Anda di halaman 1dari 14

Bab II Landasan Teori

II.1 Definisi Gudang


Gudang (kata benda) merupakan bangunan yang digunakan untuk menyimpan
barang dagangan. Penggudangan (kata kerja) ialah kegiatan menyimpan dalam
gudang (Warman, 2012). Proses yang terjadi di gudang tidaknya menyimpan saja,
tetapi juga terjadi proses perpindahan barang. Dalam mengelola barang kita dapat
mempertimbangkan beberapa faktor seperti (Warman, 2012):

1. Karakteristik barang tersebut ( padat, cair, gas, atau lunak, mudah busuk,
keras, berat, nilainya tinggi atau rendah, atau hubungan antara nilai itu
dengan berat jenisnya), dan korelasi di antara sifat-sifat tersebut.
2. Sumber dari mana barang itu diterima, dan bagaimana mengantarkannya.
3. Apa yang terjadi atas barang itu di dalam gudang atau tempat di mana
barang tersebut berhenti.
4. Tujuan terakhir barang itu, siapa yang membutuhkannya dan untuk
keperluan apa.

Gudang dapat dibagi menjadi tiga kategori sesuai dengan karakteristik jenis
produk yang disimpan yaitu (Frezelle,2002):

a. Gudang bahan baku dan komponen. Menyimpan material dekat atau pada
daerah produksi yang akan digunakan dalam proses manufaktur atau
proses perakitan.
b. Gudang barang setengah jadi (work-in-process). Menyimpan barang-
barang setngah jadi (partially completed assembly) yang ditempatkan pada
bermacam tempat sepanjang lini produksi dan assembly.
c. Gudang barang atau produk jadi. Menyimpan persediaan untuk
mengendalikan variasi antara tingkat produksi dan tingkat permintaan.

6
II.2 Aktivitas Umum pada Gudang
Sebagai tempat untuk menyimpan dan mengelola material, gudang memiliki
aktivitas-aktivitas umum yang dilakukan di gudang ditunjukan pada Gambar II.1.
(Frazelle, 2002)

Gambar II.1 Aktivitas Umum Gudang


Gambar II.1 merupakan aktivitas umum gudang yang terdiri dari:

1) Receiving
Kegiatan penerimaan material yang datang ke gudang meliputi kegiatan
pengecekan jumlah serta kualitas produk yang dipesan sesuai dengan
permintaan.
2) Prepackaging
Kegiatan yang dilakukan di gudang ketika produk-produk diterima dalam
ukuran yang besar dari supplier kemudian dikemas secara terpisah dalam
ukuran yang lebih kecil agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan
konsumen.
3) Putaway
Kegiatan peletakan produk untuk disimpan. Aktivitas ini melibatkan
material handling, verifikasi lokasi dan penempatan produk.

7
4) Storage
Aktivitas menempatkan produk pada tempat penyimpanan hingga produk
tersebut dipesan. Metode penyimpanan produk tiap gudang tergantung
pada ukuran, jumlah produk dalam persediaan, serta karakteristik
pemindahan produk dari dalam kontainer.
5) Order Picking
Proses pengeluaran barang dari tempat penyimpanan untuk memenuhi
permintaan yang spesifik.
6) Packaging and/or pricing (optional)
Aktivitas ini merupakan aktivitas optional setelah aktivitas pengambilan.
Aktivitas pengepakan ini dilakukan untuk mempermudah perpindahan
barang selanjutnya.
7) Sortation
Kegiatan pemisahan barang menjadi pesanan tunggal. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi kesalahan pengambilan barang.
8) Unitizing and Shipping
Aktivitas ini terdiri dari:
a. Pengecekan kelengkapan pesanan
b. Pengemasan barang untuk memudahkan pengiriman dalam container.
c. Menyiapkan dokumen pengiriman, termasuk packing list, address
labels, dan bill of loading (nota muat).
d. Penimbangan muatan untuk menentukan biaya pengiriman.
e. Penjumlahan order yang ada di lapangan.
f. Pemuatan dengan menggunakan truk.

II.3 Kebijakan Penyimpanan Gudang


Empat metode penyimpanan dalam gudang, yaitu (Francis dalam Yosfi,2013):

1) Dedicated Storage
Dedicated storage merupakan kebijakan penyimpanan produk yang tetap
atau fixed slot storage. Penempatan lokasi spesifik untuk setiap barang
yang disimpan, yaitu satu lokasi untuk satu produk yang spesifik. Terdapat
dua variasi dari dedicated storage yaitu part number sequence storage dan
throughput-based dedicated storage. Part number sequence storage lebih

8
sering digunakan karena sederhana. Lokasi penyimpanan suatu produk
didasarkan pada nomor part yang diberikan, penomoran part diberikan
secara random. Part yang mendapat nomor lebih tinggi diberikan posisi
penyimpanan yang lebih baik daripada part dengan nomor rendah.
Throughput-based dedicated storage merupakan metode yang
mempertimbangkan perbedaan level aktivitas dan kebutuhan penyimpanan
diantara produk yang akan disimpan. Dengan menggunakan dedicated
storage, jumlah alokasi penyimpanan yang diberikan pada produk harus
mampu memenuhi maksimum kebutuhan penyimpanan produk. Aturan
tersebut memperhatikan level aktivitas storage dan retrieval (S/R) yang
dikembangkan untuk item yang berbeda.
2) Randomized Storage
Randomized storage merupakan kebijakan penyimpanan yang menyebar
atau lokasi penyimpanan suatu produk yang dapat berubah setiap waktu.
Produk yang baru datang untuk disimpan akan disimpan dilokasi yang
lebih dekat. Berdasarkan aturan pada metode ini, dapat dikatakan
penentuan lokasi penyimpanan dilakukan secara acak atau bebas. Dalam
pemodelannya, diasumsikan tiap slot penyimpanan yang kosong memiliki
peluang yang sama untuk dijadikan lokasi penyimpanan begitu pun jika
slot penyimpanan penuh. Terdapat asumsi kesamaan pada jarak tempuh
perjalanan.
3) Class Based Storage
Class based storage merupakan kebijakan penyimpanan yang berada
diantara aturan dedicated storage dan randomized storage. Class based
storage didasarkan pada hukum pareto dengan memperhatikan level
aktivitas penyimpanan dan pengambilan yang dikembangkan untuk
produk yang berbeda. Pada gudang 80% aktivitas S/R (storage/retrieval)
diberikan pada 20% dari produk, 15% pada 30% dari produk, dan terakhir
5% aktivitas S/R pada 50% dari produk. Produk diklasifikasikan kedalam
tiga kelas, yaitu kelas A, B dan C berdasarkan level aktivitas S/R dari nilai
tinggi ke rendah. Untuk meminimasi waktu dan jarak, produk yang berada
pada kelas A diletakkan dekat dengan lokasi input/output, selanjutnya

9
kelas B berada pada lokasi menengah dan kelas C berada pada lokasi
penyimpanan terjauh.
4) Shared Storage
Shared storage merupakan kombinasi antara randomized storage dan
dedicated storage. Kebijakan ini mengurangi maksimum ruang yang
dibutuhkan pada suatu gudang dan meningkatkan utilitas area penempatan
persediaan. Metode Shared Storage Policy mengambil keuntungan dari
perbedaan waktu penyimpanan. Untuk menerapkan metode ini
sebelumnya harus mengetahui waktu kapan produk akan masuk dan kapan
akan keluar, sehingga lokasi produk yang keluar dapat diisi oleh produk
yang akan masuk. Pengalokasian lokasi yang kosong tetap memperhatikan
tingkat kelas dari produk seperti pada metode Class Based Storage (Jerry
Agus Arlianto, 2013).

II.4 Inventory Management


II.4.1 ABC Analysis
Untuk melakukan klasifikasi produk digunakan metode analisis ABC,
berdasarkan prinsip Pareto. Analisis ABC atau dikenal juga dengan istilah analisis
pareto, merupakan nama dari ekonom Itali Vilfredo Pareto. Pertama istilah "ABC
Inventory Analysis" digunakan oleh HF Dickie (1951) di awal 1950-an
(Liiv,2007). Hukum pareto menyebutkan bahwa sebuah kelompok memiliki
presentase terkecil (20%) yang memiliki dampak terbesar (80%), sehingga disebut
juga 80/20 rule (John Wiley & Sons, 2005, p.30). Analisis ABC adalah metode
pembuatan kelas menurut peringkat nilai, dari nilai tertinggi hingga terendah dan
dibagi menjadi tiga kelas yang disebut kelas A, B dan C. Kelas A merupakan
persediaan dengan jumlah 20% dari produk tetapi memiliki nilai investasi sekitar
80% dari total nilai persediaan. Kelas B merupakan persedian dengan jumlah 30%
dari produk tetapi memiliki nilai investasi sekitar 15% dari total nilai persediaan.
Sedangkan kelas C merupakan persediaan dengan jumlah 50% dari produk tetapi
memiliki nilai investasi sekitar 5% dari total nilai persediaan. Besarnya persentase
merupakan kisaran yang dapat berubah sesuai dengan perusahaannya masing-
masing (Ultsch, 2002).

10
Gambar II.2 Grafik Analisis ABC
(Sumber (Heizer & Reinder, 1995)

Analisis ABC mengelompokkan produk ke dalam tiga kelas, pengelompokkan


kelas tersebut menunjukkan produk yang memberikan pendapatan terbesar pada
perusahaan (Mohanta & PK, 2005).

II.4.2 FSN Analysis


Analisis FSN merupakan sebuah metode penglasifikasian item berdasarkan kecepatan
pergerakan barang inventori. Metode ini mengategorikan item ke dalam kelas Fast,
Slow, atau Non moving berdasarkan kriteria Average Stay dan Consumption Rate dari
item-item tersebut. Average Stay merupakan rata rata lama barang disimpan di
gudang dan Consumption Rate merupakan tingkat konsumsi dari barang di gudang (D
Chandra,2006).
FSN analysis merupakan pengklasifikasian produk menurut peringkat nilai, yang
dibagi menjadi kelas A, B dan C dilihat dari nilai tertinggi ke nilai yang terendah.
Kelas F memiliki nilai akumulatif average stay paling besar yaitu 10% akan
dimasukan ke kategori fast moving. Selanjutnya, kelas S dengan nilai akumulatif 20%
akan dikelompokan dalam kategori slow moving dan kelas N dengan nilai akumulatif
70% masuk dalam kategori non moving. Berdasarkan nilai consumption rate kelas F
memiliki nilai akumulatif consumption rate yang paling besar yaitu 70 % masuk
dalam kategori fast moving, sedangkan Kelas S dalam klasifikasi berdasarkan nilai
akumulatif consumption rate yaitu 20 % masuk dalam kategori slow moving, dan
Kelas N dalam klasifikasi berdasarkan nilai akumulatif consumption rate paling kecil
yaitu 10 % masuk dalam kategori non moving.

11
II.5 Perangkat Keras dalam Gudang
Sebagai tempat penyimpanan barang gudang memerlukan perangkat keras untuk
menunjang fungsi gudang. Perangkat keras yang terdapat di dalam gudang
diantaranya:

1. Paga (rack)
Paga ialah susunan rak bertingkat dari papan, kayu atau besi pada suatu
gudang/rumah, tempat menaruh barang-barang (Warman,2012). Paga
terdiri dari tiang penyangga dan beberapa alas, dengan atau tanpa dinding
penyekat. Terdapat beberapa jenis paga yang bervariasi, yaitu :
a) Static racking
b) Adjustable racking
c) Live racking
d) Honeycomb racking
e) Drive through racking

2. Pallet
Pallet merupakan alat penumpuk yang terbuat dari kayu atau besi dengan
permukaan atas dan permukaan bawah datar (Warman, 2012). Pallet dapat
menyangga barang dengan cukup kuat dan stabil, oleh sebab itu barang
barang dapat ditumpuk ke atas dengan masing masing barang bertumpu
pada satu pallet.
Ada lima cara pokok dalam menggunakan palet yaitu (Warman, 2012):
1. Penumpukan blok, yaitu penumpukan bersusun antar palet

2. Pemagaan berkolong, memanfaatkan beberapa rak di level


terbawah sebagai gang yang dapat dilewtati

3. Pemagaan palet tetap, yaitu dengan cara ini perputaran persediaan


dapat dilakukan dengan mudah karena masing-masing palet
terpisah.

4. Pemagaan palet bermobil, memungkinkan terjadinya arus palet


dengan kecepatan tinggi namun ruangan yang diperlukan cukup
besar.

12
5. Sediaan bergerak, cara ini menggabungkan pemakaian ruangan
yang intensif, persediaan yang baik, dan kemudahan memilih.

II.6 Warehouse Slotting


Warehouse Slotting merupakan penyusunan inventory dengan tujuan untuk
mengoptimalisasikan dan mengefisiensikan material handling berdasarkan
klasifikasi tertentu. Penyusunan inventori dilakukan agar operator yang bertugas
melakukan proses storing dan order picking tidak kesulitan dalam menemukan
lokasi dari Stock Keeping Unit (SKU) atau produk yang dituju. Dengan demikian
maka hal ini dapat meminimasi waktu proses storing dan order picking (Bill dan
Dreckshage, 2011). Keuntungan warehouse slotting antara lain :

a. Tingkat produktivitas aktivitas pengambilan barang tinggi (Picking


Productivity)
b. Mengefisiensi proses pengisian ulang/penambahan stok (Efficient
Replenishment)
c. Keseimbangan pekerjaan (Work Balancing)
d. Memiliki tingkat akurasi (Accuracy)
e. Lebih ergonomis (Ergonomics)
f. Pemanfaatan ruang menjadi optimal (Space Utilization)

Berdasarkan riset yang telah dilakukan kurang dari 15% item dalam suatu gudang
terslot dengan benar. Karena pada umumnya gudang melakukan pemborosan
10%-30% setiap tahunnya dari yang seharusnya dikarenakan gudang belum
terslotting dengan benar. Sebagian besar gudang tidak terslotkan dengan benar
karena berbagai alasan, diantaranya data yang tidak tersedia, tidak ada cara untuk
menjaga slotting saat ini, tidak adanya metode yang digunakan untuk melakukan
slotting ada gudang, dan lain-lain (Frazelle, 2002).

Oleh karena itu, diciptakan metode slotting yang berdasarkan riset yang dilakukan
bertahun-tahun dan telah dilakukan proyek dan aplikasi mengenai slotting oleh
Adolph Coors, Allied Signal, Arrow Electronics, Baptist Sunday School Board,
Cardone Industries, Coats & Clark, DuPont, Mack Trust, Nashua, Nothern

13
Telecom, PepsiCo, Polygram, Spartan Stores dan Stihl Corporation. Slotting
database pada metode slotting statistic (Frazelle, 2002), ditunjukkan pada
Gambar II.7.

Gambar II.3 Slotting Statistic

II.7 Perhitungan Jarak Perpindahan Bahan


Ukuran jarak dalam perancangan tata letak dibagi menjadi tujuh (Heragu,
1997),yaitu :

1. Jarak Euclidean
Merupakan jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas satu dengan pusat
fasilitas lainnya. Formula yang digunakan dalam pengukuran jarak
tersebut yaitu:

) +( ) ] /
= [( .......................................(II.1)

14
Dimana:

xi= koordinat x pada pusat fasilitas i


yi = koordinat x pada pusat fasilitas j
dij = jarak antara pusat fasilitas i dan j

Gambar II.4 Jarak Euclidean

(Sumber: Haegu,2007)
2. Jarak Squared Euclidien
Squared Euclidien merupakan pengukuran jarak dengan mengkuadratkan
jarak euclidien dengan adanya pembebanan lebih besar kepada pasangan
fasilitas yang berjauhan dari pada pasangan yang berdekatan. Berikut
formula yang digunakan dalam perhitungan jarak tersebut :

= [( ) +( ) ] .......................................(II.1)

Dimana:

xi= koordinat x pada pusat fasilitas i


yi = koordinat x pada pusat fasilitas j
dij = jarak antara pusat fasilitas i dan j

3. Jarak Rectilinear merupakan jarak yang diukur mengikuti jalur tegak lurus
dari suatu titik pusat sebuah fasilitas ke titik pusat fasilitas lainnya.
Formula yang digunakan untuk pengukuran jarak tersebut yaitu:

=| |+| | .................................................(II.1)

15
Dimana:

xi= koordinat x pada pusat fasilitas i


yi = koordinat x pada pusat fasilitas j
dij = jarak antara pusat fasilitas i dan j

Gambar II.5 Jarak Rectilinear

(Sumber: Haegu,2007)

4. Tchebychev
Pengukuran ini diaplikasikan pada permasalahan system picking dengan
menggunakan tiga dimensi sehingga formulasi untuk pengukuran
menggunakan metode ini adalah :
= max (| |, | |, | |) .......................................(II.1)
5. Aisle Distance
Pengukuran jarak secara aktual, dengan mengukur jarak sepanjang lintasan
yang dilalui alat pengangkut bahan atau material handling.
6. Adjacency
Bila fasilitas atau departemen i dan j saling berhubungan secara langsung
(adjacency) maka nilai kedekatan = 1, bila tidak = 0
7. Shortest Path
Berdasarkan permasalahan network location, shortest dipergunakan untuk
menentukan jarak dua titik yang paling pendek.

II.8 Visual Control


Metode visual control adalah sebuah alat komunikasi yang digunakan dalam
proses produksi untuk memberitahukan kepada karyawan bagaimanan cara

16
bekerja yang baik dan hal-hal apa saja yang menyimpang dari standar. Visual
Control ini dapat membantu karyawan yang ingin melakukan pekerjaannya
dengan baik agar dengan segera dapat melihat bagaimana mereka melakukan
pekerjaannya. Visual Control ini haruslah efisien, dapat mengatur pekerja,
termasuk kartu kanban, lampu pekerja, garis pembatas tempat kerja, dan lain-lain.
Dalam arti yang lebih luas, pengendalian visual berkaitan dengan perancangan
informasi just in time dari semua jenis pengendalian untuk memastikan
pelaksanaan operasi dan proses yang tepat dan cepat. Contoh visual control :

Garis pembatas lantai

Tujuan : untuk menunjukkan tempat yang seharusnya semua barang yang ada
dipabrik. Garis ini juga berfungsi memisahkan antara barang yang sudah OK
dengan barang yang memerlukan rework. Prinsip:

a. Semua barang harus ada pada tempatnya


b. Penempatan barang harus rapi (sistematis)
c. Rapi = penyimpanan mudah terlihat.

II. 9 Alasan Pemilihan Metode


Penelitian ini dilakukan untuk mengurangi atau meniadakan waktu pencarian
batang aluminium di gudang bahan baku aluminium dengan melakukan alokasi
penyimpanan produk sesuai karakteristik produk menggunakan pendekatan FSN
analysis. Penerapan FSN analysis ini dilakukan untuk mengoptimalkan storage
allocation gudang dan meminimasi order picking time. Metode FSN analysis
dilakukan dengan mengelompokan produk berdasarkan tingkat konsumsi barang
di gudang dan waktu rata-rata barang disimpan di dalam gudang serta
mempertimbangkan dimensi barang tersebut (D Chandra,2006). Kebijakan yang
digunakan di gudang adalah shared storage policy. Produk yang memiliki demand
lebih besar dapat menggunakan ruang penyimpanan produk yang lebih kecil
permintaannya untuk kurun waktu tertentu (Francis,1992). Oleh karena itu, hal ini
dapat membantu operator dalam pencarian produk dan mengoptimalkan
penggunaan rak.

17
II.10 Penelitian Sebelumnya
Tabel II.1 Referensi Penelitian Lain

Tahun/
Nama Peneliti Judul Penelitian Jurusan Tujuan Metode
Perancangan Sistem Alokasi Penyimpanan ABC Analysis, VSM,
Perbaikann Alokasi
Yuwana dengan Metode Analisis ABC dan Sistem 2013/Teknik Warehouse Slotting,
Penyimpanan dan
Annisa Yosfi First Expired First Out (FEFO) di Gudang Industri Visual Control,WMS,
Pengembangan WMS
PT.XYZ FEFO

Usulan Perbaikan Alokasi Penyimpanan Lean Warehousing,


Meminimasi
Linggarjaty Barang Jadi Pada Replenishment Distribution 2013/Teknik WMS, Warehouse
Pemborosan di
Losmaritim Center PT XYZ Menggunakan Pendekatan Industri Slotting, Visual Control,
Gudang
Lean Warehousing Fishbone Diagram, VSM.
FSN Analysis, VSM,
Usulan Perbaikan Storage Allocation Material Perbaikan Klasifikasi
2013/Teknik Warehouse Slotting,
Santika Sari Menggunakan Pendekatan FSN Analysis dan Alokasi
Industri Visual Control,WMS,
Pada Warehouse Raw Material PT.XYZ Penyimpanan
Fishbone Diagram

Perancangan Alokasi Penyimpanan Batang


FSN Analysis, VSM,
Aluminium di Gudang Bahan Baku CV MKS Perbaikan Klasifikasi
2014/Teknik Warehouse Slotting,
Karina Aditya Berdasarkan Karakteristik dengan dan Alokasi
Industri Visual Control,Fishbone
Menggunakan Pendekatan FSN Analysis dan Penyimpanan
Diagram
Shared Storage Policy

18
Pada Tabel II.2 merupakan perbandingan penelitian yang dilakukan dengan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, perbandingan tersebut
adalah sebagai berikut:

Tabel II.2 Perbandingan Referensi Penelitian Lain

Yuwana Linggarjaty Santika


Karina Aditya
Variabel Annisa Yosfi Losmaritim Sari
(2014)
(2013) (2013) (2013)
Spare Batang
Jenis Produk FMCG FMCG Part Aluminium
ABC Analisis X X - -
FSN Analisis - - X X
Zonafikasi X X X X
Kodefikasi X X X X
Sistem Aplikasi X - X -

19

Anda mungkin juga menyukai