Anda di halaman 1dari 5

Placer residual.

Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di atas batuan sumbernya


(contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan
terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah
yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia
(misal : beryl).

Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas lereng bukit suatu batuan
sumber. Di beberapa daerah ditemukan placer eluvial dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai
ekonomis terakumulasi pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.

Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan bijih emas yang umumnya
berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijih menjadi faktor-
faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalam cebakan ini berukuran
lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada batuan sumber (beku dan
malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan
susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).

Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan arus air laut di
sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang
kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat partikel
akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk
lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran
halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit
mengandung mineral berat.

Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh perubahan muka air
laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka.
Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimungkinkan pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-
mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit,
rutil, xenotim dan zirkon.

1. Endapan Skarn (Metasomatik Kontak)

Bijih tipe ini dapat terbentuk akibat proses kontak metasomatik yaitu larutan magma berkompisisi
sedang, basa, atau ultra basa yang naik kepermukaan dalam peristiwa intrusi atau ekstrusi dapat
bereaksi dengan batuan sekitarnya, terutama dengan batuan kapuran (tipe ekso-skarn atau kalsik
eksoskarn). Disini akan terbentuk mineral-mineral skarn seperti garnet, epidot, dan jika yang terbentuk
adalah mineral-mineral magnetit dan hematit sebagai mineral utama maka dapat menjadi bijih besi. Di
Indonesia, bijih besi tipe ini biasanya terdapat di sekitar daerah kontak batuan intrusi berkomposisi
sedang sampai basa seperti diorit, granidiorit, dan gabro atau basalt dengan formasi batuan
sedimenatau vulkanis yang mengandung lapisan-lapisan atau lensa-lensa batuan gampingan atau
batuan yang bersifat gampingan. Dalam proses ini, selain temperatur, magma juga ikut memegang
peranan dalammenambahkan langsung beberapa unsur pada batuan sekitarnya, sehingga endapan ini
tidak mungkin terdapat jauh dari batuan intrusi kecuali bila telah mengalami proses desintegrasi dan
transportasi sebagaimana halnya pada endapan eluvial dan diluvial.
Ciri-ciri tipe endapan ini antara lain:

(1) Endapan bijih besi ini dapat berbentuk lensa, berupa sarang (nest-shaped) atau lapisan-lapisan yang
kompleks pada batuan kontak;

(2) Berupa endapan masif yang terutama terdiri dari magnetit dan hematit. Selain oksida besi, juga
sering mengandung mineral sulfida seperti pirit dan kalkopirit, disamping mineral skarn seperti garnet,
piroksen, aktinolit, sillimanit, dan epidot;

(3) Akibat proses desintegrasi dan transportasi, endapan tipe ini sering terdapat dalam bentuk eluvial
atau diluvial, yaitu berupa onggokan bongkah-bongkah batuan berbagai ukuran dengan komposisi
mineralnya yang utama masih tetap berupa magnetit dan hematit. Onggokan batuan ini biasanya
tidak jauh letaknya dari tempat asalnya yaitu daerah kontak;

(4) Kadar Fe bijih tipe ini berkisar sekitar 50-70%;

(5) Kadar Ni atau Cr dapat diabaikan;

(6) Karena sering berasosiasi dengan mineral sulfida, terkadang berkadar Cu atau Zn agak tinggi ( 1%);

(7) Kadar bel erang kadang-kadang agak tinggi, mendekati 1%;

(8) Kadar TiO2 biasanya dibawah 0,5%.

Tipe endapan ini banyak terdapat di Indonesia, terutama di Sumatera dan Kalimantan, tetapi
cadangannya kecil (<1juta ton). Endapan terbesar yang pernah ditemukan dan dieksplorasi terdapat di
Gunung Tanalang, Kalsel, dengan cadangan 5 juta ton.

2. Endapan Placer

Tipe endapan ini terbentuk oleh proses pelapukan, desitegrasi, dan pengumpulan secara mekanik.
Hasilnya adalah endapan fragmen mineral dan batuan yang seringkali disebut mineral/batuan
rombakan. Tipe ini dikenal sebagai placer pantai (beach placer) dan placer aluvium (alluvial placer).
Karena melalui proses mekanik, maka kemurnian fragmen mineral rombakan dipengaruhi oleh
intensitas liberasi selama proses tersebut.

Tipe mineral/bijih placer pantai yang telah diselidiki secara terperinci antara lain yang terdapat dalam
endapan pasir besi bertitan sepanjang pantai Daerah Istimewa Yogyakarta. Mineral utamanya
titanomagnetit, dengan warna, kilap logam dan goresannya adalah abu kehitaman. Berat jenisnya 5,0-
6,5, dengan kadar TiO2 dalam titanomagnetit berkisar antara 7-12%. Kristal ilmenit (FeTiO3) dan
magnetit (Fe3O4) tumbuh bersama (intergrowth) dan berkaitan sangat kuat.
Pada umumnya, contoh pasir besi bertitan Yogyakarta menunjukkan variasi besar butiran yang tidak
mencolok sepanjang lintasan lateral, akan tetapi variasi besar butiran sangat mencolok ke arah dalam.
Makin ke dalam butiran fragmen semakin kasar dan fragmen titanomagnetit semakin berkurang.
Demikian pula liberasi butiran fragmen, makin kedalam semakin kurang baik sehingga makin banyak
fragmen titanomagnetit yang masih terikat oleh fragmen batuan (silikat). Hal ini pula yang menyebabkan
kadar besi yang terlarut asam menurun sangat tajam.

Endapan pasir bertitan Yogyakarta mengandung fragmen feldspar, plagioklas, klinopiroksen,


titanomagnetit, hematit, olivin, kuarsa, amfibol, mika, dan fragmen batuan. Semua ini berasal dari
batuan piroklastika dan efusifa yang berkomposisi andesit dan basalt. Besar butiran fragmen endapan
pasir besi bertitan berkisar antara 1,2-0,053 mm. Butiran fragmen + 1,2 mm bervariasi dalam tiga
lapisan, pada lapisan atas sebanyak 1%, lapisan tengah 8%, dan lapisan bawah 12%. Sedangkan pada
fragmen 0,053 mm jumlahnya kurang dari 3% di semua lapisan. Besar butiran fragmen titanomagnetit
yang terliberasi oleh kegiatan gelombang laut berkisar antara 0,21-0,105 mm. Kenaikan besar butiran
fragmen menunjukkan penurunan berat jenisnya. Bagian titanomagnetit yang masih menjadi satu
dengan batuan (silikat) berada dalam tiga lapisan. Bagian paling bawah dari lapisan atas mengandung
35-55% dan bagian paling atas dari lapisan bawah mengandung 65-85%.

Pasir bertitan Yogyakarta mempunyai tingkat kemagnetan (MD-magnetic degree) kurang dari 20% (MD=
persentase beral mineral-mineral yang tertarik oleh magnet 300 Gauss). Dalam proses pemurnian,
biasanya fragmen titanomagnetik digerus dan terliberasi sampai lolos saringan 0,05-0,10 mm, akan
tetapi sebagian masih belum terliberasi dengan baik, bahkan paduan ilmenit-magnetit masih belum
terpisahkan.

Kualitas endapan pasir besi bertitan dapat dibagi menjadi dua golongan, dengan komposisi sebagai
berikut: (1) oksidasi besi yang terliberasi dari silikat dan mengandung besi terlarut asam lebih dari 60%,
dan (2) komposit silikat besi dengan besi terlarut asam 5%.

3. Endapan Laterit

Tipe endapan ini merupakan endapan residu dari proses pelapukan, dekomposisi, dan pengumpulan
kimia. Tipe ini tidak lazim disebut endapan mineral/batuan rombakan. Karena melalui proses kimia,
maka keterjadiannya berkaitan dengan pelarutan dan pengendapan yang sesuai dengan keadaan dan
situasi setempat, yakni jenis batuan induk dan lingkungan fisika-kimia. Lingkungan yang baik untuk
proses lateritisasi adalah: (1) iklim tropis-basah, (2) topografi yang relatif tidak curam, dan (3) waktu
proses lateritisasi yang cukup lama.
Endapan mineral/bijih laterit umumnya terjadi pada batuan induk ultramafik (ofiolit). Unsur besi bivalen
dilepaskan oleh pelapukan secara kimia terhadap batuan ultramafik yang sudah teroksidasi menjadi besi
trivalen dan kemudian diendapkan dalam laterit. Dalam keadaan reduksi (dalam hutan lebat), unsur besi
feri berubah menjadi fero dan berupa larutan yang bergerak sampai menemui lingkungan yang
teroksidasi, kemudian unsur besi tersebut berubah lagi menjadi feri dan terendapkan di lingkungan
tersebut pada permukaan air tanah, selanjutnya konkresi limonit (2Fe2O3.3H2O) terjadi dalam
lingkungan tersebut. Karena oksida besi yang mempunyai berat jenis lebih besar mengalami dehidrasi,
maka hematit dan magnetit terjadi mendekati permukaan. Hematit terkumpul kearah permukaan,
sedangkan magnetit cenderung kearah zona yang lebih dalam. Hematit yang relatif lebih stabil dalam
lingkungan pH (5,5-8), maka endapannya dapat berkembang menjadi kerak hematit yang keras
atau iron-cap. Mineral besi, mineral nikel dan krom diendapkan sebagai residu dalam laterit. Mineral
besi yang berupa konkresi limonit bersifat belahan konkoidal disebut goetit.

Di Indonesia, tipe endapan ini terdapat dalam jumlah yang besar (ratusan juta ton), terutama di
Kalimantan dan Sulawesi Tenggara.

4. Endapan Sedimen

Endapan tipe ini terbentuk berkaitan dengan proses sedimentasi yaitu proses kimia yang memegang
peranan utama dalam proses pengendapannya. Ada pula yang menjadi penyebabnya adalah proses
desintegrasi mekanik, seperti yang terjadi pada sebagian endapan bijih besi disekitar bijih besi tipe
lateritik. Endapan jenis bog-iron terbentuk bila larutan yang mengandung besi terkumpul dalam suatu
cekungan atau basin, dan oleh proses kimia atau akibat pekerjaan bakteri terbentuklah endapan bijih
besi. Dalam kelompok ini termasuk juga endapan bijih besi yang dihasilkan oleh sumber air panas
(endapan sinter).

Ciri-ciri tipe endapan ini:

(1) Karena berasosiasi dengan endapan sedimen, tekstur atau strukur perlapisan dan laminasi dapat
terlihat jelas;

(2) Dapat berupa perlapisan yang kompak atau masif dan dapat berupa breksi atau konglomerat,
sering mengandung bongkah-bongkah atau kerikil peridotit atau serpentinit;

(3) Komposisi mineral besinya bervariasi, ada yang berupa karbonat, silikat besi, magnetit, dan
hematite;

(4) Kadar Fe berkisar antara 40 - 60 %;


(5) Mengandung kadar Ni dan Cr yang lebih rendah dari tipe lateritik yaitu rata-rata 0,41% Ni dan 2,1 %
Cr2O3, khususnya yang berasal dari bijih besi laterit;

(6) Kadar Al lebih rendah dari tipe bijih lateritik, yaitu sekitar 7%;

(7) Bijih besi bog-iron, sering mengandung kadar belerang dan mangan yang tinggi, sedang yang
berasal dari air panas dapat mengandung belerang yang relatif lebih tinggi;

(8) Karena sering adanya perlapisan pemisah diantara lapisan bijih besi, kasar Fe dan unsur-unsur lain
yang dikandungnya dapat bervariasi secara lateral maupun vertikal.

Endapan bijih besi sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi yang berkembang, litologi batuan induk,
maupun karakteristik suatu wilayah. Tentunya masih banyak hasil penemuan baru yang belum dapat
saya ketahui. Saya mengharapkan adanya sumber referensi dari berbagai kalangan maupun para
peneliti, sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih dalam lagi terkait endapan bijih besi
potensial yang mungkin layak untuk dikembangkan dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai