BRPN Qonita Fix
BRPN Qonita Fix
PENDAHULUAN
parenkim paru. Pneumonia merupakan infeksi saluran napas akut yang paling
terakhir sebelum survei) pada bayi di Indonesia adalah 0,76% dengan rentang
(13,2%) dan Bali (12,9%), sedangkan provinsi lainnya di bawah 10% (weber dan
fransiska, 2010).
potensial infeksi saluran napas dan pneumonia pada anak, sedangkan Legionella
infeksi akut respiratorik pada bayimelalui transmisi vertikal dari ibu pada masa
Indonesia setelah diare. Hal ini erat kaitannya dengan gagal nafas yang terjadi
apabila pneumonia ini berlangsung lama. Faktor risiko yang berhubungan dengan
1
kejadian pneumonia terbagi atas dua kelompok besar yaitu faktor instrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, berat
badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian ASI, dan pemberian vitamin A.
Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah,
asap rokok, penghasilan keluarga serta faktor ibu baik pendidikan, umur ibu,
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi pernafasan yang utama adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari
yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Oleh karena itu, baik anatomi
maupun fisiologi paru disesuaikan dengan fungsi ini. Secara anatomi, fungsi
sebagai konduksi (penghantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi
atmosfir jalan nafas. Oleh karena itu, bagian ini seakan-akan tidak berfungsi, dan
disebut dengan dead space. Akan tetapi, fungsi tambahan dari konduksi, seperti
proteksi dan pengaturan kelembaban udara, justru dilaksanakan pada bagian ini.
Adapun yang termasuk dalam konduksi ialah rongga hidung, rongga mulut,
Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difusi) yang sering disebut
dengan unit paru (lung unit), yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus
3
respiratorius, bronkiolus terminalis, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan
alveoli.
keenam belas sebagai bagian yang berperan sebagai konduksi, sedangkan bagian
kedua puluh dua yang merupakan percabangan duktus alveolaris dan sakus
respirasi.
2.2 Bronkoneumonia
2.2.2 Epidemiologi
tahunnya. Duapertiga dari kematian ini terjadi pada kelompok usia bayi, terutama
bayi usia 2 bulan pertama sejak kelahiran. Di Indonesia, episode kejadian ISPA
pada balita berkisar 3 sampai 6 kali setahun. Dari sekitar 450.000 kematian balita
4
yang terjadi setiap tahunnya diperkirakan 150.000 diantaranya disebabkan oleh
terakhir sebelum survei) pada bayi di Indonesia adalah 0,76% dengan rentang
2.2.3 Etiologi
5
1. Faktor Infeksi
Cytomegalovirus.
2) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
3) Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,
asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan
minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk
6
penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang
pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
2.2.4 Klasifikasi
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia interstitialis
c. Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi
a. Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired
pneumonia = CAP)
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit
a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten
2.2.5 Patogenesis Bronkopneumonia
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
daya tahan tubuh sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat
jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan
7
Pada stadium I, disebut hyperemia karena mengacu pada respon
peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler
jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksidan maka perpindahan
gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan
terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu
(host). sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat
oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli
tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini
putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
8
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk
1. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal,
retraksi dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung;
yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan
9
suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat terlihat
apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih lemah
dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi
akibat head bobbing, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat
dengan kepala disangga tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak ada
tanda distres pernapasan yang lain pada head bobbing, adanya kerusakan sistem
distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal
hidung anterior dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan.
Selain itu dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan
getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan
berkurang.
10
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan
berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi
atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung
terjadinya).
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar
di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah
menyebar menyeluruh pada satu atau beberapa lobus. Seringkali bilateral di basal
sebab ada kecenderungan sekret untuk turun karena gravitasi ke lobus bawah. lesi
yang telah berkembang penuh agak meninggi, kering granuler, abu-abu merah,
sampai kuning, dan memiliki batas yang tidak jelas. Ukuran diameter bervariasi
antara 3 sampai 4 cm. pengelompokan fokus ini terjadi pada keadaan yang lebih
lanjut (florid) yang terlihat sebagai konsolidasi lobular total. Daerah fokus
edematosa, tetapi daerah yang luas diantaranya pada umumnya normal. Pleuritis
11
fibrinosa atau supuratif terjadi bila fokus peradangan berhubungan dengan pleura,
tetapi ini tidak biasa. Dengan meredanya penyakit, konsolidasi dapat larut bila
tidak ada pembentukan abses, atau dapat menjadi terorganisasi meninggalkan sisa
fokus fibrosis.
Secara histologis, reaksi itu terdiri dari eksudat supuratif yang memenuhi
bronki, bronkioli dan rongga alveolar yang berdekatan. Netrofil dominan dalam
eksudasi ini dan biasanya hanya didapatkan sejumlah kecil fibrin. Seperti yang
2011):
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
2. Panas badan
3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus
5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
dalam rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau
terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012)
1. Penatalaksaan Umum
12
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
clearance
2. Penatalaksanaan Khusus
antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
(di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan
untuk antibiotik oral pada anak <5th, karena efektif melawan sebagian
terjadi pada anak yang lebih tua maka antibiotik golongan makrolid
sebagai penyebab.
3. Indikasi MRS
13
a. Ada kesukaran bernafas, toksis
b. Sianosis
f. Imunokompromis
BAB III
LAPORAN KASUS
14
Nama : An. Az
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : , Jombang
No. RM : 24-06-36
3.2 Anamnesis
sesak
11.00. pasien juga mengeluh batuk dan pilek mulai jumat tanggal 31-12-
14. Dibawa ke dr. Soewarsi, Sp.A dan diberi puyer tapi demam tidak reda.
BAB lebih sering dari biasanya, ampas (+) sejak tanggal 2-1-2015, Mual
(-), mumtah (-). BAK terakhir jam 16.00. BAB terakhir jam 14.00 warna
kuning, lembek.
3.2.4 Riwayat pengobatan
Berobat ke bidan tapi demam tidak reda
3.2.5 Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah mengalami sakit ini sebelumnya
3.2.6 Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit
15
Pasien merupakan anak yang kesehariannya tinggal bersama kedua orang
tua. Kebersihan dari orang tua kurang, bayi kurang minum ASI
3.2.8 Riwayat kelahiran :
Pasien lahir di bidan cukup bulan dengan berat badan 6,68 kg dan panjang
kesadaran : somnolen
Tanda Vital :
RR : 64 x / menit.
Suhu : 39C
Tinggi Badan : 60 cm
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
Leher :
16
Thoraks : Simetris +/+, retraksi +/+ suprasternal
Gallop (-)
Abdomen :
Perkusi : timpani
tekan (-).
Ekstremitas :
Lab DL :
Hb: 11, 6 g/dL
Leukosit : 14.000/cmm
Hematokrit : 33, 4 %
Eritrosit : 4.470. 000
Trombosit : 491.000/cmm
Foto thorax :
17
Gambar 3.1 Fototorak pasien dengan Bronkopneumonia
Cor : normal
Kesan : Bronchopneumonia
3.5 Resume
Anak Az, 6 bulan 14 hari, Pasien kiriman IGD dengan keluhan sesak
sejak 2 hari SMRS., panas badan mulai sabtu 1-1-15 jam 11.00. pasien
batuk dan pilek mulai jumat tanggal 31-12-14. Diberi puyer tapi demam
tidak reda. BAB lebih sering dari biasanya, ampas + sejak tanggal 2-1-
2015, . Mual (-), mumtah (-). BAK terakhir jam 16.00. BAB terakhir jam
nafas menurun dan didapatkan ronkhi pada kedua lapang paru. Tampak
3.6 Diagnosis
Pneumonia
3.7 Diagnosis Banding
Bronkiolitis
18
Asma bronchiale
3.8 Planning
3.8.1 Planing Terapi:
Oksigen kanul 2 literpermenit
D10 NS 250 cc/24 jam
Viccilin sx 3x500
Meixam 3x250
Pyrec 3x 7 cc
Nebulizer+suction combivent/pulmicort 2x1amp selang seling
ASI atau susu formula
3.9 Monitoring
Keadaan umum dan vital sign
sesak
Keluhan Pasien
3.10 Edukasi :
3.11 Prognosis
Prognosis pada pasien ini umumnya baik bila penanganan cepat, tepat,
Perkembangan Harian
3-1-2015 4-1-2015
S Batuk (+) berdahak Batuk (+) berdahak
Sesak (+) Demam (+), mual (-), muntah Sesak (+) Demam (+), mual (-), muntah
(-), BAK (+) , BAB(+) ampas (+) (-), BAK (+) , BAB(+) ampas (+)
O KU: cukup KU: cukup
HR: 120x/mnt, RR: 64x/mnt, t: 39C HR: 124x/mnt, RR: 58x/mnt, t: 38,5C
Kepala: A/I/C/D -/-/-/+ Kepala: A/I/C/D -/-/-/+
Thorax: simetris,retraksi (+) suprasternal Thorax: simetris, retraksi (+) suprastrenal
Pulmo : rhonki (+/+),whezing -/- Cor: Pulmo : rhonki (+/+), Cor: dbn
S1S2 tunggal, m(-), g(-) Abdomen
Abdomen Inspeksi : flat, retraksi
Inspeksi : flat, retraksi epigastrium (-), bising usus (+)
epigastrium (-), bising usus (+) normal, timpani
19
normal, timpani Ekstremitas : akral hangat
Ekstremitas : akral hangat
A Suspect bronkopneumonia pneumonia
Observasi febris hari kedua
P O2 nasal 2lpm O2 nasal 2lpm
Infus D5 NS 250cc/24j Infus D5 NS 250cc/24j
Inj viccilin sx 3x 250mg Inj viccilin sx 3x 250mg
Nebulizer+suction combivent/pulmicort Nebulizer+suction combivent/pulmicort
2x1amp selang seling 2x1amp selang seling
Meixam 3x 250 Meixam 3x250
Pyrex 3x7 cc (K/P) Pyrex 3x7 cc (K/P)
Asi / Pasi Asi / Pasi
Fototorak dan pemeriksaan darah
lengkap
5-1-2015 6-1-2015
S Batuk (+) berdahak Batuk berkurang, sesak (-), demam(-),
Sesak menurun, Demam(-), mual (-), mual(-), muntah (-), BAK (+), BAB
muntah (-), BAK (+), BAB(+)ampas (+) (+)ampas (+)
O KU: cukup KU: cukup
HR: 120x/mnt, RR: 52x/mnt, t: 37,5C HR: 120x/mnt, RR: 46x/mnt, t: 37C
Kepala: A/I/C/D -/-/-/- Kepala: A/I/C/D -/-/-/-
Thorax: simetris,retraksi (-) Thorax: simetris,retraksi (-)
Pulmo : rhonki (-/-),whezing -/- Cor: Pulmo : rhonki (-/-),whezing -/- Cor: S1S2
S1S2 tunggal, m(-), g(-) tunggal, m(-), g(-)
Abdomen Abdomen
Inspeksi : flat, retraksi Inspeksi : flat, retraksi
epigastrium (-), bising usus (+), epigastrium (-), bising usus (+)
timpani normal, timpani
Ekstremitas : akral hangat Ekstremitas : akral hangat
A Pneumonia pnemonia
P Infus D5 NS 250 cc/24j Infus D5 NS 100cc/24j
Inj viccilin sx 3x 250mg Inj viccilin sx 3x 250mg
Meixam 3x250 Meixam 3x 250
Pyrex 3x7 cc (Stop) Pyrex 3x7 cc (stop)
Asi / Pasi Asi / Pasi
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Anak Az, 6 bulan 14 hari, Pasien kiriman IGD dengan keluhan sesak
sejak 2 hari SMRS, panas badan mulai sabtu 1-1-15 jam 11.00. pasien batuk dan
pilek mulai jumat tanggal 31-12-14. Diberi puyer tapi demam tidak reda. BAB
lebih sering dari biasanya, ampas + sejak tanggal 2-1-2015, . Mual (-), mumtah
(-). BAK terakhir jam 16.00. BAB terakhir jam 14.00 warna kuning, tidak
lembek. Pemeriksaan fisik didapatkan suara pada nafas menurun dan didapatkan
ronkhi pada kedua lapang paru. Tampak bercak-bercak infiltrat parahilus kanan-
kiri
Pemeriksaan fisik didapatkan suara pada nafas menurun dan didapatkan
ronkhi pada kedua lapang paru. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
21
Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan usia, dimana pada kasus ini termasuk
pertahanan tubuh, yaitu pertahanan mekanik (epitel dan silia) dan ketika di
broknkus di lawan oleh , respon imun selular dan humoral, di dalam bronkus dan
daerah parahilus kanan dan kiri. Hal ini sesuai dengan teori dimana penyebab dari
makrofag dan imunitas tubuh yang lain meningkat menuju daerah yang terinfeksi
Infiltrat di daerah parahilus kanan dan kiri merupakan gambaran khas radiologi
dari bronkopneumonia.
Dalam kasus diatas menggunakan terapi penicillin, gentamisin,
parasetamol dan asi eksklusif. Penisilin adalah antibiotik yang bekerja sebagai
broadspectrum terhadap kuman gram positif dan negatif. Merupakan obat lini
22
pneumonia, klamidia dan mycoplasma pnenumonia (harnden A et al ., 2011).
terangsangnya zat irogen penyebab demam (FKUI, 2007). Uuntuk anak >2bln:
lini pertama ampisilin 100mg/kg/hari, bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan
struktur dan fungsi mukosa dan terlibat dalam sel imun khususnya sel T. dan
BAB V
Kesimpulan
Anak Az, 6 bulan 14 hari, Pasien kiriman IGD dengan keluhan sesak
sejak 2 hari SMRS, panas badan mulai sabtu 1-1-15 jam 11.00. pasien batuk dan
pilek mulai jumat tanggal 31-12-14. Diberi puyer tapi demam tidak reda. BAB
lebih sering dari biasanya, ampas + sejak tanggal 2-1-2015, . Mual (-), mumtah
(-). BAK terakhir jam 16.00. BAB terakhir jam 14.00 warna kuning, lembek.
Pemeriksaan fisik didapatkan suara pada nafas menurun dan didapatkan ronkhi
pada kedua lapang paru. Tampak bercak-bercak infiltrat parahilus kanan-kiri. Dari
23
combivent/pulmicort 2x1amp selang seling, Pyrex 3x7cc (bila demam).
Monitoring pada pasien ini adalah Keadaan umum dan vital sign sesak, Keluhan
DAFTAR PUSTAKA
2001: 144-146
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2013. Pneumonia Komuniti. Pedoman
24
Thoracic Society Community Acquired Pneumonia in Children Guideline
Group
University, Semarang.
dan Ampisilin pada Pasien Pediatri di Bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus
25