Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN MINGGU KE 6

LIMFOMA NON HODGKIN

A. Anatomi Fisiologi

Limfa adalah organ lunak yang berada pada sisi kiri abdomen, dibawah perlindungan iga-iga
tepat dibawah diafragma. Beratnya kira-kira 200 g dan panjangnya kira-kira 125 mm. limfa
tidak selalu dapat dirasakan pada dinding abdomen, tetapi dapat sangat membesar pada
penyakit tertentu. Limfa terdiri dari massa daging merah dengan jutaan kelenjar berbentuk
kepala paku dari daging putih yang menyebar menyelimutinya sehingga memberika
penampilan granular. Limfa kaya akan suplai darai melalui arteri splenik. Darah mengalir ke
vena porta melalui vena splenik. (Pearce Evelyn, 2009)
Limda merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan. Limpa
terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah kostae. Limfa memiliki permukaan luar
konveks yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan medial yang konkaf serta
berhadapan dengan lambung, fleksura linealis kolon dan ginjal kiri. (Handayani, 2008)
Limfa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limfa), dan pulpa
merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit). Suplai darah arteri linealis yang keluar dari
arteri coeliaca. (Handayani, 2008)
Fungsi limfa adalah sebagai berikut (Handayani, 2008) :
1. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin)
2. Destruksi sel eritrosit tua
3. Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan
4. Pembentukan limfosit dalam folikel limfa
5. Pembentukan immunoglobulin
6. Pembuangan partikel asing darah
B. Pengertian
Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan proliferatif tidak
terkendali dari jaringan limfoid (limfosit B dan sistem sel limfosit T). (Schwartz M William,
2010)

1
Limfoma non Hodgkin (LMNH) adalah neoplasma yang ganas pada sistem limfatik dan
jaringan limfoid. Seperti halnya kebanyakan neoplasma anak, penyebab LMNH juga tidak
diketahui. Sejumlah faktor, seperti infeksi virus, imunodefisiensi, aberasi kromosom,
imunostimulasi kronis, dan pemajanan terhadap lingkungan memicu terjadinya limfoma
maligna. (Betz, 2009)
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem
kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma ini
berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar
dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan
penyakit Hodgkin.
Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan
kelenjar limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu
limfadenopati lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus
yang berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring,
usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai
potensi untuk menyebar dari asalnya sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar
lain yang akhirnya menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.
Ada 2 klasifikasi besar penyakit ini yaitu:
1. Limfoma non Hodgkin agresif.
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin
agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama agresif kedengarannya sangat
menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan.
Meskipun pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini
pertama, sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada
kenyataannya, limfoma nonHodgkin agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total
daripada limfoma non Hodgkin indolen.
2. Limfoma non Hodgkin indolen.
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non
Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non
Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak
menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat.
Tentunya, mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi

2
dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran
kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan,
seperti pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang
abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non
Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang
kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis
pasien juga mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma
non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak
diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.

C. Etiologi
Penyebab LNH belum jelas diketahui. Para pakar cenderung berpendapat bahwa
terjadinya LNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan imunologis persisten yang
menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak terkendali. Diduga ada hubungan dengan virus
Epstein Barr LNH kemungkinan ada kaitannya dengan factor keturunan karena ditemukan
fakta bila salah satu anggota keluarga menderita LNH maka risiko anggota keluarga lainnya
terjangkit tumor ini lebih besar dibanding dengan orang lain yang tidak termasuk keluarga itu.
Pada penderita AIDS : semakin lama hidup semakin besar risikonya menderita limfoma.

Terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya LNH, antara lain :


1. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya
LNH antara lain adalah :severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia,
common variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-
telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali
dihubugkan pula dengan Epstein Barr Virus (EBV) dan jenisnya beragam.
2. Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak pada
semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap
terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.

3
3. Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan
resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan
adanya paparan herbisida dan pelarut organic.
4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi
makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV4,5.

D. Manifestasi Klinis

Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :

1. Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit.


2. Demam.
3. Keringat malam.
4. Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.
5. Gangguan pencernaan dan nyeri perut.
6. Hilangnya nafsu makan.
7. Nyeri tulang.
8. Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.
9. Limphadenopaty.
a. Limfadenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan pembesaran kelenjar
getah bening asimetris yang tidak nyeri pada satu atau lebih region kelenjar getah
bening perifer.
b. Gejala konstitusional. Demam, keringat pada malam hari dan penurunan berat badan
lebih jarang terjadi dibandingkan pada penyakit Hodgkin. Adanya gejala tersebut
biasanya menyertai penyakit diseminata. Dapat terjadi anemia dan infeksi dengan
jenis yang ditemukan pada penyakit Hodgkin.
c. Gangguan orofaring. Pada 5-10% pasien, terdapat penyakit distruktur limfoid
orofaringeal (cincin waldeyer) yang dapat menyebabkan timbulnya keluhan sakit
tenggorok atau napas berbunyi atau tersumbat.
d. Anemia, netropenia dengan infeksi, atau trombositopenia dengan purpura mungkin
merupakan gambaran pada penderita penyakit sumsum tulang difus. Sitopenia juga
dapat disebabkan oleh autoimun.
e. Penyakit abdomen. Hati dan limpa sering kali membesar dan kelenjar getah bening
retroperitoneal atau mesenterika sering terkena. Saluran gastrointestinal adalah lokasi
ekstranodal yang paling sering terkena setelah sumsum tulang dan pasien dapat
datang dengan gejala abdomen akut.
f. Organ lain. Kulit, otak, testis dan tiroid sering terkena. Kulit juga secara primer
terkena pada dua jenis limfoma sel T yang tidak umum dan sindrom sezary.

4
E. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa perjalan penyakit LNH terjadi secara limfogen dengan melibatkan
rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan merambat dari satu tempat
ketempat yang berdekatan. Meskipun demikian, hubungan antara kelenjar getah bening pada
leher kiri dan daerah aorta pada LNH jenis folikular tidak sejelas seperti apa yang terlihat
pada LNH jenis difus.
Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitusional (demam, penurunan berat badan,
berkeringat pada malam hari) : namun insidennya lebih rendah dari pada penyakit Hodgkin.
Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, Dapat menyerang satu atau seluruh
kelenjar limfe perifer.

Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan, tetapi sering ditemukan adanya efusi pleura.
Kira-kira 20% atau lebih penderita menunjukkan gejala-gejala yang berkaitan dengan
pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau mesentrium dan timbul bersama nyeri
abdomen atau defekasi yang tidak teratur. Sering didapatkan dapat menyerang lambung dan
usus halus yang ditandai dengan gejala yang mirip dengan gejala tukak lambung, anoreksia,
penurunan berat badan, nausea, hematemesis, dan melena. Penyakit-penyakit susunan saraf
pusat walaupun jarang terjadi tetap dapat timbul pada limfoma histisitik difus (imunoblastik
sel besar).
Criteria diagnosis medic LNH adalah sebagai berikut:
1. Riwayat pembesaran kelenjar getah bening atau timbulnya massa tumor ditempat lain.
2. Riwayat demam yang tidak jelas.
3. Penurunan berat badan 10% dalam waktu enam bulan
4. Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai
5. Pemeriksaan histopatologis tumor sesuai dengan LNH

F. Komplikasi
1. Akibat langsung penyakitnya
a. Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b. Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
2. Akibat efek samping pengobatan
a. Aplasia sumsum tulang
b. Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
c. Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
d. Neuritis oleh obat vinkristin6

5
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium lengkap, meliputi hal berikut.
a. Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dan LED
b. Gula darah
c. Fungsi hati termasuk y-GT, albumin, dan LDH
d. Fungsi ginjal
e. Immunoglobulin.
2. Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui subtype LNH, bila perlu
sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai.
3. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
4. Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar getah bening
pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor abdomen, dan metastase kebagian
intraabdominal.
5. Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran kelenjar media stinum,
bila perlu CT scan toraks.
6. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat dilanjutkan dengan
tindakan gastroskopi
7. Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk melihat keterlibatan
tulang.
8. Jika diperlukan biopsy hati (terbimbing)

Tabel tes diagnostic dan interpretasi pada klien LNH

Jenis pemeriksaan Interpretasi hasil

Hitung darah lengkap:

a) Sel darah putih (SDP) Variasi normal, menurun atau meningkat secara nyata.

b) Diferensial SDP Neutofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin


ditemukan. Limfofenia sebagai gejala lanjut.

c) Sel darah merah dan Hb/Ht Menurun

Eritrosit

d) Morfologi SDM Normositik, hipokromik ringan sampai sedang

e) Kerapuhan eritrosit osmotik Meningkat

Laju endap darah (LED) Meningkat selam tahap aktif (inflamasi, malignansi)

Trombosit Menurun (sumsum tulang digantikan oleh limfomi atau

6
hipersplenisme)

Test comb Reaksi positif (anemia hemolitik), reaksi negative pada tahap
lanjut.

Alkalin fosfatase Mungkin meningkat bila tulang terkena

Kalsium serum Meningkat pada eksaserbasi

BUN Mungkin meningkat bila ginjal terlibat

Globulkin Hipogammaglobulinemia umum dapat terjadi pada penyakit


lanjut

Foto toraks, vertebra, Dilakukan untuk area yang terkena dan membantu penetapan
ekstremitas proksimal serta stadium penyakit
nyeru tekan pada area pelvis

CT scan dada, abdominal, tulang Dilakukan bila terjadi adenopati hilus dan memastikan
keterlibatan nodus limfe mediatinum, abdominal, dan
keterlibatan tulang.

USG abdominal Mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus


limferetroperitoneal

Biopsy sumsum tulang Menentukan keterlibatan sumsum tulang, invasi sumsum


tulang terlihat pada tahap luas.

Biopsy nodus limfe Memastikan klasifikasi diagnosis limfoma

Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam manajemen LNH yang bertujuan untuk mengetahui status
penyakit dan memilih pengobatan yang relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi. Klasifikasi yang populer digunakan
adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr (1971) sebagai berikut:

STADIUM INTERPRETASI
Stadium I Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra limfatik
Stadium II Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas diafragma dengan

7
Stadium III atau tanpa ekstra limfatik
Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah diafragma atau disertai
Stadium IV limfoma ekstra limfatik, limpa atau keduanya.
Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan atau tanpa
melibatkan kelenjar limfe.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pernapasan
Gejala : dipnea pada saat aktivitas, nyeri dada
Tanda :
a. Dipnea, takipnea
b. Batuk non produktif
c. Tanda-tanda distress pernapasan (frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat,
penggunaan otot bantu pernapasan, stridor, sianosis)
d. Parau (paralisis paringeal akibat tekanan pembesaran kelenjar limfe terhadap saraf
laringeal)
2. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada
Tanda :
a. Takikardia, disritmia

8
b. Sianosis wajah akibat obstruksi drainase vena karena pembesaran kelenjar limfe
(jarang terjadi)
c. Ikterus sclera/umum akibat kerusakan hati dan obstruksi duktus empedu (tanda lanjut)
d. Pucat (anemia), diaphoresis, dan keringat malam
3. Neurosensori
Gejala :
a. Nyeri saraf (neuralgia) yang menunjukkan terjadinya kompresi akar saraf oleh
pembesaran kelenjar limfe pada brakial, lumbal dan pleksus sacral
b. Kelemahan otot, parastesi

Tanda :

a. Status mental letargi, menarik diri, kurang minat/perhatian terhadap keadaan sekitar
b. Paraplegia (kompresi batang spinal, keterlibatan diskus intervertebralis, kompresi
suplai darah terhadap batang spinal)
4. Nyeri dan kenyamanan
Gejala :
a. Nyeri tekan pada nodus yang terkena, misalnya: pada sekitar mediastinum, nyeri dada,
nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri tulang (keterlibatan tulang limfomatus)
b. Tanda : focus pada diri sendiri, perilaku hati-hati
5. Integritas ego
Gejala : Gejala-gejala stress yang berhubungan dengan ancaman kehilangan pekerjaan,
perubahan peran dalam keluarga, prosedur diagnostic dan terapi, serta masalah financial
(biaya pemeriksaan dan pengobatan, kehilangan pekerjaan)
Tanda : perilaku menarik diri, marah dan pasif agresif
6. Keamanan
Gejala :
a. Riwayat infeksi (sering terjadi) karena abnormalitas system imun seperti infeksi
herpes sistemik, TB, toksoplasmosis, atau infeksi bacterial.
b. Riwayat ulkus/perforasi/perdarahan gaster
c. Demam pel ebstein (peningkatan suhu malam hari sampai beberapa minggu), diikuti
demam menetap dan keringat malam tanpa menggigil
d. Integritas kulit: kemerahan, pruritus umum, vitiligo (hipopigmentasi)

Tanda :

a. Demam (suhu tubuh > 3800C) menetap dengan etiologi yang tidak dapat dijelaskan,
tanpa gejala infeksi
b. Kelenjar limfe asimetris, tidak ada nyeri, membengkak/membesar terutama kelenjar
limfe servikal (kiri>kanan), nodus aksila dan mediastinum
c. Pembesaran tonsil
9
d. Pruritus umum
e. Sebagian area kehilangan melanin (vitiligo)

7. Eliminasi
Gejala :
a. Perubahan karakteristik urine dan/atau feses
b. Riwayat obstruksi usus, sindrom malabsopsi (infiltrasi kelenjar limfe retroperitoneal)

Tanda :

a. Nyeri tekan kuadran kanan atas, hepatomegali


b. Nyeri tekan kuadran kiri atas, splenomegali
c. Penurunan keluaran urin, warna lebih gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral, gagal
ginjal)
d. Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi spinal cord pada gejala lanjut)
8. Makanan dan cairan
Gejala :
a. Anoreksia
b. Disfagia (tekanan pada esophagus)
c. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan 10% dalam 6 bulan tanpa upaya
diet pembatasan

Tanda :

a. Pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau ekstremitas atas (kompresi vena cava
superior)
b. Edema ekstremitas bawah, asites(kompresi vena cava inferior oleh pembesaran
kelenjar limfe intradominal)
9. Aktivitas/istirahat
Gejala :
a. Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
b. Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi aktivitas
c. Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak

10
Tanda :

a. Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda-tanda lain yang
menunjukkan kelelahan.
10. Seksualitas
Gejala : masalah fertilitas, kehamilan, dan penurunan libido akibat efek terapi
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :
a. Pengetahuan tentang factor risiko dalam keluarga
b. Pengetahuan tentang factor risiko lingkungan (pemajanan agen karsinogenik kimiawi)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan secret pada
jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran kelenjar limfe
servikal, mediastinum.
2. Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar limfe,
efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam laktat jaringan
local.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan system
imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi tulang belakang).
4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic (proses
keganasan) dan perubahan kimiawi tubuh sebagai efek kemoterapi.
5. Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit,
gambaran diri yang salah, perubahan peran.
6. Kecemasan individu dan keluarga yang berhubungan dengan prognosis sakit.

11
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Noc Intervensi Nic


Bersihan Jalan Nafas tidak Setelah dilakukan tindakan - Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
- Berikan O2
efektif berhubungan dengan: keperawatan pasien menunjukkan
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
- Infeksi, disfungsi keefektifan jalan nafas dibuktikan - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
neuromuskular, dengan kriteria hasil :
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
hyperplasia dinding - Mendemonstrasikan batuk efektif - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
bronkus, alergi jalan dan suara nafas yang bersih, tidak tambahan
- Monitor status hemodinamik
nafas, asma, trauma ada sianosis dan dyspneu (mampu
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Obstruksi jalan nafas :
mengeluarkan sputum, bernafas
keseimbangan.
spasme jalan nafas,
dengan mudah, tidak ada pursed - Monitor respirasi dan status O2
sekresi tertahan, - Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
lips)
banyaknya mukus, - Menunjukkan jalan nafas yang mengencerkan sekret
- Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
adanya jalan nafas paten (klien tidak merasa tercekik,
penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi
buatan, sekresi bronkus, irama nafas, frekuensi pernafasan
adanya eksudat di dalam rentang normal, tidak ada
alveolus, adanya benda suara nafas abnormal)
- Mampu mengidentifikasikan dan
asing di jalan nafas.
mencegah faktor yang penyebab.
- Saturasi O2 dalam batas normal
- Foto thorak dalam batas normal

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan: Agen injuri Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

12
(biologi, kimia, fisik, Pasien tidak mengalami nyeri, dengan termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
psikologis), kerusakan kriteria hasil: kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari
jaringan - Mampu mengontrol nyeri (tahu
ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampu
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menggunakan tehnik
menemukan dukungan
nonfarmakologi untuk mengurangi - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri, mencari bantuan) nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang
kebisingan
dengan menggunakan manajemen - Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
intensitas,frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
nyeri berkurang dingin
- Tanda vital dalam rentang normal - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Tidak mengalami gangguan tidur - Tingkatkan istirahat
- Berikan informasi tentang nyeri
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali

13
D. Implementasi
Yaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan di
implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Komponen tahap Implementasi:
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi disesuaikan dengan diagnosa dan intervensi yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Pearce Evelyn C, 2009. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Gibson John, 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC

Handayani Wiwik, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Schwartz M William, 2010. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC

Betz Cecily Lynn, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Sacher, Ronald A, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC

Otto, Shirley E, 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC

15

Anda mungkin juga menyukai