Ruang Terbuka Hijau Kel. Banta-Bantaeng RW 1 & 2
Ruang Terbuka Hijau Kel. Banta-Bantaeng RW 1 & 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan ruang terbuka hijau adalah
luasan ruang terbuka hijau itu sendiri. Sesuai dengan Undang-undang Nomor
26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang, khususnya pada pasal 29 ayat 1 dan
2 yang menyebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, dan proporsi untuk ruang terbuka
hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20% dari luas wilayah kota.
RTH 30%
Gambar 2.2 Pola RTH yang Mengikuti Pola Tata Ruang (TIM IPB
1993)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka
(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman,
dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung
dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu
keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan
tersebut. Dampak negatif dari tidak optimalnya RTH dimana RTH kota
tersebut tidak memenuhi persyaratan jumlah dan kualitas (RTH tidak
tersedia, RTH tidak fungsional, fragmentasi lahan yang menurunkan
kapasitas lahan dan selanjutnya menurunkan kapasitas lingkungan, alih guna
dan fungsi lahan) terjadi terutama dalam bentuk/kejadian:
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar
alami, kawasan lindung, dan taman-taman nasional serta RTH non alami
atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur
hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya,
estetika, dan ekonomi. Untuk lebih jelasnya tabel 2.2. berikut akan
menggambarkan tipologi dalam pembagian RTH,
Dari segi kepemilikan, RTH dapat dibedakan ke dalam RTH publik dan
RTH privat. Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat adalah
sebagaimana tabel 2.3 berikut:
5. Jenis-jenis RTH
Jenis-jenis RTHKP berdasarkan Permendagri No.1 Tahun 2007 adalah :
a. Taman kota
Taman kota merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah
perkotaan, lengkap dengan segala fasilitasnya untuk kebutuhan
masyarakat kota sebagai tempat rekreasi secara aktif maupun pasif.
Secara estetika, keberadaan taman kota mampu memberikan efek visual
dan psikologis yang indah dalam totalitas ruang kota. Selain itu kota juga
memiliki peranan penting sebagai paruparu kota, pengendali iklim mikro,
konservasi tanah dan air, serta habitat berbagai flora dan fauna. Penataan
taman kota di suatu kawasan tidak asal jadi, tetapi tujuan penyebaran
tamannya harus jelas dan stategis. Seperti penempatan lokasi, luas taman,
kelengkapan sarana dan prasarana, keamanan dan kenyamanan harus
sesuai dengan kebutuhan standar kota. Apabila luas taman kota dan
jumlah taman seimbang, dapat memberikan citra kota yang asri dan
berwawasan lingkungan (Guntoro, 2011).
Selain luas taman, hal yang tak kalah penting untuk dipertimbangkan
adalah fasilitas taman. Sebuah taman yang betujuan sebagai arena
rekreasi warga kota, setidaknya harus menyediakan fasilitas-fasilitas
sebagai berikut:
1. Pohon, tanaman dan ornamen taman
2. Pedestrian.
3. Bangku taman atau duduk yang nyaman.
4. Gazebo.
5. Arena bermain anak-anak.
6. Arena olahraga.
7. Toilet.
8. Saluran air.
9. Tempat sampah
10.Lampu taman
11.Tempat parkir.
12.Pusat informasi dan pos penjagaan (Guntoro, 2011).
Sumber: ngalam.co
b. Taman rekreasi
Taman rekreasi merupakan tempat rekreasi yang berada di alam
terbuka tanpa dibatasi oleh suatu bangunan, atau rekreasi yang
berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan
sumberdaya alam seperti air, hujan, pemandangan alam atau kehidupan di
alam bebas. Kegiatan rekreasi dibedakan menjadi kegiatan yang bersifat
aktif dan pasif. Kegiatan yang cukup aktif seperti piknik, olah raga,
permainan, dan sebagainya melalui penyediaan sarana-sarana permainan.
Sumber : malang-guidance.com
Sumber : taginstan.com
d. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial
Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial merupakan
taman dengan klasifikasi yang lebih kecil dan diperuntukkan untuk
kebutuhan terbatas yang meliputi populasi terbatas/pengunjung. Taman
ini terletak di beberapa kawasan institusi, misalnya pendidikan dan
kantor-kantor. Institusi tersebut membutuhkan RTH pekarangan untuk
tempat upacara, olah raga, area parkir, sirkulasi udara,keindahan dan
kenyamanan waktu istirahat belajar atau bekerja.
Sumber : museumindonesia.com
e. Hutan Kota
Sumber: polka.id
Lokasi hutan kota dapat dirancang sesuai dengan fungsi hutan kota.
Besarnya bobot tiap fungsi lansekap, fungsi pelestarian lingkungan, dan
fungsi estetika berbeda-beda tergantung lokasi peruntukan. Menurut Grey
dan Deneke (1978) dan Wirakusumah (1987) peranan hutan kota
berdasarkan lokasi peruntukan aktivitas kota dapat dibagi menjadi:
1) Fungsi lansekap
Fungsi lansekap meliputi fungsi fisik dan fungsi sosial. Fungsi fisik,
antara lain vegetasi sebagai unsur struktural berfungsi untuk
perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya seperti angin,
sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus, dan terhadap bau.
Sedangkan untuk lansekap sebagai fungsi sosial penataan vegetasi
dalam hutan kota yang baik akan memberikan tempat interaksi social
yang sangat produktif.
Sumber : teraserwinblogspot.com
f) Peredaman kebisingan,
h) Menyuburkan tanah.
3) Fungsi estetika
f. Sabuk Hijau
Sumber: beritasumut.com
a) Peredam kebisingan;
b) Mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan oleh radiasi energy
matahari;
c) Menapis cahaya silau;
d) Mengatasi penggenangan;
e) Penahan angin;
f) Mengatasi intruksi air laut;
g) Penyerap dan penepis bau;
h) Mengamankan pantai dan membentuk daratan;
i) Mengatasi penggurunan.
g. RTH Jalur Hijau Jalan
Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan
tanaman antara 20-30% dari ruang milik jalan (RUMIJA) sesuai dengan
kelas jalan. Untuk menentukan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 hal,
yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar
dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-
burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah. Fungsi jalur hijau jalan
adalah sebagai peneduh, penyerap polusi udara, peredam kebisingan,
pemecah angin, dan pembatas pandang (Permen PU No.5 Tahun 2008:
17).
Sumber: surabayaecoschool.blogspot.com
Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki
pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman. Ruang pejalan kaki yang
dilengkapi dengan RTH harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
Sumber:majalahasri.com
i. RTH Fungsi Tertentu
RTH fungsi tertentu adalah jalur hijau antara lain RTH sempadan rel
kereta api, RTH jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai,
RTH sempadan pantai, RTH sempadan danau, RTH pengamanan sumber
mata air/ sumber air baku, dan pemakaman.
Sumber : bandung.merdeka.com
2. RTH Taman Rukun Warga
RTH Taman Rukun Warga (RW) dapat disediakan dalam bentuk taman
yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan
remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di
lingkungan RW tersebut. Luas taman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW,
dengan luas minimal 1.250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari
1000 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayaninya.Luas area yang
ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari luas taman,
sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan
berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman
sesuai keperluan, juga terdapat minimal 10 (sepuluh) pohon pelindung dari
jenis pohon kecil atau sedang.
Sumber; Myudiman.wordpress.com
3. RTH Kelurahan
RTH kelurahan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan
untuk melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini minimal 0,30 m2
per penduduk kelurahan, dengan luas minimal taman 9.000 m2. Lokasi
taman berada pada wilayah kelurahan yang bersangkutan.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% -
90% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai
tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan
berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 25 (duapuluhlima)
pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman aktif
dan minimal 50 (limapuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau
sedang untuk jenis taman pasif.
Sumber: liputan.tersapa.com
4. RTH Kecamatan
RTH kecamatan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan
untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman ini minimal 0,2 m2
per penduduk kecamatan, dengan luas taman minimal 24.000 m2. Lokasi
taman berada pada wilayah kecamatan yang bersangkutan.
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% -
90% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai
tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan
berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 50 (limapuluh)
pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk taman aktif dan
minimal 100 (seratus) pohon tahunan dari jenis pohon kecil atau sedang
untuk jenis taman pasif.
Sumber: beritasatu.com
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam pebelitian ini adalah deskriftif
kualitatif. Menurut Anthony (1992), metode kualitatif tetap membutuhkan
pengamatan, perhitungan, pemetaan, pembuatan bagan, dan penganalisaan.
B. Lokasi Penelitian
Lingkup dari penelitian ini adalah wilayah kota Makasssar khusunya di
Kecamatan Rapoccini Kelurahan Banta-Bantaeng RW 07 dan RW 08.
C. Metode Pengumpulan Data
Sumber data adalah tempat, orang, atau benda dimana tempat penelitian
dapat diamati, bertanya, atau membaca hal-hal yang berkenaan dengan variable
yang di teliti ( Arikunto, 1997). Adapun Sumber data penelitian dalam laporan
ini adalah sebagai berikut :
1) Observasi
Penelitian ini observasi dilakukan dengan cara peneliti langsung
kelapangan.
2) Wawancara/ Kuisioner
Wawancara merupakan suatu percakapan yang dilakukan dengan maksud
tertentu, dan percakapan ini biasanya dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan mengambil data-data
dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang
diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen
atau arsip-arsip dari kantor kelurahan lokasi penelitian.
RW 08 - - 11
RW 07 12 14 -
RW 08 12 13 -
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami dapatkan adalah kondisi ruang terbuka hijau
pada RW 07 tidak memenuhi standart dari peraturan rencana tata ruang kota
dan luasan RTH yang ada di wilayah tersebut sebsar 15% atau 31.115 m 2.
Berdasarkan luas wilayah untuk ruang terbuka hijau masih di perluakan sekitar
15% atau 30.863 m2 dan berdasarkan jumlah penduduk maka ruang terbuka
hijau yang seharusnya tersedia sebanyak 216.5 m2
Sedangkan pada RW 08 keadaan ruang terbuka hijau (RTH) tidak ada sama
sekali RTH, hanya terdapat lahan kosong yang tidak terawatt tetapi lahan
tersebut milik warga sendiri. Kebutuhan RTH yang dibutuhkan sebesar
55.124m2 dan berbasarkan jumlah penduduk RTH yang dibutuhkan sebesar 244
m2
B. Saran
Diharpakan agar masyarakat sadar akan penting Ruang Terbuka (open
space) dan merawatnya demi kenyamanan bersama dan terciptanya kestabilan
lingkungan
Pihak petinggi seperti pak Lurah dan Pak RW sebaiknya membuat ruang
terbuka di lahan yang mamadai dan menghimbau kepada masyarakat jika ada
yang ingin membangun lahannya agar menyisahkan 10% dari lahan untuk
ruang terbuka private