D3 2015 3366780 Introduction
D3 2015 3366780 Introduction
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemetaan sumberdaya alam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil selalu
dibutuhkan dalam berbagai instansi, sesuai dengan apa yang tertera pada UU No. 1
Tahun 2014 bahwa wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keragaman
potensi sumber daya alam yang tinggi, dan sangat penting bagi pengembangan
sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan penyangga kedaulatan bangsa.Oleh
karena itu perlu dikelola secara berkelanjutan.Pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil juga sudah tertuang dalam Pasal 1.1. UU No. 1 Tahun 2014 yaitu
suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, antarsektor, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu
pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (Widhiasta,
2014).
Kepulauan Karimunjawa sebagai salah satu objek wisata bahari di Indonesia
yang terkenal hingga mancanegara menyajikan berbagai objek wisata bahari yang
beragam, mulai dari ekosistem terumbu karang yang juga merupakan habitat ikan-
ikan karang dan invertebrata, ekosistem padang lamun, ekosistem hutan mangrove,
ekosistem hutan pantai, serta makro alga (Karimunjawa Escort, 2005). Turis-turis
baik dari lokal maupun mancanegara yang semakin bertambah tiap tahunnya
membuat kekayaan bahari Taman Nasional Karimunjawa perlu untuk dimonitor
karena kekayaan tersebut merupakan potensi utama wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil di Taman Nasional Karimunjawa.
Meningkatnya aktivitas manusia seperti halnya keluar masuk kapal, eksploitasi
sumberdaya alam, pembangunan infrastruktur, budidaya perikanan, dan pariwisata
menjadi tekanan di wilayah pesisir. (Nicholls et al. 2007; El-Askary et al. 2014).
Semua kegiatan diatas merupakan bagian dari pengelolaan dan pemanfaatan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk dapat mengevaluasi kesesuaian
pengelolaan dan melihat bagaimana dampak lingkungan yang disebabkan oleh
1
aktivitas pengelolaan tersebut, maka perlu dibangun sebuah informasi dasar
mengenai sumberdaya alam yang berada diwilayah tersebut.
2
dan, biaya, waktu dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk memperoleh dan
mengolahnya jauh lebih rendah dibanding data hiperspektral. (Wicaksono, 2014)
Tujuan lain dari penggunaan data multispektral adalah supaya penelitian ini dapat
diterapkan secara luas, yang artinya dengan menggunakan data multispektral maka
prosedur dan hasil penelitian ini dapat diulangi untuk diterapkan di daerah lain
dengan hasil yang relatif sama karena datanya tersedia. Data penginderaan jauh
yang digunakan untuk mewakili data multispektral adalah Worldview-2 (WV2)
yang merupakan data multispektral resolusi tinggi dan kualitas data terbaik yang
tepat digunakan untuk pemetaan secara detil.Dengan melihat pentingnya pemetaan
habitat bentik di lakukan di Indonesia untuk keperluan manajemen maka perlu
dibuat peta eko-morfologi untuk dapat mendukung kebutuhan tersebut.Dalam
melakukan pemetaan eko-morfologi, kelas ekologi terlebih dahulu dibuat
berdasarkan nilai spektral, terdapat klasifikasi terselia yang digunakan untuk
memperoleh hasil, dari 4 jenis yang ada, 3 jenis metode klasifikasi di gunakan dan
dimungkinkan hasilnya akan berbeda satu sama lain, sehingga perlu diketahui jenis
klasifikasi mana yang paling tepat untuk dijadikan input peta eko-morfologi.
3
1.4. Tujuan Penelitian
1. Memetakan ekologi dan morfologi habitat bentik Pulau Kemujan
dengan citra Worldview-2.
2. Membandingkan akurasi metode klasifikasi multispektral untuk pemetaan
bentik baik pada kelas major maupun detil.
3. Menguji akurasi citra Worldview-2 dalam menyajikan informasi distribusi
habitat bentik di Pulau Kemujan.
4
1.6. Batasan Masalah
1. Data yang digunakan adalah citra Worldview-2 yang tidak asli karena
sebelumnya sudah terkompresi, terkoreksi kolom air,dan terkoreksi sunglint