Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP TUBERCULOSIS (TBC)

A. Pengertian
Tuberkolosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-
paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis dengan
gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer 2000).
Tuberkilosis adalah penyakit infeksiis, yang terutama menyerang
parenkim paru. Agen infeksius utama adalah Mycobakterium tuberculosis
(Brunner & Suddarth 2002).
B. Etiologi
Penyebab dari TB paru adalah agen infeksius yang dikenal dengan
Myicobkterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensistif terhadap panas dan sinar ultraviolet.
C. Patofisiologi
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung
Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam.
Orang dapat terifeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernapasan. Setelah Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran
pernapasan, masuk ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai
memperbanyak diri. Basil juga secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru
lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. lnfeksi
awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan
basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang
membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan
(bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa
ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi
dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit
aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun.
Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri
dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan bahan seperti
keju ke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara,
mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah
menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut,
pembentukan tuberkel dan selanjutnya.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat
mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang
berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama
ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang
diperbaharui. Hanya sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami
penyakit aktif (Brunner dan Suddarth, 2002).

D. Manifestasi Klinik

Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien
Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah

1. Batuk lebih dari 3 minggu


Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses
destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun,
keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak
lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan
penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
2. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,
kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen
(kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.

3. Batuk Darah

Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah
sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk.
Pen yebabn ya adal ah akibat peradangan pada pembuluh darah
paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.

4. Sesak Napas

Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru.


Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran
pernapasan.

5. Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan
pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan
tegangan otot pada saat batuk.

6. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan
oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.

7. Demam dan Menggigil


Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi
umum dari proses infeksi.

8. Penurunan Berat Badan


Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.

9. Rasa lelah dan lemah


Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
10. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari

Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit


Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah
lanjut.

E. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari
lobus akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pem ulihan atau
reaktif) pada paru.
F. Pathways

Mycobacterium tuberculosis

Airbone / inhalasi droplet

Saluran pernafasan

Saluran pernafasan atas Saluran pernafasan bawah

Bakteri yang besar bertahan di Paru-paru


bronkus

Alveolus
Peradangan bronkus
Alveolus
mengalami Terjadi perdarahan
konsolidasi
Penumpukan sekret dan eksudasi
Penyebaran bakteri
secara limfa hematogen
Gangguan
Efektif Tidak efektif pertukaran
gas

Sekret keluar Sekret sulit Demam


saat batuk Anoreksia Keletihan
dikeluarkan
malaese mual
muntah
Obstruksi Peningkatan Intoleransi
Batuk terus
suhu tubuh aktivitas
menerus
Perubahan
Sesak nafas nutrisi
kurang dari
Terhisap orang kebutuhan
sehat
Gangguan
pola nafas Bersihan jalan
tidak efektif nafas tidak efektif
Resiko
penyebaran
infeksi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

1. Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap


aktif penyakit
2. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
3. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal
antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi
tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada
pasien yang secara klinik sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat
diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
4. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit) : Positif untuk Mycobacterium
tuberculosis.
5. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
6. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air
dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
7. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio
udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen
sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis.
Pemeriksaan Radiologis

1. Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan.
Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area
fibrosa.
H. PENATALAKSANAAN

Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

1. Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 %
populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat
efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman
yang sedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat badan,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 10 mg/kg berat badan.
2. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk
pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
3. Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg
berat badan.
4. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.
5. Etambutol (E)
Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis
harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali
seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat badan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERCULOSIS (TBC)

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data yang cermat tentang


pasien, keluarga dan kelompok melalui wawancara, observasi, dan
pemeriksaan

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : Badan lemah, sesak nafas, Kesulitan tidur pada


malam hari, demam dan menggigil, berkeringat pada
malam hari.
Tanda : Takikardia, takipnea / dipsnea pada kerja kelelahan
otot, nyeri dan sesak.

2. Integritas ego

Gejala :Adanya faktor stress, Masalah keuangan, Perasaan tak


berdaya / tak ada harapan.
Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan, dan mudah
tersinggung.
3. Makanan / cairan

Tanda :Turgor kulit kering / kulit bersisik, dan kehilangan


otot.
4. Nyeri / kenyaman

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang


Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distraksi, gelisah

5. Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tak produktif. Sesak nafas.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau
fobrosis parenkim paru dan pleura), Perkusi pekak
dan penurunan fremitus (cairan pleural) atau
penebalan pleural.
6. Keamanan

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS,


kanker. Tes HIV positif
Tanda :Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi sosial

Gejala : Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit


menular. Perubahan pola biasa dalam tanggung
jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
8. Penyuluhan atau pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga tuberculosis. Status kesehatan


buruk. Gagal untuk membaik atau kambuhnya
tuberculosis. Tidak berpartisipasi dalam terapi.

Rencana
Pemulangan : Memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam
terapi obat, dan bantuan perawatan diri, serta
pemeliharaan atau perawatan rumah.

B. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang


kental atau berlebih.

2. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan


jaringan atau infeksi.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan penurunan permukaan efektif paru.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan


pencegahan berhubungan dengan kurang informasi.

C. Intervensi, Rasionalisasi dan Evaluasi

1. Bersihkan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekret yang kental
atau berlebihan.

a) Kaji fungsi pernapasan, bunyi napas, kecepatan, irama dan


kedalaman dan penggunaan otot aksesori.

Rasional : Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.

b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak atau batuk efektif


dan catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.

Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret kental, sputum berdarah


kental atau cerah diakibatkan kerusakan (kavitasi) atau lulcaan
bronchial.

c) Atur posisi semi atau fowler tinggi.

Rasional : Memaksimalkan ekspansi paru.

d) Ajarkan pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional : Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan


meningkatkan gerakan ke dalam jalan napas besar untuk
dikeluarkan.

e) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, pengisapan sesuai


keperluan
Rasional : Mencegah obstruksi atau aspirasi, pengisapan dapat
diperlukan apabila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.

f) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali


kontra indikasi.
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk
mengencerkan sekret dan mudah dikeluarkan.

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan atau infeksi.

a) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui


droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, bicara,
tertawa, menyanyi.
Rasional : Membantu pasien menyadari atau menerima
perlunya mem atuhi program pengobatan untuk mencegah
pengaktifan berulang atau komplikasi.

b) Anjurkan pasien untuk batuk dan bersin dan mengeluarkan


pada tisu dan hindari meludah.
Rasional: Perilaku yang diperlukan untuk mencegah
penyebaran infeksi.

c) Kaji tindakan kontrol sementara, contoh masker atau isolasi


pemapasan.
R asi onal: Dapat m enurunkan rasa, terisolasi pasien dan
membuang stigma sosial berhubungan dengan penyakit
menular.

d) Awasi suhu sesuai indikasi.


Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.

e) Tekankan pentingnya untuk tidak menghentikan terapi obat.


Rasional : Kombinasi agen anti infeksi digunakan 2/1 obat
primer tambah I obat sekunder.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas, berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru.
a) Kaji dispnea, takipnea, tak normal atau menurunnya bunyi
napas, peningkatan upaya pernapasan,terbatasnya ekspansi,
dinding dada dan kelemahan.

Rasional: Tuberculosis paru menyebabkan efek


luas pada paru dari b a g i a n k e c i l b r o n c o p n e u m o n i a
sampai inflamasi difus, nekrosis, efusi pleural dan fibrosis luas.

b) Catat sianosis atau perubahan warna kulit, termasuk


membran mukosa dan kuku.

Rasional : Akumulasi sekret atau pengaruh jalan napas dapat


mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.

c) Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas


perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama
periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.

d) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan yang sesuai.


Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat
terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau permukaan
alveolar paru.
DAFTAR PUSTAKA

Dachlan,dkk. 2001. Kamus Istilah Medis. Arkola : Surabaya


Martha. 2010. NANDA DIAGNOSA KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi.
Digna Pustaka : Yogyakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner
& Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
http://medicastore.com/penyakit/69/Tuberkulosis_TBC.html diunduh pada april
2012
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html diunduh
pada april 2012

Anda mungkin juga menyukai