Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SUMBER-SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM

MATA KULIAH METODOLOGI STUDI ISLAM


(DOSEN PEMBIMBING : NUNUNG SUSFITA,MSI)

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. PANJI RIZKI KURNIAWAN (170502094)


2. MILADIA ARINI (170502102)
3. YUL SAFIRA (170502089)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kepada kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat
dan karunia-nya,sehingga kami dapat menyalesaikan tugas makalah metodologi
studi isalm yang berjudul sumber-sumber ajaran agama isalam sesuai dengan
waktu yang telah di tentukan

Soemoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami mengucapkan
terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung
utamanya kepada dosen pembimbing mata kuliah yang telah banyak memberi
arahan.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu kami saran dan massukan teman-teman sangat kami butuhkan demi
perbaikan makalah ini.

Mataram,20 september 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang berkembang sangat pesat di seluruh penjuru dunia.
Islam merupakan agama sekaligus pedoman hidup untuk umat manusia yang
dibawa oleh nabi besar Muhammad SAW. Cara pengajarannya yang sederhana,
serta mudah diterima oleh akal merupakan sebab utama mengapa Islam dianut oleh
manusia.

Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau
pedoman syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama
Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang
memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran
agama Islam (akidah, syariah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal
pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ain , yakni kewajiban pribadi


setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang
dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau
kelompok masyarakat.

Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh


kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi
syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran,
termasuk ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.

Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan
Islam perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam
yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke
Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman
yang bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan untuk mendapatkan
pemahaman tentang Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja sumber-sumber ajaran agama islam?
2. Bagaimana kedudukan Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam?
3. Bagaimana kedudukan Hadits sebagai sumber ajaran dan hukum Islam?
4. Bagaimana kedudukan Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui sumber-sumber ajaran agama islam
2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Al-Quran sebagai sumber ajaran
Islam
3. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Hadits sebagai sumber ajaran dan
hukum Islam
4. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber-sumber Ajaran Agama Islam


Sumber ajaran Islam dapat diartikan sebagai tempat pengambilan, rujukan,
acuan atau dasar dalam membangun ajaran agama Islam. Berdasarkan
sumber itulah umat Islam memiliki pedoman, kaidah, arahan, dan patokan untuk
melaksanakan proses ajaran Islam. Tanpa adanya sumber ajaran, umat Islam
akan kacau, dan perlahan akan hancur karena tidak adanya pegangan dalam
beragama.
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan macam-macam sumber yang menjadi
ajaran serta hukum dalam agama Islam yang diantaranya adalah; Al-Quran,
Hadits, serta Ijtihad.

B. Al-Quran Sebagai Sumber Utama Ajaran Islam


1. Pengertian Al-Quran
Al-Quran adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada umat manusia
melalui nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup bagi umat Islam.
Dalam Al-Quran mengandung begitu banyak petunjuk yang dapat digunakan
sebagai pengetahuan untuk manusia.
Sebagai kitab suci dari Allah, Al-Quran memuat informasi dasar berbagai
masalah termasuk informasi mengenai aqidah, hukum, ilmu pengetahuan,
antariksa, kedokteran dan sebagainya. Hal ini merupakan salah satu bukti
bahwa kandungan yang ada di dalam Al-Quran bersifat menyeluruh dan
fleksibel.
Sebagian besar kandungan Al-Quran merupakan dasar-dasar hukum dan
pengetahuan. Manusialah yang berperan sekaligus bertugas menganalisa,
merinci, dan membuat garis besar kebenaran Al-Quran agar dapat dijadikan
sumber penyelesaian masalah kehidupan mereka.
Pada zaman Rasulullah, sumber hukum Islam ada dua yaitu Al-Quran dan As-
Sunnah (Hadits). Rasulullah selalu menunggu wahyu untuk menjelaskan
sebuah kasus tertentu, namum apabila wahyu tidak turun, maka beliau
menetapkan hukum tersebut melalui sabdanya, yang kemudian dikenal dengan
Hadits.
Sebagai sumber hukum Islam pertama dan utama, Al-Quran berperan penting
dalam rangka penetapan hukum Islam terutama setelah meninggalnya
Rasulullah SAW.
Pendapat para ahli mendefinisikan Al;Quran :
a. Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan ditulis di mushaf diriwayatkan dengan mutawatir,
membacanya termasuk ibadah.
b. Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan
Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian
disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan
mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah
dan ditutup dengan surat An-Nas"
c. Asy-syafii (150-204 H) mengatakan bahwa al quran bukan berasal dari
akar kata apapun,dan pula di tulis dengan memakai hamzah. Lafazh
tersebut sudah lazim di gunakan dalam pengertian kalamullah yang di
turunkan kepada nabi muhammad saw sebagai manakitab ijil dan taurat di
pakai khusus untuk kitab-kitab tuhan yang di berikan kepada nabi isa dan
musa.
d. Manna Al-qaththan menyatkan bahwa al qur an adalah firman allah yang di
turunkan kepada nabi muhammad SAW, dan bernilai ibadah bagi yang
membacanya
e. Az-Zarqani menyatakan bahwa al quran adalah lafadz yang di turukan
kepada nabii muhammad SAW mulai awal surat al-fatihah sampai akhir
surat anas
f. Abdul wahab khallaf memberikan pengertian al quran secara lebih
lengkap. Menurutnya, al quran adalah firman allah yang di turunkan
kepada nabi muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan
menggunakan lafadz bahasa arab isinya di jamin kebenarannya dan
sebagai hujan kerasulnya undang-undang bagi seluruh umat manusia
memberi petunjuk bagi mereka dan menjadi saran untuk melakukan
pendekatan diri kepada allah dengan membacanya yang terhimpung dalam
mushaf di mulai dari surat al-fatiha dan di akhiri dengan surat an-nas, di
sampaikan kepada kita secara mutawair dari generasi ke generasi baik
secara lisan ataupun tulisan serta terjaga dari perubahan dan tergantian.
2. Dasar kehujjahan Al-Quran dan Kedudukannya sebagai Sumber Hukum
Al-Quran merupakan sumber hukum utama yang menempati kedudukan
pertama dari sumber-sumber hukum lain yang merupakan aturan dasar paling
tinggi. Sumber hukum maupun ketentuan norma yang ada tidak boleh
bertentangan dengan isi Al-Quran. Sebagaimana firman Allah dalam surah
An-Nisa ayat 105 yang berbunyi :
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa
yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang
khianat(Q.S An-Nisa : 105). Dan juga pada surah Al-Maidah ayat 49 :
Artinya : Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah),
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.(Q.S Al-
Maidah : 49)
3. Isi Kandungan Al-Quran
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara
garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta
pengertian atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu
sebagaimana berikut ini :
a. Aqidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan
yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan
akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah
SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya
kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama.
Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-
orang kafir.
b. Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari
pengertian fuqaha ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan
atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah
dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima
butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima
waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah
pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.
c. Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang
terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul
madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan
tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus
mengikuti apa yang diperintahkan-nya dan menjauhi larangan-nya.
d. Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah
kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan
hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum
dalam islam berdasarkan Alquran ada beberapa jenis atau macam seperti
jinayat, muamalat, munakahat, faraidh dan jihad.
e. Peringatan
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada
manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waaid.
Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman
kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga jannah atau waaad. Di
samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam alquran atau
disebut juga targhib dan kebalikannya gambarang yang menakutkan
dengan istilah lainnya tarhib.
f. Sejarah-Sejarah dan Kisah-Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu
baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada
juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap
Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita
mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan
istilah lain ikibar.
g. Dorongan Untuk Berpikir
Di dalam al-quran banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang
memerlukan pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga
membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.
4. Pedoman Al-Quran dalam Menetapkan Hukum
Pedoman Al-Quran dalam menetapkan hukum sesuai dengan perkembangan
dan kemampuan manusia, baik secara fisik maupun rohani. Manusia selalu
berawal dari kelemahan dan ketidakmampuan, untuk itu Al-Quran
berpedoman kepada tiga hal, yaitu :
a. Tidak memberatkan, seperti halnya firman Allah :
Artinya : Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya (Q.S Al-Baqarah : 286)
b. Meminimalisir beban
Dasar ini merupakan konsekwensi logis dari dasar yang pertama. Dengan
dasar ini kita dapati rukshah dalam beberapa jenis ibadah, seperti :
Menjamak dan menqashar shalat apabila dalam sebuah perjalanan jauh
dengan syarat yang sudah ditentukan.
c. Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum
Al-Quran dalam menetapkan hukum adalah secara bertahap, hal ini bisa
kita telusuri dalam hukum haramnya meminum minuman keras dan
sejenisnya , berjudi, serta perbuatan-perbuatan yang mengandung judi
ditetapkan dalam Al-Quran.

C. Al-Hadits Sebagai Sumber Ajaran dan Hukum Islam


Semua umat Islam telah sepakat dengan bulat bahwa Hadits rasul adalah sumber
dan dasar hukum Islam setelah Al-Quran, dan umat Islam diwajibkan mengikuti
dan mengamalkan Hadits sebagaimana diwajibkan mengikuti dan mengamalkan
Al-Quran.
Al-Quran dan Hadits adalah dua sumber hukum pokok syariat Islam yang tetap,
dan orang Islam tidak mungkin bisa memahami syariat Islam secara mendalam
dan lengkap tanpa kembali kepada kedua sumber Islam tersebut. Seorang
mujtahid dan seorang ulamapun tidak diperbolehkan hanya mencukupkan diri
dengan mengambil salah satu dari keduanya.
Banyak kita jumpai ayat-ayat Al-Quran dan Hadits hadits yang memberikan
pengertian bahwa Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran yang
wajib diikuti dan diamalkan baik dalam bentuk perintah ataupun larangannya.
Berikut sedikit uraian tentang kedudukan Hadits sebagai sumber hukum Islam :
a) Dalil Al-Quran
Banyak dari ayat Al-Quran yangmenerangkan tentang kewajiban untuk
dapat mempercayai dan menerima apa saja yang telah disampaikan oleh
Rasul kepada umat beliau untuk dijadikan sebuah pedoman hidup.
Selain itu, Allah SWT juga memerintahkan agar umatnya percaya kepada
Rasul serta menaati semua perintah atau peraturan yang telah ditetapkan atau
dibawa oleh beliau. Taat kepada Rasul sama denga taat kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah QS. Al- Imran:32 yang berbunyi:
Artinya :"Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".(Q.S Al-Imran : 32)
b) Dalil Al-Hadits
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW. Berkenaan dengan keharusan
menjadikan hadits sebagai pedoman hidup, disamping Al-Qur;an sebagai
pedoman utamanya, beliau bersabda:Aku tinggalkan dua pusaka untukmu
sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegangan teguh
pada keduanya, yaituberupa kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (HR.
Malik)
Masih banyak lagi hadits-hadits yang menerangkan tentang pedoman hidup
maupunpenetapan hukum. Hadits-hadits tersebut menunjukkan terhadap kita
bahwa berpegang teguh kepada hadits sebagai pedoman hidup iitu wajib,
sebagaimana wajib pada Al-Quran.
c) Kesepakatan Ulama (Ijma)
Banyak peristiwa yang menunjukan adanya kesepakatan menggunakan hadits
sebagai sumber hukum Islam, antara lain:
a. Ketika Abu Bakar di baiat menjadi Kholifah, ia pernah berkata:
Saya tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang
diamalkan/dilaksanakan oleh Rasulullah, sesungguhnya Saya takut
tersesat bila meninggalkan perintahnya.
Saat Umar berada di Hajar Aswad ia berkata: Saya tahu bahwa Engkau
adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu, saya
tidak akan menciummu.
b. Diceritakan dari Sai bin Musayyab bahwa Usman bin Affan berkata:
Saya duduk sebagaimana duduknya Rasulullah, Saya makan
sebagaimana makannya Rasulullah dan saya shalat sebagaimana
Shalatnya Rasulullah.
1. Pengertian Hadits
Hadits secara harfiah berarti :
perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah hadits
berarti melaporkan/ mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi
Muhammad SAW.
Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits adalah apa yang diriwayatkan dari
Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya
(taqrir), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai
Nabi (bi'tsah) dan terkadang juga sebelumnya. Sehingga, arti hadits semakna
dengan sunnah.
Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan
dengan sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda),
perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang
dijadikan ketetapan ataupun hukum.
2. Kedudukan dan kehujjahan Hadits
Tidak ada perbedaan pendapat jumhur ulama tentang hadits Rasul sebagai
sumber hukum yang kedua sesudah Al-quran dalam menentukan suatu
keputusan hukum, seperti menghalalkan atau mengharamkan sesuatu.
kekuatannya sama dengan Al-Quran. Oleh karena itu, wajib bagi umat
Islam menerima dan mengamalkan apa-apa yang tercandung di dalamnya
selama hadits itu sah dari Rasulullah SAW.
Lain halnya dengan golongan Syiah yang tidak mengakui semua hadits yang
dipandang sah oleh golongan ahlu sunnah sebab mereka hanya mengakui
sahnya suatu hadits atau khabar kalau diriwayatkan oleh imam-imam dan
ahli hadits mereka sendiri. Berbeda dengan ahli zahir mereka masih dapat
menerimanya selama hadits itu sah menurut kriteria ilmu hadits.
Kehujjahan sunnah berdasarkan beberapa ayat Al-Quran dan sunnah
Rasulullah SAW diantaranya:
Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah(QS Al-Hasyr : 7)
Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah
mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka
Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (Q.S. An-
Nisa : 80)

D. Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Quran dan Hadits


Ijtihad merupakan salah satu dasar daripada hukum Islam sesudah Al-
quran dan Sunnah atau hadist. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Al- Qur'an
itu memberikan suatu syari'ah (perundang- undangan) yang tidak dapat diubah,
karena semua peraturannya telah dirumuskan begitu rupa sehingga tidak ada satu
pun di antaranya yang pernah berlawanan dengan tabiat
sejati dari manusia dan tuntutan- tuntutan masyarakat yang
sejati dalam masa apa saja. Hal ini disebabkan semata-mata
karena semua peraturan yang diturunkan oleh Allah adalah
dengan mengingat segi- segi kehidupan manusia yang hakikat
sifatnya tidak akan dapat berubah- ubah.
1. Pengertian IjtihaD
Ijtihad adalah sendi Islam yang ketiga, sesudah Qur'an dan As-
sunnah. Ijtihad berasal dari kata ijtahada yajtahidu ijtihaadan,
artinya mencurahkan tenaga, memeras pikiran, berusaha sungguh-sungguh,
bekerja semaksimal mungkin. Pengertian ijtihad menurut bahasa adalah
bersungguh-sungguh dalam mencurahkan pikiran. sedangkan pengertian
ijtihad menurut istilah adalah mencurahkan seluruh tenaga dan pikiran
dengan sungguh-sungguh dalam menetapkan hukum syariat. jadi, Ijtihad
dapat terjadi jika pekerjaan yang dilakukan terdapat unsur-
unsur kesulitan. Orang yang
melakukan ijtihad disebut mujtahid dan persoalan yang dipertimbangkannya
di sebut mujtahadfih.
2. FungsiIjtihad
Fungsi Ijtihad adalah untuk mendapatkan solusi hukum, jika terdapat suatu
masalah yang harus diterapkan hukumnya, namun tidak dijumpai pada Al-
Qur'an dan Hadist. Fungsi Ijtihad sangat penting karena telah diakui
kedudukan dan legalitasnya dalam islam, namun tidak semua orang dapat
melakukan ijtihad, hanya dengan orang-orang tertentu yang dapat memenuhi
syarat-syarat menjadi mujtahid.
Syarat-Syarat Menjadi Mujtahid.
Mengetahui ayat dan sunnah yang berhubungan dengan hukum.
Mengetahui masalah-masalah yang telah di ijmakan oleh para ahlinya
Mengetahui Nasikh dan Mansukh
Mengetahui bahasa arab dan ilmu-ilmunya dengan sempurna
Mengetahui ushul fiqh
Mengetahui dengan jelas rahasia-rahasia tasyrie (Asrarusyayariah)
Menghetahui kaidah-kaidah ushul fiqh
Mengetahui seluk beluk qiyas.
3. Jenis-jenis Ijtihad.
a. Ijma' (kesepakatan) :
Pengertian ijma adalah kesepakatan para ulama untuk menetapkan hukum
agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadist dalam perkara yang terjadi.
Hasil dari Ijma berupa Fatwa artinya keputusan yang diambil secara
bersama para ulama dan ahli agama (Mujtahid) yang berwenang untuk
diikuti oleh seluruh umat.
Contoh: Penentuan I Syawal, Para ulama berkumpul untuk berdiskusi
mengeluarkan argumennya untuk menentukan 1 Syawal, juga penentuan
awal Ramadhan. Setiap ulama memiliki dasar hukum dan cara dalam
penghitungannya, jika telah ketemu maka muncullah kesepakatan dalam
penentuan 1 Syawal.
b. Qiyas
Pengertian qiyas adalah menggabungkan atau mempersamakan, artinya
menetapkan hukum dalam suatu perkara baru yang belum pernah masa
sebelumnya namun memiliki kesamaan seperti sebab, manfaat, bahaya
dan berbagai aspek dalam perkara sebelumnya sehingga dihukumi sama.
Ijma dan Qiyas adalah sifat darurat dimana ada yang belum ditetapkan
sebelumnya.
Contoh: mempersamakan padi dengan gandum, karena sama-sama
makanan pokok; mempersamakan hukum minuman keras yang tidak
terdapat dalam Al-Qur'an atau hadist seperti: bir, whiskey, vodka, atau
lainnya dengan khamr/khomr, karena sama-sama memabukkan;
mempersamakan kerbau dengan sapi; dan lain sebagainya.
c. Istihsan
Pengertian istihsan adalah tindakan dengan meninggalkan satu hukum
kepada hukum lainnya disebabkan adanya suatu dalil syara yang
mengharuskan untuk meninggalkannya.
4. Manfaat Ijtihad
Setiap permasalahan baru yang dihadapi setiap umat dapat diketahui
hukumnya sehingga hukum islam selalu berkembang serta sanggup
menjawab tantangan.
Dapat menyesuaikan hukum dengan berdasarkan perubahan zaman,
waktu dan keadaan.
Menetapkan fatwa terhadap masalah-masalah yang tidak terkait
dengan halal atau haram.
Dapat membantu umat islam dalam menghapi setiap masalah yang
belum ada hukumnya secara islam.

Karena Ijtihad adalah kemampuan logika muslim dalam menggali kebenaran dari
Al-Qur'an dan Hadist, maka hasil-hasil dan buah dari ijtihad itu tentu ada
perbedaan menurut ruang dan waktu serta menurut tingkat intelektual mujtahid.
Maka hasil dari suatu ijtihad yang lalu atau hasil ijtihad dari daerah lain dapat
pula menjadi objek ijtihad lagi bagi seorang mujtahid, dan demikian seterusnya
dari suatu hasil ijtihad di ijtihadkan
lagi. Menjadikan kebudayaan Islamsenantiasa modern. Kalau nilai ketetapan Al-
Qur'an dan sunnah adalah mutlak, makanilai ketetapan ijtihad adalah nisbi,
karena ia adalah produk dari system logika Islam.
BAB III

ANALISIS PEMAKALAH

Dari beberapa defenisi tersebut di atas, kita dapat mengetahui bahwa al-quran
adalah kitab suci yang isinya mengandung firman allah swt, turunya secara bertahap-
tahap melalui malaikat jibril, pembawanya Nabi Muhammad SAW. Keberadaanya
hingga kini masih tetap terpilihara dengan baik dan pemasyarakatannya di lakukan
secara berantai dari satu generasi ke generasi lain.

Dengan definisi ini kalam allah di turunkan kepada nabi-nabi selain nabi
muhammad. tidak di namakan al-quran seperti taurat yang di turun kepada nabi musa
as. Atau injil di turunkan kepada nabi isa as demikian pula kalam allah yang di
turunkan kepada nabi muhammad yang berupa hadits qudsi yang membacanya tidak
bernilai ibadah tidak pula di namakan al-quran. Namun yang di sayangkan adalah di
zaman sekarang ini. Populeritas al qur an sudah di kalahkan dengan populeritasnya
sinetron di telivisi dan yang lebih parahnya adalah apa yang di lihat di televisi itu
yang di jadikan panutannya, bukan lagi al qur an. dan hampir kebanyakan orang
muslim menjadikan al qur an itu sebagai pajangan di rumahnya saja namun bukan
lagi menjadi panutan. di zaman sekarang ini juga banyak umat muslim yang sudah
tidak mengidolahkan rasullulah lagi meraka lebih mengidolahkan bintang dunia
mulai dari cristian ronaldo sang bintang real madrid sampai le min ho sang aktor
korea yang mereka tidak ketahui adalah ketika kita di bangkit kan di padang masyar
nanti maka kita di bangkitkan bersama orang-orang yang kita idolakan. Oleh karena
itu mari lah kita tanamkan rasa cinta yang besar kepada rasulullah SAW di banding
dengan yang lainnya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sumber ajaran Islam dapat diartikan sebagai tempat pengambilan, rujukan,


acuan atau dasar dalam membangun ajaran agama Islam. Berdasarkan sumber itulah
umat Islam memiliki pedoman, kaidah, arahan, dan patokan untuk melaksanakan
proses ajaran Islam. Al-Quran adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada
umat manusia melalui nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup bagi umat
Islam. Dalam Al-Quran mengandung begitu banyak petunjuk yang dapat digunakan
sebagai pengetahuan untuk manusia. Sebagai kitab suci dari Allah, Al-Quran
memuat informasi dasar berbagai masalah termasuk informasi mengenai aqidah,
hukum, ilmu pengetahuan, antariksa, kedokteran dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Abudin,Nata.2005 metodologi studi isalam Yogyakarta: Gama Media

Rahman, Afzalur, Al-quran sumber pengetahuan, Jakarta: Bina Aksara, 1980,cet.I.

Keraf, A. Sony, Dua Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius, 2001, cet. Ke-1

Miftah Faridl, As-Sunnah Sumber Hukum Islam, Bandung: Pustaka,2001

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,Jakarta: UI press, 2002

Anda mungkin juga menyukai