Anda di halaman 1dari 8

PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENTS DAN PENYELESAIAN PEMERIKSAAN

KELOMPOK 5 :

NUR INTAN FITALOKA 022115287

ALFIAH NUSAIBAH 022115292

INDRA LESMANA 022115318

GITA ADYA PRATIWI 022115319

MIA AUDINA LISBETH ROHANI 022115320


SIFAT DAN CONTOH SUBSEQUENT EVENTS

Subsequent Event adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tangal laporan posisi
keuangan (neraca) tetapi sebelum diterbitkannya lapaoran audit, yang mempunyai akibat yang
material terhadap laporan keuangan, sehinga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam
laporan tersebut.

Dua jenis subsequent event adalah sebagai berikut :

1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi


yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan berdampak terhadap
taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Laporan keuangan harus disesuaikan untuk setiap perubahan estimasi sebagai akibat dari
penggunaan bukti tambahan tersebut

2. Peristiwa-peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan


kondisi yang tidak ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca), namun
kondisi tersebut ada sesudah tangal laporan keuangan (neraca)
Peristiwa-peristiwa tersebut tidak memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan.
Namun beberapa peristiwa mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan
tidak menyesatkan pembacanya. Contoh :
a. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru
b. Pembelian bisnis
c. Terjadi tuntutan hukum yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah
tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
d. Kerugian asset tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran
e. Kerugian yang diakibatkan oleh kondisi (seperti penyebab utama kebangkrutan
pelanggan) yang timbul setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 156)

Peristiwa setelah akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, menguntungkan maupun


tidak menguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode pelaporan sampai dengan tanggal
penyelesaian laporan keuangan. Ada 2 jenis peristiwa setelah akhir periode pelaporan, yaitu
sebagai berikut;

a. Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi yang telah terjadi pada akhir periode
pelaporan ( peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian)
b. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah akhir periode pelaporan
(peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian)
Peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian

Entitas harus membuat penyesuaian jumlah yang diakui dalam laporan keuangan, termasuk
pengungkapan yang terkait, untuk mencerminkan peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang
memerlukan penyesuaian

Peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian

Entitas tidak boleh menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan atas peristiwa
setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian. Jika entitas mengumkan
deviden kepada pemegang saham setelah akhir periode pelaporan, maka entitas tidak boleh
mengakui deviden tersebut sebagai liabilitas pada akhir periode pelaporan.

Menurut PSAK No. 8 ( revisi 2010) 8.2

Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir periode pelaporan
dan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, peristiwa yang menguntungkan maupun
yang tidak. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu;

1. Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi setelah akhir periode pelaporan (
peristiwa penyesuaian setelah periode pelaporan) dan,
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah timbulnya pelaporan
(peristiwa penyesuaian setelah periode pelaporan)

Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit adalah tanggal yang lebih awal antara
tanggal manjemen telah memberikan asersi bahwa laporan keuangan telah diselesaikan dan
tanggal manajemen menyatakan bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut

Peristiwa penyesuaian setelah periode pelaporan

Entitas menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan untuk mencerminkan
peristiwa penyesuaian setelah periode pelaporan.

Peristiwa non penyesuaian setelah periode pelaporan

Entitas tidak menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan untuk
mencerminkan peristiwa penyesuaian setelah periode pelaporan. Entitas tidak menyusun
laporan keuangan dengan dasar kelangsungan usaha jika setelah periode pelaporan diperoleh
bukti bahwa entitas akan dilikuidasi atau dihentikan usahanya, atau jika manajemen tidak
memilki alternative lain yang direalistis kecuali melakukan hal tersebut.

Selain itu, menurut penulis, Subsequent event yang harus diaudit oleh akuntan public adalah
sebagai berikut.
1. Subsequent collection ( penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
sampai mendekati tanggal selesainya pekerjaan lapangan atau audit field work), yang
harus dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang dan barang dalam perjalanan.
2. Subsequent payment ( pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
sampai mendekati tanggal selesainya audit field work), yang harus dilaksanakan dalam
pemeriksaan liabilitas dan biaya yang masih harus dibayar.

TUJUAN PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENT

Tujuan pemeriksaan subsequent event adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan apakah ada kejadian-kejadian penting sesudah laporan posisi


keuangan yang membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan
pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna
laporan keuangan tersebut
2. Untuk menentukan kemungkinan tertagihnya piutang
Walaupun konfirmasi (positif ) piutang tidak dijawab oleh pelanggan, dan piutang
tersebut sudah lama tidak dilunasi pelanggan, namun jika setelah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca ) ternyata piutang tersebut dilunasi oleh pelanggan, maka perusahaan
tidak perlu meragukan collectability piutang tersebut. Dengan kata lain, tidak perlu
dibuat penghapusan atau penyisihan atas piutang tersebut.
3. Untuk memastikan bahwa barang dalam perjalanan yang tercantum dalam laporan
keuangan, betul-betul masih dalam pejalanan.

Sebab ada kemungkinan pada saat membayar uang muka pembelian (l/c) perusahaan
mencatat;

Dr Barang dalam perjalanan


Cr Kas
Cr Utang usaha
Pada saat penerimaan barang sebelum tanggal laporan posisi keuangan, perusahaan
mencatat;

Dr persedian
Cr Utang usaha

Akibatnya, pertanggal posisi laporan posisi keuangan (neraca) teta[ terlihat saldo barang
dalam perjalanan dan terjadi dua kali pencatatan utang usaha.
Seharusnya perusahaan mencatat:
Dr Persediaan
Cr Barang dalam Perjalanan
Pada saat utang tersebut dilunasi:
Dr Utang Usaha
Cr Kas
4. Untuk memastikan bahwa liabilitas dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum
di laporan posisi keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), betul-
betul merupakan liabilitas perusahaan yang akan dilunasi pada saat jatuh temponya
(sesudah tanggal laporan posisi keuangan/neraca).
5. Untuk memastikan bahwa tidak ada liabilitas prusahaan yang belum dicatat per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca)

PROSEDUR PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENTS

1. Periksa pengeluaran kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sempai
mendekati tanggal selesainya audit field work.
Caranya: Lakukan scanning terhadap buku pengeluaran kas, perhatikan apakah ada
pengeluaran kas di periode setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) untuk
pelunasan liabilitas yang terjadi di periode yang sedang diaudit.
Misalnya apakah ada pengeluaran kas antara tanggal 1 januari s.d 15 Maret 2012, untuk
pelunasan pembelian atau beban yang terjadi di tahun 2011.
Jika ada lakukan vouching dan periksa apakah liabilitas atau beban tahun 2011 tersebut
sudah dicatat sebagai liabilitas dan/atau beban yang masih harus dibayar per31 Desember
2011. Jika belum dicatat berarti terdapat unrecorded liabilities yang memerlukan audit
adjustment.
2. Periksa penerimaan kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai
mendekati tangal selesainya audit field work.
Caranya: Lakukan scanning terhadap buku penerimaan kas, perhatikan apakah ada
penerimaan kas di periode setalah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) untuk
pelunasan piutang yang terjadi di periode yang sedang di audit
Misalnya apakah ada penerimaan kas anatara 1 Januari s.d 15 Maret 2012, untuk
pelunasan penjualan kredit yang terjadi di tahun 2011. Jika ada lakukan vouching dan
periksa apakah penjualan kredit tersebut sudah dicatat sebagai piutang per 31 Desember
2011. Jika belum dicatat, berarti terdapat unrecorded receivable yang memerlukan audit
adjustment.
3. Periksa bukti penerimaan barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
sampai mendekati tangal selesainya audit field work.
Tujuannya adalah:
- Untuk mengetahui apakah barang yang diterima setelah tanggal lporan posisi
keuangan (neraca) merupakan pembelian di tahun yang diperiksa (misal tahun 2011)
dan belum dicatat sebagai utang per 31 Desember 2011
- Untuk memeriksa apakah barang dalam perjalanan yang terlihat di laporan posisi
keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sudah diterima di
periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dengan memerhatikan juga
apakah syarat pengiriman barang fob destination point atau fob shipping point.
4. Periksa bukti pengeluaran barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
sampai mendekati tanggal selesianya audit field work.
Tujuannya adalah: Untuk mengetahui apakah barang yang dikirim setelah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) sudah dicatat sebagai penjualan di tahun yang diperiksa
(misal tahun 2011) padahal di tahun 2011 sebetulnya maish merupakan sales
commitment sehinggan belum dicatat sebagai penjualan 2011.
5. Periksa cut off pembelian dan cut off penjualan
Caranya dengan memeriksa dokumen-dokumen pembelian dan penjualan lebih kurang
satu atau dua minggu sebelum dan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Tujuannya untuk mengetahui apakah ada pergeseran waktu pencatatan pembelian dan
pejualan.
6. Baca laporan keuangan interim untuk periode sesudah tangal laporan posisi keuangan
(neraca) tujuannya untuk mengetahui apakah di periode sesudah tanggal laporan posisi
keuangan terdapat hal-hal yang unusual dalam jumlah yang besar, sehingga dapat
mempengaruhi kewajaran laporan laba rugi atau memerlukan penjelasan dalam catatan
atas laporan keuangan.
7. Minta salinan (copy) notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, dan
pelajari notulen tersebut untuk mengetahui apakah ada komitmen yang dibuat perusahaan
dan baru dipengaruhi di periode setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
8. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang, untuk mengetahui:
a. Apakah ada contigen liabilities
b. Apakah ada perubahan yang cukup signifikas dalam modal saham, liabilitas jangka
panjang atau kredit modal kerja dalam periode setelah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca)
c. Apakah ada kejadian-kejadian sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang
memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan penjelasan
dalam catatan atas laporan keuangan
9. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan, untuk mengetahui apakah perusahaan
mempunyai masalah hukum di pengadilan. Misalnya karena ada tuntutan dari pihak ke-3
dan bagaimana pendapat penasihat hukum mengenai status perkara di pengadilan tersebut
10. Analisis perkiraan professional fees, untuk mengetahui apakah ada pembebanan fee dari
penasihat hukum perusahaan, yang menyangkut perkara di pengadilan
11. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter)
PENYELESAIAN PEMERIKSAAN AKUNTAN

Sebelum pemeriksaan akuntan dinyatakan selesai, ada beberapa hal yang harus dilakukan
akuntan public:

1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan di-review oleh
atasan dari yang membuat kertas kerja tersebut. Misalnya kertas kerja yang dibuat oleh
juniorauditor harus di review oleh senior auditor, yang dibuat senior harus di review oleh
audit supervisor, yang dibuat supervisor harus di review oleh manajer dan seterusnya.
2. Hasil review harus didokumentasikan dalam satu review notes dan review notes tersebut
harus dijawab cara tuntas oleh staff yang di review (reviewee) secara tertulis. Jika ada
review notes yang belum terjawab, audit report belum boleh di serahkan ke client.
3. Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working papernya, dan
didiskusikan dengan client atau komite audit.
Jika ada kesalahan yang material dan client tidak menyetujui usulan audit adjusmentnya,
maka auditor tidak boleh memberikan unqulifed opinion.
4. Audit adjustment yang sudah disetujui client harus diposting ke masing-masing kertas
kerja yang berkaitan, baik disupporting schedule, top schedule, working balence sheet
maupun working profit and loss.
5. Draff report disusun oleh auditor in-charge (pimpinan tim audit) kemudian di review oleh
audit manajer dan audit partner.
6. Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan dratf report di review oleh audit manajer dan audit
partner, maka audit supervisor harus menyusun apa yang disebut notes to PPM (catatan
untuk partner, principal dan manajer).
Notes tersebut berisi hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian PPM yang dianggap
mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas dari level dibawahnya.
7. Setelah draft report di review dan di setujui PPM, draft tersebut harus didiskusikan
dengan client dan komite audit atau komisaris. Jika client setuju barulah dibuat final audit
report.
8. Sebelum laporan audit diserahkan pada client, auditor harus meminta Surat Pernyataan
Langganan dari client. Biasanya draft surat tersebut dibuat oleh auditor, lalu dicetak di
kop surat client dan di tandatangani oleh pejabat client yang berwenang. Tanggal surat
harus sama dengan tanggal selesainya audit field work dan tanggal laporan audit.
9. Selain itu auditor harus membuat draft manajement letter yang setelah di review dan di
setujui PPM, harus didiskusikan dengan client. Setelah client setuju barulah dibuat
manajement letter yang final untuk diserahkan kepada client.
10. Tahap terakhir adalah menyelesaikan urusan audit fee. Audit fee tersebut ditambah PPN
10% dan dikurangi PPH 23 sebesar 2%.
11. Dalam audit working papper harus dicantumkan catatan untuk audit tahun berikutnya
yang berisi hal-hal penting untuk dipertimbnagkan dalam audit tahun berikutnya.
12. Jenis opini yang harus diberikan terhadap laporan keuangan client tergantung pada hasil
pemeriksaan. Jika opini yang diberikan unqualified berarti disetiap top schedule harus
ada pernyataan auditor bahwa pos atau perkiraan tersebuut disajikan secara wajar.
13. Dalam mereview kertas kerja pemeriksaan, sebaiknya KAP mempunyai suatu daftar yang
disebut Audit Working Papers Review Guide
Selain itu semua audit program harus di cross index ke kertas kerja yang berkaitan dan di
paraf oleh masing-masing audit staff yang menjalankan audit prosedur yang
bersangkutan. Di KAP yang cukup besar, biasanya, pada akhir pemeriksaan masing-
masing audut staff diberikan penilaian atas hasil kerjanya dngan menggunakan Audit
Staff Evvaluation Sheet

Anda mungkin juga menyukai