Teori Soskum Minggu 3
Teori Soskum Minggu 3
akan mengemukakan pokok-pokok ajaran dari: Emile Durkheim, Max Weber, Jhering.
Dari pemikirannya, Durkheim menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah social order the
primary of the social akan tetapi yang terpokok dalam masyarakat adalah the social. Jadi,
arti penting Emile Durkheim adalah karena ia termasuk orang yang pertama memandang
peranan hukum dalam membentuk masyarakatnya, yang kini lazim disebut hukum dan
pembangunan.
Durkheim membedakan masyarakat dengan solidaritas sosial serta jenis hukumnya ke dalam
dua jenis. Pertama, bentuk masyarakat sederhana dengan solidaritas mekanik dan hukumnya
yang bersifat represif. Kedua, masyarakat yang kompleks dengan solidaritas organik di mana
hukumnya bersifat represif.
Kedua, masyarakat yang kompleks dengan solidaritas organik dimana hukumnya bersifat
restitutif.
Max Weber adalah seorang sosiologi Jerman dan juga pakar ekonomi analisis hukum dan
pranata-pranata hukum di dalamnya mencakup konteks historis, politik dan realitas sosial.
Beliau melihat hukum sebagai unsur dominan dalam perkembangan masyarakat. Beliau
mengkaji perkembangan hukum dan perkembangan masyarakatnya dimana konsep dasarnya
memandang perkembangan hukum ataupun perkembangan masyarakat selalu bergerak dari
yang irasional ke rasional dan transisi dari substantively rational law ke Formally
rational law.
Jadi Weber cenderung mengidentikkan hukum dengan eksistensi hukum, yang dikonsepkan
secara rasional sistematis. Karena Weber memperhatikan arti penting dari hukum rasional
dalam hubungan kausalnya dengan perkembangan kapitalisme.
3. Ajaran Jhering
Jhering adalah seorang Juris Jerman terkenal dengan gelarnya sebagai the father of
sociological jurisprudence. Doktrinnya yang sistematis didasarkan pada social
utilitarianism yang berasal dari prinsip plain-pleasure-nya Betham.
Menurut Jhering esensi hukum itu adalah suatu kehendak nyata untuk melindungi
kepentingan kehidupan bersama dan kepentingan individu melalui koordinasi antara kedua
jenis kepentingan itu. Jhering menganggap bahwa dengan adanya koordinasi antara
kepentingan masyarakat di satu pihak dengan kepentingan individu di lain pihak maka
kemungkinan terjadinya konflik dapat diperkecil. Karena beliau yakin bahwa di bawah
hukum kepentingan masyarakat harus lebih didahulukan daripada kepentingan individu
dalam hal terjadinya konflik antara kedua kepentingan tersebut.
Jadi konsep-konsep hukum Jhering terbukti didominir oleh ajaran tentang kebutuhan-
kebutuhan manusia di dalam masyarakat
Talcott Persons memang bukan sosiologis hukum, namun salah satu teori sosialnya yang
dinamai sibernetik dapat diterapkan untuk menelaah kaitan hukum dan masyarakat. beliau
memulai teori sibernetiknya dari bagian-bagian tubuh manusia yang kemudian membentuk
grand theory-nya. Persons melihat manusia dari dua pandangan:
Sebagai individu beliau membagi manusia ke dalam 4 sub sistem yaitu: cultural system,
social system, personality and behavioral organism. Kemudian sebagai warga masyarakat,
beliau membedakan kehidupan manusia ke dalam empat subsistem yaitu cultural system,
social system, political system dan economy system. Jadi teori sibernetik persons adalah
melihat arus energi terbesar pada sub sistem ekonomi dan makin ke bawah makin berkurang
sebaliknya arus informasi terbanyak pada subsistem budaya dan makin ke atas makin
berkurang. Jadi letak hukum sebagian terletak pada subsistem budaya dan sebagian lagi pada
subsistem sosial, maka tidak heran lagi jika di dalam kenyataannya, kekuatan ekonomi dan
politik dapat mempengaruhi pelaksanaan hukum.
Pandangan/topik yang utama dari pembahasan Roscoe Pond terhadap sosiologi hukum:
c. Mengutamakan prioritas tujuan sosial yang ingin dicapai oleh pembuatan peraturan dan
tak ada sanksinya.
d. Membahas tentang sejarah sosiologis hukum, membela pelaksanaan hukum secara adil
dan mendesak agar ajaran-ajaran hukum dianggap sebagai pedoman ke arah yang adil bagi
masyarakat.
e. Pengefektifan usaha untuk pencapaian tujuan hukum dan kegunaan sosiologi hukum
bagi profesi hakim dan legislator.
Dari pembahasan ini beliau menelorkan konsep yang kemudian sangat dikenal yaitu Law is
a tool of social engineering yaitu hukum sebagai alat rekayasa sosial atau masyarakatnya.