan dan Perusahaan Air
Minum Daerah peta ini sangat menunjang dalam perencanaan dan penataa ketersediaan air tanah
dan mengontrol debit air tanah dan resapan agar kebutuhan air untuk minum dan
pertanian/perikanan dapat tercukupi dengan baik.

Aplikasi Informasi Geografis Bidang Lingkungan untuk membantu melakukan perlindungan


terhadap lingkungan. Sebagai seorang profesional di bidang lingkungan, maka Anda
memanfaatkan Informasi Geografis untuk membuat peta, catatan populasi spesies, mengukur
pengaruh lingkungan, serta menulusuri peristiwa keracunan dan polusi. Aplikasi Informasi
Geografis berkenaan dengan lingkungan, rasanya, hampir tanpa batas jumlahnya.

METODOLOGI

Lapangan panas bumi Blawan-Ijen berlokasi di Kecamatan Sempol pada koordinat 787,69
114322,9 dan 8734,3 1141535,29 . Luas area Kecamatan Sempol mencapai
217,20 km2. Secara geografis, Kecamatan Sempol terletak pada ketinggian antara 1.050 hingga
1.500 meter di atas permukaan laut.

Perancangan penelitian ini terbagi dalam tiga tahap. Tahap-tahap tersebut terdiri dari
pengumpulan data, pengolahan data serta hasil dan analisa. Tahap pertama yakni melakukan
digitasi kontur peta RBI Kecamatan Sempol skala 1 : 25.000 menjadi format vektor (.shp).
Kemudian dilakukan konversi format vektor ke raster dengan menggunakan tools 3D Analyst >>
Raster Interpolation >> Topo to Raster sehingga menghasilkan Raster DEM (Digital Elevation
Model). Peta Kelerengan dan Peta Ketinggian dibuat dengan mengolah DEM menggunakan 3D
Analyst tools sedangkan Peta Aliran Air dan Peta Batas Air dibuat dengan menggunakan
Hydrology Tools. Kemudian dilakukan Prediksi Daerah Rawan Erosi serta prediksi daerah rawan
banjir.

Zona Prioritas Pemantauan adalah pengklasifikasian area berdasarkan prioritas aman atau
tidaknya untuk digunakan sebagai lokasi kegiatan eksplorasi geothermal tahap lanjut dengan
berpedoman pada dokumen UKL-UPL serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup. Klasifikasi
kriteria dilakukan dengan metode analisis boolean intersect. Pada setiap peta yang dibuat, area
studi diklasifikasikan kedalam dua kelas, sesuai dan tidak sesuai.

Overlay yang dilakukan meliputi Peta Tutupan Lahan Daerah Eksplorasi Geothermal, Peta
Kelerengan, Peta Ketinggian, Peta Jenis Tanah, dan Data Curah Hujan dapat diketahui Peta
Daerah Rawan Erosi, kemudian dengan melakukan overlay Peta Aliran Air, Peta Batas Air dan
dengan bantuan data-data sekunder seperti data kejadian bencana data pengelolaan lingkungan.
Permodelan pemantauan lingkungan dibuat berdasarkan matriks pemantauan lingkungan dalam
dokumen UKL-UPL kegiatan eksplorasi geothermal di Kec. Sempol, Kab. Bondowoso dengan
memperhatikan Zona Prioritas Pemantauan.
PEMBAHASAN

KONDISI FISIK WILAYAH


Kecamatan Sempol terletak pada ketinggian antara 365 hingga 2936 meter di atas permukaan laut
sehingga termasuk dalam daerah dataran tinggi. Sebagian besar wilayah Kecamatan Sempol
(51%) memiliki ketinggian di atas 1500 mdpl yakni meliputi Desa Jampit, Desa Kalianyar dan
Desa Sumberrejo. Sebagian besar wilayah di Kecamatan Sempol memiliki kelerengan berkisar
antara 25-45 % dan lebih dari 45%.

ESTIMASI DAERAH POTENSI BENCANA

Kondisi fisik wilayah sebagaimana yang telah diurakan di bab sebelumnya menjadikan
Kecamatan Sempol memiliki tingkat kerawanan yang cukup tinggi terhadap terjadinya bencana
alam. Daerah rawan bencana alam meliputi daerah rawan erosi dan daerah rawan banjir. Estimasi
daerah rawan bencana erosi dilakukan secara sederhana berdasarkan sistem klasifikasi
kemampuan lahan menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/1980.

KLASIFIKASI ZONA PRIORITAS PEMANTAUAN

Dalam upaya untuk meminimalisir dampak negatif dari kegiatan eksplorasi geothermal maka
dilakukan zonasi wilayah menjadi kategori aman dan tidak aman untuk kegiatan eksplorasi
tersebut. Kesesuaian area secara fisik didapatkan dengan mengintegrasikan hasil dari proses
buffering fitur-fitur yang berpengaruh secara fisik seperti jenis tutupan lahan hutan lindung, cagar
alam, kelerengan dan sungai. Kesesuaian area secara sosio-ekonomi didapatkan dengan
mengintegrasikan hasil dari proses buffering area pemukiman dan akses jalan. Sedangkan
kesesuaian area secara teknis didapatkan dengan mengoverlapkan layer geologisnya. Setelah itu
dioverlay-kan lagi dengan peta potensi bencana erosi dan banjir untuk mendapatkan klasifikasi
zona prioritas pemantauan.

PERMODELAN PEMANTAUN LINGKUNGAN

Permodelan pemantauan dilakukan dengan membuat prediksi model fitur-fitur sumber dampak
sesuai dengan matriks pemantauan lingkungan. Fitur sumber dampak yang dibuat adalah meliputi
Pembuatan Area Pengeboran dan Cellar dan Kolam Pembuangan, Pembuatan Akses Jalan, dan
Pembuatan Jalur Pipa.

PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN

Meliputi faktor faktor negatif yang ke lingkungan meliputi :


1. Pembebasan Lahan
2. Pembuatan Akses Jalan, Cellar dan Kolam Pembuangan
3. Penurunan Kualitas Udara
4. Timbulnya Getaran dan Kebisingan
5. Penyediaan Air
KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :


1. Kondisi fisik wilayah Kecamatan Sempol memiliki topografi yang dominan curam sehingga
berpotensi terjadi bencana Longsor. Pada daerah Sub-DAS Banyuputih di utara Kec. Sempol
berbatasan dengan hilir DAS Sampean yang memiliki karakteristik menyempit, sementara arah
akumulasi aliran bermuara ke tempat tersebut sehingga memungkinkan terjadi banjir.
2. Peletakan cerobong asap sebisa mungkin tidak berada di sebelah selatan pemukiman karena
hembusan angin dominan berasal dari arah selatan. Pengerjaan kegiatan eksplorasi yang
menghasilkan polutan sebaiknya dilakukan di siang hari karena pada siang hari hembusan angin
kuat ke arah utara hingga timur laut.
3. Kecepatan dump truck yang melintas pada daerah yang memiliki radius kurang dari 350 m
tidak boleh berkecepatan lebih dari 10 km/jam, untuk menghindari kerusakan kategori B.
4. Sumber penyedia air memiliki karakteristik lapisan tanah yang kurang sesuai dalam segi jenis
batuan (akifer daerah air tanah langka). Selain itu terjadi perbedaan identitas lokasi bahwa mata
air Tancak menurut dokumen UKL-UPL berada di Desa Jampit, sedangkan menurut peta RBI
sungai Tancak berada di Desa Sumberrejo. Sehingga perlu dilakukan evaluasi mengenai identitas
lokasi penyediaan air.
5. Titik pemantauan getaran dipasang di sepanjang jalur akses jalan yang memiliki radius kurang
dari 350 m dari pemukiman. Titik pemantauan kualitas udara diletakkan di arah yang dekat
dengan pemukiman untuk mengukur kandungan udara secara rutin. Titik pemantauan tingkat
kebisingan dipasang di kawasan pemukiman, hutan lindung serta perkebunan, fasilitas umum dan
pemerintahan. Titik pemantauan lalu lintas diletakkan pada jalan utama Kecamatan Sempol dan
jalan yang berpotensi terjadi longsor dan banjir. Titik pemantauan penyediaan air adalah di
sepanjang jalur pipa yang memiliki tingkat kelerengan agak tinggi. Titik pemantauan pelaksanaan
pengeboran sumur eksplorasi adalah radius 300 meter dari lokasi pengeboran.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
[2] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 24 tahun 2009
[3] Manuhua, Devi. 2007. Estimasi Penyebaran Potensi Erosi Melalui Pendekatan Sistem
Informasi Geografis (SIG) Pada Kawasan Hutan Wisata Gunung Meja Manokwari. Fakultas
Kehutanan Universitas Negeri Papua Manokwari
[4] Pramojanee. An Application of GIS for Mapping of Flood Hazard and Risk Area in Nakorn
Sri Thammarat Province, South of Thailand. South of Thailand : Prince of Songkla University.
[5] R. Jones and M. Barron. 2005. Site selection of Petroleum Pipelines: A GIS Approach to
Minimize Environmental Impacts and liabilities.
http://gis2.esri.com/library/userconf/proc99/proceed/papers/pap350/p350.htm, ESRI Library,
2005.php
[6] Yousefi, H. 2004. Application Of GIS In The Environtmental Impact Assessment Of Sabalan
Geothermal Field, NW-Iran. Iran, Teheran: Ministry of Energy. Iran Energy Efficiency
Organization
[7] Yuwono, Rudi. dkk. 2008. Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta :
Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementrian Negara Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai