Anda di halaman 1dari 8

e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM


MELAKSANAKAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)
DI RUANG AKUT INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Angelita Lombogia
Julia Rottie
Michael Karundeng

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Email : angelitalombogia@yahoo.com

Abstract:. Patient Safety is something that is far more important than the efficiency of the
treatment, and the attitude with behavior of the nurse have an important role in the patient
safety. Aim of the study: to identify the relationship between nurses behavior and
competence in the practice of patient safety. Methods: design of this study using analytic
survey with cross sectional approach. The population are all the nurses who works at the
acute emergency room in Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hospital and using purposive
sampling that involved 31 nurses. The tools used were in this study are nurses behavior
questionnaire sheet and nurses competence in the practice of patient safety observation
sheet. Result: analysis while using Fishers Exact Test, shows that the p value identify patient
is 0,043, the p value reduction risk of infection is 0,006 and the p value reduction risk of
patient falls is 0,001 using Chi-square. All the p value smaller than the value is 0,05.
Conclusion: there is a relationship between behavior and nurses competence in the practice
of patient safety at the acute emergency room in Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hospital.
Recommendations: the hospital nurses should improve their work discipline and compliance
to increase the quality of nursing care which is related to patient safety according to hospital.
Keywords : behavior, competence, patient safety.

Abstrak: Keselamatan pasien merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dari pada sekedar
efisiensi pelayanan, dan perilaku dengan kemampuan perawat sangat berperan penting.
Tujuan penelitian: mengetahui hubungan perilaku dengan kemampuan perawat dalam
melaksanakan patient safety. Metode: desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Ruang Akut IGD RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang
melibatkan 31 perawat sebagai responden. Instrument yang digunakan yaitu kuesioner
perilaku perawat dan lembar observasi kemampuan perawat tentang keselamatan pasien.
Hasil: analisis menggunakan Fishers Exact Test dan menunjukkan nilai p pada identifikasi
pasien yaitu p=0,037, pada resiko infeksi pasien nilai p=0,005, dan pada resiko pasien jatuh
nilai p=0,001 menggunakan Chi-square. Semua nilai p lebih kecil dari nilai =0,05.
Simpulan: terdapat hubungan antara perilaku dengan kemampuan perawat dalam
melaksanakan patiet safety di Ruang Akut IGD RSUP Prof. Dr. D. R. Kandou Manado.
Saran: bagi rumah sakit lebih meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berkaitan
dengan keselamatan pasien sesuai dengan panduan nasional keselamatan pasien.
Kata Kunci : perilaku, kemampuan, patient safety.

1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

PENDAHULUAN Data Patient Safety tentang


Peningkatan mutu dalam segala Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan
bidang khususnya dalam bidang Kejadian Tak Diharapkan (KTD) di
kesehatan salah satunya melalui Indonesia masih jarang, namun dipihak
akreditasi Rumah Sakit menuju lain terjadi peningkatan tuduhan mal
kualitas pelayanan Internasional. praktek yang belum tentu sesuai
Dalam sistem akreditasi yang mengacu dengan pembuktian akhir. Insiden
pada standar Joint commission pelanggaran patient safety 28,3%
International (JCI) diperoleh standar dilakukan oleh perawat.
yang paling relevan terkait dengan Bawelle, 2013 secara keseluruhan
mutu pelayanan Rumah Sakit program patient safety sudah
International Patient Safety Goals diterapkan, namun masalah dilapangan
(sasaran international keselamatan merujuk pada konsep patient safety,
pasien) yang meliputi enam sasaran karena walaupun sudah pernah
keselamatan pasien rumah sakit. mengikuti sosialisasi, tetapi masih ada
(Kemenkes RI, 2011). pasien cedera, resiko jatuh, resiko
Keselamatan Pasien (Patient salah pengobatan, pendelegasian yang
Safety) merupakan sesuatu yang jauh tidak akurat saat oforan pasien yang
lebih penting dari pada sekedar mengakibatkan keselamatan pasien
efisiensi pelayanan. Perilaku perawat menjadi kurang maksimal.
dengan kemampuan perawat sangat Jumlah Rumah Sakit di Sulawesi
berperan penting dalam pelaksanaan Utara adalah sebanyak 39, baik milik
keselamatan pasien. Perilaku yang pemerintak pusat , propinsi,
tidak aman, lupa, kurangnya kabupaten/kota, swasta, TNI dan
perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak POLRI, 28 RS telah terakreditasi dan
teliti dan kemampuan yang tidak salah satunya yaitu RSUP. Prof. Dr. R.
memperdulikan dan menjaga D Kandou Manado. Rumah Sakit ini
keselamatan pasien berisiko untuk telah menerapkan program patient
terjadinya kesalahan dan akan safety yang merupakan syarat yang
mengakibatkan cedera pada pasien, diterapkan oleh semua RS yang
berupa Near Miss (Kejadian Nyaris terakreditasi.
Cedera/KNC) atau Adverse Event Data awal yang di lakukan peneliti
(Kejadian Tidak Diharapkan/KTD) di Ruang Akut Instalasi Gawat
selanjutnya pengurangan kesalahan Darurat (IGD) RSUP. Prof. Dr. R. D
dapat dicapai dengan memodifikasi Kandou Manado melalui wawancara
perilaku. Perawat harus melibatkan dengan tim akreditasi, memiliki khusus
kognitif, afektif dan tindakan yang tenaga keperawatan ada 156 perawat di
mengutamakan keselamatan pasien. ruang Akut IGD. Program Patient
World Health Organization (WHO), Safety di RSUP. Prof. Dr. R. D.
2014 Keselamatan pasien merupakan Kandou Manado sudah di terapkan,
masalah keseahatan masyarakat global namun sesuai observasi dari peneliti
yang serius. Di Eropa mengalami masih terdapat beberapa perawat yang
pasien dengan resiko infeksi 83,5% tidak melaksanakan program patient
dan bukti kesalahan medis safety.
menunjukkan 50-72,3%. Di Oleh karena itu, peneliti tertarik
kumpulkan angka-angka penelitian untuk meneliti kembali mengenai
rumah sakit di berbagai Negara, perilaku dengan kemampuan perawat
ditemukan KTD dengan rentang 3,2 dalam melaksanakan keselamatan
16,6 %. pasien (patient safety) di RSUP Prof.
Dr. R. D Kandou Manado.

2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

METODE PENELITIAN intelektual, interpersonal kemampuan


Desain penelitian ini adalah teknis, dan moral. Hal ini bisa ditempuh
observasional analitik dengan pendekatan dengan meningkatkan kualitas perawat
cross sectional, dimana variabel sebab dan melalui pendidikan lannjutan pada
akibat diukur dan dikumpulkan dalam satu program pendidikan Ners
waktu (Setiadi 2013). Penelitian ini (Nursalam,2012).
dilaksanakan pada tanggal Desember 2015 Tabel 3. Distribusi Responden
sampai Januari 2016. Instrumen Berdasarkan Masa Kerja
pengumpulan yaitu kuesioner perilaku dan Umur n %
lembar observasi kemampuan dalam 2-5 th 22 71,0
melaksanakankeselamatan pasien. 6-10 th 3 9,7
Populasi pada penelitian ini ialah 10 th 6 19,3
seluruh perawat yang bekerja di Irina Jumlah 31 100
Ruang Akut IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Sumber: Data Primer 2016
Kandou Manado berjumlah 156 perawat. Berdasarkan lama kerja, rentang 2-
Teknik pengambilan sampel menggunakan 5 tahun merupakan yang paling banyak
purposive sampling dengan jumlah 31 yakni 22 responden. Semakin banyak masa
sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan kerja perawat maka semakin banyak
eksklusi. pengalaman perawat tersebut dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku.
Tabel 1. Distribusi Responden Siagian (1997) yang menyatakan bahwa
Berdasarkan Umur semakin lama orang bekerja dalam suatu
Umur n % organisasi maka semakin tinggi motivasi
20-30 22 71,0 kerjanya
31-40 8 25,8 Tabel 4. Perilaku
40 1 3,2 Perilaku n %
Jumlah 31 100 Kurang 13 41,9
Sumber: Data Primer 2016 Baik 18 58,1
Sebagian besar responden berumur Jumlah 31 100
20-30 tahun berjumlah 22 responden.
Tabel 5. Kemampuan dalam
Menurut Hasibuan (203), Umur individu
melaksanakan keselamatan pasien (patient
mempengaruhi kondisi, fisik, mental
safety) tentang mengidentifikasi pasien,
kemampuan dan cenderung absensi.
pengurangan resiko infeksi, pengurangan
Sebaliknya karyawan yang umurnya lebih
resiko pasien jatuh
tua kondisi fisiknya kurang tetapi bekerja
ulet dan mempunyai tanggung jawab lebih Kurang Baik Jumlah
besar. n n n
% % %
Tabel 2. Distribusi Responden Mengidentifik 8 23 31
Berdasarkan Pendidikan asi Pasien 25,8 74,2 100
Pendidikan n % Pengurangan 10 21 31
DIII 19 61,3 Resiko Infeksi 32,3 67,7 100
S1 12 38,7 Pengurangan
15 16 31
Resiko Pasien
Jumlah 31 100 Jatuh 48,4 51,6 100
Sumber: Data Primer 2016 Hasil penelitian pada tabel 5
Sebagian besar tingak pendidikan menunjukkan bahwa kemampuan patient
responden adalah DIII berjumlah 19 safety dalam mengidenifikasi pasien
responden. Sebagai profesi, keperawatan sebagian besar baik dengan jumlah 23
dituntut untuk memiliki kemampuan responden (74,2%). Hasil penenlitian
3
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

Dewi 2014 dengan judul evaluasi yang sangat tinggi dengan jenis virus yang
pelaksanaan sistem identifikasi pasien di mungkin resisten terhadap antibiotik
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit (Potter & Perry, 2005) Infeksi umumnya
mengemukakan bahwa secara terstruktur dijumpai dalam semua bentuk pelayanan
identifikasi pasien sudah cukup lengkap. kesehatan termasuk infeksi saluran kemih
Pengetahuan perawat tentang sistem terkait kateter, infeksi aliran darah (blood
identifikasi sudah cukup baik. stream infections) dan pneumonia (sering
Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. kali dihubungkan dengan ventilasi
Kandou Manado sudah menjadi rumah mekanis). Hasil penelitian yang dilakukan
sakit yang berakreditasi. Dalam sistem oleh Jayamohan (2010) di RSUP Haji
akreditasi KARS 2012, mengarahkan Adam Malik, menyatakan bahwa dari 534
seluruh kegiatan pelayanan rumah sakit pasien pasca operasi diperoleh prevalensi
agar mampu memberikan pelayanan yang sebanyak 5,6% pasien mengalam infeksi
memenuhi standar kualitas serta jaminan nasokomial luka operasi.
rasa aman dan perlindungan terhadap Salah satu cara mencegah infeksi
dampak pelayanan yang diberikan dalam nasokomial adalah dengan mengeleminasi
rangka pemenuhan hak-hak masyarakat mikroba pathogen melalui tindakan
akan berkualitas aman. Keamanan aseptic, disinfeksi, dan strelisasi. Teknik
pelayanan di rumah sakit salah satunya dasar yang paling penting dalam mencegah
dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. dan penularan infeksi adalah dengan
Sistem identifikasi pasien di RSUP Prof. mencuci tangan (Potter & Perry, 2005).
Kandou sejak pasien mendaftar, identitas Menurut peneliti, resiko terinfeksi terjadi
pasien meliputi: nama, umur, dan nomor karena petugas kesehatan yang tidak
rekam medis pasien. Kemudian identitas mempunyai kesadaran dan tanggung
pasien dicetak pada stiker yang selanjutnya jawab. Jika petugas kesehatan melakukan
akan ditempelkan pada gelang identitas tugas mereka dengan baik dengan mencuci
pasien dan status atau catatan medis. tangan sebelum dan sesudah kontak
Pasien selama dirawat di rumah sakit harus dengan pasien ataupun bersentuhan
memakai gelang pasien dengan perbedaan dengan benda ataupun lingkungan dengan
laki-laki berwarna biru dan perempuan pasien. Dan menjelaskan kepada pihak
berwarna merahmuda. Dan setiap perawat keluarga juga ikut mencuci tangan sesuai
atau petugas kesehatan lainnya harus dengan pedoman 5 momen yang sudah
memverifikasi setiap melakukan tindakan diterapkan di rumah sakit.
pemberian obat, pemberian tranfusi darah, Hasil penelitian pada tabel 5 juga
pengambilan sampel untuk pemerikasaan menunjukan bahwa kemampuan patient
laborat, dan tindakan lainnya. safety dalam pengurangan resiko pasien
Hasil penelitian pada tabel 5 jatuh baik 16 responden (51,6%) dan
menunjukan bahwa bahwa kemampuan kurang 15 responden (48,4%). Sejalan
patient safety dalam pengurangan resiko dengan hasil penelitian David 2014
infeksi pasien sebagian besar baik dengan menyatakan bahwa, kemampuan perawat
jumlah 21 responden (67,7%). di IGD RSUP. H Adam Malik tentang
Salah satu sasaran keselamatan standar JCI keselamatan pasien sebagian
pasien adalah tercapainya pengurngan besar dalam kategori kurang sebesar
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan. 52,5%.
Infeksi adalah inivsai tubuh oleh pathogen Perawat dalam memberikan asuhan
atau mikroorganisme yang mampu keperawatan kepada pasien harus
menyebabkan sakit. Rumah sakit menerapkan keselamatan pasien. Perawat
merupakan salah satu tempat yang paling harus melibatkan kognitif, afektif, dan
mungkin rentan mendapat infeksi karena tindakan yang mengutamakan keselamatan
mengandung populasi mikroorganisme pasien. Perawat dalam memberikan asuhan

4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

keperawatan harus penuh dengan artinya psikomotor. Teori ini


kepedulian. Persepsi perawat untuk dimodikasikan untuk pengukuran hasil
menjaga keselamatan pasien sangat pendidikan kesehatan.. Jika memiliki
berperan penting dalam pencegahan, perilaku atau bawaan baik maka akan
pengendalian, dan peningkatan berdampak baik juga bagi lingkungannya.
keselamatan pasien. (Choo dkk, 2011). Dalam penelitian Lusia 2014,
Dalam pelaksanaan program patient safety menunjukkan sebagian besar perawat
di rumah sakit berkareditasi, kejadian berperilaku baik dalam melaksanakan
pasien jatuh merupakan salah satu keselamatan pasien di Ruang Rawat Inap
indikator berjalan tidaknya program ini. Rumah Sakit Universitas Hasanudin
Tabel 6. Hasil Analisa Hubungan Makassar. Mengidentifikasi pasien
Perilaku Perawat dengan Kemampuan dilakukan sejak awal masuk Rumah Sakit
Perawat dalam melaksanakan dengan dua identitas, nama dan nomor
keselamatan pasien (patient safety) rekam medis yang telah tertera di gelang
Mengidentifikasi Pasien di RSUP Prof. pasien dan pada saat pemasangan gelang
Dr. R. D. Kandou Manado Januari 2016 pasien akan di jelaskan oleh perawat
Identifikasi
manfaat gelang dan resiko yang akan
pasien n
p timbul jika tidak pasang gelang identitas
value (JCI, 2011).
Kurang Baik
Perila Perilaku perawat dalam
Kurang 6 7 13
ku
Baik 2 16 18 0,043 melaksanakan keselamatan pasien
Total 8 23 31 mengacu pada standar keselamatan pasien
Analisis pada tabel 2x2 didapatkan Joint Commission International (JCI) dan
expected count <5 sebanyak 2 sel (50%) berdasarkan permenkes no
Hasil uji Fishers Exact Test pada tingkat 1691/menkes/per/VII/2011 yang paling
kemaknaan 95% (=0,05) menunjukkan relevan terkait dengan mutu pelayanan
nilai p = 0,043. Nilai p ini lebih kecil dari rumah sakit yakni International Patient
nilai . Ini menunjukkan dari 31 responden Safety Goals yang meliputi 6 sasaran,
sebagian besar perawat berperilaku baik salah satunya identify patient correctly
dengan kemampuan pelaksanaan patient (Kemenkes, 2011). Hasil penelitian
safety dalam mengidentifikasi pasien baik Anggriani, 2014 dengan judul; Hubungan
berjumlah 16 responden, yang berarti ada Penegetahuan Perawat dengan Penerapan
hubungan antara perilaku perawat dengan Identify Patient Correcly di RSUP
kemampuan pelaksanaan patient safety Ratatotok Buyat Kabupaten Minahasa
dalam mengidentifikasi pasien di Ruang Tenggara. Penelitian ini menyimpulkan
Akut IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou sebagian besar memiliki pengetahuan baik
Manado mengenai identify patient correctly.
Notoatmodjo 2007 mngemukakan Menurut peneliti, mengidentifikasi
bahwa pengetahuan merupakan hasil dari pasien dengan benar merupakan pondasi
penginderaan terhadap suatu obyek utama mencegah terjadinya insiden
tertentu, pengetahuan atau kognitif keselamatan pasien. Dapat dilihat dari
merupakan domain yang sangat tinggi observasi dan kuesioner yang telah
untuk terbentuknya tindakan seseorang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
(over behavior). bahwa sudah lebih dari setengah perawat
Teori Bloom 1908 dalam buku yang bekerja di ruang akut IGD Prof.
Notoatmodjo, 2003 menyatakan bahwa Kandou Manado melakukan identifkasi
perilaku dapat diukur dalam 3 domain pasien dengan benar, namun masih ada
yaitu pengetahuan (knowledge) yang beberapa perawat yang perilakunya lupa,
artinya kognitif, sikap (attitude) yang kelelahan dan tindakan yang darurat yang
artinya afektif dan tindakan (practice) yang diharuskan betindak cepat sehingga

5
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

identifikasi pasien dengan pemasangan hygiene yang efektif terutama 5 momen


gelang tidak efisien. Dan tidak (WHO, 2009)
memungkinkan waktu untuk menjelaskan Penelitian Fradana, 2015 dengan
kepada pasien tentang manfaat gelang judul: Improved Health To Achieve Zero
karena kurangnya perawat yang bekerja Accident Throught a Patient Safety
pada saat itu tidak seimbang dengan Committe menyimpulkan bahwa
banyaknya pasien yang gawat darurat. pengurangan resiko infeksi terkait
Tabel 7. Hasil Analisa Hubungan pelayanan kesehatan yang paling gampang
Perilaku Perawat dengan Kemampuan adalah dengan cara mencuci tangan,
Perawat dalam melaksanakan karena mencuci tangan adalah salah satu
keselamatan pasien (patient safety) langkah yang paling penting. Hal ini sesuai
Pengurangan Resiko Infeksi di RSUP dengan toeri Vine (2000) mencuci tangan
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Januari adalah kegiatan membersihkan tangan dari
2016 kotoran dengan air dan sabun. Dalam hal
Pengurangan ini dilingkungan rumah sakit sangat
Resiko Infeksi p digalakkan hand hygiene yang efektif ini
n
value dalam rangka untuk mencegah infeksi
Kurang Baik
Perila
Kurang 8 5 13 nasokomial.
ku
Baik 2 16 18 0,006 Menurut peneliti, rumah sakit
Total 10 21 31 merupakan tempat yang rentan terjadi
Analisis pada tabel 2x2 didapatkan infeksi nosokomial atau infeksi baru
expected count <5 sebanyak 1 sel (25%) selama perawatan, dan peran perawat
dengan menggunakan uji Fishers Exact dalam upaya pengurangan resiko infeksi
Test pada tingkat kemaknaan 95% akan selalu dijelaskan kepada pasien
menunjukkan nilai p = 0,005. Nilai p ini ataupun pihak keluarga untuk melakukan
lebih kecil dari nilai = 0,05 program mencuci tangan sebelum dan
menunjukkan bahwa dari 31 responden sesudah. Didepan tiap ruangan-ruangan di
sebgian besar yang perilakunya baik Ruang Akut juga sudah terdapat
dengan kemampuan patient safety disinfektan. Hal ini menunjukkan bahwa
pengurangan resiko pasien jatuh baik kepedulian yang tinggi untuk mencegah
berjumlah 16 responden yang artinya ada infeksi yang ada di rumah sakit. Dan hasil
hubungan perilaku perawat dengan observasi dari peneliti menunjukkan
kemampuan patient safety dalam sebagian besar perawat telah menerapkan
pengurangan resiko infeksi. tindakan untuk mengurangi infeksi dengan
Patient Safety (keselamatan pasien) mencuci tangan sebelum dan sesudah
adalah suatu prosedur atau proses dalam melakukan tindakan Namun masih
suatu rumah sakit yang memberikan beberapa perawat yang belum
pelayanan pasien yang lebih aman (JCI, memprioritaskan cuci tangan adalah salah
2011). Dimana dipengaruhi oleh perilaku satu hal yang sangat penting, sehingga
dan penerapan dari perawat pelaksanaan belum mencapai 100%.
yang mengutamakan kepentingan Tabel 7. Hasil Analisa Hubungan
keselamatan pasien. (Lestari, 2012). Salah Perilaku Perawat dengan Kemampuan
satu peningkatan mutu pelayanan Perawat dalam melaksanakan
keselamatan pasien yaitu pencegahan dan keselamatan pasien (patient safety)
pengurangan resiko infeksi dengan Pengurangan Resiko Pasien Jatuh di
program yang diterapkan yaitu hand RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Januari 2016

6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016
Pengurangan
Resiko Pasien p Menurut Potter & Perry, 2009
Jatuh n
value beberapa intervensi yang dapat dilakukan
Kurang Baik perawat untuk mencegah terjadinya jatuh
Peril
Kurang 11 2 13 pada pasien antara lain; Mengorientasikan
aku
Baik 4 14 18 0,002 pasien pada saat masuk rumah sakit dan
Total 15 16 31 menjelaskan sistem komunikasi yang ada,
Hasil analisis menggunakan uji bersikap hati-hati saat mengkaji pasien
Chi-square pada tingkat kemaknaan 95% dengan keterbatasan gerak, melakukan
menunjukkan nilai p = 0,002. Dan nilai p supervise ketat pada awal pasien dirawat
ini lebih kecil dari = 0,005 yang terutama malam hari, memberikan alas
menunjukkan dari 31 responden sebagian kaki yang tidak licin, memberikan
besar perawat yang perilakunya baik pencahayaan yang adekuat, memasang
dengan kemampuan patient safety dalam pengaman tempat tidur terutama pada
pengurangan resiko pasien jatuh berjumlah pasien dengan penutunan kesadaran dan
14 responden yang artinya ada hubungan gangguan mobilitas, dan menjaga lantai
perilaku perawat dengan kemampuan kamar mandi agar tidak licin.
melaksanakan patient safety dalam
pengurangan resiko pasien jatuh di Ruang SIMPULAN
Akut IGD RSUP Prof. Kandou Manado. Dari hasil penelitian yang
Menurut Depkes, 2006 dilakukan di Ruang Akut Instalasi Gawat
keselamatan pasien rumah sakit adalah Darurat RSUP Prof Dr. R. D. Kandou
suatu sistem dimana rumah sakit membuat Manado, dapat ditarik kesimpulan yaitu:
asuhan pasien lebih aman. Dan salah satu responden terbanyak berumur 20-30 tahun,
tujuan pentingnya adalah mencegah dan tingkat pendidikan responden paling
mengurangi terjadinya insiden banyak adalah diploma tiga (DIII), dan
keselamatan pasien. Perilaku perawat yang masa kerja paling banyak yaitu 2-5 tahun;
tidak menjaga keselamatan akan responden memiliki perilaku baik lebih
berkontribusi terhadap insiden banyak dari pada perilaku yang kurang,
keselamatan pasien. Perawat yang tidak begitu juga dengan kemampuan
memilki kesadaran terhadap situasi yang melaksanakan patient safety dalam
cepat memburuk gagal mengenali apa mengidentifikasi pasien, pengurangan
yang terjadi dan mengabaikan informasi resiko infeksi dan pengurangan resiko
klinis penting yang terjadi pada pasien infeksi, keseluruhannya semua baik;
dapat mengancam keselamatan pasien terdapat hubungan antara perilaku dengan
(Reid,2012). kemampuan perawat dalam melaksanakan
Dalam laporan To Error Is keselamatan pasien (patient safety) tentang
Human, Building a Safer Health System mengidentifikasi pasien di Ruang Akut
mengemukakan penelitian di New York IGD RSUP Prof Dr. R. D. Kandou
KTD terjadi sebesar 3,7% dengan angka Manado; terdapat hubungan antara
kematian 13,6%. Angka kematian akibat perilaku dengan kemampuan perawat
KTD pada pasien di seluruh Amerika yang dalam melaksanakan keselamatan pasien
berjumlah 33,6 juta pertahun berkisar (patient safety) tentang pengurangan
44.000 98.000 per tahun. Dalam buku resiko infeksi di Ruang Akut IGD RSUP
Preventing Falls in Hospital. A Toolkit Prof Dr. R. D. Kandou Manado; terdapat
for Improving Quality of Care, 2013 hubungan antara perilaku dengan
mengemukakan di Inggris sekitar 152.000 kemampuan perawat dalam melaksanakan
jatuh dilaporkan dirumah sakit akut setiap keselamatan pasien (patient safety) tentang
tahun, dengan lebih dari 26.000 dilaporkan pengurangan resiko pasien jatuh di Ruang
dari unit kesehatan mental dan 28.000 dari Akut IGD RSUP Prof Dr. R. D. Kandou
rumah sakit masyarakat. Manado.

7
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan


Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.
Adib. (2009). Materi Seminar Nasional Rineka Cipta.
Keperawatan dengan tema Sistem
Pelayanan Keperawatan dan Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan
Manajemen Rumah Sakit untuk Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
mewujudkan Patient Safety Di akses PT. Rineka Cipta
13 Oktober 2015.
Pinzon, R. (2008). Clinical Pathway dalam
Ariyani, (2009). Analisis penegetahuan Pelayanan Stroke Akut: Apakah
dan motivasi perawat yang Pathway Memperbaiki Proses
mempengaruhi sikap mendukung Pelayanan (Clinical Pathway In
penerapan program patient safety di Acute Stroke: Do The Pathways
Instalasi Perawatan Intensif di Work) SMF Saraf RS Bethesda,
RSUD Moewardi Surakarta. Tesis. Yogyakarta
Program Pasca Sarjana UNDIP.
Dipublikasikan. Potter, C.J, Taylor. P.A., & Perry, C.
(2009). Potter &Perrys
Bawelle, (2013). Jurnal Hubungan Fundamentals of Nursing,
Pengetahuan dan Sikap Perawat Edition. Australia : Mosby-Elsevier
dengan Pelaksanaan Keselamatan
Pasien (Patient Safety) di Ruang Setiadi, 2013. Konsep dan praktik
Rawat Inap RSUD Liun Kandage penulisan riset keperawatan. Edisi 2.
Tahuna. Program Studi Ilmu Graha Ilmu: Yogyakarta.
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi, ejournal Siagian, S., 1997. Filsafat
keperawatan (e-Kp), Manado. Administrannnsi. Jakarta : PT. Toko
Gunung Agung.
Choo, dkk. (2010). Nurses role in
Soeroso. S., 2003. Manajemen Sumber
medication safety. Journal of
Daya Manusia Di Rumah Sakit Suatu
Nursing Management, 18 (5).
Pendekatan Sistem. EGC, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk
Panduan Nasional Keselamatan Keperawatan. Penerbit Buku
Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Kedokteran EGC, Jakarta.
Edisi 2. KKP-RS.
Swasky, S., 2007. Could employment
Dirjen Bina Upaya Kesehatan. (2012). based targeting approach save Egypt
Kebijakan Pelayanan Instalasi in moving toward a social health
Gawat Darurat di Rumah Sakit, insurance models. EMHJ (East
Bulletin BUK Edisi 1, Jakarta. Mediteranian Health Journal) :
WHO for Mediterranian Country..
Kemenkes RI. (2011), Standar Akreditasi http:/www.emro.who.int/Publication
Rumah Sakit, Kerjasama Direktorat s/EMHJ. Diaskes 25 oktober 2015.
Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik The Joint Commission on Accreditation of
Indonesia dengan Komisi Akreditasi Healthcare Organizations., 2011.
Rumah Sakit (KARS), Jakarta. U.S Department of Health and
Human Services. Oakbrook Terrace,
Illinois USA..

Anda mungkin juga menyukai